Struktur Kayu 1
Struktur Kayu 1
MATERIAL KAYU
MATERIAL KAYU
Kayu adalah suatu bahan konstruksi bangunan yang didapatkan dari tumbuhan alami, oleh karena itu maka bahan kayu
bukan saja merupakan salah satu bahan konstruksi yang pertama di dalam sejarah umat manusia, tetapi memungkinkan juga
kayu sebagai bahan konstruksi yang paling akhir nantinya.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat kaya akan bahan kayu baik jenis maupun kuantitasnya, maka pemakaian
bahan kayu untuk konstruksi dapat dikembangkan, walaupun pada saat ini manusia lebih menyukai bahan beton atau bahan
baja untuk struktur dari suatu bangunan.
Pemakaian kayu sebagai bahan konstruksi tidak sepesat pemakaian bahan beton atau baja disebabkan oleh :
d. Mudah terbakar.
MATERIAL KAYU
Keterangan :
A = Kulit luar (outer bark)
B = Kulit dalam (inner bark)
C = Kayu Gubal
D = Kayu Teras
E = Lapisan Kambium (lingkaran tahun)
F = Jari-jari teras
G = Kayu Hati (heartwood)
MATERIAL KAYU
Sifat
phisis
MATERIAL KAYU
Sifat
Hygroscopis
Pengaruh
Sifat
Kadar Lengas
MATERIAL KAYU
KEKUATAN KAYU
KEKUATAN KAYU
ENV 1995-1-1, Design of timber structures. Part 1-1 General rules and rules and building
ASTM D 4442-92, Standard test methods for direct maisture content measurement of wood and wood base materials
ASTM D 2395, Test method for specific grafity of wood and wood-base materials
ASTM D 4442, Test methods for direct maisture content measurement of wood-base materials
SNI 03-3972-1995, Metode pengujian modulus elastisitas tekan dan kuat tekan sejajar serat kayu konstruksi berukuran struktural
SNI 03-3974-1995, Metode pengujian modulus geser kayu konstruksi berukuran structural
SNI 03-1726-1989, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung
SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung
KEKUATAN KAYU
Aturan PKKI Lama
(Kg/cm2)
Kode
mutu
Modulus
Elastisitas
Lentur
Ew
Kuat
Lentur
Fb
Kuat tarik
sejajar
serat
Ft
Kuat tekan
sejajar
serat
Fc
Kuat
Geser
Fv
Kuat tekan
Tegak lurus
Serat
Fc
E26
25000
66
60
46
6.6
24
E25
24000
62
58
45
6.5
23
E24
23000
59
56
45
6.4
22
E23
22000
56
53
43
6.2
21
E22
21000
54
50
41
6.1
20
E21
20000
56
47
40
5.9
19
E20
19000
47
44
39
5.8
18
E19
18000
44
42
37
5.6
17
E18
17000
42
39
35
5.4
16
E17
16000
38
36
34
5.4
15
E16
15000
35
33
33
5.2
14
E15
14000
32
31
31
5.1
13
E14
13000
30
28
30
4.9
12
E13
12000
27
25
28
4.8
11
E12
11000
23
22
27
4.6
11
E11
10000
20
19
25
4.5
10
E10
9000
18
17
24
4.3
KEKUATAN KAYU
Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual
Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku.Apabila pemeriksaan
visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus
tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
Kerapatan pada kondisi basah (berat dan volum diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya
lebih kecil dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kg/m3 untuk
Kadar air, m% (m < 30%), diukur dengan prosedur baku.
