TL 2203
MODUL I
TEKNIK DASAR LABORATORIUM UNTUK ISOLASI, PEMURNIAN, DAN
KARAKTERISTIK BENTUK KOLONI
Nama/NIM
: 1. Diana
15313047
2. Ramadian Irvanizar
15313061
15313076
Kelompok/Shift
: 15/Rabu Siang
Tanggal Praktikum
: Laurentia Mutiara SW
Asisten
: 1. Agung Kusumawardhana
2. Ayu Listiani
3. Fadya Syifa Hani
4. Amrini Amalia S
5. Laurentia Mutiara SW
Analis
: Didit Trihartono
Teknisi
: Oleh
MODUL 1 PERCOBAAN 1
TEKNIK TRANSFER KULTUR SECARA ASEPTIK
I. Tujuan Percobaan
Mengenal teknik pemindahan biakan mikroorganisme untuk subkultur secara aseptik.
II.
Prinsip Percobaan
Biakan mikroorganisme dipindahkan dari satu medium ke medium lain dengan teknik
subkultur. Berikut adalah beberapa prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan transfer
secara aseptik:
1. Disinfeksi daerah bekerja, yaitu sterilisasi meja kerja sebelum melakukan percobaan
dengan menggunakan desinfektan yang bertujuan untuk membunuh sel vegetatif dan
virus, misalnya dengan menggunakan betadine.
2. Jarum oose digunakan untuk keperluan transfer mikroorganisme dari dan kepada
berbagai medium pertumbuhan dengan catatan harus disterilkan sebelum dan sesudah
penggunaan dengan menggunakan pembakar Bunsen. Penggunaan jarum oose ini
berbeda untuk setiap medium yang digunakan. Jika tabung berisi medium cair, maka
jarum oose dimasukkan lalu digoyang-goyangkan agar memastikan bakteri terlepas ke
dalam medium. Jika tabung berisi medium agar miring, maka proses inokulasi
dilakukan dengan menggesek permukaan agar dari bawah ke atas secara zig-zag. Jika
tabung berisi agar tegak, maka jarum oose harus di-stab ke dalam medium agar.
3. Pembakaran tabung kultur dan inokulasi cawan petri, dilakukan sebelum dan sesudah
dimasukkannya jarum oose pada saat melakukan inokulasi kultur bakteri.
4. Inokulasi cawan petri, pada saat melakukan inokulasi, cawan petri hendaknya dibuka
secukupnya untuk kemudian dilakukan metode penggesekkan tertentu oleh jarum
oose pada medium agar tanpa membuat permukaan agar pecah.
5. Disinfeksi terakhir meja kerja, dilakukan setelah selesai bekerja, bertujuan untuk
memastikan bahwa semua mikroorganisme yang terlibat dalam percobaan telah mati.
Prosedur-prosedur di atas harus dilakukan supaya dapat menjaga kondisi sebelum,
sesudah dan pada saat praktikum berlangsung tetap aseptik. Kondisi aseptik ini bertujuan
untuk mencegah kontaminan lain yang tidak diperlukan dalam percobaan masuk dan
mengganggu hasil percobaan.
III.
Teori Dasar
Cawan petri yang biasa digunakan adalah cawan petri berdiameter 15cm. Medium yang
digunakan berasal dari 15-20 ml dalam tabung reaksi/250-500 ml dalam labu Erlenmeyer.
Medium akan mulai memadat pada suhu 40oC. sesudah dilakukan inokulasi, cawan petri
diinkubasi dalam keadaan terbalik untuk mencegah kondensasi yang terbentuk selama proses
pemadatan.
III.3 Peralatan Transfer
Setiap proses transfer dinamakan subkultur yang harus dilakukan pada kondisi steril
untuk mencegah kemungkinan kontaminasi. Salah satu jenis alat yang digunakan untuk
melakukan transfer adalah jarum oose yang terbuat dari metal seperti nikrom/platinum. Jarum
ini mudah disterilisasi dengan membakarnya pada pembakar Bunsen. Alat lain yang
digunakan dalam transfer adalah pipet yang khusus digunakan untuk memindahkan zat cair.
Sterilisasi pipet dilakukan dengan membungkus pipet dengan kertas coklat lalu diproses
dalam autoclave.
III.4 Ruang Kultivasi
Inkubator digunakan untuk mendapatkan temperature yang paling optimal dalam
pertumbuhan mikroorganisme. Alat lain ada yang menggunakan thermostat yang dikontrol
shaking waterbath dengan keuntungan transfer panas yang lebih cepat dan seragam,
pengadukan/pengocokan yang meningkatkan aerasi tetapi hanya dapat digunakan untuk
medium cair/kaldu.
IV.
V.
Hasil Pengamatan
Percobaan ke-
Foto
Hasil Pengamatan
1. (i)
(transfer
medium cair ke
medium
medium
masih
bening,
tidak
berwarna
cair
lainnya)
1. (ii)
(transfer
dari
medium
agar
jernih.
miring
medium
ke
agar
miring lainnya)
saat
melakukan
inokulasi
1. (iii)
(transfer
dari
medium cawan
petri
medium
miring)
ke
agar
VI.
Analisis Percobaan
Dari hasil percobaan dapat dilihat perbandingan pada media yang digunakan, antara
hari Rabu, 11 Februari 2015 (saat percobaan dilakukan) dengan hari Kamis, 12 Februari 2015
dan hari Senin, 16 Februari 2015 (saat pengamatan H+1 dan H+5).
