Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acne vulgaris

merupakan

suatu

penyakit

kulit

akibat

peradangan menahun dari unit pilosebasea, yang ditandai dengan


gambaran lesi yang bervariasi, seperti: komedo, papul, pustul,
nodul dan kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah
wajah, dada bagian atas, dan punggung. Acne vulgaris merupakan
suatu penyakit yang tidak hanya memberikan efek secara fisik
bagi pasiennya, namun juga efek psikologis seperti rasa cemas
dan depresi. Acne vulgaris yang berat dapat menyebabkan
terbentuknya skar yang permanen. Diperkirakan sekitar 60-70%
populasi di Amerika serikat pernah menderita acne vulgaris
sepanjang hidupnya dan sebanyak 20% diantaranya menderita
acne vulgaris berat.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari kulit ?
2. Bagaimana definisi dari acne vulgaris ?
3. Bagaimana klarifikasi dari acne vulgaris ?
4. Bagaimana epidemiologi dari acne vulgaris?
5. Bagaimana etiologi dari acne vulgaris ?
6. Bagaimana patofisiologi dari acne vulgaris ?
7. Bagaimana Web Of Caution dari acne vukgaris ?
8. Bagaimana tanda dan gejala dari acne vulgaris ?
9. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari acne vulgaris ?
10.
Bagaimana penatalaksanaan dari acne vulgaris ?
11.
Bagaimana asuhan keperawatan dari acne vulgaris ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari kulit.

Page 1 of 35

2. Untuk mengetahui definisi dari acne vulgaris.


3. Untuk mengetahui klarifikasi dari acne vulgaris.
4. Untuk mengetahui epidemiologi dari acne vulgaris.
5. Untuk mengetahui etiologi dari acne vulgaris.
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari acne vulgaris.
7. Untuk mengetahui WOC dari acne vulgaris.
8. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari acne vulgaris.
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari acne vulgaris.
10.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari acne vulgaris.
11.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari acne vulgaris

Page 2 of 35

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi
Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan
hipodermis atau jaringan subkutan. Setiap lapisan akan semakinn
berdiferensiasi (menjadi masak dan memiliki fungsi yang lebih
spesifik) ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis
ke lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar. Fungsi kulit
antara lain :
1. Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan
sekitar

atau

mm

saja,

padahal

kulit

memberikan

perlindungan yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan


benda asing lainnya. Kulit tangan dan telapak kaki yang
menebal

memberikan

perlindungan

yang

sangat

efektif

terhadap pengaruh trauma yang terus menerus yang terjadi


pada daerah tersebut.
2. Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan
tubuh

untuk

memantau

secara

teru-menerus

keadaan

lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit


adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan ringan
dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf
bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang
berbeda. Meskipun tersebar ke seluruh tubuh, ujung-ujung saraf
lebih konsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan daerah
lainnya. Contohnya yaitu ujung-ujung jari tangan jauh lebih
terinervasi ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.
3. Keseimbangan air

Page 3 of 35

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan


dengan demikian akan mencegah kehilangan air serta elektrolit
yang

berlebihan

dari

bagian

internal

tubuh

dan

mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan.


4. Pengaturan suhu
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai
hasil metabolism makanan yang memproduksi energi. Panas ini
akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik yang terlibat
yaitu radiasi (pemindahan panas ke benda lain yang suhunya
lebih

rendah

dan

berada

pada

suatu

jarak

tertentu), konduksi (pemindahan panas ke benda lain yang


lebih

dingin

yang

bersentuhan

dengan

tubuh),

dan

konveksi yang terdiri atas pergerakan massa molekul udara


hangat yang meninggalkan tubuh. Evaporasi dari kulit akan
membantu kehilangan panas lewat konduksi. Panas dihatarkan
lewat kulit ke dalam molekul-molekul air pada permukaan
sehingga air tersebut mengisat. Air dari permukaan kulit dapat
berasal dari perspirasi yang tidak terasa, keringat ataupun
lingkungan. Pengeluaran keringat merupakan suatu proses
yang digunakan kulit untuk mengatur laju kehilangan panas
5. Produksi vitamin
Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukanuntuk mensintesis vitamin D (kolekalsiferol).
Vitamin

merupakan

unsure

esensial

untuk

mencegah

penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi


vitamin D, kalsium serta fosfor dan menyebabkan deformitas
tulang (Morton, 1993).
6. Fungsi respon imun

Page 4 of 35

Hasil penelitian terakhir (Nickoloff, 1993) menunjukkan bahwa


beberapa sel dermal (sel-sel Langerhans, interleukin-1 yang
memproduksi

keratinosit,

dan

subkelompok

limfosit-T)

merupakan komponen penting dalam sistem imun. Sedangkan


lapisan kulit tersusun atas:
a) Dermis
Dermis membentuk

bagian

terbesar

kulit

dengan

memberikan kekuatan dan struktur pada kulit (Eckert, 1992).


Dermis atau Korium (Kulit Jangat) adalah lapisan jaringan
ikat bagian bawah. Pada permukaan dermis tersusun papilpapil kecil yang berisi ranting-ranting pembuluh/kapiler
darah, kandung rambut, serta ujung-ujung saraf dari alat
indera. Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan
adanya membrane dasar atau lamina. Membran ini terusun
dari

dua

lapisan

jaringan

ikat

yaitu lapisan papilarisdan lapisan retikularis.