1.000 1 + 100
[1 + 0,265 a Gm ]
30
Hitung berat jenis pada kadar air 15% (G15) dengan rumus:
Gb
G15 =
(1 0,133 Gb )
KEKUATAN KAYU
MODULUS ELASTISITAS
PKKI LAMA
Kuat Acuan
Rumus estimasi
16.000 G0,7
KEKUATAN KAYU
Mutu Kayu
Nilai Koreksi
Kelas Mutu
Nilai Rasio
A
B
C
Tahanan
0,80
0,63
0,50
Macam Cacat
Mata kayu:
Terletak di muka lebar
Terletak di muka sempit
Retak
Pingul
Arah serat
Saluran damar
Gubal
Lubang serangga
Kelas Mutu A
Kelas Mutu B
Kelas Mutu C
lebar kayu
1/6 lebar kayu
1/6 tebal kayu
1/6 tebal atau lebar
kayu
1:9
2/5 tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasi dan tidak ada
tanda-tanda serangga
hidup
lebar kayu
lebar kayu
tebal kayu
tebal atau lebar
kayu
1:6
tebal kayu
Diperkenankan
Diperkenankan
asal terpencar dan
ukuran dibatasi
dan tidak ada
tanda-tanda
serangga hidup
Tidak
diperkenankan
Tidak diperkenankan
Tidak diperkenankan
PERATURAN PEMBEBANAN
KODE PEMBEBANAN
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H)
1,2D + 1,6 (La atau H) + (0,5L atau 0,8 W)
1,2D + 1,3W + 0,5L + 0,5 (La atau H)
1,2D + 1,0E + 0,5L
0,9D + (1,3W atau 1,0E)
(6.2-1)
(6.2-2)
(6.2-3)
(6.2-4)
(6.2-5)
(6.2-6)
PERATURAN PEMBEBANAN
KONSEP PERENCANAAN
Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan
batas yang berlaku sebagai hasil kali antara
tahanan terkoreksi, R, faktor tahanan, , dan faktor
waktu, . Tahanan rencana harus sama dengan
atau melebihi beban terfaktor, Ru:
Kombinasi pembebanan
1,4D
(6.2-1)
(6.2-2)
(6.2-3)
0,8
(6.2-4)
1,0
(6.2-5)
1,0
(6.2-6)
1,0
Ru R
Faktor tahanan,
Jenis
Tekan
Lentur
Stabilitas
Tarik
Geser/puntir
Sambungan
Simbol
c
b
s
t
v
z
Nilai
0,90
0,85
0,85
0,80
0,75
0,65
Faktor waktu ()
0,6
PERENCANAAN
STRUKTUR KAYU
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
KALIMANTAN SELATAN
Arie Febry Fardheny, MT
afebry@teknikunlam.ac.id
NOTASI
= R = tegangan (Mpa)
P = T = Tahanan (KN / N)
Abruto = Luas Elemen Kayu (mm^2)
ANetto = Luas Elemen Kayu dikurangi luas material yang
hilang akibat paku/ baut dan lain lain (mm^2)
FAKTOR KOREKSI
FAKTOR KOREKSI
faktor koreksi Masa Layan adalah berikut ini: (Jika tidak sesuai dengan tabel diatas)
Cm
adalah faktor koreksi layan basah, untuk memperhitungkan kadar air masa layan
yang lebih tinggi daripada 19% untuk kayu masif dan 16% untuk produk kayu yang dilem;
Ct
adalah faktor koreksi temperatur untuk memperhitungkan temperatur layan lebih
tinggi daripada 38C secara berkelanjutan;
Cpt
adalah faktor koreksi pengawetan kayu, untuk memperhitungkan pengaruh
pengawetan terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan
berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku;
Crt
adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan pengaruh perlakuan tahan
api terhadap produk-produk kayu dan sambungan. Nilai faktor koreksi ditetapkan
berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau tata cara yang berlaku.
FAKTOR KOREKSI
CE
Cr
CF
CL
CP
Cb
Cf
Cw
CG
Ccs
Csp
Cu
Syarat Desain
Tu < t T
dengan Tu adalah gaya tarik terfaktor, adalah faktor waktu t
adalah faktor tahanan tarik sejajar serat = 0,80, dan T adalah
tahanan tarik terkoreksi.
T = FtAn
Dengan Ft adalah kuat taris sejajar serat terkoreksi dan An adalah
luas penampang neto.
