TUGAS 1
NAMA KELOMPOK:
1 ARMEINDA NUR AINI
2 DEA ERVINDA P.
3 FAHRANI WIDYA I.
(3213100012)
(3213100067)
(3213100087)
4 INDAH NUER S.
(3213100092)
5 ANASTASYA PUTRI Y.
(3213100096)
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
BAB 1
bocah
berusia
dua
tahun
di
ditelantarkan
Nigeria.
Anak
laki-laki
karena
dianggap
itu
sebagai
sengaja
dibiarkan
menunggu
kematiannya.
Relawan kemanusiaan Anja Ringgren
Loven menemukan Hope pada 31 Januari
2016 lalu saat sedang berada di jalan
mengais makanan. Khawatir dengan kondisi
Hope,
perempuan
memberikannya
asal
minum
Denmark
serta
itu
makanan.
menghampiri
Hope
dan
tak dapat berdiri ketika meminum air dari botol. Hope ditemukan dalam
kondisi badan yang kurus kering dan tubuhnya dipenuhi cacing. Untuk
bertahan hidup, Hope terpaksa menyantap makanan sisa yang dilempar
ke arahnya oleh warga yang melintas selama kurang lebih delapan bulan.
Loven kemudian menutupi bocah yang
sakit
itu
dengan
selimut
dan
itu disebar oleh Loven, donasi pun datang. Loven melaporkan donasi yang
didapat dari seluruh dunia mencapai USD 1 juta. Loven menambahkan,
dengan uang sebanyak itu dia tidak hanya bisa mengobati Hope tetapi
juga membangun klinik di lahan yang baru.
Loven
sendiri
merupakan
pendiri
African
Children's
Education
Aid
and
Development
Foundation
dari
Hope.
memposting
Organisasi
itu
foto
yang
yang
dicap
sebagai
penyihir
dan
ditelantarkan
oleh
BAB 2
KAJIAN KAIDAH ETIKA
Dalam kasus ini dapat dilihat kejanggalan mengenai nilai etika pada masyarakat
Nigeria yang mungkin tidak mereka sadari adalah hal yang menyimpang, mengingat hal
tersebut dikarenakan kepercayaan yang telah mereka anut selama bertahun-tahun lamanya.
Dan hal ini telah melekat sejak lama dan menjadi bagian dari tradisi kehidupan masyarakat
setempat. Masyarakat Nigeria terutama di Akwa Ibom State , masyarakat kepercayaan
mengedai adanya penyihir yang membawa kesialan di daerahnya, kepercayaan ini sudah ada
berabad abad dalam masyarakat Nigeria. Namun, kepercayaan itu mulai diasosiasikan
terhadap anak-anak sejak 10 tahun terakhir. didukung oleh pernyataan para Pastor di Nigeria
Tenggara bahwa penyakit dan kemiskinan di wilayahnya disebabkan oleh para penyihir
pembawa sial, dan semua yang di klaim sebagai penyihir harus dibersihkan dari wilayah
dengan
cara
dikeluarkan
diusir
atau
bahkan
dibunuh.
(http://edition.cnn.com/2010/WORLD/africa/08/25/nigeria.child.witches/)
Etika normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan diputuskan.
Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam
hidup
ini
sebagai
sesuatu
yang
bernilai.
Etika
deskriptif
(http://islandia.law.yale.edu/representingchildren/rcw/jurisdictions/asse/indonesia/Indon_Child_Prot.htm)
Dari norma sosial dan norma hukum yang ada di Indonesia, terlihat betapa hak
kedamaian dan perlindungan sesama manusia dalam kasus ini terutama anak-anak sangat
dijaga.
Menilik kembali kasus anak yang mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi
karena dituduh penyihir pembawa sial di Nigeria, kami menilai terdapat pergeseran nilai etika
kemanusiaan akibat kondisi kepercayaan masyarakat Nigeria. Akibat keyakinan yang begitu
kuat, sepasang orang tua tega menelantarkan Hope si anak pembawa sial mereka yang
masih berusia 2 tahun ini dalam kondisi sangat mengenaskan, kelaparan, kotor, berpenyakit,
tanpa busana. Yang lebih ironisnya lagi Hope bukan satu-satunya anak yang mengalami
perlakuan serupa. Dan masyarakat di sekitarnya pun seolah sudah menganggap kejadian
tersebut adalah hal yang biasa. Bahkan mereka tak melakukan apapun selain membiarkan
anak tersebut mati kelaparan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan
penyihir pembawa sial ini sudah melekat tidak hanya pada 1 atau 2 keluarga saja namun
sudah berkembang di kalangan masyarakat luas Nigeria. Terlihat bagaimana keyakinan yang
dianut masyarakat dapat menggeser keberadaan nilai-nilai norma kemanusiaan, terutama
etika dalam menghargai hidup manusia itu sendiri. Hal ini diperparah dengan minimnya
pendidikan yang berkembang dalam masyarakat Nigeria, sehingga dengan mudahnya
mempercayai kepercayaan yang tidak masuk akal dan melakukan tindakan yang tidak
manusiawi kepada anak kecil yang tidak bersalah.
