STREAM
SEMINAR MEDICAL
Pengaplikasian Pengukuran Kemampuan Rentang
Gerak dengan Alat Ukur Kuesioner STREAM pada
Pasien Stroke Iskemik di Ruang 26 Stroke RSSA
11 Maret 2016
RSSA - MALANG
1
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 1
Danastri Danniswari
Rika Ayu Kusuma H.
Atika Dyah S
Dwi Astuti
Amildya Dwi A.
Putri Aneswari
Dewanti Erin S.
Jummani
140070300011122
140070300011218
140070300011115
140070300011199
140070300011155
140070300011112
140070300011209
140070300011200
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Departemen Medikal yaitu
sharing jurnal dengan judul Pengaplikasian Pengukuran Kemampuan Gerak
dengan Alat Ukur Kuesioner STREAM pada Pasien Stroke Iskemik di Ruang 26
Stroke RSSA Malang dengan baik.
Dengan
selesainya
Tugas
Akhir
Departemen
Medikal
ini,
penulis
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 3
Penulis
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 4
DAFTAR ISI
1
3
4
4
6
6
6
6
8
8
8
8
10
11
15
17
19
20
21
22
22
22
22
23
25
25
26
27
28
28
29
30
30
30
32
33
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latang Belakang
Stroke atau Cerebro Vaskuler Akut (CVA) merupakan penyakit gangguan
peredaran darah otak yang diakibatkan oleh tersumbatnya aliran darah ke otak
atau pecahnya pembuluh darah di otak, sehingga suplai darah ke otak berkurang
(Smltzer & Bare, 2005). Gangguan peredaran darah pada otak ini menyebabkan
terjadinya kematian otak sehingga seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Akibat terganggunya aliran darah dan oksigen ke otak, sebagian besar
pasien stroke memiliki manifestasi berupa berkurangnya kemampuan otot pada
separuh bagian tubuh atau sering disebut hemiparese (Price and Wilson, 2006).
Sehingga salah satu tujuan utama dari rehabilisasi pasien stroke adalah
meningkatkan kemampuan mobilitasnya untuk mengembangkan kemampuan
mandiri memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Kemampuan mobilitas pasien stroke berbeda-beda tergantung dari jenis
stroke dan tingkat keparahan dari gangguan aliran darah di otak. Terdapat 2
macam stroke yaitu stroke iskemik dan stroke perdarahan. Stroke iskemik
adalah gangguan aliran darah pada otak karena adanya sumbatan baik
thrombus maupun emboli. Sedangkan stroke perdarahan adalah gangguan
aliran darah akibat pecahnya pembuluh darah baik intraserebral maupun di
daerah subaraknoid. Biasanya pada pasien stroke iskemik merasakan nyeri
yang tidak tajam dan hemiparese yang muncul sejak awal onset, namun pada
stroke perdarahan khususnya daerah subaraknoid nyeri yang dirasakan sangat
berat dan hemiparese biasanya tidak muncul sejak awal (Brunner & Suddart,
2002).
Setiap pasien stroke memerlukan terapi latihan gerak untuk mengembalikan kemampuan mobilitasnya. Baik terapis maupun keluarga diharapkan
memberikan latihan dengan sabar dan bertahap, karena untuk mengembalikan
kemampuan geraknya diperlukan proses yang panjang. Dimulai dari latihan
sederhana untuk melemaskan sendi-sendi ekstrimitasnya sampai dengan mobilitas aktif atau berjalan. Hal ini tentunya harus dilakukan secara rutin agar ke
STREAM
MEDICAL SEMINAR
mampuan mobilitas pasien kembali dan pasien mampu memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Untuk mengetahui tingkat keterbatasan gerak saat pasien mendapatkan
serangan stroke sampai pada kemampuan pasien stroke bermobilisasi saat
menjalani proses rehabilitasi diperlukan alat ukur yang baik untuk bisa menilai
seberapa baik kemampuan mobilitas pasien stroke. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa ada 3 alat ukur untuk menilai kemampuan mobilitas pasien stroke.