Lapisan ini mengikat epidermis dengan struktur yang ada
di bawahnya. Lapisan papilaris dermis berada langsung di
bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblast yang
dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen yaitu suatu
komponen dari jaringan ikat. Lapisan retikularis terletak di
bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen
serta berkas-berkas serabut elastik.
1) Serabut saraf
Pada lapisan dermis kulit terdapat puting peraba yang
merupakan ujung akhir saraf sensoris. Ujung-ujung saraf
tersebut merupakan indera perasa panas, dingin, nyeri,
dan sebagaiannya Oleh karena itu kulit merupakan organ
terluas dimana pada organ ini terdapat reseptor panas
(ruffini), tekanan (paccini), dingin (krause), rasa nyeri

Page 5 of 35

atau sakit (ujung saraf bebas), serta reseptor sentuhan


(meissner). Permukaan kulit mengandung saraf-saraf
yang memiliki bentuk dan fungsi yang berbeda-beda.
2) Pembuluh darah
Pembuluh darah dalam papilla dermal juga dikenalkan
oleh sistem saraf. Jika pembuluh darah berdilatasi, aliran
darah ke permukaan kulit meningkat, sehingga konduksi
pans apada bagian eksterior dapat terjadi. Pembuluh
darah berkonstriksi untuk menurunkan aliran darah ke
permukaan kulit dalam upaya mempertahankan panas
tubuh sentral.
3) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada
telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi
bibir (margo labium oris), telinga luar dan dasar kuku
yang

tidak

mengandung

keringat.

Kelenjar

keringat

(sudoriferus) menghasilkan keringat. kelenjar keringat


yang berbentuk tabung berbelit-belit dan yang banyak
jumlahnya,

terletak

di

sebelah

dalam

kulit

jangat,

bermuara di atas pemukaan kulit di dalam lekukan halus


yang disebut pori.
4) Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea

adalah

kelenjar

holokrin

(sel-sel

sekretori menghilang selama sekresi sebum). Kelenjar


sebasea

adalah

kelenjar

kantong

di

dalam

kulit.

Bentuknya seperti botol dan bermuara di dalam folikel


rambut. Kelenjar ini banyak terdapat di atas kepala dan
muka, sekitar hidung, mulut, telinga, tetapi sama sekai
tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.

Page 6 of 35

Kelenjarnya

dan

saluranya

dilapisi

epitel.

Kelenjar

sebasea mengeluarkan sebum yang biasanya dialirkan ke


folikel rambut. Kelenjar sebasea, rambut dan kelenjar
keringat

apokrin

membentuk unit

pilosebasea, tetapi

hanya terbentuk pada rambut di area genitalia, bibir,


puting susu, dan areola payudara.
5) Folikel rambut
Rambut pada beberapa bagian tubuh memiliki fungsi
yang

bermacam-macam.

Rambut

merupakan

suatu

pertumbuhan keluar dari kulit, rambut atau pili terdapat


pada hampir seluruh bagian tubuh, kecuali pada telapak
tangan dan kaki, tetapi sebagian besar berupa rambut
vellus yang kecil dan tidak berwarna atau tersamar.
Rambut

terminal biasanya

kasar

dan

dapat

dilihat.

Rambut ini tertanam di kulit kepala, alis dan bulu mata,


ketika masa pubertas rambut ini akan menggantikan
posisi rambut vellus di area ketiak dan pubis (dan di
wajah laki-laki) sebagai bagian dari karakteristik seksual
sekunder.
b) Epidermis (Kulit Ari Atau Kutikula)
Epidermis adalah bagian terluar

kulit.

Epidermis

membentuk lapisan paling luar dengan ketebalan sekitar 0,1


mm pada kelopak mata hingga sekitar 1 mm pada telapak
tangan dan kaki (Morton, 1993). Epidermis tersusun dari
jaringan

epitel

skuamosa

bertingkat

yang

mengalami

keratinisasi, jaringan ini tidak memiliki pembuluh darah dan


sel-selnya sangat rapat.
Epidermis yang bersambung dengan membran mukosa
dan dinding saluran telinga terdiri atas sel-sel hidup yang
selalu membelah dan pada permukaannya ditutupi oleh sel-

Page 7 of 35

sel mati yang asalnya lebih dalam pada dermis tetapi


kemudian terdorong ke atas oleh sel-sel yang baru tumbuh
dan lebih berdiferensiasi yang berada di bawahnya.
Lapisan eksternal ini hampir selurunya akan diganti setiap
3 hingga 4 minggu sekali. Sel-sel mati mengandung
sejumlah besar keratin yaitu protein fibrous insoluble yang
membentuk barrierpaling

luar

kulit

dan

memiliki

kemampuan untuk mengusir mikroorganisme patogen serta


mencegah kehilangan cairan yang berlebih dari tubuh
(Holbrook, 1991). Keratin merupakan unsure utama yang
mengeraskan rambut dan kuku.
Pada permukaan kulit terdapat pori-pori yang merupakan
tempat bermuaranya kelenjar keringat. Kulit ari tidak berisi
pembuluh darah. Saluran kelenjar keringat menembus kulit
ari dan mendampingi rambut. Sel epidermis membatasi
folikel rambut. Di atas permukaan epidermis terdapat garis
lekukan yang berjalan sesuai dengan papil dermis di
bawahnya.
Garis-garis ini berbeda, pada ujung jari berbentuk ukiran
yang jelas yang pada setiap orang tidak sama. Atas hal
inilah studi kasus sidik jari dalam kriminologi dilakukan.
Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah
tubuh yang berbeda. Ketebalan epidermis dapat meningkat
jika

bagian

tersebut

banyak

digunakan

dan

bisa

mengakibatkan pembentukan kalus pada telapak tangan


atau klavus (corns) pada kaki.
1) Stratum korneum
Stratum korneum adalah lapisan yang tipis, datar seperti
sisik yang terus dilepaskan dan merupakan lapisan
terluar epidermis. Stratum korneum terdiri dari sel mati

Page 8 of 35

yang

pipih

dan mengalami

keratinisasi.