Pada medium cair, terlihat perbedaan antara saat hari percobaan dan saat hari
pengamatan. Pada hari percobaan, medium cair bening dan jernih, sedangkan pada hari
pengamatan medium cair menjadi agak keruh dan berwarna putih. Hal ini menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri yang terjadi pada medium cair.
Pada medium agar miring (yang ditransfer dari agar miring berisi biakan bakteri
Pseudomonas sp.), terlihat perbedaan antara saat baru ditransfer pada hari percobaan dan saat
hari pengamatan. Pada hari percobaan, medium agar miring berwarna kekuningan tetapi
jernih, sedangkan pada hari pengamatan pada medium agar miring terdapat substrat berwarna
putih bekas penggoresan. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Pseudomonas
sp. yang terjadi pada medium agar miring.
Pada medium agar miring (yang ditransfer dari cawan petri yang berisi kultur bakteri),
terlihat perbedaan antara sesaat setelah ditransfer dan saat hari pengamatan. Pada hari
percobaan, medium agar miring berwarna kekuningan tetapi jernih, sedangkan pada hari
pengamatan terdapat substrat putih bekas hasil penggoresan. Hal ini menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri yang terjadi pada medium agar miring.
Percobaan percobaan di atas menggunakan teknik transfer kultur secara aseptik.
Dalam melakukan langkah langkah percobaan ini perlu berhati hati agar alat yang
digunakan tetap bersifat aseptik. Mulai dari pembukaan tabung atau cawan yang berisi kultur
bakteri, jarum oose yang digunakan, pemindahan, hingga penutupan tabung atau cawan
tempat pemindahan bakteri, semuanya sangat dijaga agar tetap aseptik. Hal ini sangat penting
untuk menghindari kontaminasi bakteri lain yang ada di lingkungan laboratorium tempat
bekerja. Kontaminasi bakteri lain akan mengganggu hasil pekerjaan dan hasil pengamatan.
Setelah percobaan ini selesai dilakukan, semua tabung reaksi dan cawan petri
dimasukkan ke dalam inkubator. Tujuannya adalah agar bakteri dapat tumbuh secara
optimum. Pada inkubator diatur suhu sedemikian rupa (25 o atau 37o Celsius) sehingga bakteri
dapat tumbuh secara optimal. Selain itu, cawan petri diletakkan terbalik supaya jika terbentuk
uap air tidak akan merusak permukaan agar dan menghambat pertumbuhan bakteri.
VII.
Kesimpulan
Teknik transfer kultur secara aseptik digunakan untuk memindahkan kultur biakan
mikroorganisme dari satu medium ke medium lainnya. Kondisi aseptik yang dibuat bertujuan
untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme lain yang berada di udara pada tabung reaksi
atau cawan petri yang akan di amati, sehingga pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan
dapat berlangsung secara optimum dan tidak terjadi kekeliruan pada saat pengamatan. Bakteri
dapat hidup di dalam dua media, yaitu media cair (kaldu) dan media padat (agar nutrisi).
VIII. Daftar Pustaka
Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta.
MODUL 1 PERCOBAAN 2
TEKNIK ISOLASI KULTUR MURNI
Tujuan
Melakukan metode tuang, gesek, dan sebar untuk memisahkan sel-sel dari kultur
Prinsip
Teknik yang biasa digunakan untuk mengisolasi koloni terpisah mengharapkan jumlah
Teori Dasar
Populasi mikroba di alam sekitar sangat kompleks dan terdapat dalam jumlah yang
banyak sekali serta sangat beraneka ragam. Maka dari itu diperlukan teknik yang dapat
memisahkan populasi campuran yang kompleks ini dan membuat biakan campuran menjadi
biakan murni yang terdiro dari suatu populasi sel yang semuanya berasal dari satu sel induk.
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya
dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik.
Mikroorganisme yang dibiakkan di laboratorium biasanya menggunakan bahan
nutrient yang disebut medium. Medium ini terbagi menjadi tiga bentuk yaitu kaldu/cairan,
padatan, dan setengah padatan (semisolid). Media untuk biakan murni yang solid dapat
berupa agar miring, agar tegak, maupun agar plate.
Dalam pemisahan biakan murni, tidak hanya membutuhkan medium untuk tempat
pertumbuhannya tetapi juga diperlukan teknik isolasi. Ada beberapa metode untuk
menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak,
dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan
metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium petridisk, dapat digunakan
metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang) atau spread plate (metode
sebar). Teknik isolasi yang paling umum digunakan adalah metode gores (streak plate),
metode tuang (pour plate), dan metode sebar (spread plate).
TEKNIK
PENJELASAN
(streak plate)
Metode Sebar
(spread plate).
PENYAJIAN SKEMATIS
Metode Tuang
(pour plate)
IV.
V.
