Anda di halaman 1dari 13

BATUBARA

terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan memerlukan waktu yang lama (puluhan
sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia dan keadaan geologi. Untuk
memahami bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana
batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara terbentuk dan
faktor-faktor yang akan mempengaruhinya serta bentuk lapisan batubara.
Tempat Terbentuknya Batubara
Ada 2 macam teori yang menyatakan tempat terbentuknya batubara, yaitu :
A. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan
tersebut mati, belum mengalami proses transportasi, segera tertimbun oleh lapisan
sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara
ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya
relatif kecil, Dapat dijumpai pada lapangan batubara Muara Enim (SumSel).
B. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
demikian setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi
disuatu tempat, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak
luas tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitasnya kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari
tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Dapat dijumpai pada lapangan batubara
delta Mahakam Purba, Kaltim.
Faktor yang Berpengaruh
Batubara terbentuk dengan cara yang kompleks dan memerlukan waktu yang lama
(puluhan sampai ratusan juta tahun) dibawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan
geologi. Faktor yang berpengaruh pada pembentukan batubara, yaitu :
a. Posisi Geotektonik
Merupakan suatu tempat yang keberadaannya dipengaruhi gaya-gaya tektonik lempeng.
Posisi ini mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan pengendapan batubara
maupun kecepatan penurunannya.
b. Morfologi (Topografi)
Morfologi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena
menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk.
c. Iklim

Kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan


faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisi yang sesuai. Tergantung pada posisi
geografi dan dipengaruhi oleh posisi geotektonik.
d. Penurunan
Dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik. Jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang
akan dihasilkan endapan batubara tebal.
e. Umur Geologi
Posisi geologi menentukan berkembangnya evolusi kehidupan berbagai macam tumbuhan.
Dalam masa perkembangannya secara tidak langsung membahas sejarah pengendapan
batubara dan metamorfosa organik. Makin tua umur batuan makin dalam penimbunan
yang tejadi, sehingga terbentuk batubara yang bermutu tinggi. Tetapi pada batubara yang
mempunyai umur geologi lebih tua selalu ada resiko mengalami deformasi tektonik yang
membentuk struktur perlipatan atau patahan pada lapisan batubara.
f. Tumbuhan
Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan dari flora terakumulasi
pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu, merupakan
faktor penentu terbentuknya berbagai type batubara.
g. Dekomposisi
Dekomposisi flora merupakan bagian dari transformasi biokimia dari organik merupakan
titik awal untuk seluruh alterasi. Dalam pertumbuhan gambut, sisa tumbuhan akan
mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi. Setelah tumbuhan mati, proses
degradasi biokimia lebih berperan. Proses pembusukan (decay) akan terjadi oleh kerja
mikrobiologi (bakteri anaerob). Bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen
menghancurkan bagian yang lunak dari tumbuhan seperti celulosa, protoplasma dan pati.
Dari proses diatas terjadi perubahan dari kayu menjadi lignit dan batubara berbitumen.
Dalam suasana kekurangan oksigen terjadi proses biokimia yang berakibat keluarnya air
(H2O) dan sebagian unsur karbon akan hilang dalam bentuk karbon dioksida (CO2),
karbon monoksida (CO) dan methan (CH4). Akibat pelepasan unsur atau senyawa tersebut
jumlah relatif unsur karbon akan bertambah. Kecepatan pembentukan gambut tergantung
pada kecepatan perkembangan tumbuhan dan proses pembusukan. Bila tumbuhan
tertutup oleh air dengan cepat, maka akan terhindar oleh proses pembusukan, tetapi
terjadi proses disintegrasi atau penguraian oleh mikrobiologi. Bila tumbuhan yang telah
mati terlalu lama berada di udara terbuka, maka kecepatan pembentukan gambut akan
berkurang, sehingga hanya bagian keras saja tertinggal yang menyulitkan penguraian oleh
mikrobiologi.
h. Sejarah sesudah pengendapan
Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geotektonik yang
mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi
proses geokimia dan metamorfosa organik setelah pengendapan gambut.
i. Struktur cekungan batubara

Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami deformasi oleh


gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk tertentu.
j. Metamorfosa organik
Tingkat kedua dalam pembentukan batubara adalah penimbunan atau penguburan oleh
sedimen baru. Pada tingkat ini proses degradasi biokimia tidak berperan lagi tetapi lebih
didominasi oleh proses dinamokimia. Proses ini menyebabkan terjadinya perubahan
gambut menjadi batubara dalam berbagai mutu. Selama proses ini terjadi pengurangan air
lembab, oksigen dan zat terbang (seperti CO2, CO, CH4 dan gas lainnya) serta
bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu. Perubahan mutu
batubara diakibatkkan oleh faktor tekanan dan waktu. Tekanan dapat disebabkan oleh
lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik.

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki riwayat pemanfaatan
yang sangat panjang. Beberapa ahli sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan
secara komersial di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur
laut Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang
logam sekitar tahun 1000 SM. Bahkan petunjuk paling awal tentang batubara ternyata
berasal dari filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang
seperti batu. Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di
Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh bangsa Romawi pada
tahun 400 SM.
Catatan sejarah dari Abad Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu
bara di Eropa, bahkan suatu perdagangan internasional batu bara laut dari lapisan batu
bara yang tersingkap di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama
Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat mendesak.
Penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769,
sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batu bara. Oleh karena itu, riwayat
penambangan dan penggunaan batu bara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi
Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan
kapal uap.
Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang
seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun
1960 minyak menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan
batubara. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa batubara akhirnya tidak berperan
sama sekali sebagai salah satu sumber energi primer.
Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang
berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan
upaya pemenuhan pasokan energi yang kontinyu. Selain itu, labilnya kondisi keamanan di
Timur Tengah yang merupakan produsen minyak terbesar juga sangat berpengaruh pada
fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan. Keadaan inilah yang kemudian mengembalikan
pamor batubara sebagai alternatif sumber energi primer, disamping faktor faktor berikut
ini:

1.

Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas.


Diperkirakan terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti
(proven coal reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.
Dengan asumsi tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per
tahun untuk produksi batubara keras (hard coal) dan 879 juta ton per tahun untuk
batubara muda (brown coal), maka cadangan batubara diperkirakan dapat
bertahan hingga 164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini,
minyak diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67
tahun. Disamping itu, sebaran cadangannya pun terbatas, dimana 68% cadangan
minyak dan 67% cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.

1.

Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak


cadangan batubara.
Berdasarkan data dari BP Statistical Review of Energy 2004, pada tahun 2003, 8
besar negara negara dengan cadangan batubara terbanyak adalah Amerika
Serikat, Rusia, China, India, Australia, Jerman, Afrika Selatan, dan
Ukraina.

1.

Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang
stabil.

2.

Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.

3.

Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.

4.

Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi


sementara.

5.

Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.

6.

Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.

7.

Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami


dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal
technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.

Melihat pemaparan di atas, dapat dimengerti bahwa peranan batubara dalam penyediaan
kebutuhan energi sangatlah penting. Disini penulis tidak akan membahas lebih jauh
tentang hal tersebut, tapi akan mengenalkan tentang batubara dan parameter umum yang
menjadi penilaian kualitas batubara.
Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan purba
yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang
berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori
bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan
lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan
(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan

geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang


jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai
dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara


(Sumber: Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004)
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period)
dikenal sebagai zaman batu bara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai
290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan
tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai maturitas organik. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang selanjutnya berubah
menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula batu bara coklat (brown coal).
Batubara muda adalah batu bara dengan jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun,
maka batu bara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus
(sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara
menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
(bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas
organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan
konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh
analisis dari masing masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based)


(Sumber: Sekitan no Kisou Chishiki)

Data-data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya adalah sebagai
berikut:

Gambar 2. Hubungan Tingkat Pembatubaraan Kadar Unsur Utama


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat pembatubaraan,maka
kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena
tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas
batubara, maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara
bermutu rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi
yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture)
yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta
warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga
semakin besar.