Jumlah

sel

matinya sebanyak 25 sampai 30 lapisan dan semakin


gepeng saat mendekati permukaan kulit. Sel-sel tersebut
berasal dari lapisan epidermis yaitu stratum basalis. Sel
pada stratum basalis akan membelah, berproliferasi dan
pindah ke permukaan epidermis.
Setelah mencapai stratum korneum, sel berubah menjadi
pipih dan mati. Pergerakan yang konstan ini menjamin
adanya

pergantian

sel

di

semua

permukaan

kulit

selama deskuamasi normal. Stratum korneum yang tipis


melindungi sel dan jaringan di bawahnya dari dehidrasi
dan mencegah masuknya zat kimia tertentu. Stratum
korneum juga memungkinkan terjadinya evaporasi air
dari kulit dan absorpsi obat-obatan topical tertentu.
Stratum korneum Epidermis tipis yang melapisi seluruh
tubuh, kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
tersusun hanya dari lapisan basalis dan korneum.
2) Melanosit
Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang
terutama terlibat pada produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut. Melanosit terletak pada
stratum basalis. Semakin banyak melanin, semakin gelap
warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang
yang berkulit cerah mengandung pigmen ini dalam julah
lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada
ras dan bervariasi dari merah muda cerah hingga coklat.
c) Hipodermis

Page 9 of 35

Hipodermis atau jaringan subkutan merupakan lapisan


kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa
jaringan adipose yang memberikan bantalan antar lapisan
kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan
ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh
dan penyekatan panas tubuh (Halbrook, 1991). Lemah atau
gajih akan bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin
seseorang dan secara parsial menyebabkan perbedaan
bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan. Makanan yang
berlebihan akan menyebabkan penimbunan lemak di bawah
kulit. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun
merupakan faktor dalam pengaturan suhu tubuh.
B. Definisi
Acne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit kulit akibat
perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada
masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula,
pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer,
dkk. 2000).
Defenisi lain akne vulgaris atau disebut juga common acne
adalah penyakit radang menahun dari apparatus pilosebasea, lesi
paling sering di jumpai pada wajah, dada dan punggung. Kelenjar
yang meradang dapat membentuk papul kecil berwarna merah
muda, yang kadang kala mengelilingi komedo sehingga tampak
hitam pada bagian tengahnya, atau membentuk pustul atau kista;
penyebab tak diketahui, tetapi telah dikemukakan banyak faktor,
termasuk stress, faktor herediter, hormon, obat dan bakteri,
khususnya Propionibacterium acnes, Staphylococcus albus, dan
Malassezia furfur, berperan dalam etiologi (Dorland, 2002).

Page 10 of 35

Acne Vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea


yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista
pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu bagian atas
dari

ekstremitas

superior,

dada

dan

punggung.

(Harahap, Marwali, 2006).


Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel
pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat
sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

C. Klarifikasi
a) Jerawat Superficial/jerawat permukaan
Jerawat superficial/jerawat permukaan yaitu bila kulit terdapat
komedo dan pustula (lepuhan berisi nanah) tanpa disertai
abses,

jerawat

superficial

biasanya

bila

sembuh

tidak

meninggalkan jaringan parut.


b) Jerawat Dalam
Jerawat dalam yaitu jika perawat yang meradang menyusup
kedalam jaringan kulit dibawahnya, timbul kista berisi nanah
yang bisa pecah dan selanjutnya akan berkembang menjadi
abses yang lebih besar. Pada jerawat dalam infeksi bisa
menyebar dan menyebabkan terbentuknya daerah peradangan
yang lebih luas dan menonjol, kista yang berisi nanah dan
abses yang kesemuanya bisa pecah meninggalkan jaringan
parut.
D. Epidemiologi
Acne vulgaris diperkirakan mengenai 79-95% pada

usia

remaja.13 Pada pria dan wanita yang berusia lebih dari 45 tahun,
40-45% diantaranya memiliki acne vulgaris pada wajah, dimana

Page 11 of 35

pada 12% wanita dan 3% pria menetap hingga usia pertengahan


14. Meskipun demikian, hanya ada beberapa penelitian mengenai
prevalensi acne vulgaris pada remaja di Asia. Dalam suatu
penelitian yang dilakukan terhadap 1.045 remaja usia 13-19 tahun
di Singapura, hasilnya memperlihatkan bahwa 88% diantaranya
ternyata memiliki acne vulgaris. Dari jumlah tersebut, 51,4 %
diklasifikasikan sebagai acne vulgaris ringan, 40 % acne vulgaris
sedang dan 8,6 % acne vulgaris berat. Saat memasuki usia
dewasa, prevalensi acne vulgaris akan menurun. Namun demikian
pada wanita kejadian acne vulgaris dapat terus berlanjut hingga
usia dekade ketiga atau lebih lama lagi. Pada pria umumnya acne
vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui
bahwa justru gejala acne vulgaris berat terjadi pada pria. Acne
vulgaris nodulokistik dilaporkan lebih sering terjadi pada pria kulit
putih dibandingkan kulit hitam, dan satu penelitian menemukan
bahwa acne vulgaris lebih berat pada pasien-pasien dengan
genotip XYY.
E. Etiologi
Acne vulgaris adalah penyakit yang disebabkan multifaktor,
menurut

Pindha

Permasalahannya

(dalam
2004)

Tumbuh
faktor-

Kembang

faktor

yang

Remaja

dan

mempengaruhi

terjadinya akne adalah:


1. Faktor genetik. Faktor genetik memegang peranan penting
terhadap kemungkinan seseorang menderita akne. Penelitian
di Jerman menunjukkan bahwa akne terdapat pada 45% remaja
yang salah satu atau kedua orang tuanya menderita akne, dan
hanya 8% bila ke dua orang tuanya tidak menderita akne.
2. Faktor
ras. Warga Amerika berkulit putih lebih banyak
menderita akne dibandingkan dengan yang berkulit hitam dan

Page 12 of 35

akne yang diderita lebih berat dibandingkan dengan orang


Jepang.
3. Hormonal. Hormonal dan kelebihan keringat semua pengaruh
perkembangan dan

atau keparahan dari jerawat (Ayer J dan

Burrows N, 2006). Beberapa faktor fisiologis seperti menstruasi


dapat mempengaruhi akne. Pada wanita, 60- 70% akne yang
diderita menjadi lebih parah beberapa hari sebelum menstruasi
dan menetap sampai seminggu setelah menstruasi.
4. Diet. Tidak ditemukan adanya hubungan antara akne dengan
asupan total kalori dan jenis makanan, walapun beberapa
penderita

menyatakan

akne

bertambah

parah

setelah

mengkonsumsi beberapa makanan tertentu seperti coklat dan


makanan berlemak.
5. Iklim. Cuaca yang panas dan lembab memperburuk akne.
Hidrasi pada stratum koreneum epidermis dapat merangsang
terjadinya akne. Pajanan sinar matahari yang berlebihan dapat
memperburuk akne.
6. Lingkungan. Akne lebih sering ditemukan dan gejalanya lebih
berat di daerah industri dan pertambangan dibandingkan
dengan di pedesaan.
7. Stres. Akne dapat kambuh atau bertambah buruk pada
penderita stres emosional. Mekanisme yang tepat dari proses
jerawat tidak sepenuhnya dipahami, namun diketahui dicirikan
oleh sebum berlebih, hiperkeratinisasi folikel, stres oksidatif dan
peradangan.

Androgen, mikroba dan pengaruh pathogenetic

juga bekerja dalam proses terjadinya jerawat (Thiboutot, 2008).


Perubahan

patogenik

pertama

dalam

akne

adalah

1)

Keratinisasi yang abnormal pada epitel folikel, mengakibatkan


pengaruh pada sel berkeratin di dalam lumen. 2) Peningkatan
sekresi sebum oleh kelenjar sebasea.

Penderita dengan akne

Page 13 of 35

vulgaris memiliki produksi sebum yang lebih dari rata-rata dan


biasanya keparahan akne sebanding dengan produksi sebum
(Pindha dalam Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya
2004). 3) Proliferasi proprionebacterium akne dalam folikel. 4)
Radang (Darmstadt dan Al Lane dalam Nelson 2000).
Lesi akne vulgaris tumbuh dalam folikel sebasea besar dan
multilobus yang mengeluarkan produknya ke dalam saluran folikel.
Lesi permukaan akne adalah komedo, yang merupakan kantong
folikel yang berdilatasi berisi materi keratinosa berlapis, lipid dan
bakteri. Komedo sendiri terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Komedo terbuka, dikenal sebagai kepala hitam, memiliki
orifisium

pilosebasea

patulosa

yang

member

gambaran

sumbatan. Komedo terbuka lebih jarang mengalami radang.


2. Komedo tertutup atau kepala putih. Papula radang atau nodula
tumbuh dari komedo yang telah rupture dan mengeluarkan isi
folikel ke dermis bawahnya, menginduksi radang neutrofilik.
Jika reaksi radang mendekati permukaan, timbul papula dan
pustule, jika infiltrat radang terjadi pada dermis lebih dalam,
terbentuk nodula.

Supurasi dan reaksi sel raksasa yang

kadang-kadang terjadi pada keratin dan rambut di sebabkan


oleh lesi nodulokistik.

Nodulokistik bukan merupakan kista

yang sesungguhnya tetapi massa puing-puing radang yang


mencair.
F. Patofisiologi
Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, keratinisasi dalam
folikel yang biasanya berlangsung longgar berubah menjadi padat
sehingga sukar untuk lepas dari saluran folikel tersebut. Produksi
sebum meningkat oleh kelenjar sebasea yang menyebabkan

Page 14 of 35

meningkatnya unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab


meningkatnya lesi akne. Terbentuknya fraksi asam lemak bebas
penyebab terjadinya proses inflamasi folikel dalam sebum dan
kekentalan

sebum

yang

penting

pada

proses

patogenesis

penyakit. Peningkatan jumlah flora folikel yang berperan dalam


proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan ensim lipolitik
pengubah fraksi lipit sebum.

Terjadi respon hospes berupa

pembentukan circulating antibodies yang memperberat akne.


Peningkatan hormon androgen ,anabolic, kortiikosteroid, serta
ACTH yang mungkin menjadi faktor penting pada peningkatan
kelenjar sebasea. Terjadi stres yang dapat memicu peningkatan
kelenjar sebasea baik secara langsung atau melalui ranggsangan
terhadap kelenjar hipofisis. Faktor lain : usia, ras, cuaca/iklim,
familial, makanan yang secara tidak langsung dapat memicu
peningkatan proses patogenesis tersebut.
Selama usia kanak-kanak,kelenjar sebasea berukuran kecil
dan pada dasarnya tidak berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah
kendali endokrin khususnya hormon-hormon androgen. Dalam usia
pubertas hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan
menyebabkan kelenjar tersebut membesar serta mensekresi suatu
minyak alami yaitu sebum yang merembes naik hingga puncak
filokel rambut dan mengalir keluar dari permukaan kulit. Pada
remaja yang berjerawat, stimulasi androgenic akan meningkatkan
daya responsive kelenjar sebasea hingga akne terjadi ketika
duktus polisebasea tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan yang
terbentuk ini akan membentuk komedo.