Hasil Pengamatan
Metode Gores (streak plate)
Teknik
Quadran A
Keterangan
Sebelum diinkubasi:
Tidak tampak hasil
goresan
Setelah diinkubasi:
Bakteri tumbuh
mengikuti pola tipe
goresan kuadran A
Sebelum diinkubasi:
Tidak tampak hasil
Quadran B
goresan
Setelah diinkubasi:
Bakteri tumbuh
mengikuti pola tipe
goresan kuadran B
Sebelum diinkubasi:
Tidak tampak hasil
Radian Streak
goresan
Setelah diinkubasi:
Bakteri tumbuh
mengikuti pola tipe
goresan Radiant
Streak
Sebelum diinkubasi:
Tidak tampak hasil
goresan
Continuos
Setelah diinkubasi:
Streak
Bakteri tumbuh
mengikuti pola tipe
goresan Continuos
Streak
Keterangan
Sebelum diinkubasi:
Bakteri belum terlihat
Setelah diinkubasi:
Spread plate
Keterangan
Setelah diinkubasi:
Jumlah koloni; Paling
sedikit dibandingkan
Pour plate 1
Setelah diinkubasi:
Jumlah koloni; Lebih
sedikit dibandingkan
Pour plate 2
Setelah diinkubasi:
Warna: putih
Jumlah koloni; Lebih
banyak dibandingkan
Pour plate 3
VI.
Analisis
Metode streak plate dan metode spread plate memiliki cara yang hampir serupa
memindahkan bakteri dengan jarum. Namun pada metode spread plate, bakteri yang telah
ditempatkan di bagian tengah cawan petri diratakan lagi dengan batang gelas berbentuk L.
Sedangkan pada metode pour plate medium agar dipanaskan dahulu sampai mengencer.
Pada isolasi koloni dengan metode streak plate, koloni bakteri yang tumbuh
seharusnya akan mengkuti pola dari goresan jarum pada medium agar di cawan petri. Metode
yang digunakan dalam teknik Streak plate ini adalah Quadrant Streak A, Quadrant Streak B,
Radiant Streak, dan Contiunous Streak. Pada hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa
bakteri berkembang cukup pesat setelah dikeluarkan dari inkubator. Hal ini dapat dibuktikan
adanya bakteri di tempat goresan serta adanya bakteri di luar goresan meskipun bentuknya
tidak sempurna seperti quadrant streak B yang seharusnya. Bakteri yang tumbuh diluar
goresan merupakan bakteri yg didapat dari kontaminan udara. Hal ini dapat terjadi
dikarenakan kecerobohan praktikan yang kurang menerapkan teknik aseptis ketika
melakukan isolasi. Sedangkan jika bentuk dari keempat goresan kurang sempurna,
dikarenakan goresan yg dibuat kurang hati-hati dan mungkin ada bagian agar yang tercungkil
sedikit atau juga karena kesalahan penggoresan sehingga penggoresan dilakukan berulangulang dan menghasilkan pola yang tidak jelas.
Pada metode spread plate, sesuai dengan namanya, seharusnya bakteri akan tumbuh
menyebar di cawan petri. Pada praktikum kali ini, koloni menyebar pada cawan tetapi tidak
merata, jadi terdapat beberapa lokasi yang lebih banyak ditumbuhi mikroorganisme
dibandingkan dengan daerah lainnya, Dalam melakukan metode spread plate ini, dapat
dilihat bahwa bakteri tersebar cukup merata di tempat goresan, walaupun ada beberapa
bagian yang membentuk seperti bolongan. Hal ini mungkin terjadi karena saat melakukan
penyebaran dengan batang gelas berbentuk L kurang sambil memutar cawan serta terlalu
tekan saat menyebar mikroorganisme dapat menyebabkan medium agarnya rusak pada
sebagian tempat atau juga batang L yang digunakan terlalu panas akibat dipanasi api terlebih
dahulu dan terlalu lama. Akibatnya ,media terkontaminasi oleh panas dan saat meratakan
biakan atau biakan tidak merata saat batang L digunakan oleh praktikan. Hal ini
menyebabkan bakteri hanya tumbuh di beberapa bagian saja dan tidak merata.
Metode lainnya untuk melakukan isolasi koloni dari kultur campuran yaitu dengan
metode pour plate yang membutuhkan rangkaian pengenceran. Pada metode pour plate ini,
menggunakan 3 perlakuan berbeda pada masing-masing tabung yang akan dituang ke cawan
yang kemudian diinkubasi. Perkembangbiakan bakteri pada masing-masing cawan I, II dan
III berbeda-beda. Pada cawan I yang mendapat inokulasi langsung dari biakan, ditumbuhi
bintik-bintik bakteri yang terlihat kecil-kecil. Begitu juga dengan cawan II yang ditumbuhi
koloni bakteri bulatan sedang, masih dapat terlihat jelas.
Hasil yang diharapkan adalah jumlah bakteri semakin sedikit di tiap cawan karena
bakteri pada jarum telah tertanam pada medium sebelumnya dan pada cawan yang terakhir
dapat dihasilkan koloni bakteri yang lebih sedikit. Pada cawan petri II jumlah bakteri lebih
sedikit dan berkoloni daripada pada cawan petri I, namun pada praktikum ini terjadi anomali
yaitu jumlah bakteri yang tumbuh di cawan petri III lebih banyak daripada cawan petri II. Hal
tersebut pula dapat diakibatkan oleh kelalaian praktikan sehingga masuknya kontaminasi dari
udara yang menjangkit cawan petri ke III sehingga mikroorganisme dalam caawan menjadi
jauh lebih banyak.