Pertama adalah The Rivermead Mobility Index (RMI) yang dirancang oleh Badan
Kebijakan Kesehatan dan Penelitian Amerika Serikat. Kemudian Lennon dan
Hastings mengatakan bahwa alat ukur tersebut kurang spesifik untuk mengukur
kemampuan mobilitas pasien stroke karena sebagian besar hanya berupa
pertanyaan bukan observasi langsung. Kemudian RMI dimodifikasi menjadi
modified RMI (MRMI) dengan meningkatkan penilaian kemampuan mobilitas
pasien stroke. Selanjutnya yang ketiga adalah Stroke Rehabilitation Assessment
of Movement (STREAM) ini adalah alat ukur kemampuan mobilitas pasien stroke
yang terbaru.
Pada kondisi di lapangan masih banyak rumah sakit yang belum memiliki
panduan yang tetap untuk menilai kemampuan mobilitas pasien stroke. Kebanyakan hanya memenuhi proses latihan gerak saja, padahal setiap pasien pasti
memerlukan jenis latihan yang berbeda. Hal tersebut juga terjadi pada ruangan
di Unit Stroke Ruang 26 RSSA Malang dimana pasien stroke hanya mendapatkan latihan gerak secara bertahap saja tapi belum ada alat ukur khusus yang
digunakan untuk mengukur kemampuan mobilitas pasien stroke. Berdasarkan
hasil pendataan di ruang 26 stroke RSSA Malang dari tanggal 1 Januari sampai
20 Januari 2016 terapat 47 pasien stroke dan 28 diantaranya menderita stroke
iskemik. Menurut salah satu perawat di ruang 26 Stroke RSSA Malang dari
tahun ke tahun jumlah pasein iskemik lebih banyak dari pada pasien stroke
perdarahan yang dirawat di ruang 26 Stroke RSSA Malang.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini menunjukkan
bahwa alat ukur STREAM dinilai lebih efektif untuk mengukur kemampuan
mobilitas pasien stroke karena alat ukur ini menilai secara lebih spesifik rentang
page 6
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 7
gerak pasien. Dimulai dari gerakan-gerakan yang bisa dilakukan dengan tidur,
duduk, berdiri, sampai pasien bergerak. Oleh karena itu, peneliti mengajukan
gagasan untuk melakukan miniriset mengenai pengukuran kemampuan mobilitas
pasien stroke iskemik dengan alat ukur Stroke Rehabilitation Assessment of
Movement (STREAM) di Ruang 26 Stroke RSSA Malang.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Mengidntifikasi efektifitas penggunaan alat ukur kemampuan mobilitas
Stroke Rehabilitation Assessment of Movement (STREAM) pada pasien
stroke iskemik di ruang 26 Stroke RSSA Malang.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengukuran kemampuan mobilitas dengan menggunakan
alat ukur Stroke Rehabilitation Assessment of Movement (STREAM)
pasien stroke iskemik di Ruang 26 Stroke RSSA Malang.
b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pengguaan alat ukur
kemampuan gerak Stroke Rehabilitation Assessment of Movement
(STREAM) pasien stroke iskemik di ruang 26 Stroke RSSA Malang.
c. Mengidentifikasi indikasi dan kontraindikasi penggunaan alat ukur
kemampuan gerak Stroke Rehabilitation Assessment of Movement
(STREAM)
d. Mengetahui cara kolaborasi dengan fisioterapi dalam pegaplikasian
alat ukur kemampuan gerak Stroke Rehabilitation Assessment of
Movement (STREAM) pada pasien stroke iskemik di ruang 26 Stroke
RSSA Malang
e. Mengetahui efek samping dari penggunaan alat ukur kemampuan
gerak Stroke Rehabilitation Assessment of Movement
(STREAM)
STREAM
MEDICAL SEMINAR
1.3 Manfaat
1.3.1
page 8
Manfaat Praktis
Membantu petugas kesehatan khususnya di ruang 26 Stroke RSSA
Malang dalam upaya mengobservasi kemampuan mobilitas pasien stroke
iskemik.