Page 15 of 35

G. Web Of Caution
Faktor pencetus akne (hormone androgen, stress, kulit berminyak)

Perubahan pola kretinisasi dalam folikel

Kretinisasi yang biasanya longgar menjadi padat

Sukar lepas dari folikel

Produksi sebum meningkat oleh kelenjar sebasea


Terbentuk asam lemak bebas
Meningkatnya unsure komedogenik

inflamatogenik

Meningkatnya kekentalan sebum

Meningkatnya lesi akne


Peningkatan jumlah flora folikel
Lesi akne semakin berat karena adanya circulating antibody
Kemerahan dan benjol

Pembentukan enzim lipolitik

MK: Gangguan Integritas Kulit


MK: Nyeri
Merasa malu dengan keadaan diri

Mengubah lipid sebum

MK: Ganggaun Citra Diri


Terjadi respon hospes

Pembentukan circulating antibody

Page 16 of 35

H. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik dari akne fulgaris ditandai dengan empat
tipe dasar lesi : Komedo terbuka dan tertutup, papula, pustule dan
lesi nodulo kistik. Tempat predileksi akne vulgaris yaitu pada
muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas, leher,
lengan atas dan glutea, kadang terkena erupsi kulit polimorfi.akne
vulgaris dapat disertai gatal dan nyeri.
Komedo merupakan gejala patognomonik bagi akne berupa
papul miliar yang ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila
berwarna hitam mengandung unsur melanin sehingga disebut
komedo hitam,sedang bila berwarna putih karena letaknya lebih
dalam sehingga tidak mengadung unsur melanin disebut sebagai
komedo putih atau komedo tertutup.
I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dari hasil
pemeriksaan

fisik.

Contohnya

ditemukannya

komedo

pada

permukaan kulit wajah atau bahu.


J. Penatalaksanaan
Kompres air hangat bisa melunakkan komedo sehingga lebih
mudah diangkat, komedo bisa diangkat oleh penderita sendiri
sebanyak 1-2kali/minggu dengan menggunakan jerum steril atau
ekstraktor schamberg.
1) Jerawat superfisial
Untuk menghilangkan jerawat, bisa dioleskan antibiotik
clidamycin atau erythromycin dengan atau tanpa zat iritasi
(misalnya tretionin). Antibiotik peroral (melalui mulut yaitu
tetracycline, eritromycin, minocycline atau doxicycline, bisa
mengurangi atau mencegah jerawat permukaan. Sinar matahari
bisa

membantu

mengeringkan

kulit

dan

membantu

Page 17 of 35

pembentukan sisik yang sifatnya ringan sehingga mempercepat


penyembuhan.
Tetapi pada penderita yang menggunakan tretionin, sinar
matahari dapat menyebabkan iritasi yang hebat. Tretionin
tersedia

dalam

bentuk

krim

cair

dan

gel

yang

bisa

mengeringkan kulit tetapi pemakaiannya harus hati-hati. Jika


terjadi irirtasi tretionin hanya boleh digunakan pada malam
hari. Selain tretionin dioleskan tipis-tipis, tidak boleh mengenai
mata sudut bibir dan lipatan kulit disekitar hidung. Selama
beberapa hari pertama pemakaian tretionin, mungkin jerawat
akan terlihat semakin memburuk dan perbaikan baru terlihat
dalam waktu kurang lebih 3-4 minggu.
Obat lainnya yang bisa digunakan adalah benzoil peroksida
dan obat ang mengandung sulfur resordinol. Obat tersebut
biasanya dioleskan 2kali/hari, yaitu pada malam dan pagi hari.
2) Jerawat dalam
Diberikan antibiotik peroral (tetracycline, minocycle atau
eritromycin) selama beberapa minggu. Pada remaja putri,
pemakaian antibiotik bisa menyebabkan infeksi jamur dalam
vagina.

Jika

pemberian

antibiotik

tidak

berhasil,

berikan

isotretinoin per oral. Obat ini sangat efektif tetapi bisa


menyebabkan cacat bawaan pada janin. Karena ini wanita yang
sedang hamil tidak dianjurkan untuk menggunakan obat ini
pemeriksaan sel darah juga harus dilakukan untuk meyakinkan
bahwa obat yang tidak mempengaruhi sel darah, hati dan kadar
lemak.
Dermobrasi adalah suatu prosedur dimana permukaan kulit
digosokkan dengan suatu alat pengasah yang terbuat dari
logam untuk membuang lapisan paling atas. Tindakan ini
dilakukan untuk mengangkat jaringan parut yang kecil.

Page 18 of 35

Terapi sinar X tidak dianjurkan untuk mengatasi jerawat


begitu pula salep kortikosteroid yang bisa memperburuk
jerawat. Untuk wanita yang memiliki jerawat hebat selama
siklus menstruasinya bisa diberikan pil KB, tetapi hasilnya baru
diperoleh setelah pemakaian pil KB selama 4-6 bulan.
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Aktivitas istirahat, tanda: perasaan klien gelisah akan
keadaan kulitnya
b) Integritas ego, gejala: ansietas, emosi, kesal. Tanda:
menolak perhatian terhadap sekitarnya, depresi karena
memikirkan akan proses penyembuhan
c) Neurosensori, gejala: dapat meningkatkan emosional seperti
rasa tidak nyaman dan gatal. Tanda: perubahan diri,
orientasi dan perilaku.
d) Nyeri, gejala : klien mengeluh nyeri pada akne. Tanda:
adanya lesi pada kulit, kemerahan dan edema
e) Interaksi social, gejala: hubungan dengan orang lain kurang
terbina
2. Diagnosa
a) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
reaksi inflamasi
b) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya
lesi pada kulit.
c) Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan
frustrasi terhadap tampilan diri.
d) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang terpapar terhadap informasi.
3. Intervensi
a) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
reaksi inflamasi
Tujuan ; tidak terjadi gangguan integritas kulit.
Intervensi :

Page 19 of 35

a. Observasi atau catat ukuran, warna dan keadaan kulit di


area sekitar luka. Rasional : Mengetahui perkembangan
luka pasien dan kulit di sekitarnya.
b. Beri perawatan kulit sering agar tidak kering. Rasional :
Terjadi kering dapat merusak kulit dan mempercepat
kerusakan.
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan kosmetik atau
preparat

tabir

surya.

