Anda di halaman 1dari 19

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK


JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Kebijakan Publik dan Pengelolaan Lingkungan
Menurut Hadi dan Adji (2007), dalam pandangan konvensional, perusahaan
hanya perlu memperhatikan kepentingan pemiliknya saja, dan hanya untuk
keamanan sang pemilik saja tanpa memperhatikan kepentingan lain. Pandangan
demikian naif sekali, sebab dalam prakteknya untuk menjamin kelestarian usaha,
faktor lain termasuk masyarakat perlu diperhatikan kepentingannya. Pandangan
kedua ini sering disebut the stakeholders principle atau lebih dikenal dengan the
hold stake something yang berarti mempunyai kepentingan dalam sesuatu.
Menurut Hadi dan Adji (2007), dalam konteks kerusakan lingkungan, kegiatan
bisnis seringkali dituding sebagai penyebabnya karena tindakannya dianggap
tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan.

Ada beberapa instrumen

pengendalian kerusakan lingkungan yang dapat bahkan dalam beberapa hal harus
dilakukan oleh pebisnis selaku pemrakarsa kegiatan. Instrumen tersebut secara
kategori terdiri dari:
1

Tindakan bersifat pre-emptif, lebih dititik beratkan kepada persyaratan teknis


yang harus dipenuhi oleh usaha/kegiatan sebelum kegiatan-kekegiatan yang
akan dilakukan berlangsung dan pencantuman beberapa persyaratan teknis
sebelum izin diberikan atau dijalankan. Termasuk dalam kategori ini adalah

penyusunan tata ruang, penyusunan dokumen AMDAL, dan UKL-UPL.


Tindakan bersifat preventif, menekankan kepada hasil yang telah dicapai
oleh usaha/kegiatan berkaitan dengan pentaatan persyaratan teknis yang harus
dipenuhi oleh usaha/kegiatan tersebut. Termasuk dalam kategori ini adalah
tindakan pengawasan baku mutu lingkungan, Pelaksanaan Program Penilaian

Peringkat Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER).


Tindakan bersifat pro-aktif, termasuk di dalamnya adalah sertifikasi ISO
14001, Audit Lingkungan atas prakarsa sendiri.
Dengan demikian pengelolaan lingkungan hidup adalah sesuatu kegiatan

yang harus dilakukan dalam kegiatan bisnis perusahaan pada era sekarang, dan itu

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
merupakan bagian wujud tanggung jawab sosial perusahaan di masa kini dan
masa mendatang.
Menurut Hadi (2005) Di era kompetisi sekarang ini, reputasi baik
perusahaan yang ditunjukkan dengan tanggung jawabnya melindungi lingkungan
merupakan sebuah competitive advantage. Memperhatikan adanya perbedaan
persepsi dan kepentingan di dalam pengelolaan lingkungan, pemerintah perlu
menetapkan kebijakan nasional lingkungan hidup yang digariskan oleh
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Kebijakan nasional lingkungan hidup
yang merupakan nilai-nilai dasar dalam pelestarian lingkungan terdiri dari :
a Pelestarian lingkungan dilaksanakan berdasarkan konsep Pembangunan
Berkelanjutan yaitu pembangunan yang memenuhi kebutukan manusia saat ini,
tanpa mengurangi potensi pemenuhan dan kebutuhan manusia pada generasigenerasi

mendatang.

Pembangunan

berkelanjutan

didasarkan

atas

kesejahteraan masyarakat serta keadilan dalam jangka waktu pendek,


menengah dan panjang dengan keseimbangan pertumbuhan ekonomi, sosial
b

dan pelestarian lingkungan hidup.


Fungsi lingkungan perlu dilestarikan demi kepentingan manusia baik dalam
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Pengambilan keputusan
dalam pembangunan perlu memperhatikan pertimbangan daya dukung
lingkungan sesuai fungsinya. Daya dukung lingkungan menjadi kendala
(constraint) dalam pengambilan keputusan dan prinsip ini perlu dilakukan

secara berkelanjutan.
Pemanfaatan sumber daya alam tak terpulihkan perlu memperhatikan
kebutuhan antar generasi. Pemanfaatan sumber daya alam terpulihkan perlu

mempertahankan daya pemulihannya.


Setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan lingkungan yang baik
dan sehat dan berkewajiban untuk menjaga dan melestarikan lingkungan. Oleh
karena itu, setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan

informasi lingkungan yang benar, lengkap dan bisa dipertanggung jawabkan.