1.

Cadangan Batubara adalah bagian yang dapat ditambang secara ekonomis


atas Sumberdaya Batubara Terukur atau Tertunjuk pada saat pelaporan itu dibuat.
Pengertian ini sudah memasukkan material yang dianggap akan dibuang (dilution)
atau

hilang

(losses)

yang

mungkin

terjadi

manakala

batubara

itu

ditambang. Pengkajian yang benar, termasuk studi kelayakan, seyogyanya


harus dilakukan. Pengkajian ini harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan
cara penambangan yang benar, keekonomian, pemasaran, keuntungan, hukum,
lingkungan, konservasi endapan dan faktor sosial serta kepemerintahan. Pada
saat

pelaporan,

pengkajian-pengkajian

ini

mampu

menunjukkan

bahwa

pengambilan cadangan dapat dipertanggung jawabkan.


1.

Probable Coal Reserve (Cadangan Batubara Terkira) adalah bagian yang


dapat ditambang secara ekonomis dari suatu sumber daya Tertunjuk, dan dalam
beberapa hal Sumberdaya Batubara Terukur; dimana faktor-faktor pengubah atau
kriteria sumber daya asalnya tentu saja mengurangi tingkat kepercayaannya.

2.

Proved Coal Reserve (Cadangan Batubara Terbukti) adalah bagian yang


dapat ditambang secara ekonomis atas suatu Sumberdaya Batubara Terukur.

1.

Cadangan Batubara Terbukti dan Terkira bisa digabungkan dan


dilaporkan sebagai Cadangan Batubara yang dapat diambil (recoverable)

1.

Cadangan Batubara yang dapat di Pasarkan (marketable) adalah jumlah


tonase batubara, pada mutu dan kelembaban (moisture) tertentu, yang tersedia
untuk dijual atas Cadangan Batubara. Cadangan ini dapat dilaporkan berkaitan
dengan

laporan-laporan

mengenai

Cadangan

Batubara,

tetapi

tidak

sebaliknya. Dasar dari perkiraan yield/hasil yang akan dicapai dalam Cadangan
Batubara

Terpasarkan

harus

disebutkan. Seandainya

Batubara

itu

akan

dipasarkan tanpa keterangan penggunaannya, Cadangan Batubara Terpasarkan


mungkin dapat disebut pula sebagai Cadangan Batubara saja.
Batubara in Situ
1.

Batubara in Situ meliputi estimasi seluruh batubara, termasuk hal-hal yang


berkaitan dengan keberadaan batubara tetapi tidak begitu prospektif untuk
diambil secara ekonomi pada kondisi saat itu. Batubara in Situ termasuk
batubara yang ketebalannya tidak ekonomis dan atau kualitasnya atau batubara
yang terlindungi oleh undang undang atau alasan-alasan keselamatan dan
lingkungan. Pengestimasian Batubara in Situ, harus disiapkan sebagaimana
diuraikan dibawah ini untuk Sumberdaya Batubara.
Sumberdaya Batubara

1.

Sumberdaya Batubara hanya dapat diperkirakan dari data yang diperoleh


dari Titik titik Informasi, namun estimasi ini dapat diperkuat dengan Data
interpretasi. Data dari Teknik-teknik geofisika, kecuali downhole logging, bukan
merupakan Titik titik Informasi langsung, tetapi bisa meningkatkan keyakinan
geologi mengenai kemenerusan lapisan batubara antara Titik titik Informasi,
terutama dalam kategori Sumberdaya Tereka.

1.

