Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Diskriminasi Gender Terhadap Pekerja Wanita dan Bentuknya

Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, pengucilan yang langsung


atau tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atau dasar agama, suku, ras,
etnik, kelompok, golongan, status social, status ekonomi,jenis kelamin, bahasa,
keyakinan politik yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan,
pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,
hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.1
Diskriminasi pekerjaan adalah tindakan pembedaan, pengecualian, pengucilan,
dan pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, ras, agama, suku, orientasi
seksual, dan lain sebagainya yang terjadi di tempat kerja atau diskriminasi di tempat
kerja berarti mencegah seseorang memenuhi aspirasi professional dan pribadinya
tanpa mengindahkan prestasi yang dimilikinya.2 Diskriminasi ini banyak terjadi
kepada pekerja wanita. Oleh karena itu disebut dengan diskriminasi terhadap pekerja
wanita.
Perlakuan diskriminatif dalam pekerjaan dapat terjadi sejak mulai penerimaan
(recruitment), berupa pengumuman penerimaan kerja atau lowongan kerja, seperti
mencari tenaga kerja wanita yang belum menikah, siap tidak menikah selama dalam
kontrak atau pada waktu tertentu, penampilan menarik dan sebagainya. Sangat umum
wanita berparas cantik menempati posisi-posisi seperti teller bank, customer service,
penyiar TV, atau Sales Promotion Girl (SPG). Sulit dibayangkan bahwa sekalipun
memiliki performa kerja yang baik, tetapi kalau tidak cantik maka sulit dapat
menempati posisi-posisi tersebut.
Setelah diterima bekerja, wanita kembali rentan dengan diskriminasi. Contoh
perlakukan diskriminatif tetapi sangat terselubung seperti dalam hal kesempatan
menduduki jabatan antara pekerja laki-laki dan wanita. Diskriminasi yang lebih jelas
seperti adanya larangan suami-istri tidak boleh bekerja di dalam satu perusahaan
dengan alasan atau kriteria yang tidak jelas; sulitnya wanita menerima cuti haid, cuti
hamil, dan pembayaran upah dalam waktu cuti hamil/cuti haid yang terkadang
bermasalah, atau bermasalahnya pemberian bantuan persalinan dan upah selama
persalinan dan saat cuti persalinan.
1 Sulistiyowati Irianto, Perempuan & Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif
Kesetaraan dan Keadilan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006), hlm. 27.
2 Ibid. hlm. 32.

Bentuk diskriminasi juga kerap dialami wanita dalam hal penggajian. Hal
yang lumrah dalam dunia kerja, gaji wanita lebih rendah daripada gaji pria, sekalipun
wanita tersebut berkedudukan sebagai kepala keluarga. Dapat juga disebut
diskriminasi apabila penggajian kepada wanita yang telah menikah disamakan dengan
wanita lajang; sementara pekerja pria yang menikah tidak diperlakukan seperti pria
lajang.
Dalam konteks di atas, perjanjian kerja dijadikan alat agar diskriminasi
menjadi legal, semacam pintu masuk diskriminasi bagi wanita di dunia kerja. Sebagai
pencari kerja, wanita cenderung mempunyai pilihan yang sedikit. Sebab, perjanjian
kerja telah terlebih dahulu disiapkan atau dibakukan bentuknya oleh pihak pemberi
kerja (standard contract). Pilihannya cuma menerima klausula perjanjian atau tidak
mendapatkan pekerjaan (take it or leave it).

Anda mungkin juga menyukai