Dalam pelestarian lingkungan, usaha pencegahan lebih diutamakan daripada

usaha penanggulangan dan pemulihan.


Kualitas lingkungan ditetapkan berdasarkan fungsinya. Pencemaran dan
kerusakan lingkungan perlu dihindari bila sampai terjadi pencemaran dan

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
perusakan lingkungan, maka diadakan penanggulangan dan pemulihan dengan
g

tanggung jawab pada pihak yang menyebabkannya


Pelestarian lingkungan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip pelestarian
melalui pendekatan manajemen yang layak dengan sistem pertanggung
jawaban.

3.2. Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)


Berdasarkan (Pasal 1 Ayat (1) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
(KepMenLH) Nomor : 127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, Program Penilaian
Peringkat Kinerja perusahaan yang selanjutnya disebut PROPER adalah program
penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam
mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup
Dasar hukum PROPER adalah ketentuan Pasal 10 Huruf e UU 23/1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) jo. UU 32/2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Ketentuan tersebut
menyatakan, bahawa dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup pemerintah
berkewajiban mengembangkan dan menerapkan perangkat yang bersifat preemtif,
preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup.
PROPER merupakan salah satu sarana kebijaksanaan (policy tool) yang
dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam rangka
mendorong penaatan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan terhadap
berbagai peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup, melalui
instrumen informasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Oleh sebab itu,
proper terkait erat dengan penyebaran informasi kinerja penaatan masing-masing
perusahaan kepada seluruh stakeholder pada skala nasional. (Hadi, 2007)

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, prinsip dasar dari pelaksanaan Proper
adalah mendorong perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui
instrumen insentif reputasi/ citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja
pengelolaan lingkungan yang baik (berperingkat hijau dan emas) dan instrumen
disinsentif reputasi/ citra bagi perusahaan yang mempunyai kinerja pengelolaan
lingkungan yang buruk (berperingkat merah dan hitam). Peringkat tersebut,
diharapkan menjadi landasan serta rangsangan bagi masyarakat untuk dapat
menilai dan kemudian mengaktualisasikan peran serta dalam bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup. Hal tersebut, misalnya saja dilaksanakan
melalui upaya pengawasan serta menjauhi produk-produk yang berasal dari
perusahaan yang memiliki peringkat buruk (hitam dan/ atau merah). Hal inilah
menurut kami, yang dimaksud sebagai suatu instrumen

atau cara penaatan

melalui sistem informasi kepada masyarakat, agar dewasa ini masyarakat sadar
akan pentingnya kepedulian mereka kepada lingkungan, tidak hanya secara
langsung melainkan juga secara tidak langsung seperti dengan cara ini.
Dengan kata lain, PROPER merupakan Public Disclosure Program for
Environmental Compliance. Oleh karena itu, kebijakan proper sangat terkait erat
dengan pemberian informasi lingkungan hidup oleh penanggung jawab usaha
kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat mampu menyikapi secara aktif
informasi tingkat penaatan Proper suatu perusahaan, dengan memberikan respon
tertentu (baik atau buruk), berdasarkan informasi Proper tersebut. Sehingga
mampu mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidupnya. (Kementrian Lingkungan Hidup, 2015)
Selain itu, Proper terkait erat dengan hak masyarakat atas informasi
lingkungan hidup serta hak untuk berperan serta dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana diatur dalam UU 23/1997 (UUPLH)
jo. UU 32/2009 (UUPPLH). Pemenuhan hak-hak masyarakat tersebut, tentunya
menuntut transparansi oleh kalangan penanggung jawab usaha/ kegiatan/ dunia

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
usaha dalam memberikan informasi lingkungan hidup yang benar serta mudah
untuk dipahami masyarakat. (Kementrian Lingkungan Hidup, 2015)
Pada awal pelaksanaannya, kebijakan PROPER secara khusus hanya
mencakup upaya pencegahan dan pengendalian pencemaran air dalam Program
Kali Bersih (PROKASIH). Kebijakan tersebut dikenal dengan nama Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Program Kali Bersih (PROPER
PROKASIH) yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Nomor : Kep- 35
Pengendalian

A/MENLH/7/1995

tentang

Program

Penilaian

Kinerja

Perusahaan/Kegiatan Usaha Dalam Pencemaran dari Program Kali Bersih


(PROKASIH) Program peringkat kinerja ini bertujuan untuk :
a

Meningkatkan penaatan dalam pengendalian pencemaran dengan peran serta

masyarakat yang aktif dan berarti.