Perbedaan perlakuan masing-masing cawan, berdampak pula pada perkembangan
bakterinya. Pada percobaan pour plate sangat diperlukan kecepatan gerak dalam
pencampuran dan penuangan agar cair ke cawan petri, sedangkan cawan III, merupakan
cawan yang paling terakhir yang mendapat tuangan agar. Jadi karena terlalu lama, sebagian
agar cair dalam tabung mengeras karena medium agar mampu mengeras pada suhu kamar,
akibatnya medium perkembangan bakteri yang akan diinkubasi di cawan III menjadi tidak
didapatkan koloni yang diinginkan. Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan tidak
tumbuhnya bakteri, seperti agar nutrien yang tidak higienis, tata cara inokulasi yang tidak
benar, mulut tabung dan cawan yang tidak didekatkan pada pembakar Bunsen, atau keadaan
agar yang belum cair kemudian sudah dimasukkan ke dalam cawan petri.
Pada analisis ini terdapat perbandingan mengenai keefektifan teknik mana yang lebih
baik dalam memisahkan dan membiakan kultur murni, yakni antara teknik streak plate yang
hampir sama dengan teknik spread plate serta pour plate. Pada percobaan ini, dalam
penggunaan isolasi bakteri dari hasil teknik streak plate, biakan kultur murni yang dihasilkan
merata ke seluruh bagian permukaan. Sedangkan dalam penggunaan isolasi bakteri dari hasil
teknik pour plate, biakan kultur murni yang dihasilkan tidak merata ke seluruh bagian
permukaan dan menggumpal pada bagian-bagian tertentu. Sehingga metode yang efektif
untuk memisahkan biakan kultur murni adalah dengan menggunakan teknik streak plate,
dikarenakan hasil bakteri yang dibiakan lebih merata dan kemungkinan bakteri berkumpul
dalam bentuk koloni yang bercampur lebih sedikit sehingga lebih memudahkan apabila ingin
mengambil bakteri yang berada dalam satu koloni.
VII.
Kesimpulan
1. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni baik dari
metode yang berbeda-beda. Memisahan koloni dari kultur campuran dapat
menggunakan metode streak plate, spread plate, dan pour plate. Metode gores
(streak plate) dilakukan dengan cara menggoreskan biakan bakteri ke cawan petri
yang berisi media NA. Terdapat 4 cara metode gores: Quadrant Streak A,
Quadrant streak B, Radiant Streak, Continous Streak. Metode sebar (spread plate)
dilakukan dengan cara menyebarkan biakan bakteri di atas NA dengan
menggunakan batang gelas L. Metode tuang (pour plate) dilakukan dengan
menuangkan nutrisi agar yang dicairkan ke atas cawan petri yang sebelumnya
telah di goreskan bakteri.
2. Setelah masa inkubasi, biakan murni akan terlihat secara kasat mata dan dapat
diidentifikasi dengan melihat bentuk, ukuran dan warna koloni serta cembung
atau tidaknya koloni. Kontak dengan udara sangat berpengaruh pada
pertumbuhan koloni di media agar ini, sehingga ketika menginokulasikan biakan
murni ke dalam cawan petri, seharusnya dilakukan berdekatan dengan pembakar
Bunsen.
VIII.
Daftar Pustaka
Tujuan
Menyiapkan kultur stok organisme dari hasil isolasi biakan campuran pada bagian A.
II.
Prinsip Dasar
Saat terpisah-pisah, koloni dapat berkembangbiak dengan baik pada permukaan
nutrien agar. Tiap jenis koloni diambil dengan jarum penanam steril dan dipindahkan ke agar
miring. Tiap biakan agar miring menggambarkan pertumbuhan spesies bakteri tunggal dan
disimpan sebagai biakan murni.
III.
Teori Dasar
Pertumbuhan dan perkembangan mikroba, diperlukan substrat yang disebut media.
Sebelum dipergunakan media harus dalam keadaan steril. Medium adalah bahan yang biasa
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau di dalamnya. Langkah awal
yang dilakukan sebelum menumbuhkan mikroorganisme adalah dengan memahami
kebutuhan dasar lalu mencoba memformulasikan satu media yang memberikan hasil terbaik.
Persyaratan nutrient mikroorganisme-mikroorganisme sangat beragam, namun sebagai
makhluk hidup mempunyai kebutuhan dasar yang sama, yaitu meliputi air, karbon, energi,
mineral dan faktor tumbuhan.
Dalam pemurnian mikroba dikenal istilah yaitu isolasi mikroba dan kultur murni.
Isolasi mikroba adalah memindahkan mikroba dari lingkungannya dengan mengisolasi
mikroba bakteri yang diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan
segera di singkirkan, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Kultur murni adalah kultur yang sel-sel mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu
sel tunggal, artinya mikroba ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan dengan
kata lain bakteri di isolasikan agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan nantinya dalam
kegiatan praktikum. Objek yang harus diperhatikan adalah bakteri.
Medium yang biasa digunakan dalam teknik isolasi dari lingkungan adalah medium
agar NA atau PDA. NA atau Nutrisi Agar merupakan media paling umum untuk pertumbuhan
bakteri. PDA atau Potato Dextrose Agar merupakan media pertumbuhan yang lebih disukai
jamur. Biasanya pemilihan medium yang dipakai bargantung pada banyak faktor seperti apa
jenis mikroorganisme yang akan ditumbuhkan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam melakukan isolasi mikroba yaitu sebagai berikut:
1. Sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi.
2. Tempat hidup atau asal mikroba tersebut.
3. Medium untuk pertumbuhan yang sesuai.
4. Cara menginokulasi mikroba.
5. Cara inkubasi mikroba.
6. Cara menguji bahwa mikroba yang diisolasi telah berupa kultur murni yang sesuai.
7. Cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan kultur murni.
IV.