Rasional

Banyak

masalah

kosmetika pada hakekatnya semua kelainan malignitas


kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
b) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya
lesi pada kulit
Tujuan : nyeri hilang/terkontrol
Intervensi :
a. Observasi

tingkat

nyeri

pasien.

Rasional

Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan juga


tanda-tanda perkembangan/ resolusi komplikasi.
b. Ajarkan pasien tehnik distraksi dan relaksasi. Rasional :
Distraksi relaksasi dapat membantu meringankan nyeri.
c. Beri posisi yang nyaman. Rasional : Memberikan
kenyamanan pada pasien sehingga dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan.
d. Kolaborasi pemberian analgetik. Rasional : Pemberian
analgetik dapat membantu meringankan derajat nyeri
pasien.
c) Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa malu dan
frustrasi terhadap tampilan diri.
Tujuan ; Klien akan mempertahankan konsep diri yang positif
selama dalam perawatan.
Intervensi :
a. Kaji persepsi pasien dan pandangannya terhadap akne.
Rasional : Pasien yang memandang akne sebagai cacat

Page 20 of 35

kulit biasanya tidak toleransi terhadap tampilan diri,


sedangkan

pasien

yang

memandang

akne

sebagai

penyakit yang normal dan fisiologis dapat menerima


konsep diri dan tidak beresiko terganggu konsep diri
b. Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri
tertang hal negatif. Rasional : Mengidentifikasi kebutuhan
untuk intervensi
c. Dorong pengungkapan
terdekat

memulai

perasaan.
penerimaan

Rasional

perubahan

Orang
dan

mengurangi ansietas mengenai perubahan citra diri.


d. Perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan
penyangkalan. Rasional : Penyangkalan mungkin lama
dan

mungkin

maladaptif

karena

pasien

tidak

siap

mengatasi masalah pribadi.


e. Rujuk keterapi fisik dan konsul psikiatrik. Contoh klinik
spesialis perawat psikiatrik, pelayanan social, psikologis
sesuai kebutuhan. Rasional : Membantu dalam identifikasi
cara

atau

alat

untuk

meningkatkan

atau

mempertahankan kemandirian.
d) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang terpapar terhadap informasi
Tujuan ; Klien akan meningkatkan pengetahuan selama
dalam perawatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan

pasien.

Rasional

untuk

mengetahu sejauh mana pengetahuan pasien tentang


penyakitnya.
b. Jelaskan pada pasien tentang penyebab, perlawanan
penyakit , pengobatan dan lamanya pengobatan serta
pencegahan akne vulgaris. Rasional : untuk Meningkatkan
pengetahuan pasien.

Page 21 of 35

c. Dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya. Rasional


:

meningkatkan

pengambilan

proses

keputusan

dan

belajar,

meningkatkan

menurunkan

ansietas

sehubungan dengan ketidaktahuan.

Page 22 of 35

BAB III
ASKEP KASUS
A. Kasus
Ny. Y datang ke klinik

Tanggal 1 Oktober 2015 dengan

keluhan utama banyaknya jerawat pada kulit mukanya. Tampak


kemerahan pada kulit yang berjerawat dan terasa nyeri saat
disentuh. Klien mengaku dia sering tidak membersihkan wajahnya
sebelum tidur dan klien tidak tahu mengenai tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mengobati jerawatnya. Klien juga merasa
khawatir wajahnya tidak bisa kembali bersih. Klien juga merasa
malu terhadap jerawat di wajahnya.
B. Data Klinis
Nama
: Ny. Y
Umur
: 27 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Rahasia
Status perkawinan
: Menikah
Agama
: Islam
TB
: 181 cm
BB
: 50 Kg
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Ny. Y datang ke klinik dengan keluhan utama banyaknya
jerawat pada kulit mukanya. Tampak kemerahan pada kulit
yang berjerawat dan terasa nyeri saat disentuh.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. Y sering berjerawat setelah mengalami
menstruasi pertama.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. Y tidak ada
yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Vital sign

Page 23 of 35

TB
: 181 cm
BB
: 50 kg
RR
: 24x/menit
TD
: 90/60 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Suhu : 370 C
2) Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam, tidak ada ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
3) Pemeriksaan mata
Inspeksi
Konjungtiva : tidak anemis
Sclera : tidak ikterus
4) Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak ada polip maupun
peradangan, tidak ada sekret.
Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan.
5) Pemeriksaan mulut
Inspeksi

bibir

pucat,

sudut

bibir

pecah-pecah,

gusi

berdarah.
6) Pemeriksaan wajah
Inspeksi : terlihat kemerahan pada bagian yang berjerawat.
Palpasi : Adanya nyeri pada bagian yang berjerawat
7) Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Fungsi pendengaran normal.
8) Pemeriksaan leher

Page 24 of 35

Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening


Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid
9) Pemeriksaan thorak
a) Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
b) Paru- paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan
ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
10) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
11) Pemeriksaan Ekstremitas
a) Ekstremitas atas: tangan kanan

terpasang

infus,

pergerakan lemah. Terdapat memar dan bercak-bercak


hitam di tangan kiri.
b) Ekstremitas bawah : pergerakan lemah
c) Nyeri di persendian dan tulang.
2. Analisis Data
No
.
1.

