Anda di halaman 1dari 5

Latar belakang

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di
dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah
satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang
semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah
mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun
sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis sangat
memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi lingkungan
hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana
sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi ladministrative penal law)
merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran
implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat
administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium
dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi
kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan
berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar
sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari
kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana,
dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

Rumusan masalah
Pada makalah ini akan dikaji mengenai dampak negative yang ditimbulkan dari
penambangan batu bara terhadap lingkungan sekitar, pertambangan batu bara yang ditinggalkan
dan limbah pembakaran batu bara.

ISI/PEMBAHASAN
A. Kerusakan Lingkungan dan kaitannya dengan pertambangan
Pertambangan adalah suatu kegiatan mencari, menggali, mengolah, memanfaatkan dan
menjual hasil dari bahan galian berupa mineral, batu bara, panas bumi dan minyak dan
gas.Seharusnya kegiatan pertambangan memanfaatkan sumberdaya alam dengan berwawasan
lingkungan, agar kelestarian lingkungan hidup tetap terjaga.
Kegiatan penambangan khususnya Batubara dan lain-lain dikenal sebagai kegiatan yang
dapat merubah permukaan bumi. Karena itu, penambangan sering dikaitkan dengan kerusakan
lingkungan. Walaupun pernyataan ini tidak selamanya benar, patut diakui bahwa banyak sekali
kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan kerusakan di tempat penambangannya.
Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa dilain pihak kualitas lingkungan di tempat
penambangan meningkat dengan tajam. Bukan saja menyangkut kualitas hidup manusia yang
berada di lingkungan tempat penambangan itu, namun juga alam sekitar menjadi tertata lebih
baik, dengan kelengkapan infrastrukturnya. Karena itu kegiatan penambangan dapat menjadi
daya tarik, sehingga penduduk banyak yang berpindah mendekati lokasi penambangan tersebut.
Sering pula dikatakan bahwa bahwa kegiatan penambangan telah menjadi lokomotif
pembangunan di daerah tersebut.
Akan tetapi, tidaklah mudah menepis kesan bahwa penambangan dapat menimbulkan dampat
negatif terhadap lingkungan. Terlebih-lebih penambangan yang hanya mementingkan laba, yang
tidak menyisihkan dana yang cukup untuk memuliakan lingkungannya.
Hal ini dapat dipahami jika disadari bahwa infestasi telah menelan banyak biaya, yang bila
semuanya dihitung dengan harga dana, yaitu bunga pinjaman, maka faktor yang paling mudah
dihapuskan adalah faktor lingkungan. Kesadaran manusia untuk meningkatakan kualitas
lingkungan dan memperhitungkannya sebagai baya dalam kegiatan tersebut, atau dikenal sebagai
Internasionalisasi biaya eksternal, menyebabkan perhitungan cost-benefit suatu penambangan
berubah. Dalam hal ini, faktor harga komoditas mineral sangat penting, tetapi lebih penting lagi
pergeseran cut off grade, yaitu pada tingkat mana suatu jebakan mineral dapat disebut ekonomis.
Upaya lanjutan adalah penelitian untuk meningkatkan teknologi proses.

Dampak negatif yang ditimbulkan kegiatan penambangan berskala besar, baik dalam ukuran
teknologi maupun investasi, dapat berukuran besar pula. Namun pengendaliannya lebih
memungkinkan ketimbang pertambangan yang menggunakan teknologi yang tidak memadai
apalagi danannya terbatas.
Memang pada kenyataannya, perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh kegiatan
penambangan terbuka dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Hal ini disebabkan
kerena dengan mengambil mineral seperti Mangan tubuh tanah atau soil harus dikupas sehingga
hilanglah media untuk tumbuh tumbuhan dan pada akhirnya merusak keanekaragaman hayati
yang ada di permukaan tanah yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk proses
pembentukannya.
Dampak Negatif yang ditimbulkan dari kegiatan pertambangan adalah masalah lingkungan
dan dapat diuraikan sebagai berikut :

Pertama, usaha pertambangan dalam waktu yang relatif singkat dapat mengubah bentuk
topografi dan keadaan muka tanah (land impact), sehingga dapat mengubah
keseimbangan sistem ekologi bagi daerah sekitarnya;

Kedua, usaha pertambangan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan antara lain;
pencemaran akibat debu dan asap yang mengotori udara dan air, limbah air, tailing serta
buangan tambang yang mengandung zat-zat beracun. Gangguan juga berupa suara bising
dari berbagai alat berat, suara ledakan eksplosive (bahan peledak) dan gangguan lainnya;

Ketiga, pertambangan yang dilakukan tanpa mengindahkan keselamatan kerja dan


kondisi geologi lapangan, dapat menimbulkan tanah longsor, ledakan tambang,
keruntuhan tambang dan gempa.

B. Pertambangan batubara yang ditinggalkan dan limbah pembakaran batu bara


Jejak kerusakan yang ditinggalkan oleh batubara tidak berhenti di saat pembakarannya.
Di ujung rantai kepemilikannya, terdapat pertambangan batubara yang ditinggalkan setelah
dieksploitasi habis, limbah pembakaran batubara, dan hamparan alam yang rusak tanpa
pernah akan bisa kembali seperti sediakala.
Pertambangan yang ditinggalkan pasca dieksploitasi habis, meninggalkan segudang
masalah untuk lingkungan dan masyarakat sekitarnya. Lubang-lubang raksasa, drainase
tambang asam, dan erosi tanah hanya sebagian dari masalah. Hamparan alam yang rusak

adalah adalah kondisi permanen yang tak akan pernah pulih , sekeras apapun usaha yang
dilakukan untuk mengembalikannya.
Limbah pembakaran batubara sangat beracun, dan membahayakan kesehatan masyarakat,
tembaga, cadmium dan arsenic adalah sebagian dari zat toksik yang dihasilkan dari limbah
tersebut, yang masing-masing memicu keracunan, gagal ginjal, dan kanker.
Setiap rantai dalam siklus pemanfaatan batubara meyumbangkan kerusakan yang
diakibatkan oleh energi kotor inimasing-masing dengan caranya sendiri. Kerusakan ini
nyata dan mematikan.

Kesimpulan
Setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi
bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan
di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan
eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak
yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga
memanfaatkannya secara bijaksana.

Kegiatan penambangan batu bara hendaknya mendapatkan perhatian khusus dari


pemerintah. Dengan adanya perhatian dari pemerintah penambangan batu bara hendaknya dapat
mendatangkan dampak positif. Dampak positif tersebut misalnya apabila minyak bumi yang
dipakai sekarang ini secara terus menerus habis maka dapat dialihkan dengan memakai energy
pada batu bara.

Anda mungkin juga menyukai