Anda di halaman 1dari 12

PAPER ETIKA ARSITEKTUR

TUGAS 1

NAMA KELOMPOK:
1 ARMEINDA NUR AINI
2 DEA ERVINDA P.
3 FAHRANI WIDYA I.

(3213100012)
(3213100067)

(3213100087)

4 INDAH NUER S.

(3213100092)

5 ANASTASYA PUTRI Y.

(3213100096)

DOSEN: Ir. ENDROTOMO, M.T.

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB 1

THE WITCH BOY


Momen menyedihkan terekam di saat
seorang

bocah

berusia

dua

tahun

ditelantarkan kelaparan oleh orangtua dan


warganya

di

ditelantarkan

Nigeria.

Anak

laki-laki

karena

dianggap

itu

sebagai

penyihir. Bocah laki-laki yang diberi nama


'Hope' itu ditemukan tengah berkeliaran dan
seperti

sengaja

dibiarkan

menunggu

kematiannya.
Relawan kemanusiaan Anja Ringgren
Loven menemukan Hope pada 31 Januari
2016 lalu saat sedang berada di jalan
mengais makanan. Khawatir dengan kondisi
Hope,

perempuan

memberikannya

asal

minum

Denmark
serta

itu

makanan.

Terlalu lemas, bocah kurus tersebut hampir

menghampiri

Hope

dan

Sumber: Anja Ringgren


Loven/Facebook

tak dapat berdiri ketika meminum air dari botol. Hope ditemukan dalam
kondisi badan yang kurus kering dan tubuhnya dipenuhi cacing. Untuk
bertahan hidup, Hope terpaksa menyantap makanan sisa yang dilempar
ke arahnya oleh warga yang melintas selama kurang lebih delapan bulan.
Loven kemudian menutupi bocah yang
sakit

itu

dengan

selimut

dan

menggendongnya. Hope kemudian dibawa


ke rumah sakit terdekat untuk menjalani
perawatan. Untuk mencari dana pengobatan
Hope, Loven memposting foto Hope di akun
Facebooknya. Perawatan untuk Hope sangat
tidak murah, namun dua hari setelah pesan

Sumber: Anja Ringgren


Loven/Facebook

itu disebar oleh Loven, donasi pun datang. Loven melaporkan donasi yang
didapat dari seluruh dunia mencapai USD 1 juta. Loven menambahkan,
dengan uang sebanyak itu dia tidak hanya bisa mengobati Hope tetapi
juga membangun klinik di lahan yang baru.

Ketika Hope dirawat di rumah sakit, bocah itu pun diberikan


perawatan untuk membuang cacing yang berada di perutnya. Dia pun
diberikan transfusi darah untuk menambah sel darah merah di tubuhnya.
"Kondisi Hope saat ini sudah stabil. Dia bisa makan sendiri dan merespons
pengobatan yang didapat," ucap Loven. "Dia kini punya kekuatan untuk
duduk dan tersenyum. Hope adalah bocah kecil yang kuat," lanjut Loven
yang menyebutkan Hope juga bermain dengan anaknya sendiri. Hope
berangsur baik. Berat badannya bertambah dan
terlihat jauh lebih sehat. Kini, kami hanya ingin ia
bisa berbicara. Itu akan terjadi secara alami ketika
ia sudah keluar dari rumah sakit dan memulai
hidupnya di tengah anak lain. Anak-anak akan lebih
kua ketika mereka bersama, tutur Loven seperti
dikutip CNN.