V.
Hasil Pengamatan
Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A (Streak plate)
Foto
Hasil Pengamatan
VI.
Analisis
Dari hasil percobaan bagian A, bakteri dipindahkan dari cawan petri ke medium agar
miring untuk dibiakkan. Kemudian muncul goresan berwarna putih kekuningan sesuai
goresan jarum yang menunjukkan adanya bakteri yang berkembangbiak.
Dari hasil praktikum ini, mikroorganisme yang kami isolasi dapat tumbuh pada
medium agar yang telah kami siapkan. Hal ini terlihat dengan adanya goresan berwarna putih
kekuningan dan timbul pada medium agar yang menandakan mikroorganisme tersebut dapat
tumbuh.
Pada percobaan Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A (Streak plate) dengan
bakteri dari cawan petri bagian A yang menggunakan metode streak plate dan medium media
nutrisi agar. Perubahan setelah diinkubasi adalah terdapat butir-butir putih lebih keruh dan
terdapat garis zig-zag yang tipis yang tidak merata tetapi lebih tebal dari sebelumnya.
Perubahan-perubahan tersebut menandakan akan adanya aktivitas mikroorganisme dalam
medium tersebut, atau dengan kata lain terdapat bakteri yang hidup pada medium
tersebut.Garis zig-zag yang tipis disebabkan karena ada pelaksanaan pada percobaan yang
kurang sesuai yakni jarum oose yang di gesekan pada medium tidak begitu kena pada
medium, selain itu teknik penggoresannya juga kurang rapih sehingga menyebabkan
pertumbuhan bakterinya tidak merata, menyebar dan keluar dari hasil garisteknik gores yang
telah dibuat.
Pada percobaan Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A (Pour plate) dengan
bakteri dari cawan petri bagian A yang menggunakan metode pour plate dan medium media
Nutrisi Agar, perubahan yang terjadi setelah diinkubasi adalah terdapat butir-butir kuning
yang lebih banyak dan menggumpal. Perubahan-perubahan tersebut menandakan akan
adanya aktivitas mikroorganisme dalam medium tersebut, atau dengan kata lain terdapat
bakteri yang hidup pada medium tersebut. Dalam percobaan ini digunakan penggoresan zigzag pada medium sebelum diinkubasi, akan tetapi hasil yang teramati adalah tidak nampak
garis yang telah dibuat pada saat penggoresan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada saat
melakukan penggoresan yang kurang merata dan terlalu menekan sehingga menyebabkan
juga pertumbuhan bakteri menjadi tidak merata dan menggumpal pada bagian-bagian
tertentu.
Bentuk pertumbuhan koloni dilihat dari penampakan atas warna tepi atau lainnya
adalah sebagai berikut. Bila kita menggunakan teknik menggores yang baik maka pada suatu
area tertentu pada permukan medium yang digores, sel-sel bakteri akan terpisahkan antara
satu dengan yang lainnya. Sel-sel tunggal yang terpisahkan ini di sebut dengan sel induk.
Pada waktu inkubasi setiap sel induk membagi diri dengan pembelahan biner. Sel-sel terus
terbagi sehingga membentuk koloni. Bila setelah masa inkubasi koloni-koloni tersebut saling
terpisahkan cukup jauh dan tidak bersentuhan, maka diperoleh koloni-koloni murni sejenis
yang akan menunjukkan hal yang sama.
Kesimpulan
Pada percobaan Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A (Pour plate) maupun
pada percobaan Isolasi Kultur Murni dari Cawan Petri Bagian A (Streak plate) adalah
menggunakan mikroorganisme hasil isolasi pada bagian A dari 2 teknik isolaso. Setelah
dilakukan inkubasi maka perubahan yang didapat adalah terdapat butir-butir putih lebih keruh
dan terbentuk butir-butir kuning yang lebih banyak dan menggumpal dari teknik pour plate
dan terdapat butir-butir putih lebih keruh serta erbentuk goresan putih berbentuk zigzag
sesuai goresan jarum lebih tebal dari sebelumnya dan tidak merata dari cawan petri teknik
streak plate.
Kultur stok bakteri tersebut didapat dari isolasi bakteri yang berhasil dipisahkan
dengan cara transfer kultur murni seperti pada percobaan I. Teknik isolasi kultur murni adalah
memindahkan mikroba dari lingkungannya dengan mengisolasi mikroba bakteri yang
diperlukan atau dengan kata lain mikroba yang tidak kita butuhkan segera di singkirkan,
sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni adalah kultur yang sel-sel
mikrobanya
berasal
dari
pembelahan
dari
satu
sel
tunggal,
artinya
mikroba
ditumbuhkembangkan dari bakteri yang dihomogenkan dengan kata lain bakteri di isolasikan
agar didapatkan bakteri murni yang dibutuhkan.
VIII.
Daftar Pustaka
Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/36404715/isolasi (tanggal akses: 15 Februari 2011)
Tujuan
Menentukan karakteristik biakan mikroorganisme sebagai salah satu alat bantu untuk
Prinsip
Saat tumbuh pada medium yang berbeda, mikroorganisme akan memperlihatkan
penampakan makroskopis yang berbeda saat tumbuh. Perbedaan ini disebut karakteristik
biakan, digunakan sebgai sebagai dasar pemisahan mikroorganisme ke dalam kelompokkelompok taksonominya. Karakterisitik biakan ini ditentukan dengan menanam organisme
pada medium agar nutrisi miring, agar nutrisi tegak, agar nutrisi cawan petri, kaldu nutrisi,
dan gelatin nutrisi.