Mendorong diterapkannya upaya teknologi bersih, minimisasi limbah/ emisi,
dan daur ulang tanpa harus melalu proses penegakan hukum yang terlalu lama

seperti di negara-negara barat.


Mendorong pengembangan sistem informasi dalam pengendalian dampak
lingkungan.
Program peringkat kinerja ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama adalah

upaya mengumpulkan informasi tentang tingkat pentaatan potensi pencemar


terhadap peraturan yang ada dan melaksanakan diseminasi informasi tersebut ke
masyarakat luas. Bagian kedua adalah mendorong masyarakat luas untuk
berinisiatif melakukan reaksi yang dikehendaki berdasar informasi yang diterima.
Bagian ketiga adalah pemberian informasi kepada pihak bisnis (penanggung
jawab usaha/ kegiatan) tentang sumber-sumber tersedianya teknologi dan metode
penyelesaian masalah limbah. Proper Prokasih kemudian diperluas, dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMenLH) Nomor :
127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup,

yang

mencakup

pengendalian

pencemaran air, udara, dan pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3).
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2015)
Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Penilaian kinerja

penaatan

perusahaan

dalam PROPER dilakukan

berdasarkan atas kinerja perusahaan dalam memenuhi berbagai persyaratan


ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku dan kinerja
perusahaan

dalam pelaksanaan

berbagai

kegiatan

yang

terkait

dengan

kegiatan pengelolaan lingkungan yang belum menjadi persyaratan penaatan


(beyond compliance). Pada saat ini, penilaian kinerja penaatan difokuskan kepada
penilaian penaatan perusahaan dalam aspek pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran udara, dan pengelolaan limbah B3 serta berbagai
kewajiban lainnya yang terkait dengan AMDAL. Untuk sektor pertambangan,
belum dilakukan penilaian kinerja perusahaan terkait dengan upaya pengendalian
kerusakan lingkungan, khususnya kerusakan lahan. Sedangan penilaian untuk
aspek beyond compliance dilakukan terkait dengan penilaian terhadap upaya
upaya yang telah dilakukan oleh perusahaan dalam penerapan Sistem Manajemen
Lingkungan (SML), Konservasi

dan Pemanfaatan

Sumber daya,

serta

kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) termasuk kegiatan Community


Development. (Kementrian Lingkungan Hidup, 2015)
Mengingat hasil penilaian peringkat PROPER ini akan dipublikasikan
secara terbuka kepada publik dan stakeholder lainnya, maka kinerja penaatan
perusahaan dikelompokkan ke dalam peringkat warna. Melalui pemeringkatan
warna ini diharapkan masyarakat dapat lebih mudah memahami kinerja penaatan
masingmasing perusahaan. Sejauh ini dapat dikatakan bahwa PROPER
merupakan sistem pemeringkatan yang pertama kali menggunakan peringkat
warna. Seperti telah disebutkan di atas bahwa pelaksanaan PROPER sejak periode
20092010

telah menerapkan Undang Undang 32 tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sehingga dalam peringkat


kinerja penaatan dikelompokkan dalam 5 (lima) peringkat warna, sehingga tidak
ada lagi peringkat Biru () atau Biru minus dan Merah () atau Merah Minus
seperti pelaksanaan PROPER tahun - tahun sebelumnya. Masingmasing
peringkat warna mencerminkan kinerja perusahaan. Kinerja penaatan terbaik
Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
adalah peringkat emas, dan hijau, selanjutnya biru, dan kinerja penaatan
terburuk adalah peringkat hitam.
Pelaksanaan

PROPER

merupakan

salah

satu

bentuk

perwujudan

transparansi dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan di


Indonesia, dengan kata lain PROPER juga merupakan perwujudan dari
demokratisasi dalam pengendalian dampak lingkungan. Jika pada pencapaian
peringkat biru digunakan penilaian sistem gugur, maka pada pencapaian peringkat
hijau atau emas digunakan penilaian sistem pembobotan. Dalam penilaian untuk
peringkat hijau dan emas (beyond compliance) pada program PROPER, tiga aspek
yang dinilai adalah Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Pemanfaatan
Sumberdaya

serta

Pelaksanaan

Pengembangan

Masyarakat

(community

development). Sampai hari ini belum ada satupun perusahaan yg memperoleh


peringkat emas karena indikator pencapaian kriteria kegiatan Pengembangan
Masyarakat (community development) masih harus dikembangkan ke tingkat yang
terukur. (Kementrian Lingkungan Hidup, 2015)
Menurut Hadi dan Adji (2007), Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan instrumen
pengendalian. Artinya dengan diumumkannya peserta PROPER dengan peringkat
Hijau, Biru, Merah dan Hitam, akan diketahui oleh masyarakat dan bisa
menimbulkan citra sesuai dengan peringkat yang mereka capai.