Loven

sendiri

merupakan

pendiri

African

Children's

Education

Aid
and

Development
Foundation
dari

Hope.

memposting

Sumber: Anja Ringgren


Loven/Facebook

Organisasi

itu
foto
yang

didirikan Loven diketahui dibentuk untuk memberikan bantuan kepada


anak-anak

yang

dicap

sebagai

penyihir

dan

ditelantarkan

oleh

orangtuanya. "Ribuan anak dituduh sebagai penyihir dan kami sering


melihat anak-anak yang disiksa, ketakutan dan bahkan ditemukan tewas
akibat tuduhan itu," tulis Loven, di akun Facebook organisasi itu, seperti
dikutip Daily Mail, Selasa (16/2/2016).
Kepercayaan terhadap penyihir tumbuh subur di seluruh pelosok
dunia. Pada 2010, CNN melaporkan bahwa anak-anak yang dituduh
sebagai penyihir di Nigeria bahkan harus menjalani ritual pengusiran

setan dan dibunuh oleh keluarganya sendiri. Sam Ikpe-Itauma, pekerja


lokal bagi Jaringan Rehabilitasi dan Hak Asasi Anak, mengatakan bahwa
begitu seorang anak dinyatakan sebagai penyihir, mereka akan dikucilkan
karena dianggap membawa sial bagi keluarga.
Ketika seorang anak dikatakan merupakan seorang penyihir,
memiliki kemampuan spriritual sihir yang dapat membuat anak tersebut
berubah menjadi seperti kucing atau ular, anak itu diyakini dapat
menyebabkan kekacauan, seperti membunuh orang, membawa penyakit,
kemalangan bagi keluarga, tutur Ikpe-Itauma. Ikpe-Itauma sendiri tidak
percaya dengan sihir. Ia ingin membangun kesadaran masyarakat yang
terjebak dalam ketakutan tersebut. Ia percaya, kemisikinan merupakan
faktor kunci masyarakat percaya pada sihir. "Kemiskinan sebenarnya
adalah saudara kembar dari ketidaktahuan," katanya.

BAB 2
KAJIAN KAIDAH ETIKA

Dalam kasus ini dapat dilihat kejanggalan mengenai nilai etika pada masyarakat
Nigeria yang mungkin tidak mereka sadari adalah hal yang menyimpang, mengingat hal
tersebut dikarenakan kepercayaan yang telah mereka anut selama bertahun-tahun lamanya.
Dan hal ini telah melekat sejak lama dan menjadi bagian dari tradisi kehidupan masyarakat
setempat. Masyarakat Nigeria terutama di Akwa Ibom State , masyarakat kepercayaan
mengedai adanya penyihir yang membawa kesialan di daerahnya, kepercayaan ini sudah ada
berabad abad dalam masyarakat Nigeria. Namun, kepercayaan itu mulai diasosiasikan
terhadap anak-anak sejak 10 tahun terakhir. didukung oleh pernyataan para Pastor di Nigeria
Tenggara bahwa penyakit dan kemiskinan di wilayahnya disebabkan oleh para penyihir
pembawa sial, dan semua yang di klaim sebagai penyihir harus dibersihkan dari wilayah
dengan

cara

dikeluarkan

diusir

atau

bahkan

dibunuh.

(http://edition.cnn.com/2010/WORLD/africa/08/25/nigeria.child.witches/)
Etika normatif yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap
dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup
ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian
sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang
akan diputuskan.
Etika deskriptif yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam

hidup

ini

sebagai

sesuatu

yang

bernilai.

Etika

deskriptif

memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang


prilaku atau sikap yang mau diambil. (Keraf: 1991: 23)
Menurut norma umum yang berlaku di masyarakat Indonesia, ataupun seluruh dunia,
dalam bermasyarakat kita dituntut untuk selalu berbuat baik terhadap sesama, tidak boleh
saling menyakiti, menjaga kedamaian, dan bagi siapapun yang melanggar akan akan
mendapatkan cemoohan dari masyarakat. Hal ini terkait erat dengan etika untuk saling
menghargai, terutama menghargai sesama manusia. Sudah menjadi kodratnya bahwa kita
harus melindungi yang lemah, bukan malah menyakiti ataupun membiarkannya.
Selain itu menurut UU 23 TAHUN 2002 (23/2002) tentang Perlindungan Anak BAB
III Pasal 4; Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi.