1.3.2
Manfaat Teori
Meningkatkan
pemahaman
mahasiswa
keperawatan
dan
perawat
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cerebrovaskular Accident (CVA)
2.1.1 Pengertian
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai
darah kebagian otak (Brunner and Suddarth, 2001). Stroke adalah disfungsi
neurologis yang umum dan timbul secara mendadak sebagai akibat dari adanya
gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah otak
yang terganggu. Stroke atau penyakit serebrovaskular mengacu pada setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak (Sylvia A. Price, 2006).
Stroke adalah sindorm klinis yang awal timbunya mendadak, proses cepat,
berupa defisit neurologi fokal atau global,yang berlangsung 24 jam/lebih,atau
langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan
peredaran otak non traumatik. (Mansjoer Arief,2000). Stroke atau cedera
cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002)
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara
patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi Stroke Non Haemoragik adalah :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas
dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24
jam.
STREAM
MEDICAL SEMINAR
b. Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak
berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3
minggu
c. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampe bbrpa hari
d. Stroke in Resolution
Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal
dalam beberapa jam sampai bebrapa hari.
e. Completed Stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau
gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara patogenitas Stroke iskemik (Stroke Non Hemoragik) dapat dibagi
menjadi :
a. Stroke trombotik
Yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena trombosis di arteri karotis
interna secara langsung masuk ke arteri serebri media. Permulaan gejala sering
terjadi pada waktu tidur,atau sedang istrirahat kemudian berkembang dengan
cepat,lambat laun atau secara bertahap sampai mencapai gejala maksimal
dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam beberapa hari (2-3 hari), kesadaran
biasanya tidak terganggu dan ada kecendrungan untuk membaik dalam
beberapa hari,minggu atau bulan.
b. Stroke embolik,
Yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh karena emboli yang pada umunya
berasal dari jantung. Permulaan gejala terlihat sangat mendadak berkembang
sangat cepat, kesadaran biasanya tidak terganggu, kemungkinan juga disertai
page 10
STREAM
MEDICAL SEMINAR
emboli pada organ dan ada kecendrungan untuk membaik dalam beberapa hari,
minggu atau bulan
2.1.3 Etiologi
Menurut Smeltzer, 2002 penyebab stroke non hemoragik yaitu:
a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
Stroke terjadi saat trombus menutup pembuluh darah, menghentikan aliran
darah ke jaringan otak yang disediakan oleh pembuluh dan menyebabkan
kongesti dan radang. Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi
pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat
menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
b. Embolisme cerebral
Emboli serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain) merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik
Pendapat lain dikemukakan oleh Junaidi, 2006 yang menyatakan ada beberapa
etiologi lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke non hemorhagik, antara lain:
a. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak)
yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan yang terbentuk
menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah sehingga mengganggu
aliran darah.
page 11
STREAM
MEDICAL SEMINAR
b. Emboli
Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya
benda asing ini berasal dari trombus yang terlepas dari perlekatannya dalam
pembuluh darah jantung, arteri atau vena.
c. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama
yang menuju otak. Yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah
tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing.
d. Obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti
amfetamin dan kokain dengan jalan mempersempit lumen pembuluh darah otak.
e. Hipotensi atau hipertensi.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran
darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa
terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun. Sedangkan Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila
pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila
pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan
sel sel otak akan mengalami kematian.
2.1.4 Faktor Resiko Pada Stroke
Menurut Smeltzer, 2002 faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke non
hemoragi dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi adalah :
a. Umur
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk stroke. Sekitar 30% dari
stroke terjadi sebelum usia 65; 70% terjadi pada mereka yang 65 ke atas.
Risiko stroke adalah dua kali untuk setiap 10 tahun di atas 55 tahun
b. Jenis Kelamin
Pria lebih berisiko terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke.
page 12
STREAM
MEDICAL SEMINAR
Risiko stroke pria 1,25 lebih tinggi dan pada wanita. Tetapi serangan stroke
pada pria terjadi di usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup lebih
tinggi. Sementara, wanita lebih berpotensi terserang stroke pada usia lanjut
hingga kemungkinan meninggal karena penyakit itu lebih besar.
c. Keturunan
Stroke juga terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat berperan
antara lain adalah hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan cacat pada bentuk
pembuluh darah, gaya dan pola hidup keluarga dapat mendukung risiko stroke.
Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil) mungkin merupakan faktor
genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor risiko stroke lainnya.
2. Faktor resiko stroke yang dapat dimodifikasi adalah:
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang menyebabkan pengerasan dan
penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat
hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang bebas hipertensi. Sekitar 4090% penderita stroke ternyata mengidap hipertensi sebelum terkena stroke.
Secara medis, tekanan darah di atas 14090 tergolong dalam penyakit
hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada keseluruhan risiko stroke
menurun seiring dengan pertambahan umur. Pada orang berusia lanjut, faktor
lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap risiko stroke. Pada seorang
yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat terus hingga usia 90,
menyamai risiko stroke pada seorang yang menderita hipertensi. Sejumlah
penelitian menunjukkan, obat-obatan anti hipertensi dapat mengurangi risiko
stroke sebesar 38% dan pengurangan angka kematian akibat stroke sebesar
40%.
b. Penyakit Diabetes Mellitus
Setelah faktor risiko stroke yang lain telah dikendalikan, diabetes meningkatkan
risiko stroke tromboemboli sekitar dua kali lipat hingga tiga kali lipat berbanding
orang-orang tanpa diabetes. Diabetes dapat mempengaruhi individu untuk
mendapat iskemia serebral melalui percepatan aterosklerosis pembuluh darah
page 13
STREAM
MEDICAL SEMINAR
yang besar, seperti arteri koronari, arteri karotid atau dengan efek lokal pada
mikrosirkulasi serebral.
c. Penyakit Jantung
Individu dengan penyakit jantung dari jenis apa pun memiliki lebih dari dua kali
lipat risiko stroke dibandingkan dengan mereka yang fungsi jantungnya normal.
Penyakit Arteri koroner: Indikator kuat kedua dari keberadaan penyakit
difusvaskular aterosklerotik dan potensi sumber emboli dari thrombi mural
karena Miocardiofarction. Gagal Jantung kongestif, penyakit jantung hipertensi:
Berhu-bungan dengan meningkatnya kejadian strok. Fibrilasi atrial: Sangat
terkait dengan stroke emboli dan fibri-lasi atrial karena penyakit jantung
rematik; meningkatkan risiko stroke sebesar 17 kali. Lainnya: Berbagai lesi
jantung lainnya telah dikaitkan dengan stroke,seperti prolaps katup mitral,
patent foramen ovale, defek septum atrium, aneurisma septum atrium, dan lesi
aterosklerotik dan trombotik dari ascending aorta.
d. Merokok
Beberapa laporan, termasuk meta-analisis angka studi me-nunjukkan bahwa
merokok jelas menyebabkan peningkatan risiko stroke untuk segala usia dan
kedua jenis kelamin. Ting-kat risiko berhubungan dengan jumlah batang rokok
yang dihisap. Penghentian merokok mengurangi risiko.
e. Peningkatan Hematokrit
Penigkatan viskositas menyebabkan gejala stroke ketika hematokrit melebihi
55%. Penentu utama viskositas darah keseluruhan adalah dari isi sel darah
merah, plasma protein terutamanya fibrinogen memainkan peranan penting.
Ketika viskositas meningkat hasil dari polisitemia, hyperfibrinogen-emia, atau
paraproteinemia, biasanya menyebabkan gejala umum, seperti sakit kepala,
kelesuan, tinnitus, dan pengli-hatan kabur. Infark otak fokal dan oklusi vena
retina jauh kurang umum, dan dapat mengikuti disfungsi trombosit akibat
trombositosis. Perdarahan Intraserebral dan subarachnoid kadang-kadang
dapat terjadi.
page 14
STREAM
MEDICAL SEMINAR
f.
Peningkatan tingkat fibrinogen dan kelainan sistem pembekuan
Tingkat fibrinogen tinggi merupakan faktor risiko untuk stroke trombotik.
Kelainan sistem pembekuan darah juga telah dicatat, seperti antitrombin III dan
kekurangan protein C serta protein S dan berhubungan dengan vena
thrombotic.
g. Hemoglobinopathy
Sickle-cell disease: Dapat menyebabkan infark iskemik atau hemoragik
intraserebral dan perdarahan subaraknoid, vena sinus dan trombosis vena
kortikal.Keseluruhan kejadian stroke dalam Sickle-cell disease adalah 6-15%.
Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria: Dapat mengakibatkan trombosis vena
serebral
h. Penyalahgunaan Obat
Obat yang telah berhubungan dengan stroke terma-suk methamphetamines,
norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain. Amfetamin menyebabkan sebuah
vaskulitis nekrosis yang dapat mengakibatkan pendarahan petechial menyebar,
atau fokus bidang iskemia dan infark. Heroin dapat timbulkan sebuah
hipersensitivitas vaskular menyebabkan alergi. Per-darahan subarachnoid dan
difarction otak telah dilaporkan setelah penggunaan kokain.
i.
Hiperlipidemia
Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan dengan penyakit
jantung koroner, namun hubungannya dengan stroke kurang jelas. Peningkatan
kolesterol tidak muncul untuk menjadi faktor risiko untuk aterosklerosis karotis,
khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun. Kejadian hiperkolesterolemia
menurun dengan bertambahnya usia. Kolesterol berkaitan dengan perdarahan
intraserebral atau perdarahan subarachnoid. Tidak ada hubungan yang jelas
antara tingkat kolesterol dan infark lakunar.
j.
page 15
STREAM
MEDICAL SEMINAR
Infeksi
Infeksi meningeal dapat mengakibatkan infark serebral melalui pengembangan
perubahan inflamasi dalam dinding pembuluh darah. Sifilis meningovaskular
dan mucormycosis dapat menyebabkan arteritis otak dan infark.
m. Stress
Hampir setiap orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat
menyebabkan depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
(misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi) dapat memicu
terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 2 kali.
2.1.5 Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologik, gejala muncul akibat daerah
otak tertentu tidak berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Gejala tersebut antara lain :
page 16
STREAM
MEDICAL SEMINAR
a. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala
Parasthesia, paresis, Plegia sebagian badan
b. Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
control volunter terhadap gerakan motorik. Di awal tahapan stroke, gambaran
klinis yang muncul biasanya adalah paralysis dan hilang atau menurunnya
refleks tendon dalam
c. Dysphagia
d. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang di pengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.
Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi
dapat dimanifestasikan oleh hal berikut; disartria (kesulitan berbicara), disfasia
atau afasia (gangguan berbicara karena gangguan pada otak), apraksia
(ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya).
e. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan
visual-spasial dan kehilangan sensori. Disfungsi persepsi visual karena
gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasial) sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin
tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.Untuk membantu pasien ini, perawat
dapat mengambil langkah untuk mengatur lingkungan dan menyingkirkan
perabot karena pasien dengan masalah persepsi mudah terdistraksi. Akan
bermanfaat dan memberikan pengingat lembut tentang di mana objek
ditempatkan. Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan
dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius
page 17
STREAM
MEDICAL SEMINAR
f.
page 18
konfusi,
ketidakmampuan
mengkomunikasikan
kebutuhan,
dan
Defisit neurologi
Defisit lapang penglihatan
a. Homonimus Hemlanopsia
b. Kehilangan penglihatan perifer
2.
c. Diplopia
Defisit Motorik
a. Hemiparesis
b. Hemiplegia
c. Ataksia
d. Disatria
e. Disfagia
Manifestasi
a. Tidak menyadari orang atau objek,
mengabaikan salah satu sisi tubuh, kesulitan
menilai jarak
b. Kesulitan melihat pada malam hari, tidak
menyadari objek atau batas objek.
c. Penglihatan ganda
a. Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada
sisi yang sama.
b. Paralisis wajah, lengan, dan kaki pada sisi
yang sama.
c. Berjalan tidak mantap, tidak mampu
menyatukan kaki.
d. Kesulitan dalam membentuk kata
e. Kesulitan dalam menelan.
STREAM
MEDICAL SEMINAR
3.
4.
5.
c. Afasia global
Defisit kognitif
6.
Defisit Emosional
page 19
Kesemutan
a. Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami
b. Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan, mampu berbicara tapi tidak
masuk akal
c. Kombinasi afasia reseptif dan ekspresif
Kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, tidak mampu
berkonsentrasi, dan perubahan penilaian.