Sampai pada suatu saat ketika relawan kemanusiaan asal Denmark, Anja Ringgren
Loven menemukan bocah malang ini, yang akhirnya dia beri nama Hope. Anja yang notabene
berasal dari luar Nigeria (Denmark) dinilai tidak memiliki kepercayaan akan penyihir
pembawa sial, seperti halnya warga setempat. Ditambah latar belakang Anja sebagai relawan
kemanusiaan yang berprinsip untuk selalu mengedepankan nilai-nilai sosial dalam segala
hal, rasanya mustahil bagi Anja untuk melakukan hal-hal tidak berperikemanusiaan seperti itu
hanya karena mitos/keyakinan masyarakat tertentu. Anja menemukan Hope di jalanan dalam
kondisi lemah, dan ia segera membawanya ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
Selama perawatannya, Hope mendapatkan perilaku sangat baik oleh Anja, hal ini sangat
kontras dengan perilaku yang diterima Hope dari masyarakat sekitarnya, begitu pula
keluarganya. Etika dalam berperilaku tolong menolong dan kepedulian terhadap sesama
manusia inilah yang patut diapresiasi dari Anja, walaupun dalam melakukannya dia tidak
mendapatkan imbalan apapun. Sebagai sesama manusia Anja dengan tulus menolong Hope,
bocah lemah yang ditelantarkan oleh keluarganya sendiri.
BAB 3
Sudah menjadi tradisi dan kepercayaan warga Nigeria apabila anakanak yang membawa kesialan dalam keluarganya dianggap sebagai
penyihir begitu juga dengan Pastor yang mempercayai dan berperan
penting dalam hal tersebut. Sejak 10 tahun silam, banyak anak-anak di
Nigeria yang ditelantarkan orangtuanya sejak kecil karena dianggap
pembawa
sial
hingga
ada
relawan
kemanusiaan
asal
Denmark
kedirian
kita
yang
merasakan,
mengambil
keputusan
pertama yang dapat diatasi yaitu dengan kesadaran moral dari diri
sendiri. Tanpa adanya nilai moral maka tidak ada pula etika yang baik.
Untuk menindak lanjutinya, penyelesaian etis terhadap masalah
tersebut yaitu dengan memberikan pola pikir baru kepada warga
terutama orangtua melalui pendidikan. Karena pendidikan adalah hal
yang mendasari manusia berfikir, sehingga berperan penting dalam cara
berperilaku dan beretika dalam bermasyarakat. Hal ini yang tidak tampak
dalam cerminan kehidupan warga Akwa Ibom State, sehingga dirasa perlu
untuk memperbaiki nilai yang berkembang pada masyarakat setempat.
Dalam hal ini adalah pemberian sekaligus penanaman nilai-nilai moral dan
norma kemanusiaan kepada masyarakat di Nigeria itu sendiri, terutama
kepada
daerah-daerah
yang
masih
memegang
teguh
tradisi
dan
kepercayaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, salah
satunya diadakan penyuluhan berskala kecil di wilayah tersebut oleh
lembaga sosial yang peduli terhadap kemanusiaan. Untuk memperoleh
keberhasilan dalam mendapatkan kepercayaan warga, tentunya harus
melalui pendekatan terhadap warga setempat, yang bisa dicapai dengan
adanya keikutsertaan bantuan dari warga lokal yang tidak percaya
dengan kepercayaan tersebut, sehingga kesulitan komunikasi dapat
dihindari. Karena faktanya ada segelintir masyarakat di Nigeria yang tidak
mengikuti ajaran tersebut. Dengan ini diharapkan warga setempat dapat
menyadari akan kesalahpahaman yang telah membudaya di dalam
masyarakat mereka, dan dapat beretika baik terhadap sesama manusia,
sehingga kejadian memprihatinkan yang terjadi pada Hope, dan anakanak Nigeria lainnya tidak terjadi lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160217123213-127111517/dituduh-sebagai-penyihir-bocah-dua-tahun-ditelantarkan/
http://islandia.law.yale.edu/representingchildren/rcw/jurisdictions/asse/ind
onesia/Indon_Child_Prot.htm
http://edition.cnn.com/2010/WORLD/africa/08/25/nigeria.child.witches/