Bilamana, akibat adanya alat pengencang, letak titik berat penampang neto
menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran lebar atau
lebih maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesaui dengan prinsip baku mekanika
dan prosedur
Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka perkuatan
mekanis harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi
Perencanaan komponen struktur tarik komposit, yaitu komponen struktur yang
tersusun dari gabungan kayu gergajian, kayu laminasi struktural, atau dari jenis
kayu lain yang berbeda kekakuannya dan bekerja pada arah sejjar serat, atau
kombinasi dengan pelat baja, atau batan baja, harus ditinjau berdasarkan konsep
penampang transformasi. Elemen-elemen harus digabungkan sehingga dapat
bekerja sebagai satu kesatuan dengan gaya-gaya terdistribusi sebanding dengan
kekakuan elemen penyusunnya
Contoh Soal
P
1/2P
P
1/2P
Soal 1:
Hitunglah besarnya gaya tarik
maksimum yang dapat dipikul
oleh batang yang mengalami
gaya aksial tarik. Dimensi balok
60 x 120 mm. Kayu yang
digunakan adalah kayu E15 kelas
A
Contoh Soal
Data Kayu
Material
Perhitungan
E15
B = 60 mm
= T / Anetto
Ft = 31 Mpa (tr)
H = 120 mm
T = x Anetto .(1)
Koreksi Tahanan
Tarik = 0.8
Layan = 0.8
tr ijin .(2)
Maka untuk mengetahui Pmaks
Diambil = tr ijin = 19.84 Mpa
T = 19.84 x 7200 = 142848 N
T = 142.8 KN = 14.2 Ton
Contoh Soal
Soal 2:
Contoh Soal
Data Kayu
Material
Perhitungan
E15
B = 60 mm
Ft = 31 Mpa (tr)
H = 120 mm
Syarat
Koreksi Tahanan
tr tr ijin .(2)
Tarik = 0.8
Layan = 0.8
Perlemahan
Diameter Baut = 12 mm
Diameter Lubang = 12+1=13 mm
Cek Syarat
P = T = 120 KN = 120000 N
tr= 120000 / 6934.66
tr = 17.3 N/mm2 (Mpa)
Tr < tr ijin (OK !)
Pu < c P
Tekuk
(r = ix / iy)
175
Contoh Soal 1
Desain Kekuatan
Contoh Soal 1
Data Kayu
Material
Perhitungan
E15
B = 60 mm
H = 120 mm
Ft = 31 Mpa (tr)
Syarat
Koreksi Tahanan
tr tr ijin . (2)
Tekan = 0.9
Cek Syarat
Cek Kelangsingan :
Jepit Sendi (Ke)= 0.8
Layan = 0.8
Ke.l = 0.8 x 3 = 2.4 m
Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa Ix = 0.289h = 34.68
Iy =0.289b =17.34 ambil iy
Ft = tr ijin = 22.32 Mpa
=Ke.L/iy = 2400/17.34= 138.4
Lihat Tabel = 6.3
P = T = 120 KN = 120000 N
tr= 6.3 x 120000 / 7200
tr = 105 N/mm2 (Mpa)
Tr > tr ijin (NOT OK !)
Contoh Soal 2
Berapakah Profil yang memenuhi syarat
untuk Kayu Tipe E15 dengan
panjang 3 meter dengan perletakkan Jepit
Sendi seperti pada Gambar. Gaya yang
Diterima adalah sebesar 60 KN
Contoh Soal 2
Data Kayu
Rumus Euler
E15
Perhitungan
Asumsi b =2/3h
Ft = 31 Mpa (tr)
Koreksi Tahanan
Tekan = 0.9
Layan = 0.8
Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa
Ft = tr ijin = 22.32 Mpa
P =60 KN = 60000 N
N=2
Lk = 0.8 x 3 = 2.4 m
E = 14000
Imin = (60000x 2 x
2400^2)/(^2 x 14000)
Imin = 5007447.4 mm^4
H^4 = 81 x Imin/2
H = 119.33 mm
Sehingga dipakai
H = 120 mm
B = 80 mm
Contoh Soal 2
Data Kayu
Material
Perhitungan
E15
B = 80 mm
H = 120 mm
Ft = 31 Mpa (tr)
Syarat
Koreksi Tahanan
tr tr ijin . (2)
Cek Kelangsingan :
Cek Syarat
Jepit Sendi (Ke)= 0.8
Layan = 0.8
Ke.l = 0.8 x 3 = 2.4 m
Ft = 31x 0.8 x 0.9 = 22.32 Mpa Ix = 0.289h = 34.68
tr= 3.28 x 60000 / 9600
Iy =0.289b =23.12ambil iy
tr = 20.5 N/mm2 (Mpa)
Ft = tr ijin = 22.32 Mpa
=Ke.L/iy = 2400/23.12= 103.8
Tr < tr ijin (OK !)