III.
Teori Dasar
Untuk keperluan hidupnya, semua makhluk hidup memerlukan bahan makanan.
Bahan makanan ini diperlukan untuk sintesis bahan sel dan untuk mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan bahan-bahan
organik dan anorganik dari lingkungannya. Bahan-bahan tersebut disebut dengan nutrient (zat
gizi), sedang proses penyerapanya disebut proses nutrisi.
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen,
hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau
kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higienis pada
lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba
sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu,
prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higienis adalah untuk mengeliminir dan
meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai
aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon,
sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu,
secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang
penting untuk sintesis biologik oranisme baru.
V.
Hasil Pengamatan
Medium
Agar Nutrisi
Cawan Petri
Foto
Hasil Pengamatan
Awal (12 Januari 2015): Agar
pada cawan petri terlihat bening
Akhir
(16
Januari
2015):
Agar
Nutrisi
Miring
pada
tabung
reaksi
terlihat
(16
Januari
2015):
bening.
Akhir
Terdapat
goresan
berbentuk
kuning
zigzag
yang
Kaldu Nutrisi
(16
Januari
2015):
Gelatin Nutrisi
tabung
reaksi
terlihat
Agar
Tegak
Nutrisi
tabung
reaksi
terlihat
putih
di
permukaan
VI.
Analisis
Pada percobaan karakteristik biakan mikroorganisme, koloni diambil dari biakan
bakteri pada streak plate dan dari pour plate. Pada bagian ini, media yang digunakan adalah
agar nutrisi cawan petri, agar nutrisi miring, kaldu nutrisi, gelatin nutrisi, dan agar nutrisi
tegak. Melalui media yang berbeda-beda ini, karakteristik biakan mikroorganisme dapat
ditentukan. Agar miring diberi koloni dengan cara zigzag, gelatin dan kaldu nutrisi dengan
cara mengocokkan koloni menggunakan jarum inokulasi, dan agar tegak diberi bakteri
dengan memasukkan jarum inokulasi yang lurus. Setelah proses inokulasi, keempat media
tersebut diinkubasi selama 3 hari, dan setelah masa inkubasi terlihat perubahan yang terjadi
pada masing-masing media.
Pada media cawan petri, koloni bakteri tumbuh sesuai dengan pola goresan continous
streak. Koloni yang tumbuh berwarna kuning dan menyebar sesuai arah goresan. Pola yang
terlihat adalah garis goresan yang lebih jelas dan lebih kuning.
Pada media agar nutrisi miring, bakteri yang tumbuh sesuai dengan pola zigzag yang
digores oleh jarum inokulasi. Bentuk koloninya terlihat jelas dan menyerupai rhizoid.
Tujuannya tentu untuk mendapatkan oksigen yang lebih banyak. Koloni yang jelas dan tidak
menyebar menunjukkan bahwa proses inokulasi dilakukan secara steril sehingga tidak adanya
kontaminasi dari bakteri lain yang berpotensi menyebar di luar pola garis.
Pada media kaldu nutrisi, warna kaldu menjadi kuning kepekatan, dan pada
permukaan kaldu terdapat semacam lapisan yang menunjukkan koloni bakteri tumbuh di
permukaan kaldu selama masa inkubasi dengan tempertaur 37o C. Koloni bakteri yang
tumbuh di bagian atas menunjukkan bahwa bakteri tersebut membutuhkan oksigen sehingga
berkumpul di bagian atas agar dekat dengan udara bebas. Artinya, bakteri ini bersifat aerob.
Jenis bakteri pada media ini adalah Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. Perbedaanya adalah,
bakteri Bacillus sp. aktif bergerak di dalam kaldu sehingga tergolong bakteri aerob fakultatif.
Karena bakteri ini dapat tumbuh pada suhu ruang, maka bakteri ini termasuk kelompok
bakteri mesofilik yaitu kelompok yang tumbuh pada rentang suhu 10-45oC dan optimum pada
20-40oC. Selain itu, pada media ini terdapat endapan putih pada dasar tabung dan bakteri ini
diklasifikasikan bakteri anaerob karena endapan tersebut terdapat pada dasar tabung dan tidak
naik ke permukaan tabung. Bakteri ini merupakan Escherechia coli.
Pada media gelatin nutrisi, bakteri membentuk endapan di permukaan gelatin. Pada
permukaannya, terdapat lapisan tipis yang warnanya lebih keruh. Hal ini menunjukkan
adanya pertumbuhan bakteri pada permukaan gelatin. Sama halnya dengan bakteri pada
media kaldu nutrisi, bakteri pada media ini bersifat aerob. Pada gelatin, terdapat sesuatu yang
halus berwarna hitam di tengah-tengahnya
Media terakhir yang digunakan adalah media agar nutrisi tegak. Pada media ini, bateri
ini tumbuh di permukaan agar nutrisi tegak, artinya hal ini menunjukkan bahwa bakteri
tersebut bersifat aerob, sehingga ia akan mencari daerah yang banyak oksigennya. Bakteri
yang digunakan dalam media ini adalah Bacillus sp. Sifatnya adalah obligate aerobe atau
membutuhkan oksigen untuk mempertahankan hidupnya.
VII.
