Bentuk diskriminasi juga kerap dialami wanita dalam hal penggajian. Hal
yang lumrah dalam dunia kerja, gaji wanita lebih rendah daripada gaji pria, sekalipun
wanita tersebut berkedudukan sebagai kepala keluarga. Dapat juga disebut
diskriminasi apabila penggajian kepada wanita yang telah menikah disamakan dengan
wanita lajang; sementara pekerja pria yang menikah tidak diperlakukan seperti pria
lajang.
Dalam konteks di atas, perjanjian kerja dijadikan alat agar diskriminasi
menjadi legal, semacam pintu masuk diskriminasi bagi wanita di dunia kerja. Sebagai
pencari kerja, wanita cenderung mempunyai pilihan yang sedikit. Sebab, perjanjian
kerja telah terlebih dahulu disiapkan atau dibakukan bentuknya oleh pihak pemberi
kerja (standard contract). Pilihannya cuma menerima klausula perjanjian atau tidak
mendapatkan pekerjaan (take it or leave it).