Data

Diagnosa Keperawatan

DS :
Gangguan integritas kulit
1. Klien
mengatakan berhubungan dengan lesi
kulitnya berjerawat sejak dan reaksi inflamasi
pertama menstruasi
2. Klien
mengatakan
kulitnya kasar pada bekas
jerawat

Page 25 of 35

DO

RR : 26 x / menit

TD : 90/60 mmHg

Suhu : 37 0C
Wajah klien terdapat banyak
jerawat
Wajah
klien
terdapat
kemerahan pada
jerawat
2.

3.

DS :
1. Klien mengatakan nyeri
pada
bagian
yang
berjerawat
DO :
Adanya nyeri tekan pada kulit
yang berjerawat
DS:
1. Klien
mengatakan
khawatir wajahnya tidak
dapat kembali bersih dan
cantik lagi.
2. Klien
merasa
malu
terhadap diwajahnya
DO :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 0C
RR : 26 x / menit
BB : 45 Kg
TB : 160 cm
Klien terlihat sering menutupi
wajahnya yang berjerawat

Nyeri
berhubungan
dengan
proses
peradangan dan adanya
lesi pada kulit.

Gangguan
citra
diri
berhubungan
dengan
rasa malu dan frustrasi
terhadap tampilan diri.

3. Prioritas Diagnosa
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan reaksi
inflamasi
b. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan dan adanya lesi
pada kulit.
c. Gangguan citra diri

berhubungan dengan rasa malu dan

frustrasi terhadap tampilan diri.

Page 26 of 35

4. Intervensi
No
NOC (Tujuan)
.
D
x
1
Setelah
dilakukan
tidakan
keperawatan
selama 1x24
jam
menunjukkan
integritas kulit
dan membrane
mukosa
Kriteria Hasil :
Keutuhan kulit
tidak ada
gangguan

NIC (Rencana
Keperawatan)
1. Observasi atau
catat ukuran, warna
dan keadaan kulit di
area sekitar luka.

Rasional

1. Mengetahui
perkembangan
luka pasien dan
kulit di
sekitarnya.

2. Beri perawatan
kulit sering agar tidak 2. Terjadi kering
kering
dapat merusak
kulit dan
mempercepat
kerusakan.
3. Anjurkan pasien
untuk menggunakan3.3
3.
Banyak
kosmetik atau
masalah
preparat tabir surya
kosmetika pada
hakekatnya
semua kelainan
malignitas kulit
dapat dikaitkan
dengan
kerusakan kulit
kronik.
Setelah
1. Observasi tingkat
1.
dilakukan
nyeri pasien.
Mengindikasika
tindakan
n kebutuhan
keperawatan
untuk intervensi
selama 1x24
dan juga tandajam klien dapat
tanda
menunjukkan
perkembangan/
tingkat nyeri
2. Ajarkan pasien
resolusi
Kriteria Hasil :
tehnik distraksi dan
komplikasi.
ekspresi pada
relaksasi.
wajah tidak ada
2.
2.
Distraksi
relaksasi dapat
3. Beri posisi yang
membantu

Page 27 of 35

nyaman.

4. Kolaborasi
pemberian analgetik.

meringankan
nyeri.
3.Memberikan
kenyamanan
pada
pasien
sehingga dapat
mengurangi
nyeri
yang
dirasakan.
4.Pemberian
analgetik dapat
membantu
meringankan
derajat
nyeri
pasien.

Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam gangguan
citra tubuh
berkurang
dengan
Kriteria Hasil:
Harga diri
positif

1. Kaji persepsi
pasien dan
pandangannya
terhadap akne.

2. Perhatikan perilaku
menarik diri,
membicarakan diri
tertang hal negatif

1.Pasien
yang
memandang
akne
sebagai
cacat
kulit
biasanya tidak
toleransi
terhadap
tampilan
diri,
sedangkan
pasien
yang
memandang
akne
sebagai
penyakit yang
normal
dan
fisiologis dapat
menerima
konsep diri dan
tidak
beresiko
terganggu
konsep diri
2.
Mengidentifikasi

Page 28 of 35

3. Dorong
pengungkapan
perasaan

kebutuhan
untuk intervensi

4. Perhatikan perilaku
menarik diri dan
penggunaan
penyangkalan.

3. Orang
terdekat
memulai
penerimaan
perubahan dan
mengurangi
ansietas
mengenai
perubahan citra
diri.
4.Penyangkalan
mungkin lama
dan
mungkin
maladaptif
karena
pasien
tidak
siap
mengatasi
masalah
pribadi.