Kesimpulan
Dengan membiakkan mikroorganisme di medium yang berbeda, karakteristik
mikroorganisme dapat dilihat dan ditentukan. Denagan mengetahui karakteristik ini, kita
dapat
menggunakannya
untuk
memisahkan
mikroorganisme
ke
dalam
kelompok
taksonominya. Bakteri yang bersifat aerob akan membentuk endapan di permukaan media
dan bakteri yang bersifat anaerob akan membentuk endapan di dasar medium.
Pada media yang telah diinkoluasikan bakteri, media yang memiliki endapan di
permukaannya menunjukkan bahwa bakteri tersebut adalah bakteri aerob atau membutuhkan
oksigen. Sementara endapan yang berada di dasar media menunjukkan bahwa bakteri
tergolong anaerob atau tidak membutuhkan oksigen. Bakteri sendiri dapat tumbuh pada suhu
ruang antara 10-45oC dan optimum pada 20-40oC. Kelompok bakteri jenis ini adalah bakteri
mesofilik.
VIII. Daftar Pustaka
Pelczar, Michael J.Jr dan E.Cs Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 1. : Jakarta:
Universitas Indonesia-Press.
M. Madigan, et al. 2012. Biology of Microorganisms 13th ed. San Fransisco : Pearson.
MODUL 1 - PERCOBAAN 3
TEKNIK ISOLASI DARI LINGKUNGAN
I.
Tujuan
a. Menentukan jumlah koloni mikroba dan bentuk mikroba yang terdapat di udara,
meja, dan kulit.
b. Mengetahui teknik-teknik isolasi mikroorganisme yang terdapat di udara, meja,
dan kulit.
II.
Prinsip
Bakteri dan jamur hadir tersebar luas dan berasosiasi dengan lingkungan alami, begitu
pula dengan mikroorganisme. Karena itulah kita mesti menyadari betapa pentingnya bekerja
secara aseptik di laboratorium, agar hasil biakan yang didapat tidak terkontaminasi sehingga
dapat mengganggu pengamatan dan analisis akhir. Untuk menggambarkan kehadiran
mikroorganisme di lingkungan, digunakan media Agar Nutrisi (NA) dan Potato Dextrose
Agar (PDA). NA adalah media umum yang digunakan untuk pertumbuhan bakteri sedangkan
PDA media umum yang digunakan untuk pertumbuhan jamur.
III.
Teori Dasar
Di alam, populasi mikroba tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari
campuran berbagai macam sel. Populasi mikroba ini sangat besar jumlahnya dan kompleks.
Mikroba dapat kita temukan di mana saja, seperti di udara, tanah, air, dan komponen
lingkungan lainnya. Sementara di dalam tubuh manusia, mikroba hidup pada saluran
pencernaan, kulit, mulut, dan lain-lain. Di dalam laboratorium, populasi bakteri dapat
diisolasi menjadi kultur murni yang terdiri dari satu jenis, sehingga dapat dipelajari
morfologi, sifat, dan kemampuan biokimiawinya.
Mikroorganisme ini tentunya memerlukan teknik untuk memisahkannya dari populasi
atau biakan campuran ini, menjadi satu spesies yang berbeda-beda sebagai biakan murni.
Untuk memperoleh biakan murni, maka harus dilakukan isolasi.
Isolasi adalah kegiatan untuk memisahkan bakteri yang diinginkan dari bakteri
pengkontaminan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah inokulasi. Inokulasi adalah
tahap penanaman bakteri yang akan dibiakan ke dalam media dengan menggunakan jarum
oose. Peralatan yang digunakan harus steril agar biakan murni yang didapatkan.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, mikroorganisme tersebut dibiakkan pada
bahan nutrien yang disebut media. Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan
yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat
dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi
media pertumbuhannya.
Dalam teknik isolasi dari lingkungan, digunakan dua macam media, yaitu agar nutrisi
(NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA). Media agar nutrisi terbuat dari ekstrak daging dan
pepton sebagai sumber nitrogen ditambah dengan agar yang terbuat dari ekstrak polisakarida.
NA lebih disukai bakteri untuk tumbuh. Sementara PDA terbuat dari kentang sebagai sumber
karbohidrat, dekstrosa, agar, dan asam tartarat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan
mengatur pH media. Media PDA lebih disukai jamur untuk tumbuh.
Pada tahap inokulasi, diperlukan ketelitian tinggi sehingga kita harus bekerja secara
aseptis, atau peralatan yang digunakan harus steril. Tujuannya tidak lain agar tidak terjadi
kontaminasi dan diperoleh biakan murni. Selanjutnya adalah tahap inkubasi, pada tahap ini
sel-sel individu memperbanyak diri dalam waktu 18 hingga 24 jam hingga terbentuk koloni.
Setiap koloni dapat mewakili macam organisme yang berbeda-beda dan setiap koloni
merupakan biakan murni dari satu macam mikroorganisme.
IV.
V.
Hasil Pengamatan
Percobaan
3.1 isolasi Media NA
Foto
Hasil Pengamatan
Kondisi awal (11 Februari
udara
cawan
petri
ini
Isolasi 10 menit
(udara toilet)
halus
yang
Isolasi 10 menit
(udara TU)
bertambah
banyak
dan
bertambah
besar,
yang
Isolasi 10 menit
lab
salju.