(http://islandia.law.yale.edu/representingchildren/rcw/jurisdictions/asse/indonesia/Indon_Child_Prot.htm)
Dari norma sosial dan norma hukum yang ada di Indonesia, terlihat betapa hak
kedamaian dan perlindungan sesama manusia dalam kasus ini terutama anak-anak sangat
dijaga.
Menilik kembali kasus anak yang mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi
karena dituduh penyihir pembawa sial di Nigeria, kami menilai terdapat pergeseran nilai etika
kemanusiaan akibat kondisi kepercayaan masyarakat Nigeria. Akibat keyakinan yang begitu
kuat, sepasang orang tua tega menelantarkan Hope si anak pembawa sial mereka yang
masih berusia 2 tahun ini dalam kondisi sangat mengenaskan, kelaparan, kotor, berpenyakit,
tanpa busana. Yang lebih ironisnya lagi Hope bukan satu-satunya anak yang mengalami
perlakuan serupa. Dan masyarakat di sekitarnya pun seolah sudah menganggap kejadian
tersebut adalah hal yang biasa. Bahkan mereka tak melakukan apapun selain membiarkan
anak tersebut mati kelaparan. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa keyakinan akan
penyihir pembawa sial ini sudah melekat tidak hanya pada 1 atau 2 keluarga saja namun
sudah berkembang di kalangan masyarakat luas Nigeria. Terlihat bagaimana keyakinan yang
dianut masyarakat dapat menggeser keberadaan nilai-nilai norma kemanusiaan, terutama
etika dalam menghargai hidup manusia itu sendiri. Hal ini diperparah dengan minimnya
pendidikan yang berkembang dalam masyarakat Nigeria, sehingga dengan mudahnya
mempercayai kepercayaan yang tidak masuk akal dan melakukan tindakan yang tidak
manusiawi kepada anak kecil yang tidak bersalah.
Sampai pada suatu saat ketika relawan kemanusiaan asal Denmark, Anja Ringgren
Loven menemukan bocah malang ini, yang akhirnya dia beri nama Hope. Anja yang notabene
berasal dari luar Nigeria (Denmark) dinilai tidak memiliki kepercayaan akan penyihir
pembawa sial, seperti halnya warga setempat. Ditambah latar belakang Anja sebagai relawan
kemanusiaan yang berprinsip untuk selalu mengedepankan nilai-nilai sosial dalam segala
hal, rasanya mustahil bagi Anja untuk melakukan hal-hal tidak berperikemanusiaan seperti itu
hanya karena mitos/keyakinan masyarakat tertentu. Anja menemukan Hope di jalanan dalam
kondisi lemah, dan ia segera membawanya ke rumah sakit untuk diberikan perawatan.
Selama perawatannya, Hope mendapatkan perilaku sangat baik oleh Anja, hal ini sangat
kontras dengan perilaku yang diterima Hope dari masyarakat sekitarnya, begitu pula
keluarganya. Etika dalam berperilaku tolong menolong dan kepedulian terhadap sesama
manusia inilah yang patut diapresiasi dari Anja, walaupun dalam melakukannya dia tidak
mendapatkan imbalan apapun. Sebagai sesama manusia Anja dengan tulus menolong Hope,
bocah lemah yang ditelantarkan oleh keluarganya sendiri.

BAB 3

Sudah menjadi tradisi dan kepercayaan warga Nigeria apabila anakanak yang membawa kesialan dalam keluarganya dianggap sebagai
penyihir begitu juga dengan Pastor yang mempercayai dan berperan
penting dalam hal tersebut. Sejak 10 tahun silam, banyak anak-anak di
Nigeria yang ditelantarkan orangtuanya sejak kecil karena dianggap
pembawa