Sumberdaya Batubara dapat diestimasikan dengan cara mengalikan luas


area
lapisan
batubara dengan ketebalan
lapisan dan density
batubara ditempat tersebut. Luas area ditentukan oleh daerah pengaruh dari
Titik titik Informasi dan faktor lain yang yang membatasi luasnya
sumberdaya. Faktor-faktor yang membatasi luas area sumberdaya bisa saja
sangat teknis (misal: ketebalan lapisan maksimum atau minimum, kedalaman,
kualitas dan ketebalan minimum yang dapat dipisahkan). Para estimator juga
harus menjamin bahwa density batubara ditempat tersebut benar dan disebutkan
dengan jelas.

1.

Sumberdaya Batubara harus diestimasikan dan dilaporkan untuk setiap


lapisan dalam suatu deposit sesuai dengan variable kunci yang tepat (misal:
ketebalan, kedalaman, parameter parameter kualitas batubara).

1.

Jika ada parameter lapisan (misal: ketebalan, kadar abu, yield) tidak
memenuhi suatu tingkatan dimana terdapat prospek yang menjanjikan, untuk
suatu penambangan secara ekonomis di suatu daerah, maka Sumberdaya
Batubara untuk lapisan tsb. di daerah itu tidak seharusnya diestimasikan lagi. Jika
ada alasan-alasan yang mengharuskan untuk mengestimasi sumberdaya di
daerah ini, (misal wilayah tersebut harus ditambang untuk akses lapisan yang
lebih prospektif atau sumberdaya dengan kualitas yang lebih tinggi), Estimator
harus mampu memberikan keterangan yang diperlukan tersebut. Sama halnya,
jika ada pertimbangan pertimbangan geologi, teknis atau budaya (misal, adanya
intrusi yang meluas, letak lapisan batubara yang terlampau dalam, batas
ketinggian penambangan dalam tambang bawah tanah, daerah permukaan yang
dilindungi) tanpa melihat prospek atas pengambilan lapisan atau sebagian lapisan
secara ekonomis, maka Sumberdaya Batubara dari lapisan tertentu atau sebagian
dari lapisan tersebut yang relevan tidak perlu diestimasikan lagi di wilayah
itu. Estimator harus mencatat pertimbangan-pertimbangan ini.

1.

Panduan berikut ini harus digunakan oleh Estimator ketika menentukan


kategori sumberdaya yang relevan untuk suatu deposit, tentunya dibawah syarat
atau kondisi geologi yang menguntungkan.

1.

Kerapatan titik informasi yang optimal untuk masing masing kategori


sumberdaya tergantung pada kondisi geologi dan tingkat keyakinan geologi yang
diinginkan. Kerapatan titik untuk tiap kategori sumberdaya pada kondisi geologi
sederhana, moderat dan kompleks sudah ditentukan dalam SNI tentang
perhitungan sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang bisa dilihat
pada tabel 1 berikut :

Tabel 1. Jarak kerapatan titik informasi (X) untuk tiap Kategori sumberdaya
dan Keadaan Geologinya
SUMBERDAYA
HIPOTET
GEOLOGI KRITERIA
IK
TEREKA
TERTUNJUK
TERUKUR
Jarak Titik
Tak
1000<x<2000<
500<x<1000<
Sederhan Informasi dibatasi span=""></x<2000 span=""></x<1000
a
<>
<>
X<500
Moderat
500<x<1000<
250<x<500<
X<250
span=""></x<10 span=""></x<500<
00<>
>

200<x<500<
100<x<200<
span=""></x<50 span=""></x<200<
0<>
>
X<100

Kompleks

1.

Untuk Sumberdaya Hipotetik kecenderungan dalam ketebalan dan kualitas


batubara (daerah pengaruh dari titik informasi) ditentukan terutama oleh
keberanian dan pengalaman estimator dalam penentuan radius daerah pengaruh
dari titik informasi sesuai dengan keadaan geologi di daerah tersebut. Dalam
tabel disebut sebagai tidak dibatasi. Walaupun begitu dalam estimasi
sumberdaya hipotetik harus dinyatakan jarak batas batas terluar dari titik
informasi dan alasan alasan yang mendasarinya.