Isolasi 10 menit
Isolasi 3 menit
(udara toilet)
Isolasi 3 menit
Isolasi 10 menit
(udara TU)
koloni
Media: PDA
air,
seperti
kristal
Isolasi 3 menit
Isolasi 10 menit
meja
Media: PDA
Metode: Continous streak
cawan
petri
diinkubasi selama
24 jam,
Setelah
inkubasi
putih
mikroorganisme
dan
besar
salju.
Kondisi awal (11 Februari
isolasi
kulit
agar
didalamnya
cawan
petri
ini
pada
terdapat
cawan
titik-titik
petri
kuning
dan
terkonsentrasi
hanya
di
pinggir
Media: NA
petri.
membuktikan
Hal
ini
adanya
Analisis
Pada praktikum tersebut, digunakan dua jenis media biak, yaitu Agar Nutrisi (NA)
dan Potato Dextrose Agar (PDA). Kedua media ini memiliki perbedaan, seperti bahan
pembuatannya dan peruntukan biakannya. Media agar nutrisi terbuat dari ekstrak daging dan
pepton sebagai sumber nitrogen ditambah dengan agar yang terbuat dari ekstrak polisakarida.
NA lebih disukai bakteri untuk tumbuh. Sementara PDA terbuat dari kentang sebagai sumber
karbohidrat, dekstrosa, agar, dan asam tartarat untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan
mengatur pH media. Media PDA lebih disukai jamur untuk tumbuh.
Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan pada isolasi udara, terdapat
perbedaan jumlah koloni dari ketiga jenis isolasi tersebut. Pada tahap awal (inkubasi selama
24 jam), pada cawan petri umumnya mulai terdapat tanda-tanda kemunculan mikroba, baik
pada isolasi udara di toilet, TU, dan laboratorium air. Namun, setelah diinkubasi selama 5
hari, pada semua media mulai muncul mikroba pada cawan petri. Mikroba yang muncul
berwarna putih, kuning, ataupun hitam
Dari hasil pengamatan isolasi udara toilet, isolasi udara selama 10 menit ternyata
menghasilkan koloni bakteri yang lebih banyak dibandingkan saat isolasi udara selama 3
menit. Hal ini disebabkan oleh media terpapar udara lebih lama. Kita tahu bahwa
mikroorganisme hidup di mana saja, termasuk di udara. Akibatnya, ketika terpapar lebih
lama, tentu saja jumlah mikroba yang menempel pada media akan lebih banyak.
Dari segi jumlah koloni, jumlah mikroba pada cawan petri yang diberlakukan isolasi
pada udara toilet memiliki jumlah koloni yang lebih banyak dibandingkan cawan petri
lainnya. Hal ini terjadi baik saat inkubasi 1 hari maupun 5 hari. Dari hasil tersebut, dapat
dikatakan bahwa pada toilet terdapat lebih banyak mikroba dibandingkan di TU atau
laboratorium air.
Sementara, pada isolasi meja, setelah diinkubasi selama 1 hari, belum memunculkan
tanda-tanda kehadiran mikroba. Namun, setelah diinkubasi selama 5 hari, muncul titik-titik
kuning yang berjumlah sedikit dan mikroba yang berukuran besar dan berwarna putih. Titiktitik kuning tersebut diindikasikan sebagai koloni bakteri, sementar mikroba putih yang
berukuran besar seperti kristal salju tersebut diindikasikan sebagai Ascomycota, yaitu
anggota filum fungi yang memiliki ciri-ciri memiliki hifa bersekat dan berinti banyak dan
menghasilkan spora dalam askus (askospora). Hal ini disebabkan karena media yang
digunakan pada Potatao Dextrose Agar (PDA) lebih disukai oleh jamur, sehingga bakteri
yang tumbuh tidak sebanyak di NA. Namun, ascomycota juga ditemukan di media NA. Pada
media PDA dan NA, masing-masing terdapat 1 buah ascomycotina.
Pada isolasi kulit, untuk percobaan pertama, mikoba yang tumbuh sedikit sebab hal
ini berhubungan dengan media biaknya, yaitu PDA. PDA adalah media yang lebih disukai
oleh jamur untuk tumbuh, sementara bakteri lebih menyukai media NA untuk tumbuh.
Jumlah mikroba yang sedikit mengindikasikan bahwa pada kulit praktikan yang diambil
sampelnya, jumlah jamurnya sedikit. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa mikroba dapat
dengan mudah tumbuh jika seseorang mengeluarkan keringat. Kita tahu bahwa keringat
memiliki pH asam yang cocok untuk perkembangbiakan mikroba seperti bakteri. Sementara
pada percobaan kedua yang menggunakan media NA, koloni bakteri lebih banyak ditemukan.
Dari hasil percobaan, diketahui bahwa terdapat koloni yang besar dan kecil. Atau ada
juga cawan petri yang jumlah mikrobanya sangat sedikit. Hal ini disebabkan oleh tidak
meratanya jumlah mikroba yang masuk ke dalam cawan petri, sehingga ada satu sisi yang
lebih banyak mengandung mikroba. Selain itu, di dalam media, terdapat satu sisi yang
kandungan nutrisinya lebih banyak sehingga lebih disukai mikroba untuk tumbuh, sehingga
mikroba tumbuh dengan cepat.
VII.
Kesimpulan
1. Setelah inkubasi selama 5 hari, di dapat mikroba yang berwarna kuning, putih,
atau
6.
7.
8.
9.
Daftar Pustaka
Muntalif, Barti Setiani dan Mayrina Firdayati. 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Lingkungan. Bandung: Prodi Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.