Lihat Tabel = 3.28
Tekan = 0.9
Perencanaan Lentur
Perencanaan Lentur
Tahanan lentur terkoreksi dari balok berpenampang prismatis yang terlentur terhadap sumbu kuatnya (x x) adalah:
atau
Keterangan:
M=Mx
Sx
Fbx
CL
Perencanaan Lentur
Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang terletak jauh dari
tumpuan dan berada pada sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang
disebabkan oleh takikan dapat dikurangi menggunakan konfigurasi takikan
yang diiris miring secara bertahap daripada menggunakan takikan
dengan sudut-sudut yang tajam.
Takikan pd ujung balok tidak boleh melampaui seperempat tinggi balok
untuk balok masif, dan sepersepuluh tinggi balok untuk balok glulam (kayu
laminasi struktural).
Pengecualian: Pada balok-balok kayu masif yang tebal nominalnya lebih
kecil dari 100 mm, diperkenankan dibuat takikan yang tidak melebihi
seperenam tinggi balok dengan lokasi di luar sepertiga bentang yang
ditengah
Perencanaan Lentur
Tahanan lentur dari komponen struktur prismatis berpenampang persegi panjang dan bundar
Tahanan lentur terkoreksi yang ditetapkan oleh persamaan diatas sharus dikalikan
dengan faktor bentuk Cf = 1,15 untuk komponen struktur berpenampang bundar
selain daripada untuk tiang dan pancang; dan harus dikalikan dengan Cf = 1,40
untuk komponen struktur berpenampang persegi panjang yang terlentur terhadap
sumbu diagonal.
Bila dijumpai suatu permukaan yang diiris miring sebesar sudut terhadap arah serat pada sisi
tekan balok glulam (kayu laminasi struktural) maka faktor interaksi tegangan, Cl, harus dihitung
untuk lokasi kuat kritis menggunakan persamaan berikut ini:
Cl =
1
F ' tan
1 + b b
v Fv'
b Fn' tan
+
c Fc '
Perencanaan Lentur
Balok yang memiliki perbandingan tinggi terhadap lebar lebih besar daripada dua dan dibebani terhadap sumbu kuatnya
harus memiliki bresing lateral pada tumpuan-tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral.
Bresing lateral tidak diperlukan pada balok berpenampang bundar, bujur sangkar, atau persegi panjang yang mengalami
lentur terhadap sumbu lemahnya saja.
Bresing lateral harus dapat mencegah gerakan lateral sisi tekan balok dan harus dapat mencegah rotasi balok pada lokasilokasi yang dikekang.
Sebagai alternatif, untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah rotasi atau peralihan lateral
ditentukan berdasarkan nilai perbandingan tinggi nominal terhadap tebal nominal, d/b, sebagai berikut:
d/b < 2: tidak diperlukan pengekang lateral;
2 < d/b < 5: posisi tumpuan-tumpuannya harus dikekang menggunakan kayu masif pada seluruh ketinggian balok;
5 < d/b < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok;
6 < d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang untuk setiap selang 2.400 mm kecuali bila kedua sisi tekan
dan tarik dikekang secara bersamaan atau bila sisi tekan balok dikekang pada seluruh panjangnya oleh lantai dan pada
tumpuan-tumpuannya diberi pengekang lateral untuk mencegah rotasi;
d/b > 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang secara bersamaan pada seluruh panjangnya.