1.

Bagi Sumberdaya Batubara Tereka, kerapatan dan penyebarluasan Titik


titik Informasi, yang mungkin ditunjang oleh Data interpretasi, harus memberikan
pengertian

yang

memadai

atas

keadaan

geologi

untuk

menyimpulkan

kemenerusan lapisan antara Titik titik Informasi. Sumberdaya ini harus juga
memungkinkan adanya estimasi kisaran ketebalan batubara juga kualitasnya
walaupun masih pada tingkat kepastian yang rendah, sehingga tidak memadai
untuk tujuan perencanaan penambangan.
1.

Sumberdaya Batubara Tereka dapat diestimasikan dengan menggunakan


data yang didapat dari Titik titik Informasi dengan kerapatan hingga sejauh 1 s/d
2 km. Untuk kondisi geologi sederhana, 0,5 km s/d 1 km untuk keadaan geologi
moderat dan 0.2 s/d 0.5 km untuk keadaan geologi kompleks. Kecendurangan
dalam ketebalan kualitas batubara tidak dapat diperkirakan lebih dari 2 km dari
Titik titik Informasi.

1.

Untuk

Sumberdaya

Batubara

Tertunjuk,

kerapatan,

distribusi

dan

keterpaduan Titik titik Informasi, yang mungkin diperkuat dengan Data

interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang realistik atas ratarata ketebalan, luas wilayah, kisaran kedalaman, kualitas dan jumlah
in-Situ dari batubara. Sumberdaya ini telah mampu memberikan
tingkat kepercayaan yang cukup atas endapan untuk pembuatan
rencana rencana tambang dan menentukan kualitas produk batubara
yang kira-kira akan didapat.
1.

Sumberdaya

Batubara

Tertunjuk

ini dapat

diestimasikan

dengan

menggunakan data yang diperoleh dari Titik titik Informasi umumnya kurang dari
1 km untuk keadaan geologi yang sederhana, 0.25 s/d 0.5 km untuk keadaan
geologi

moderat

dan

0.1

s/d

0.2

km

untuk

keadaan

geologi

yang

kompleks. Kecenderungan

akan

ketebalan

dan

kualitas

batubara (daerah

pengaruh) jangan diprediksi lebih dari 1 km dari Titik titik Informasi.


1.

Untuk

Sumberdaya

Batubara

Terukur,

kerapatan,

distribusi

dan

keterpaduan dari Titik titik Informasi, yang bisa ditunjang dengan Data
interpretasi, cukup untuk memperoleh estimasi yang dapat dipercaya akan
ketebalan rata-rata, luas wilayah, rentang kedalaman, kualitas dan jumlah in-Situ
dari batubara. Sumberdaya ini memberikan tingkat kepastian akan endapan
untuk pembuatan rencana rinci tambang, menentukan biaya penambangan dan
memberikan spesifikasi produk yang dapat dipasarkan.
1.

Sumberdaya

Batubara

Terukur

ini

bisa

diestimasikan

dengan

menggunakan data yang diperoleh dari Titik titik Informasi umumnya kurang dari
500m untuk keadaan geologi sederhana, 0.25 km untuk keadaan geologi moderat
dan 0.1 km untuk keadaan geologi yang kompleks. Kecenderungan dalam
ketebalan dan kualitas batubara seharusnya tidak diprediksi lebih dari 500 m dari
Titik titik Informasi.
1.

Di daerah dimana lapisan itu tersesarkan, diterobos, bercabang, berbentuk


lensa atau sangat bervariasi dalam ketebalan atau kualitas, Jarak antar Titik titik
Informasi yang diperlukan lebih dekat, dan kemungkinan dukungan adanya Data
interpretasi, akan diperlukan dalam keadaan seperti ini.

