DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2005, diare ialah buang air besar
dengan konsistensi lebih encer/cair dari biasanya, 3 kali per hari, dapat/tidak disertai
dengan lendir/darah yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 2 minggu.
Diare adalah buang air besar yang sering dan cair, biasanya paling tidak tiga kali
dalam 24 jam. Namun, lebih penting konsistensi tinja daripada daripada jumlah. Seringkali,
buang air besar yang berbentuk bukanlah diare. Hanya bayi yang diberi ASI sering buang air
besar, buang air besar yang "pucat" juga bukan diare (WHO, 2005).
Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi pengeluaran tinja
dibandingkan individu dengan keadaan usus besar yang normal (Dipiro et al., 2005).
B. EPIDEMIOLOGI
World Gastroentrology Organization (WGO) pada tahun 2008, memperkirakan
penyakit diare menyerang sekitar 1,4 sampai 2,5 juta manusia. Diare merupakan salah satu
penyebab utama kematian anak-anak di negara-negara berkembang. pada kebanyakaan kasus
diare banyak menyerang anak yang berusia dibawah satu tahun.
Konsekuensilangsung
C. ETIOLOGI
1. Bakteri
Di negara berkembang, penyebab diare lebih didominasi bakteri enterik dan
parasitdaripada virus dan biasanya puncaknya selama musim panas.
a. Diarrheagenic Escherichia coli
Semua bentuk dapat menyebabkan penyakit pada anak-anak di negara berkembang,
tetapienterohemorrhagic E. coli (EHEC, termasuk E. coli O157: H7) menyebabkan
penyakit yang lebih sering di negara-negara maju.
Enterotoksigenik E. coli (ETEC)
ETEC dapat menyebabkan traveler`sdiare. traveler`sdiare merupakan diare yang
demam.
Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
EHEC dapat menyebabkan diare berdarah, kolitis hemoragik yang parah dan
umumnya
menyebabkan
infeksi
asimtomatikdi
negara-negara
S. Sonnei, dapat menyebabkan penyakit paling ringan dan dijumpai paling umum
dinegaramaju.
S. Flexneri, dapat me yebabkan gejala disentri dan penyakit terus-menerus. S.
industri dan
berkembang telah terinfeksi rotavirus pada saatusia mereka 3-5 tahun. Infeksi
neonatal adalah infeksi yang umum terjadi, tetapi sering tanpa gejala.Insiden puncak
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sahingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadilah diare.
b. Gangguan Seksresi
Akibat rangsangan tertentu (missal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare
juga.
E. KLASIFIKASI
Secara umum diare dibedakan menjadi 2 yaitu :
1)Diare akut
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, berlangsung
kurang dari 2 minggu (Suharyono,1986).
Diare akut merupakan diare yang jelas mulainya dan dapat sembuh kembali
dengan normal dalam waktu yang relatif singkat. Diare akut dapat terjadi sewaktu-waktu
tetapi gejalanya dapat berat. Penyebabnya berupa gangguan jasad renik atau bakteri yang
masuk ke dalam usus halus setelah melewati berbagai rintangan asam lambung, jasad renik
yang berkembang pesat di dalam usus halus, racun yang dikeluarkan oleh bakteri dan
kelebihan cairan usus akibat racun.
2) Diare kronis
Diare yang melebihi jangka waktu 15 hari sejak awal diare. Batasan waktu 15 hari
tersebut semata-mata suatu kesepakatan, karena banyaknya usul untuk menentukan batasan
waktu diare kronis (Daldiyono, 1990).
Pada diare kronis, kejadiannya lebih kompleks. Beberapa faktor yang
menimbulkannya adalah gangguan bakteri, jamur dan parasit, malabsorbsi kalori,
malabsorbsi lemak (Widjaja, 2002).
klindamisin,
G. MANIFESTASI KLINIK
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
1) Kehilangan air (dehidrasi), Terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak
daripada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Apabila dalam keadaan normal, cairan dan garam keluar dari usus ke dalam darah
untuk digunakan oleh tubuh. Bila terjadi diare, usus tidak bekerja normal, lebih sedikit
cairan garam masuk ke dalam darah dan lebih banyak yang keluar dari darah ke dalam
usus. Sehingga cairan dan garam yang keluar dari tubuh ke tinja lebih banyak dari
normal. Kehilangan cairan dan garam dari tubuh yang lebih besar dari normal dapat
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi dapat diperparah dengan muntah oleh penderita
yang menyertai diare.