Perencanaan Lentur
Perencanaan Lentur
Tahanan geser terkoreksi dari suatu balok, V, dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
V' =
F'v Ib
Q
atau
Fv
adalah momen inersia balok untuk arah gaya geser yang ditinjau
Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b, dan tinggi d, persamaan menjadi:
V' =
2
F'v bd
3
Perencanaan Lentur
Perencanaan Lentur
Perencanaan Lentur
F'v bd e
Perencanaan Lentur
Tahanan puntir terkoreksi, Mt, dari suatu balok persegi panjang masif dihitung sebagai:
M t'
b 2d 2 Ftv'
=
3d + 1,8b
Untuk penampang balok tak persegi panjang, tahanan puntir terkoreksi dihitung berdasarkan
analisis puntir elastis linier menggunakan Ftv sebagai kuat geser puntir maksimum.
Contoh 1
Contoh 1
Data Kayu
Analisa Gaya
Analisa Gaya
Beban Mati :
E15
Beban Terpusat:
Ft = 31 Mpa (tr)
Koreksi Tahanan
Sendi Rol
Lentur = 0.85
Beban Hidup
Geser = 0.75
Layan = 0.8
Fl =32x 0.8 x 0.85 = 21.76 Mpa
Fv= 5.1x 0.8 x 0.75 = 3.06 Mpa
T = 5 KN
Momen = (1/4)TL = 5KNm (Ce)
Geser = P /2 = 2.5 KN
Sendi Rol
Contoh 1
Beam
Geser = 2.5 KN
Geser= 4 KN
Geser = 1.5 KN
M maks = 5 KNm
Contoh 1
Perhitungan
= 6.500.000 Nmm
Cek Geser
V' =
Geser = 4 KN
= 4. 000 N
2
F'v bd
3
Fv = (3/2) x V / (b.h)
Asumsi b = 2/3 h
Fv = 0.4 N/mm^2
Cek Ulang
dengan Profil
Sebenar
Wx = Mmaks / Fl = 6500000/21.76
B = 100 mm
Contoh 1
Perhitungan
V' =
= 6.700.000 Nmm
Geser = 4.2 KN
= 4. 200 N
Cek Terhadap Lentur
Wx=(1/6) . 100 .150^2 =
375000 mm^3
Fl = M/Wx = 17.8 Mpa (OK)
Cek Geser
2
F'v bd
3
Fv = (3/2) x V / (b.h)
Fv = 0.42 N/mm^2
HASIL
PROFIL
100 x 150
Contoh 1
Lendutan
Lendutan
E = 14000
E = 14000
= (5/384)(Q . L^4)/(EI)
= (1/48)(P . L^3)/(EI)
= 7.19 mm
= 16.9 mm
Balok Lengkung
Balok Lengkung
Tahanan momen balok melengkung berpenampang persegi panjang akibat beban terbagi rata simetris
yang geometrinya menyudut serta non prismatis. dibatasi berdasarkan kondisi tegangan radial yaitu
sebesar:
M = b (dc)2Fr/6Ksr
M
adalah tahanan momen terkoreksi di tengah bentang, N-mm
b
adalah lebar komponen struktur, mm
dc
adalah tinggi penampang di puncak, mm
Fr
adalah kuat radial terkoreksi, MPa
Fr = Frt
bila tegangan radial adalah tarik, MPa
Fr = Frc
bila tegangan radial adalah tekan, MPa. (Frc harus diambil sama dengan
Fc, kuat tekan tegak lurus serat terkoreksi, MPa)
Balok Lengkung
Ksr
adalah faktor tegangan radial
Ksr = Kgr [A + B (dc/Rm) + C(dc/Rm)2]
= KgrKar
A, B, dan C adalah konstanta-konstanta yang bergantung pada sudut permukaan atas yang non
prismatis, T, dan harus diperoleh dari Tabel 10.6.2.2-1
Kgr = X Y (dc/Dm),
adalah faktor reduksi yang bergantung pada bentuk komponen
struktur yang ditentukan sesuai dengan Tabel 10.6.2.2-2.