Kehilangan kontrol diri, labilitas emosional,
depresi, menarik diri, takut, bermusuhan, dan
perasaan isolasi.
STREAM
MEDICAL SEMINAR
Menurut Desvigne-Nickens (2009), tentang tanda-tanda stroke menjelaskan bahwa stroke dapat diketahui dengan adanya tanda-tanda seperti kelemahan
tiba-tiba pada otot wajah, lengan dan kaki yang umumnya hanya dialami oleh
sebagian tubuh kanan ataupun kiri, gangguan pandangan pada salah satu mata
atau keduanya, sulit berjalan, hilangnya kekuatan dan gangguan keseimbangan,
bingung dan sulit bicara atau memahami pembicaraan, sakit kepala tanpa sebab
dan lain-lain.
2.1.6 Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera
pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
page 20
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 21
STREAM
MEDICAL SEMINAR
b. MRI
page 22
besar suatu
daerah
STREAM
MEDICAL SEMINAR
d. Pemeriksaan darah kimia
Pada stroke akut biasanya terjadi hiperglikemi, gula darah mencapai >200 mg
dalam serum dan kemudian berangsur-angsur kembali.
2.1.8
Penatalaksanaan
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami
stroke infark maka penatalaksanaan pada klien stroke infark terdiri dari penatalaksanan medis farmakologi, penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan
diet.
1. Penatalaksanaan medis (Arif Mansjoer, 2000)
Membatasi atau memulihkan infark akut yang sedang berlangsung dengan
menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue Plasminogen
Activator).
Mencegah perburukan neurologis :
a. Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark yaitu terapi
dengan manitol.
b. Ekstensi teritori infark yaitu dengan pemberian heparin.
c. Konversi hemorargik yaitu jangan memberikan anti koagulan
d. Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark bertujuan
untuk mencegah keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang dapat
ditimbulkan. Untuk itu dalam merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktorfaktor kritis seperti mengkaji status pernafasan, mengobservasi tanda-tanda
vital, memantau fungsi usus dan kandung kemih, melakukan kateterisasi
kandung kemih, dan mempertahankan tirah baring.
3. Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan nutrisi yang dianjurkan pada klien dengan stroke infark yaitu
dengan memberikan makanan cair agar tidak terjadi aspirasi dan cairan
hendaknya dibatasi dari hari pertama setelah cedera serebrovaskuler (CVA)
page 23
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 24
sebagai upaya untuk mencegah edema otak, serta memberikan diet rendah
garam dan hindari makanan tinggi lemak dan kolesterol.
2.2 Kemampuan Mobilitas
2.2.1 Definisi Mobilisasi
Mobilisasi adalah jalan untuk melatih hampir semua otot tubuh dan
meningkatkan fleksibilitas sendi. Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi. Setiap orang memerlukan mobilisasi untuk melakukan aktivitas sehatiharinya, dengan keterbatasan kemampuan mobilisasi maka seseorang akan
kesulitan melakukan aktivitas sehari-harinya (Hany,2009).
