Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

KELOMPOK 11
DOSEN PEBIMBING

: Ns. LUCI FRANSISCA S., S.KEP., M.KEP.

DISUSUN OLEH

: 1. CHANDRA JEFRIANJA
2. NOVA AYU WULANDARI
3. REPI KARLINA
4. PURWITA SARI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI D IV KEPERAWATAN
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan biaya
perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan menderita energy
kronis dan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka
kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkambangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara
itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000
bayi ( depkes RI 2005)
B. TUJUAN
1) Mengetahui definisi BBLR.
2) Mengetahui etiologi BBLR.
3) Mengetahui faktor resiko pencetus BBLR.
4) Mengetahui patofisiologi/ pathway BBLR.
5) Mengetahui manifestasi klinis BBLR.
6) Mengetahui tindakan pengobatan (terapi) BBLR.
7) Mengetahui konsep asuhan keperawatan BBLR.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO 2014). Berat badan pada kehamilan khusus apapun
sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang
bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction)
(Pudjiadi, dkk., 2010).
Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur
kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan

untuk umur

krhamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan

untuk umur

kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir di
namakan berat badan lahir rendah.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah di bedakan:
a. Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram.
Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine
II di London, telah disusun definisi sebagai berikut :
a. Preterm Infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).
b. Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari).
c. Post Term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebuh (294 hari atau lebih).

B. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dll. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar atau ganda serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1.

Faktor ibu
a.

Penyakit :
1) Toksenia gravidarum
2) Pendarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis.
4) Nefritis akut
5) DM

b.

Usia ibu
1) Usia kurang dari 16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahiran nya terlalu dekat.

c.

Keadaan sosial
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah

2.

3.

Faktor janin
a.

Hidramnion

b.

Kehamilan ganda

c.

Kelainan kromosom

Faktor lingkungan
a.

Tempat tinggal dataran tinggi

b.

Radiasi.

C. FAKTOR RESIKO
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamillan
atau disebut juga neonatus preterm / BBLR..
Faktor Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur atau
BBLR adalah :
a.

Faktor Ibu
Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
Gizi saat hamil kurang
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok).
Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
Faktor pekerja terlalu berat.
Primigravida.
Ibu muda (<20 tahun)

b.

Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.

c.

Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali
congenital.

d.

Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok.

e.

Faktor yang masih belum diketahui. Karakteristik yang dapat ditemukan


pada prematur murni adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari
45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang
dari 30 cm.

2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis.


3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5) Tulang tulang

tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura

besar.
6) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu
9) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama
pada dahi dan pelipis dahi dan lengan.
10) Lemak subkutan kurang
11) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora.
12) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah.
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).
2) Dismatur
Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan,

Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur :


1.

Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit
diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan ,
hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum alcohol.

2.

Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali
pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar yang
satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.

3.

Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam kandungan,
(toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).

4.

Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi yang rendah, tidak diketahui.

D. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY/ WOC

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala >
badan.
Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar.
Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun
telinga kurang.
Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum
sempurna.
Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari
hal ini.
Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intracranial.
Nafas belum teratur.
Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak.
Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk
dengan baik
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Dibagi menjadi :
Kurus relatif lebih panjang,
Kulit tipis dan kering.

F. TINDAKAN PENGOBATAN (TERAPI)


a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian.
Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
b. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan
dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau
pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih
untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan
dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan
pilihan utama, apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah
yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir
dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1) Berat lahir 1750 2500 gram
Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi
menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau
pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai
efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap,
tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif
cara pemberian minum.

Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi
memerlukan cairan intravena:

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera
setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada
dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu.

Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;


gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan
cairan IV dan ASI menurut umur. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam
(contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB
per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum.
Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi
menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk
atau tersedak.
2) Berat lahir 1500-1749 gram
Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang
dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok
atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau
tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan
dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung
setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1
minggu). Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan


cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit

Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.

Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam).


Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per
hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap
kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/
sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung

3) Berat lahir 1250-1499 gram


Bayi Sehat

Beri ASI peras melalui pipa lambung.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam).


Apabila bayi telah

mendapatkan minum 160 ml/kgBB

per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI


setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/


sendok.

Apabila

bayi

telah

mendapatkan

minum

baik

menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui


langsung.

Bayi Sakit

Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.

Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.

Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila


bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari
tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali
minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/


sendok.