Penentuan Derajat Dehidrasi
2) Malnutrisi
Selama diare, berkurangnya asupan makanan, berkurangnya absospsi nutrisi,
meningkatnya kebutuhan nutrisi berkombinasi menyebabkan hilangnya berat bdan dan
gagalnya pertumbuhan.
Cara memperbaiki kondisi ini adalah dengan:
Meneruskan pemberian makanan yang kaya akan nutrisi selama diare san sesudah
diare.
Memberikan diet nutrisi yang tepar sesuai umur
H. PRESENTASI KLINIK
a) Tanda-tanda umum:
Biasanya diare akut reda dalam waktu 72 jam setelah tejadi diare sedangkan diare
koronis sering terjadi sepanjang periode tertentu dalam jangka yang panjang.
b) Tanda dan gejala:
Tiba-tiba timul mual, muntah, sakit perut, akit kepala, demam, menggigil dan
malaise.
Sering terjadi pergerakan (motilitas) usus yang berlangsung selama 12-60 jam.
Timbul rasa nyeri pada pada kuadran kanan bawah perut disertai timbulnya kram
perut dan dan tertengar bunyi pergerakan usus sebagai karakteristik adanya gangguan
Melakukan endoskopi dan biopsy untuk mengetahui kondisi usus apakah terjadi
ganggunan lain seperti kanker atau kolitis.
Mengamati hasil pemeriksaan radiografinya untuk mengetahui kondisi saluran usus
apakah mengalami inflamasi atau neoplastik
(Dipiro at.al, 2011).
I. TERAPI DIARE
a. Preventif (Pencegahan)
Diare akut akibat virus sering terjadi di tempat penitipan anak. Virus disebarkan
melalui kontak langsung dengan orang sehingga, untuk menghindarinya harus dilakukan
isolasi. Untuk mencegah infeksi akibat bakteri, parasit, dan protozoa, dilakukan pengolahan
makanan dan air yang ketat, sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan. Apabila diare
yang terjadi diakibatkan oleh penyakit lain, kontrol terhadap penyakit tersebut harus
dilakukan. Antibiotik dan bismut subsalisilat disarankan untuk mencegah diare untuk orangorang yang akan berpergian (Dipiro, 2005).
b. Terapi Non-Farmakologi
Manajemen diet adalah prioritas utama dalam penanganan diare. Dianjurkan untuk
menghentikan konsumsi makanan padat dan produk susu selama 24 jam. Meskipun
demikian, cara perawatan dengan puasa masih dipertanyakan karena belum banyak
dipelajari. Puasa dapat mengendalikan diare osmotik tetapi tidak untuk diare sekretori.
Apabila pasien mengalami mual dan atau muntah, harus diberikan makanan yang
mudah dicerna selama 24 jam. Jika muntah tidak dapat dikontrol dapat diberikan antiemetik
dan tidak boleh diberikan secara oral. Setelah pergerakan usus berkurang, mulai dapat
diberikan diet makanan lunak. Pemberian makanan harus dilanjutkan pada anak-anak
dengan diare bakterial akut karena dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas, apakah
mereka menerima cairan rehidrasi oral ataupun tidak. Belum dilakukan studi untuk
menentukan pengaruh pemberian makanan berkelanjutan untuk diare bakterial terhadap
orang tua atau kelompok dengan risiko tinggi lainnya (Dipiro, 2005).
Tujuan terapi diare adalah memanajemen diet, mencegah kehilangan air, elektrolit,
dan keseimbangan asam-basa, meredakan gejala, dan mengobati penyebab diare. Tenaga
kesehatan harus paham bahwa diare, seperti juga batuk, mungkin merupakan mekanisme
pertahanan tubuh dari substansi yang berbahaya atau patogen ( Dipiro, 2005).
c. Terapi Farmakologi
Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati serangan diare. Obat ini
dikelompokkan menjadi beberapa kategori: antimotilititas, adsorben, senyawa antisekretori,
antibiotik, enzim, dan mikroflora usus. Biasanya obat ini tidak menyembuhkan tetapi
meringankan penyakit saja.