PROPER

merupakan inovasi dalam mengendalikan pencemaran di sektor industri.


Hadi dan Adji juga mengatakan, melihat masih buruknya kinerja lingkungan
dari industri agaknya perlu mengkaitkan instrumen satu dengan instrumen
lainnya. Manfaat Proper sebaiknya bukan hanya dalam bentuk citra saja, tetapi
juga dalam bentuk perhatian dan tekanan dari pihak-pihak terkait. Bagi yang
mendapatkan PROPER Hijau atau Biru selayaknya diberi insentif berupa
keringanan pajak, keringanan pajak pengadaan Unit Pengolah Limbah (UPAL),
dan sebagainya. Bagi yang berperingkat buruk (Merah atau Hitam), pemerintah
Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
harus melakukan pembinaan. Jika dengan pembinaan masih membandel, maka
bentuk tekanan yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan hukum. UndangUndang Nomor 23 tahun 1997 menetapkan bahwa pencemaran lingkungan
termasuk tindakan yang dapat diberi sangsi. Bahkan pasal 35 UU No. 23 Tahun
1997 mengatur tentang tanggung jawab mutlak. Bila terjadi pencemaran
lingkungan, maka pelaku usaha wajib membayar ganti rugi secara langsung dan
seketika.
Menurut Hadi dan adji (2007), PROPER memberikan kesempatan kepada
masyarakat luas untuk berperan secara aktif dalam pengendalian dampak
lingkungan. Sebagaimana layaknya proses demokrasi, peran masyarakat dan
individu secara aktif dituntut baik sebagai individu maupun secara berkelompok.
Agar informasi yang dikeluarkan oleh penilai Proper di mata masyarakat dapat di
ertanggung jawabkan kebenarannya, maka pelaksanaan PROPER menerapkan
prinsip-prinsip Good Environmental Governance (GEG), antara lain transparansi,
fairness, partisipasi multi stakeholder dan akuntabel. Sasaran dari pelaksanaan
PROPER ini adalah mendorong perusahaan untuk menaati peraturan perundangundangan, dan mendorong perusahaan yang sudah baik kinerja lingkungannya
untuk menerapkan produksi bersih (cleaner production). Sedangkan tujuan dari
pelaksanaan PROPER di perusahaan di antaranya adalah :
1
2

Mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan.


Meningkatkan komitmen para stakeholder dalam upaya pelestarian

3
4

lingkungan.
Meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
Meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk menaati

peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan.


Meningkatkan penaatan dalam pengendalian dampak lingkungan melalui

peran aktif masyarakat.


Mengurangi dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap lingkungan
Saat ini data PROPER sudah banyak digunakan oleh berbagai pihak untuk

mengetahui tingkat kinerja penaatan pengelolaan lingkungan pada perusahaan.

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Sektor perbankan paling banyak menggunakan data PROPER, selain itu beberapa
investor yang akan melakukan kerjasama.
3

Dasar Hukum PROPER


Dasar hukum pelaksanaan PROPER dituangkan dalam Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor : 127 Tahun 2002 tentang Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
3.4. PROPER PT Pertamina EP ASSET 1 FIELD Jambi
Keputusan Menteri No. : Kep - 35 Pengendalian A/MENLH/7/1995 tentang
Program Penilaian Kinerja Perusahaan/Kegiatan Usaha Dalam Pencemaran dari
Program Kali Bersih (PROKASIH), pertaturan ini ditujukan untuk menjaga daya
dukung dan daya tampung lingkungan , aka tetapi peraturan tersebut belum
mencangkup semua komponen yang terkait dengan lingkungan maka peraturan
tersebut dirubah ke Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (KepMenLH) No. :
127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan
Dalam