Apabila

bayi

telah

mendapatkan

minum

baik

menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui


langsung.
4) Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.
Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan
kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi
telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih
tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal:

Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu


tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di
tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.

Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.


Ukur suhu tubuh dengan berkala.
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah :
Jaga dan pantau patensi jalan nafas
Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh;
hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga
lainnya
Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan
siapkan kamar untuk menyusui.
d. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
Terapi

Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan

Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2


minggu.

Tumbuh kembang

Pantau berat badan bayi secara periodik

Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama


(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair 1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Data Subyektif

Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensigizi buruk,


merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran


multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi


tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan


(kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta

previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :
Afgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit
kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS
(7-10) asfiksia ringan.
Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm
2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal
(34-36 cm).
Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori
dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral :
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
Kebutuhan nutrisi enteral :
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam


Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Latar belakang sosial budaya


Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan
ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropika.
Kebiasaan

ibu

mengkonsumsi

minuman

beralkohol,

kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan


tertentu.

Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal
ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih
sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR
karena memerlukan perawatan yang intensif.

b. Data obyektif

Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila


penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh >37,5 C.

Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C 37,5C, nadi


normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60
kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum
teratur. Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik
pasien untuk menentukan kesehatan pasien.

Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.

Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.

Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding

conjunctiva,

warna

sklera

tidak

kuning,

pupil

menunjukkan refleks terhadap cahaya.

Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.

Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.

Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.

Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek.

Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali
per menit.

Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum
sempurna.

Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.

Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan
lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.

Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.

Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.

c. Data Penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam


menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan
Bilirubin : > 10 mg/dl.
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR
antara lain:
i.

Ketidakektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan


dinding dada belum sempurna.

ii.

Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan


lemak kulit yang tipis.

iii.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan reflek menghisap lemah.

iv.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya


tahan tubuh.

3) Intervensi Keperawatan
a.

Ketidakektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan dinding


dada belum sempurna.
Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi.
Kreteria : Pernafasan normal 40-60 kali permenit, Pernafasan teratur,
Tidak cyanosis.
Intervensi :

Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus, dan
leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.

Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.

Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan


pemeriksaan kadar gas darah arteri.

Rasional :

Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang


dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.

Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk


menjamin pertukaran gas yang sempurna.

b.

Deteksi dini adanya kelainan.

Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak kulit


yang tipis.
Tujuan : tidak terjadi hipotermia
Kreteria : Suhu tubuh 36,5 37,5C.
Intervensi :

Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant


warmer).

Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan


tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas handuk /
kain yang kering dan hangat.

Observasi suhu bayi tiap 6 jam.

Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa


5% bila ASI tidak mungkin diberikan.

Rasional :

Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan


sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.

Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.

Perubahan suhu tubuh bayi dapat

menentukan tingkat

hipotermia.

c.

Mencegah terjadinya hipoglikemia.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kreteria : Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik, Berat
badan tidak turun lebih dari 10%, retensi tidak ada.
Intervensi :

Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta


konsistensi.

Monitor turgor dan mukosa mulut.

Monitor intake dan out put.

Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.

Lakukan control berat badan setiap hari.

Lakukan control berat badan setiap hari.

Rasional :

Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera


mendapat tindakan / perawatan yang tepat.

Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.

Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).

Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.

Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

d.

Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan


tubuh.
Tujuan : Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi).
Kreteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada gangguan fungsi
tubuh.

Intervensi :

Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Pakai baju khusus/ schort waktu masuk ruang isolasi (kamar


bayi).

Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali sehari.

Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.

Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.

Hindarkan bayi kontak dengan sakit.

Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.

Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu


pemeriksaan DL, CRP.

Rasional :

Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.

Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.

Mencegah

terjadinya

infeksi

dan

memper-cepat

pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik,


anti jamur, desinfektan.

Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.

Deteksi dini adanya kelainan.

Mencegah terjadinya penularan infeksi.

Mencegah infeksi dari pneumonia.

Sebagai pemeriksaan penunjang.

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
D. EVALUASI
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta
untuk pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain.
Dalam menentukan tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi
dengan post Asfiksia sedang, disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah
ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan berhasil bila diagnosa
keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang
rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit
spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan
dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi pada usia minggu-minggu pertama
kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa kehamilan/proses
persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya
perawatan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta :
Nuha Medika.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.
https://dwaney.wordpress.com/2011/05/12/makalah-keperawatan-anak-bblr/

Anda mungkin juga menyukai