Adapun penggolongan obat yang digunakan meliputi :
1.
lain yang dapat digunakan adalah Campuran kaolin-pektin dengan dosis 30-120 ml setiap
setelah buang air besar, atau attapulgit dengan dosis 1200-1500 mg setiap setelah buang
air besar.
3. Antisekretori
Antisekretori.
Bismut
subsalisilat
terbukti
memeliki
efek
antisekretori,
antiinflamasi dan antibakteri. Sediaan obat ini adalah tablet kunyah 262 mg/tablet atau
262 mg/5 ml larutan. Dosis pada orang dewasa adalah 2 tablet atau 30 ml larutan setiap
30 menit untuk 1 sampai 8 dosis perhari. Oktreotide suatu analog somatostatin endogen
sintesis digunakan untuk mengatasi gejala karsinoid tumor dan vasoaktif peptida yang
disekresikan tumor. Dosis oktreotide bervariasi tergantung indikasi. Oktreotide
menghambat banyak aktivitas hormon gastrointestinal sehingga penggunaanya banyak
menimbulkan efek samping.
4. Pemberian Suplemen Zinc (Zn)
Studi menunjukkan bawwa
suplemen
Zn
(10-20mg/hari
sampai
diare
terhenti)secara signifikan mengurangi keberbahayaan dan lama diare pada anak umur
kurang dari 5 tahun.studi lain menunjukkan bahwa tambahan suplemen Zn jangka pendek
10-20mg/hari selama 10-14hari mengurangi insiden diare 2-3bulan berikutnya.
Berdasarkan studi ini, sekarang direkomendasikan pemberian suplemen Zn,10-20mg/hari
selama 10-14hari kepada semua anak yang diare.
5. Produk Lain
Sediaan laktobacilus dapat menggantikan mikroflora usus, sehingga membantu
mengembalikan fungsi normal usus dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme
patogen. Namun, diet produk yang mengandung 200-400 mg laktosa atau dekstrin sama
efektifnya dengan memproduksi rekolonisasi flora normal. Selain itu antikolinergik
seperti atropin juga dapat membantu memperpanjang transit usus.
6. Antibiotika
Perannya hanya jika diare disebabkan oleh infeksi. Kebanyakan diare bukan
karena infeksi atau non spesifik, sehingga antibiotika tidak diperlukan, karena sebagian
diare disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited. Bahkan antibiotika bisa
menjadi salah satu penyebab diare, karena dapat mengganggu keseimbangan flora usus.
Pada penderita diare hanya boleh diberikan bila ditemukan bakteri patogen pada
Berikut adalah tabel nama obat dan dosis yang digunakan untuk terapi diare.
Monitoring untuk perubahan frekuensi dan karakter buang air besar setiap hari dalam
hubungannya dengan tanda-tanda vital dan perbaikan nafsu makan adalah sangat penting.
Selain itu, dokter perlu memantau berat badan, osmolalitas serum, elektrolit serum, jumlah
sel darah, dan urine (Burns. 2008)
Untuk diare akut, dengan tidak adanya dehidrasi sedang hingga berat, demam tinggi,
dan darah atau lendir dalam tinja, penyakit ini biasanya sembuh dalam waktu 3 sampai 7
hari. Diare akut yang ringan sampai sedang biasanya diobati secara rawat jalan dengan
rehidrasi oral, pengobatan simtomatik, dan diet. Orang-orang tua dengan penyakit kronis dan
bayi mungkin memerlukan rawat inap untuk rehidrasi parenteral dan monitoring yang ketat.
Untuk diare kronis, dalam situasi yang mendesak, pemulihan status volume pasien
adalah hasil yang paling penting. Pasien dengan demam dehidrasi, hematochezia, atau
hipotensi memerlukan rawat inap, infus cairan elektrolit, dan terapi antibiotik sambil
menunggu hasil kultur dan sensitivitas. Dengan manajemen yang tepat waktu, pasien
biasanya dapat sembuh dalam beberapa hari (Dipiro, 2005).