Pengelolaan

Lingkungan

Hidup,

yang

mencakup

pengendalian

pencemaran air, udara, dan pengelolaan limbah bahan berbahaya beracun (B3).
Dalam penilaian kinerja penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
sebagaimana dilakukan berdasarkan pada kriteria Proper yang meliputi kriteria
ketaatan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri No. 03
tahun 2014 tentang program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hidup dan kriteria penilaian aspek lebih dari yang
dipersyaratkan (beyond compliance) yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri No. 03 tahun 2014 tersebut. Kriteria ketaatan digunakan
untuk menentukan tingkatan proper biru, merah, dan hitam sedangakan kriteria
penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) digunakan
untuk pemeringkatan hijau dan emas atau dengan kata lain pendekatan PROPER
biru, merah dan hitam bersifat parsial pada aspek lingkungan, sementara PROPER
beyond compliance bersifat komprehensif yang melibatkan kegiatan dari hulu
Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
sampai ke hilir di Perusahaan, sehingga dituntut keterlibatan seluruh bagian
di Perusahaan untuk keberhasilannya
5

Lembaga Pelaksana
Untuk mewujudkan Good Environmental Governance maka pelaksanaan
PROPER

dilakukan

melalui

pendekatan

partisipatif

multi

stakeholder.

Pelaksanaan PROPER secara teknis dilakukan oleh Kantor Kementerian


Lingkungan Hidup (KLH), namun dalam beberapa tahapan pelaksanaannya
dilakukan melalui pendekatan partisipatif multi stakeholder yang meliputi tahap
kegiatan, sebagai berikut:
a

Dalam tahapan persiapan dan perencanaan PROPER, dilakukan kegiatan


sosialisasi dengan berbagai stakeholder, antar lain: sektor terkait,

Pemerintah Daerah, dan Lembaga Swadaya Masyarakat.


Proses penilaian PROPER dilakukan melalui beberapa tahapan pengkajian
teknis di internal KLH (peer review), dimulai dari Tim Teknis PROPER

KLH terdiri dari para Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH).


Hasil penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan
disampaikan secara transparan sehingga masyarakat dan atau stakeholder
lainnya dapat

bereaksi terhadap informasi tersebut sesuai dengan

kapasitasnya. (Hadi dan Adji, 2007)


3.6. Katagori Penilaian PROPER
Menurut KLH, untuk memudahkan langkah-langkah proaktif para
stakeholder maka peringkat kinerja penaatan perusahaan dalam PROPER
dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat warna, yaitu:

Peringkat Emas ~ untuk usaha dan atau kegiatan yang telah berhasil
melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan hidup dan atau melaksanakan produksi bersih dan telah

mencapai hasil yang sangat memuaskan.


Peringkat Hijau ~ untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan
upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
mencapai hasil lebih baik dari persyaratan yang ditentukan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peringkat Biru ~ untuk usaha dan atau kegiatan yang telah melaksanakan

upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup dan


telah mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan minimum sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peringkat Merah ~ untuk usaha dan atau kegiatan yang telah

melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan


lingkungan

hidup

tetapi

belum

mencapai

persyaratan

minimum

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Peringkat Hitam ~ untuk usaha dan atau kegiatan yang belum

melaksanakan upaya pengendalian pencemaran dan atau kerusakan


lingkungan hidup
3.7. Katagori Penilaian PROPER Hijau
Berdasakan PerMenLH No. 03 tahun 2014 Tentang Peringkat
Penilaian Peringkat Perusahaan Dalam Penilaian Lingkungan
Hidup (PROPER) peringkat hijau memiliki 2 kriteria penilaian
yakni kriteria penilaian ketaatan dan kriteria penilaian aspek
lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance). Dimana
untuk kriteria penilaian ketaatan aspek-aspek yang dinilai antara
lain:
1 Persyaratan dokumen lingkungan dan pelaporannya
2 Pengendalian pencemaran air
3 Pengendalian pencemaran udara
4 Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
5 Potensi Kerusakan Lingkungan.
Untuk kriteria potensi kerusakan lingkungan didasarkan
pada

hasil

penilaian

semua

tahapan/lokasi

tambang

dengan menggunakan kriteria potensi kerusakan lahan


Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
pada kegiatan pertambangan. Nilai total yang didapat
untuk masing-masing tahapan memberikan kesimpulan
dan

status

pengelolaan

lingkungan

untuk

aspek

pengendalian kerusakan lahan.