1.

Estimasi/estimasi Batubara in-Situ dan Sumberdaya Batubara mutlak harus


disampaikan dengan jelas faktor-faktor yang digunakan dalam estimasi ini,
termasuk luas wilayah, ketebalan dan density setempat. Estimasi atas jumlah
tonase harus dibulatkan sesuai dengan ketepatan estimasinya. Prosedur Estimasi
ini harus transparan dan dapat diulang lagi.

1.

Jika estimasi atas Batubara in Situ dan Sumberdaya Batubara dipaparkan


bersama,

suatu

pernyataan

harus

disampaikan

dengan

jelas

dengan

mengetengahkan apakah estimasi itu dilaporkan secara terpisah atau digabung.


1.

Dengan berdasar atas hal-hal tersebut di atas, merupakan tanggung jawab


Estimator untuk menentukan kategori Sumberdaya Batubara dan Batubara in-Situ
secara tepat atas setiap deposit yang diestimasikan. Estimator harus menyiapkan
dokumen tehnik yang secara menyeluruh menguraikan proses pengestimasiannya
dan asumsi-asumsi yang digunakannya; dan berisikan rancangan-rancangan yang
relevan pada skala yang benar. Sebagai petunjuk saja, dokumen yang yang
dimaksud harus memuat:
a.

Peta-peta setiap lapisan, menunjukan lokasi dan luas wilayah dari


setiap kategori Sumberdaya, factor-faktor yang digunakan untuk
membatasi sumberdaya; dan Titik titik Informasi (dengan lubang/sumur

kualitas batubara yang dibedakan dengan jelas) dimana estimasi untuk


lapisan sumberdaya itu berdasar.
b.

Tabel yang menggambarkan estimasi kategori sumberdaya, wilayah,


rentang ketebalan lapisan, density secara relatif, rentang kedalaman
dan kisaran kualitas batubara yang relevan untuk estimasi setiap
lapisan.

c.

Basis

kelembaban

(moisture)

atas

setiap

estimasi

dan

factor

penyesuaian kelembaban (jika dilakukan)


d.

Rincian atas seluruh faktor yang digunakan untuk membatasi estimasi


sumberdaya;

e.

Pernyataan apakah dokumen yang disampaikan itu sesuai SNI dan


pedoman yang berlaku

V.
1.

ESTIMASI DAN PENDOKUMENTASIAN CADANGAN BATUBARA


Cadangan Batubara Terkira, Terbukti seluruhnya dinamakan Cadangan

Batubara.
1.

Cadangan Batubara hanya dapat berasal dari Sumberdaya Tertunjuk dan


atau Terukur yang disertai dengan rencangan penambangannya. Cadangan ini
menampilkan jumlah tonase batubara pada kelembaban tertentu, diharapkan
untuk ditambang dan diberikan sebagai batubara tertambang (ROM/Run of
Mine). Sumberdaya Batubara Tertunjuk layak sebagai sumberdaya asal untuk
mengestimasikan

Cadangan

Batubara

Terkira. Tetapi

hanya

Sumberdaya

Batubara Terukurlah yang pantas untuk perencanaan tambang secara rinci dan
estimasi Cadangan Batubara Terbukti.
1.

Dalam mengestimasikan Cadangan Batubara, mining recovery dan


mining dlilution (yang diperkirakan hilang selama penambangan) harus
diperhitungkan terhadap Sumberdaya Batubara asal. Penyesuaian atas nilai
kelembaban, sangat disarankan.

1.