Kebutuhan aktifitas merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan aktifitas
(bergerak).Kebutuhan ini diatur oleh beberapa sistem/organ tubuh diantaranya,
tulang, otot, tendon, ligament, sistem saraf, dan sendi.Mobilitas atau mobilisasi
merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan
teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas dalam rangka mempertahankan kesehatannya (Potter dan perry, 2005)
2.2.2
Tujuan Mobilisasi
Tujuan seseorang melakukan mobilisasi antara lain:
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 25
BAB III
TELAAH JURNAL
STREAM yang memiliki 30 item penilaian dan terbagi dalam 4 kelompok posisi
utama yaitu posisi 1) supine, 2) duduk, 3) berdiri, dan 4) berdiri serta aktivitas
berjalan. Posisi supine memiliki 6 item penilaian, posisi duduk memiliki 15 item
STREAM
MEDICAL SEMINAR
penilaian, posisi berdiri memiliki 4 item penilian dan posisi berdiri serta aktivitas
berjalan memiliki 5 item penilaian. Skor penilaian meliputi:
Gerakan volunter anggota gerak:
0= tidak mampu melakukan gerakan pada berbagai rentang (termasuk mengibaskan atau menggeser anggota gerak)
1 = mampu melakukan beberapa bagian dari gerakan yang diminta
2 = mampu melakukan gerakan dengan cara mirip anggota gerak yang sehat
X = gerakan tidak dapat dinilai karena beberapa alas an (ex: nyeri, ROM, dsb)
Mobilitas dasar
0 = tidak mampu melakukan aktivitas pada berbagai rentang yang cukup (ex:
partisipasi aktif minimal)
1 = mampu melakukan bebrapa bagian aktivitas yang diminta secara mandiri
(membutuhkan asistensi pada beberapa bagian gerakan yang tidak mampu
dilakukan)
2 = mampu melakukan aktivitas secara mandiri dengan pola yang kasar secara
mandiri, namun membutuhkan bantuan
3 = mampu melakukan aktivitas secara mandiri dengan pola yang kasar secara
mandiri, tidak membutuhkan bantuan
X = aktivitas tidak dapat dinilai karena beberapa alas an (ex: nyeri, ROM, dsb)
Total skor dari seluruh penilaian adalah 50. Dimana semakin besar skor yang
diperoleh menunjukkan kemampuan mobilitas yang semakin baik.
page 26
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 27
BAB 4
PEMBAHASAN
STREAM
MEDICAL SEMINAR
iskemik fase akut antara hari ke-0 sampai hari ke-14 pasca se-rangan stroke.
Penilaian kemampuan rentang gerak pasien dilakukan hanya pada posisi
supine mengingat kondisi pasien yang belum memungkinkan untuk
diobservasi pada posisi duduk dan berdiri. Hasil aplikasi instrument STREAM
menunjukkan bahwa instrumen tersebut bisa digunakan untuk me-nilai
adanya kemajuan rentang gerak pasien sedini mungkin. Pada 10 orang
pasien stroke iskemik fase akut rehabilitasi, 7 orang diantaranya dapat
dilakukan penilaian rentang gerak dan 3 orang diantaranya tidak dapat
dilaku-kan penilaian rentang gerak karena mengalami penurunan kesadaran.
Dari 5 hari penilaian, terdapat 3 orang pasien yang dapat dilihat adanya
peningkatan rentang gerak pada hari ketiga dan hari keempat panilaian.
4.2 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan STREAM
Berdasarkan implementasi pengaplikasian pengukuran kemampuan
rentang gerak pada pasien dengan stroke iskemik terdapat beberapa
keuntungan antara lain adalah mampu melihat perkembangan kemampuan
rentang gerak secara lebih detail pada pasien dengan stroke iskemik di fase
akut. Dengan hal tersebut maka tenaga kesehatan khususnya perawat bisa
mengevaluasi kemampuan rehabilitasi klien secara lebih mendalam sehingga
bisa menyesuaikan dengan latihan ROM yang diberikan di ruang perawatan
pasien stroke iskemik. Selain itu perawat juga bisa menyesuaikan saat
membantu memenuhi ADL klien, misalnya saat membantu klien oral hygiene
perawat bisa menentukan apakah pasien tersebut sudah bisa melakukan oral
hygine secara mandiri atau belum.
Kuesioner STREAM ini di mampu menilai kemajuan dari perkembangan rentang gerak pasien dengan stroke iskemik karena di ukur secaca berkala sehingga akan tampak kemajuan atau kemunduran dalam kemampuan
rentang gerak klien. Hal tersebut akan memudahkan perawat untuk mendokumentasikan pekembangan klien. Penilaian dalam kuesioner ini sangat
mudah karena hanya memberikan angka 0, 1, 2 atau tanda X pada setiap
item yang dinilai.
page 28
STREAM
MEDICAL SEMINAR
Namun dalam pengaplikasiannya terdapat beberapa kekurangan
antara lain adalah belum adanya sosialisasi mengenai pengukuran rentang
gerak menggunakan kuesioner STREAM ini sebelumnya di ruang 26 Stroke
RSSA Malang. Sehingga masih banyak tenaga kesehatan khususnya
perawat di ruangan yang masih belum familiar. Padahal perawat adalah
pemegang peranan penting dalam pengaplikasian pengukuran rentang gerak
ini, sehingga diperlukan sosialisasi secara merata pada perawat khususnya
yang dinas di ruang 26 Stroke. Selain itu kuesioner ini memiliki banyak item
sehingga perlu ketelitian dan waktu yang cukup lama terutama jika dilakukan
pada klien yang kurang kooperatif. Perawat perlu memiliki kemampuan
komunikasi yang baik agar klien tidak bosan saat dilakukan pengukuran
rentang gerak dengan kuesioner STREAM ini.