Kriteria penilaian ketaatan dilakukan pembaharuan setiap


tahunnya dengan memasukkan peratuan-peraturan terbaru ke
dalam kriteria. Sedangkan kriteria penilaian aspek lebih dari
yang dipersyaratkan (beyond compliance) lebih bersifat dinamis
karena selalu disesuaikan dengan perkembangan teknologi, dan
isu-isu

lingkungan

yang

bersifat

global.

Kriteria

beyond

compliance terdiri atas:


1 Kriteria

Penilaian

Dokumen

Ringkasan

Kinerja

Pengelolaan Lingkungan
Aspek penilaian pada kriteria ini adalah memiliki dokumen
yang berisikan deskripsi secara ringkas dan jelas tentang
keunggulan-keunggulan

lingkungan

yang

ditonjolkan

oleh

usaha dan atau kegiatan untuk penilaian peringkat hijau dan


emas. Penyusunan dokumen ini didasarkan oleh formulir isian
dan bukti-bukti relevan tentang aspek penilaian kinerja lebih
dari ketaatan.

2 Kriteria Penilaian Sistem Manajemen Lingkungan


Suatu unit bisnis dianggap memiliki Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) jika:
a Aspek-aspek lingkungan
tersebut

yang

dikelola

dalam

sistem

diidentifikasi berdasarkan dampak dari kegiatan,

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
produk atau juga yang dihasilkan oleh unit bisnis yang
bersangkutan. Jika unit bisnis tersebut merupakan anak
perusahaan

dari

suatu

induk

korporasi,

maka

harus

dibuktikan bahwa aspek-aspek lingkungan yang dikelola


memang spesifik untuk unit bisnis yang bersangkutan.
b Aspek-aspek lingkungan yang dikelola dalam sistem
manajemen lingkungan mencakup seluruh kegiatan utama
dalam unit bisnis yang bersangkutan. Jika cakupan sistem
manajemen lingkungan hanya sebagian kecil atau bukan
kegiatan utama, maka unit bisnis tersebut tidak dianggap
memiliki sistem manajeman lingkungan.

3 Kriteria Penilaian Pencapaian Di Bidang

Efisiensi

Energi
Kegiatan efisiensi energi yang dinilai dalam kriteria penilaian
Proper ini adalah upaya perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi

pemakaian

Peningkatan

Efisiensi,

energi

melalui

Retrofit

kegiatan-kegiatan

(penggantian/perbaikan)

peralatan yang ramah lingkungan, Efisiensi di Bangunan,


Efisiensi dalam Sistem Transportasi.
4 Kriteria Penilaian Pengurangan Dan Pemanfaatan
Limbah Bahan Bahaya dan Beracun
Dalam kriteria penilaian pengurangan dan pemanfaatan
limbah B3 indikator penilaian dilihat dari ada atau tidaknya
kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan untuk mengurangi
dan memanfaatkan limbah B3 dan pelaporan pelaksanaan dari
kebijakan tersebut.
5 Kriteria Penilaian Penerapan Prinsip Pengurangan 3R
(Reuse, Reduse, dan Recycle) Limbah Padat Non B3

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Pada kriteria pemanfaatan limbah padat non B3 perusahaan
harus memiliki kebijakan tertulis mengenai pemanfaatan
sampah. Implementasi dari kebijkan tersebut antara lain:
- Melakukan pengurangan sampah dari jumlah yang
-

dihasilkan dari perhitungan tahun sebelumnya.


Melakukan
kegiatan
pemanfaatan
sampah

menunjukan inovasi dalam pengelolaan sampah.


Kegiatan pemanfaatan sampah berkontribusi secara

signifikan terhadap upaya pemberdayaan masyarakat.


Memiliki dan mengimplementasikan kebijkan Extended

dan

Producer Resposible untuk pengelolaan sampah dari


hasil kegiatan yang dihasilkannya.
6 Kriteria Penilaian Pengurangan Pencemar Udara dan
Emisi Gas Rumah Kaca
Pada kriteria pengurangan pencemar udara dan emisi gas
rumah kaca adapun indikator penilaian antara lain:
a Pengurangan pencemaran udara yang termasuk dalam
lingkup

penilaian Proper ini adalah seluruh kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi emisi bahan


pencemaran udara ke lingkungan dan upaya tersebut tidak
menyebabkan pencemaran ke media lain secara signifikan.
b Pencemaran udara yang dimaksud dalam huruf a adalah
parameter pencemaran udara konvensional yaitu sulfur
dioksida, partikulat, hidrokarbon, hidrogen sulfida dan
parameter Gas Rumah Kaca yaitu Karbon Dioksida, Methan,
Nitrogen Oksida dan Flouronated Gases (bahan perusak
Ozone).
7 Kriteria Penilaian Pencapaian Di Bidang Efisiensi Air
Dan Penurunan Beban Pencemaran Air
Penilaian konservasi air dalam peringkat hijau dan emas ini
meliputi

aspek

reklamasi

air,

daur

ulang,

pemanfaatan

kembali, dan peningkatan kinerja sistem penyediaan air.


Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Reklamasi Air adalah pengolahan atau pemrosesan air limbah
untuk dapat digunakan kembali sesuai dengan

tujuan yang

ditetapkan dan memenuhi kriteria kualitas air sesuai peraturan


yang berlaku. Daur ulang air adalah pemanfaatan air limbah
yang telah diolah dan dikembalikan ke dalam proses produksi.
Pemanfaatan air adalah penggunaan air limbah yang
telah di olah untuk kegiatan yang lain seperti irigasi dan air
pendingin, dengan catatan kualitas air telah memenuhi baku
mutu

jika

pemanfaatan

diaplikasikan

ke

lingkungan.

Peningkatan kinerja sistem penyediaan air dilakukan dengan


mencegah terjadinya kehilangan air akibat kebocoran, atau
perbaikan sistem sehingga jumlah air yang hilang mengalami
penurunan.
8 Kriteria

Penilaian

Hayati
Penilaian

Perlindungan

perlindungan

Keanekaragaman

keanekaragaman

peringkat hijau dan emas ini meliputi:


a Konservasi insitu, meliputi metode

hayati

dan

alat

dalam
untuk

melindungi spesies, variabilitas genetic dan habitat dalam


ekosistem lainnya. Pendekatan insitu meliputi pengelolaan
kawasan lindung seperti: cagar alam, suaka margasatwa,
taman

nasional,

taman

wisata

alam,

hutan

lindung,

sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan mangrove,


terumbu karang, kawasan plasma nuftah dan kawasan
bergambut, termasuk pengelolaan satwa liar dan strategi
perlindungan sumberdaya di luar kawasan lindung.
b Konservasi Eksitu, meliputi metode dan alat

untuk

melindungi spesies tanaman, satwa liar dan organism mikro


serta varietas genetic di luar habitat atau ekosistem aslinya.

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
Kegiatan yang umum dilakukan antara lain penangkaran,
penyimpanan atau pengklonan karena alasan:
1 habitat mengalami kerusakan akibat konversi;
2 materi tersebut dapat digunakan untuk penelitian,
percobaan, pengembangan produk baru atau pendidikan
lingkungan.

Dalam

metode

tersebut

termasuk

pembangunan kebun raya, koreksi mikrologi, museum,


bank bibit, koleksi kultur jaringan dan kebun binatang.
c Restorasi dan rehabilitasi, meliputi metode, baik insitu
maupun eksitu, untuk memulihkan spesies,

varietas

genetic, komunitas, populasi, habitat dan proses-proses


ekologis. Restorasi ekologis biasanya melibatkan upaya
rekonstruksi ekosistem alami atau semi alami di daerahdaerah yang mengalami degradasi, termasuk reintroduksi
species asli, sedangkan rehabilitasi melibatkan upaya untuk
memperbaiki proses-proses ekosistem, misalnya daerah
aliran

sungai,

tetapi

tidak

diikuti

dengan

pemulihan

ekosistem dan keberadaan spesies asli.

9 Kriteria

Penilaian

Pemberdayaan

Masyarakat

(Community Development)
Pada

penilaian

kriteria

pengembangan

masyarakat

implementasi dari program tersebut antara lain:


-

Memiliki komitmen untuk memecahkan dampak penting


yang diakibatkan oleh perusahaan dan memiliki upaya
yang jelas untuk memitigasi dampak tersebut yang
tercermin

dalam

kebijakan,

keuangan perusahaan.
Memiliki strategi yang

struktur

tertulis

dan

organisasi,

dan

dikomunikasikan

kepada pemangku kepentingan untuk mengembangkan


penghidupan masyarakat yang berkelanjutan.

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
-

Dapat

menunjukkan

pengembangan

dari

segi

masyarakat

pendanaa,
(CD)

lebih

program
besar

dibandingkan dengan kegiatan yang bersifat karitatif.