Rm
adalah jari-jari kelengkungan komponen struktur di tengah-tinggi penampang, mm
L/Lc
adalah perbandingan antara panjang total komponen struktur terhadap panjang bagian
komponen struktur yang melengkung
dc/Rm adalah perbandingan antara tinggi penampang di tengah bentang terhadap radius
tengah-tinggi komponen struktur
Balok Lengkung
Defleksi balok melengkung yang menyudut dan non prismatis di tengah bentang ditentukan menggunakan persamaan berikut:
c = 5wL4/32Ebdeb3
Keterangan:
Ew
adalah lebar, mm
deb
deb
de
dc
Balok Pelengkung
Balok Lengkung
Pu M bx
1,0
+
'
c P' b M x
KOMBINASI
KOMBINASI
KOMBINASI
Tarik - Lentur
KOMBINASI
Tekan Lentur
KOMBINASI
f T '
M ux
b M 's
M uy
b M 'y
1,0
M ux Tu
6
+
b M 'x
M uy
M
b M 'y 1 ux
b M e
1,0
KONSOL PENDEK
Kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang kolom dengan konsol pendek yang
terletak di seperempat tinggi yang diatas, direncanakan terhadap dua beban
ekivalen sebagai berikut:
Pindahkan beban aksial yang bekerja pada konsol pendek, Pa, sedemikian
sehingga bekerja sebagai beban konsentris pada ujung kolom, bersama dengan
beban-beban konsentris lainnya yang bekerja di sepanjang kolom; dan
Tambahan beban transversal, Ps, di tengah tinggi kolom tak terkekang atau bagian
tak terkekang kolom dalam bidang yang ditinjau, dan besarnya:
Ps =
3eblbr Pa
lu2
KONSOL PENDEK
Ibr
adalah jarak dari bawah ujung kolom tak terkekang atau bagian tak
terkekang kolom sampai sisi bagian atas konsol pendek, mm
eb
adalah eksentrisitas beban yang bekerja pada konsol pendek, yaitu jarak
horisontal dari titik kerja beban ke titik pusat penampang kolom, mm
Iu
adalah panjang kolom tak terkekang untuk arah tekuk yang sesaui dengan
arah momen pada konsol pendek, mm
Selanjutnya, k9olom direncanakan sebagai komponen struktur balok-kolom
Bila konsol pendek tidak terletak di seperempat tinggi yang diatas dari kolom tak
terkekang atau bagian tak terkekang kolom maka harus dilakukan analisis yang
rasional atau dihitung dengan persamaan (11.4-1) tapi dengan menggunakan nilai
Ibr = 0,75 lu.
LENDUTAN
Disamping alkibat deformasi komponen struktur, lendutan dapat terjadi krn pergeseran pada
sambungan-sambungan. Untuk membatasi perubahan-perubahan bentuk struktur bangunan secara
berlebihan, sehingga pergeseran masing-masing komponen struktur terjadi sekecil mungkin.
Lendutan strukur bangunan akibat berat sendiri dan uatan tetap dibatasi sebagai berikut:
Batasan lendutan
Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang terlindung, lendutan maksimum, fmax < 1/300 l.
Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak terlindung, lendutam maksimum, fmax < 1/400 l.
Untuk balok-balok pada konstruksi kuda-kuda, antara lain gording dan kasau, lendutan maksimum, fmax <
1/200 l.
Untuk struktur rangka batang yang tidak terlindung, lendutan maksimum, fmax < 1/700 l.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Langkah Kerja
Definisikan Detail Rencana
Tentukan Beban yang Bekerja
Desain Gording
Tentukan Beban P per titik Gording
Analisa Truss
Desain Profil
Recheck Beban P -- Jika Prencana < Psebenar lakukan analisa Truss Lagi
Jika Prencana > Psebenar analisa keekonomisannya
8.
Cek Lendutan
1.
E = .. Mpa
= Mpa
2.
3.
2.
Kemiringan Atap
= .. Derajat
3.
Desain Gording
Kombinasi
P
1/2P
P
1/2P
Analisa Truss
Metode
Titik Simpul
Metode Cremona
Software
Batang Tarik
Nilai Batang Tekan
Additional
Software
Lendutan