sial

hingga

ada

relawan

kemanusiaan

asal

Denmark

menemukan seorang bocah terlantar berumur 2 tahun yang kemudian ia


rawat dan orang tua yang entah dimana keberadaannya dan tidak peduli
dengan kondisi anak tersebut. Pola pikir warga Nigeria yang telah terpaku
dengan keadaan tersebut menjadikan keadaan akan berlangsung terus
menerus apabila tidak ada pencegahan ataupun pembenaran akan hal
tersebut. Hingga saat ini belum terdapat tindak lanjut dari pihak
pemerintah, kejadian ini hanya terekspos karena terdapat relawan
kemanusiaan yang datang dan merawat salah seorang anak korban dari
ajaran yang salah tersebut.
Ketika seorang anak dikatakan merupakan seorang penyihir,
memiliki kemampuan spriritual sihir yang dapat membuat anak tersebut
berubah menjadi seperti kucing atau ular, anak itu diyakini dapat
menyebabkan kekacauan, seperti membunuh orang, membawa penyakit,
kemalangan bagi keluarga, tutur Ikpe-Itauma. Ikpe-Itauma sendiri tidak
percaya dengan sihir. Ia ingin membangun kesadaran masyarakat yang
terjebak dalam ketakutan tersebut. Ia percaya, kemisikinan merupakan
faktor kunci masyarakat percaya pada sihir. "Kemiskinan sebenarnya
adalah saudara kembar dari ketidaktahuan," katanya.
Kesadaran moral yang dewasa, matang atau otonom adalah
kesadaran yang ditentukan oleh kesadaran nilai ego. Ego adalah aku
yang sadar, subjektivitas kita, pusat kesadaran dan keunginan kita. Ego
adalah

kedirian

kita

yang

merasakan,

mengambil

keputusan

menghendaki, dan bertindak. (Etika Dasar, Dr. Franz Magnis Suseno)


Semua pihak mulai dari Pastor, masyarakat serta orang tua yang
menganggap anaknya sebagai penyihir ikut terlibat dalam kasus ini. Hal

pertama yang dapat diatasi yaitu dengan kesadaran moral dari diri
sendiri. Tanpa adanya nilai moral maka tidak ada pula etika yang baik.
Untuk menindak lanjutinya, penyelesaian etis terhadap masalah
tersebut yaitu dengan memberikan pola pikir baru kepada warga
terutama orangtua melalui pendidikan. Karena pendidikan adalah hal
yang mendasari manusia berfikir, sehingga berperan penting dalam cara
berperilaku dan beretika dalam bermasyarakat. Hal ini yang tidak tampak
dalam cerminan kehidupan warga Akwa Ibom State, sehingga dirasa perlu
untuk memperbaiki nilai yang berkembang pada masyarakat setempat.
Dalam hal ini adalah pemberian sekaligus penanaman nilai-nilai moral dan
norma kemanusiaan kepada masyarakat di Nigeria itu sendiri, terutama
kepada

daerah-daerah

yang

masih

memegang

teguh

tradisi

dan

kepercayaan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak cara, salah
satunya diadakan penyuluhan berskala kecil di wilayah tersebut oleh
lembaga sosial yang peduli terhadap kemanusiaan. Untuk memperoleh
keberhasilan dalam mendapatkan kepercayaan warga, tentunya harus
melalui pendekatan terhadap warga setempat, yang bisa dicapai dengan
adanya keikutsertaan bantuan dari warga lokal yang tidak percaya
dengan kepercayaan tersebut, sehingga kesulitan komunikasi dapat
dihindari. Karena faktanya ada segelintir masyarakat di Nigeria yang tidak
mengikuti ajaran tersebut. Dengan ini diharapkan warga setempat dapat
menyadari akan kesalahpahaman yang telah membudaya di dalam
masyarakat mereka, dan dapat beretika baik terhadap sesama manusia,
sehingga kejadian memprihatinkan yang terjadi pada Hope, dan anakanak Nigeria lainnya tidak terjadi lagi.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20160217123213-127111517/dituduh-sebagai-penyihir-bocah-dua-tahun-ditelantarkan/
http://islandia.law.yale.edu/representingchildren/rcw/jurisdictions/asse/ind
onesia/Indon_Child_Prot.htm
http://edition.cnn.com/2010/WORLD/africa/08/25/nigeria.child.witches/

Anda mungkin juga menyukai