5. Implementasi
No
.
Dx

Tanggal dan
Jam

Pelaksanaan

2 Oktober
2015
Pukul 08.00

1. Observasi atau
catat ukuran,
warna dan
keadaan kulit di
area sekitar luka.
2. Beri
perawatan kulit
sering agar tidak
kering

Evaluasi
Tindakan/respon
Klien

Nama
dan
Paraf
Petug
as

1.kulit berwarna
kemerahan pada
area yang
berjerawat
2. Kulit mulai
lembab saat
dilakukan
perawatan

Page 29 of 35

3. Anjurkan
pasien untuk
menggunakan
kosmetik atau
preparat tabir
surya
2

2 Oktober
2015
Pukul 08.30

1. Observasi
tingkat nyeri
pasien.
2. Ajarkan pasien
tehnik distraksi
dan relaksasi.
3. Beri posisi
yang nyaman.

2 Oktober
2015
Pukul 09.00

4. Kolaborasi
pemberian
analgetik.
1. Kaji persepsi
pasien dan
pandangannya
terhadap akne.
2. Perhatikan
perilaku menarik
diri,
membicarakan
diri tertang hal
negatif
3. Dorong
pengungkapan
perasaan
4. Perhatikan
perilaku menarik

3. Klien merasa
lebih nyaman dan
kulitnya tidak
kasar

1. Nyeri hanya
berada pada area
yang berjerawat
2. Paien terlihat
nyaman dan tidak
nyeri
3. pasien terlihat
nyaman
4. nyeri
menghilang
1. Pasien merasa
malu dengan
jerawat
diwajahnya
2.Klien tetap
merasa minder
terhadap
jerawatnya
3. Klien
mengatakan
jerawatnya
merasa dirinya
tidak cantik
sehingga klien
malu untuk
menunjukkan
dirinya

Page 30 of 35

diri dan
penggunaan
penyangkalan.

4.klien terlihat
malu dengan
jerawatnya

6. Evaluasi
No.
Dx

Tanggal

5 Oktober 2015

5 Oktober 2015

5 Oktober 2015

Nama
&
paraf

Catatan Perkembangan
S: Ny. Y mengatakan kulitnya
tidak kasar lagi
O: pada saat palpasi kulit sudah
tidak kasar
A:Masalah Teratasi
P:Lanjutkan pemberian HE
S: Ny.. Y mengatakan nyeri
menghilang
O: Pasien terlihat tidak merasa
nyeri
A:Masalah Teratasi
P:Pasien diberikan HE
S: Ny. Y mengatakan masih
merasa malu dengan jerawatnya
O: Pasien terlihat malu tetapi
mulai bisa menunjukkan diri
A:Masalah Teratasi Sebagian
P:Pasien dilanjutkan intervensi
dan diberikan HE

Page 31 of 35

Ny. Y

BAB IV
PEMBAHASAN
umur 27 tahun dengan keluhan utama banyaknya

jerawat pada kulit mukanya. Tampak kemerahan pada kulit yang


berjerawat dan terasa nyeri saat disentuh. Klien mengaku dia
sering tidak membersihkan wajahnya sebelum tidur dan klien tidak
tahu

mengenai

tindakan

apa

yang

harus

dilakukan

untuk

mengobati jerawatnya. Klien juga merasa khawatir wajahnya tidak


bisa kembali bersih. Klien juga merasa malu terhadap jerawat di
wajahnya. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit kulit akibat
perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada
masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula,
pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka

dapat

ditegakkan diagnosa keperawatan yang pertama untuk klien


adalah Gangguan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
reaksi inflamasi yang ditandai dengan kulit pasien kasar pada
daerah yang berjerawat.
Diagnosa kedua untuk klien adalah Nyeri berhubungan
dengan proses peradangan dan adanya lesi pada kulit ditandai
dengan adanya nyeri pada daerah yang berjerawat.
Diagnosa untuk yang ketiga klien adalah Gangguan citra diri
berhubungan dengan rasa malu dan frustrasi terhadap tampilan
diri yang ditandai dengan pasien merasa malu dengan jerawat
yang ada di wajahnya. Dengan intervensi yang tepat, klien bisa
segera

mendapatkan

penyakitnya.

Misalnya

pengobatan
untuk

untuk

menghilangkan

menyembuhkan
jerawat,

bisa

dioleskan antibiotik clidamycin atau erythromycin dengan atau


tanpa zat iritasi (misalnya tretionin). Antibiotik peroral (melalui
mulut yaitu tetracycline, eritromycin, minocycline atau doxicycline,

Page 32 of 35

bisa mengurangi atau mencegah jerawat permukaan. Sinar


matahari bisa membantu mengeringkan kulit dan membantu
pembentukan sisik yang sifatnya ringan sehingga mempercepat
penyembuhan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Acne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit kulit akibat
perdangan kronik folikel pilosebasea yang umunya terjadi pada
masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papula,
pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya (Arif Mansjoer,
dkk. 2000).
Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikel umum
yang mengenai pilosebasea (polikel rambut) yang rentan dan
paling sering ditemukan di daerah muka, leher, serta bagian atas.
Akne ditandai dengan komedo tertutup ( white head ), komedo
terbuka (black head), papula, pustul, nodus, dan kista ( Brunner &
Suddarth, 2001 ).
Ada beberapa macam terapi yang diberikan pada pasien
akne vulgaris yakni pengobatan sistemik, pengobatan topical dan
pembedahan.

Sedangkan

untuk

mencegah

timbulnya

akne

dianjurkan beberapa hal yaitu : diet, perawatan kulit dan


memberikan informasi yang cukup kepada pasien mengenai
penyebab penyakit serta pencegahannya.
B. Saran
Dari hasil pembahasan diatas, maka disarankan agar dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan akne

Page 33 of 35

vulgaris harus diperhatikan pendidikan kesehatan yang penting


yakni: diet, perawatan diri dan menghindari kosmetik berlebihan.

Page 34 of 35

DAFTAR PUSTAKA
Susanto, Clevere. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Nuhs Medika:
jakarta
Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah Vol.1. Jakarta : EGC.
Soepaman, Sarwono Waspadji. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi
3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Taylor,

Cynthia.

2013.

Diagnosis

Keperawatan

Dengan

Rencana

Asuhan. Jakarta : EGC.


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta.
Corwin, J Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta
Harahap Marwali ,Prof Dr . 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates
,Jakarta.

Page 35 of 35

Anda mungkin juga menyukai