3.8. Mekanisme Penilaian PROPER Hijau
Kementrian Lingkungan Hidup memberikan kesempatan kepada perusahaan
peserta PROPER untuk melakukan penilaian sendiri terhadap penataan
pengelolaan lingkungan yang dilakukannya. Perusahaan yang diberi kesempatan
melakukan penilaian sendiri adalah perusahaan peserta PROPER yang telah
mendapat katagori taat (peringkat biru / peringkat hijau dan / peringkat emas)
selama 3 tahun berturut-turut sejak penilaian PROPER sejak tahun 2009/2010,
2010/2011, dan 2011/2012. (Kementerian Lingkungan Hidup, 2015)
Mekanisme penilaian mandiri merupakan bentuk penghargaan kepada
perusahaan yang termasuk kriteria taat untuk melakukan evaluasi ketaatan
lingkungan secara mandiri tanpa kunjungan pengawasan langsung. Namun,
mekanisme penilaian secara mendiri bukan jaminan ketaatan bagi perusahaan.
Dengan penerapan mekanisme ini keuntungan yang didapat bagi perusahaan
antara lain:
- Membangun sistem internal perusahaan dalam pemenuhan ketaatan
-

lingkungan.
Waktu penyiapan data yang lebih panjang daripada pengawasan langsung.
(Kemen LH,2015)

Tahapan mekanisme penilaian mandiri (Self Assessment) dapat dilihat pada


gambar 3.1 berikut:

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Gambar 3.1 Tahapan Mekanisme Penilaian PROPER Mandiri (Self Assesment)


3.9

Health, Safety, Security, and Enviroment (HSSE)


HSSE adalah singkatan dari Health, Safety, Security and Environment.

HSSE merupakan salah satu bagian dari manajemen sebuah perusahaan. Di


perusahaan, manajemen HSSE biasanya dipimpin oleh seorang manajer HSSE,
yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan seluruh
program HSSE (Koestoer, 2014).
HSSE distrukturkan secara sistematis sebagai sebuah sistem manajemen
sebuah organisasi untuk mencapai tujuan, sasaran dan visinya dalam aspek
Keselamatan, Kesehatan dan Keamanan kerja serta Lingkungan. Sebagai sebuah
sistem, maka ini adalah panduan dan aturan main bagi semua jajaran baik team
manajemen maupun pekerja dan sub lini organisasi yang ada dalam organisasi
/perusahaan. Beberapa perusahaan mengintegrasikan sistem manajemen HSSE ini
dengan Sistem Manajemen Sekuriti (Security) dan/atau Mutu (Quality). Bahkan
ada yang mengintegrasikan dengan semua aspek, spt. HR, Finance, Marketing dll,
sehingga terkadang nama sebuah sistem tidak lah terlalu penting, karena yang
essential adalah refleksi dari sistem itu sendiri dalam implementasinya. (Koestoer,
2014)
Sebagai sebuah sistem manajemen modern, maka dokumentasi untu
panduan dan pengimplementasikan harus disusun dan disahkan untuk digunakan.
Jenis dan tipe dokumen - dokumen tersebut tergantung dari besar kecilnya sebuah
perusahaan, jenis usaha, proses yang yang dilakukan, akan tetapi setidak tidaknya
secara umum dokumen - dokumen tersebut adalah :

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
1
2

Kebijakan HSSE
Proses Proses yang di perlukan dan dilakukan untk operasioonal perusahaan

dan pengendaliannya.
Prosedur - prosedur yang dibutuhkan untuk operasional perusahaan dan

4
5

pengendaliannya
Panduan
Form - form isian yang berguna untuk kerangka pencatatan sebuah akyifitas
dan bukti pencapain sebuah proses tertentu. (Koestoer, 2014)
Untuk jenis jenis dokument yang di atas, sudah ada standard - standard atau

batasan baik skala International maupun National HSSE seperti:

ISO 14001 untuk Sisten Manajemen Environment.


OHSAS 18001 untuk Occupational Health and Safety.
OSHA untuk Occupational Health and Safety.
K3 untuk Occupational Health and Safety (standard Depnaker Indonesia).
ISM - untuk Occupational Heath and Safety. (Koestoer, 2014)

Laporan Kerja Praktek PT Pertamina EP Asset 1 Field Jambi

Anda mungkin juga menyukai