Mining

recovery

dan

mining

dilution

tergantung

atas

metode

penambangan yang diusulkan dan bisa diekspresikan kedalam jumlah yang hilang
dari batubara dalam setiap lapisan atau, sebagai pilihan, merupakan suatu
persentase rekoveri penambangan. Kecuali bila ada faktor khusus yang telah
ditentukan dari konsep studi awal, dapat digunakan rekoveri penambangan yang
telah terbukti dalam sejarah metode penambangan yang diusulkan pada suatu
wilayah. Seandainya informasi ini tidak tersedia, atau seandainya rekoveri

penambangan tidak menentu karena kompleksitas geologinya, maka bisa


digunakan faktor rekoveri sebesar 50% atas Sumberdaya Batubara untuk
tambang bawah tanah dan 90% atas Sumberdaya Batubara untuk tambang
permukaan. Estimator harus melaporkan faktor-faktor rekoveri apa yang telah
digunakannya.
1.

Cadangan Batubara dapat dibatasi secara tehnik (misal, struktur, tekanan,


gas, air bawah tanah), kualitas batubara (misal, kandungan abu, zat terbang,
intrusi,

yield),

atau

faktor-faktor

ekonomi

(misal,

Striping

rasio/nisbah

pengupasan). Cadangan Batubara harus diestimasikan secara terpisah untuk


bagian-bagian endapan yang dapat ditambang dengan metoda permukaan atau
bawah tanah.
1.

Cadangan Batubara yang dapat Dipasarkan/marketable diestimasikan


dengan memperhitungan yield yang diperkirakan sebelumnya dan faktor-faktor
penyesuaian dari kelembaban produk terhadap Cadangan Batubara.

1.

Estimasi akan Cadangan Batubara harus menyatakan dengan jelas seluruh


factor yang digunakan dalam estimasi ini, termasuk Sumberdaya Batubara
dimana dia berasal, metoda metoda penambangan yang diusulkan, keadaan
fisiknya,

kriteria

tentang

kualitas

atau

keekonomian

yang

membatasi

penambangan atau metoda penambangan; nilai yang layak terhadap faktor loss
dan dilution sesuai dengan metoda penambangan yang diusulkan, faktor faktor
penyesuaian kelembaban (jika digunakan), dan untuk Cadangan Batubara yang
dapat Dipasarkan (marketable), bila dilaporkan, yield yang diperkirakan dan basis
untuk memperkirakan yield itu. Estimasi jumlah tonase Cadangan Batubara harus
dibulatkan berdasarkan ketepatan estimasi. Prosedur estimasi harus transparan
dan dapat diulang-ulang.
1.

Untuk laporan kepada pemerintah cukup dilaporkan cadangan terkira


dan terbukti saja dan dapat dijumlahkan dalam bentuk recoverable
reserve/ cadangan yang terambil. Cadangan Batubara yang dapat dipasarkan
cukup dilaporkan untuk kepentingan internal perusahaan saja.

1.

Atas

hal

itu

semua,

merupakan

tanggung

jawab

Estimator

untuk

menentukan kategori Cadangan Batubara dengan tepat atas setiap endapan yang
ada. Estimator

harus

menyiapkan

dokumen

teknik

yang

secara

lengkap

menguraikan proses estimasi dan asumsi asumsi yang digunakan; dan berisikan
rancangan relevan dengan skala yang tepat. Sebagai Petunjuk saja, dokumen itu
harus membahas dan memasukkan:

Sumber daya batu bara hipotetik (hypothetical coal resource)


Sumber daya batu bara adalah jumlah batu baradi daerah penyelidikan atau bagian
dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
7.2 Sumber daya batu bara tereka (inferred coal resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
7.3 Sumber daya batu bara tertunjuk (indicated coal resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
7.4 Sumber daya batu bara terukur (measured coal resource)
Sumber daya batu baraterukur adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
7.5 Cadangan batu bara terkira (probable coal reserve)
Cadangan batu bara terkira adalah sumber daya batu bara tertunjuk dan sebagian
sumber daya batu bara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.
7.6 Cadangan batu bara terbukti (proved coal reserve)
Cadangan batu baraterbukti adalah sumber daya batu baraterukur yang berdasarkan
kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya
dinyatakan layak.

Anda mungkin juga menyukai