4.3 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan STREAM
Instrument pengukuran rentang gerak Stroke Rehabilitation Assessment of Movement (STREAM) ini hanya bisa di implementasikan pada
pasien dengan stroke baik wanita maupun pria di semua usia dengan jenis
serangan stroke iskemik fase akut hari ke 0 -14 pasca serangan stroke,
pasien dengan onset pertama stroke tanpa penyerta penyakit utama lain dan
tidak ada kecacatan sebelum serangan stroke, pasien baik dengan
kesadaran penuh ataupun tidak saat hari ke 0 -14 pasca serangan stroke,
Pasien mampu dan kooperatif untuk melakukan beberapa atau keseluruhan
gerakan-gerakan sesuai dengan instrumen STREAM. Selain itu pasien yang
dilakukan pengukuran dengan instrumen ini harus mendapatkan persetujuan
dari anggota keluarga sebelum pelaksanaan.
Namun instrument pengukuran rentang gerak Stroke Rehabilitation
Assessment of Movement (STREAM) ini tidak boleh dilakukan pada pasien
dengan serangan stroke fase krisis, pasien dengan penyakit penyerta
(komorbid) lain juga tidak diperbolehkan mengikuti penilaian STREAM ini.
page 29
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 30
STREAM
MEDICAL SEMINAR
4.5 Efek Samping Penggunaan STREAM
Dalam pengaplikasian rentang gerak pada pasien stroke dengan
instrumen STREAM, hal yang perlu diperhatikan adalah adanya efek
samping kemungkinan cedera pada pasien yang memaksakan melakukan
gerakan yang dilakukan penilaian. Dengan demikian diperlukan pemberian
edukasi pada pasien untuk tidak memaksakan melakukan gerakan yang
dinilai jika pasien tidak mampu melakukan gerakan tersebut.
page 31
STREAM
MEDICAL SEMINAR
page 32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Instrumen penilaian rentang gerak Stroke Rehabilitation Assess-ment of
Movement (STREAM) dapat diaplikasikan pada pasien stroke iskemik
pada fase akut rehabilitasi di Unit Stroke RSSA Malang.
5.1.2. Kelebihan instrumen STREAM adalah mampu menilai kemajuan dari
perkembangan rentang gerak pasien secara lebih detail. Kekurangan
instrumen
STREAM
adalah
belum
adanya
sosialisasi
mengenai
Bagi klinik
Dunia klinik diharapkan dapat menerapkan instrumen ini untuk memantau
perkembangan kemajuan rentang gerak pasien stroke pada fase akut
rehabilitasi di rumah sakit.
STREAM
MEDICAL SEMINAR
5.2.2
page 33
STREAM
MEDICAL SEMINAR
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 3 Jakarta:
EGC Chris Winkelman. Neurological Critical Care. American journal Of
Critical care. Nopember 2000-volume 9 Number 6.
Mansjoer, dkk. (2000).Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculapius
Muttaqin, Arif (2008). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Price S.A., Wilson L.M. 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 4, Buku II, Jakarta, EGC.
Tabrani Rab. Agenda Gawat Darurat jilid 2. Bandung. Penerbit Alumni: 2008.
Persyarafan. salemba medika: jakarta.
Vries S.D. & Mulder T. (2007). Motor imagery and stroke rehabilitation: a critical
discussion. Journal Rehabilitation Medical 2007;39: 5-13.
WHO, (2010) New WHO Pocket-charts will save lives by predicting heart attack and
stroke melalui http://www.who.int/mediacentre/news/release/ diakses tanggal 26
Desember 2015.
Yulianto, 2011. Mengapa Stroke Menyerang Usia Muda. Yogyakarta : Javalitera
page 34