PENDAHULUAN
Permukaan mata secara regular terpajan lingukungan luar dan mudah
mengalami trauma, infeksi, dan reaksi alergi. Penyakit peradangan dan
infeksi pada mata perlu mendapat penanganan segera agar tidak
menimbulkan gangguan pengelihatan dan bahkan kebutaan. Pembentukan
jaringan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama kebutaan dan
gangguan penglihatan di seluruh dunia, sedangkan ulkus yang sembuh dapat
menyebabkan kekeruhan kornea dan mengakibatkan penurunan tajam
penglihatan. Di Indonesia kekeruhan kornea merupakan masalah kesehatan
mata sebab kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama
kebutaan.3
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea biasanya ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea, serta diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma. 1 Ulkus kornea dapat terjadi akibat
adanya trauma oleh benda asing, gangguan air mata atau penyakit yang
menyebabkan masuknya bakteri atau jamur ke dalam kornea sehingga
menimbulkan infeksi atau peradangan.2
Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah
II.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. MD
Umur
: 57 tahun
III.
Agama
: Islam
Alamat
Pekerjaan
: Tukang bangunan
No. CM
: C573653
ANAMNESIS
(Autoanmanesis dengan pasien pada tanggal 24 Februari 2016 di poliklinik
mata RSDK)
Keluhan Utama:
Mata kanan nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang:
3 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa mata kanan
kelilipan percikan kerikil saat bekerja. 3 hari setelah kelilipan pasien merasa
mata kanan nyeri (+), merah (+), mata terasa mengganjal (+) dan kemeng
(+) mata kabur (+), silau (+), nrocos (+), keluar kotoran (+), dibilas dengan
air sirih (-). Pasien kemudian berobat ke puskesmas dan diberi obat tetes
berwarna merah muda yang diteteskan 2 jam sekali dan obat minum 3
macam.
2 hari setelahnya, timbul putih-putih di manik mata kanan. Mata
merah (+), kemeng (+), nrocos (+), keluar kotoran (-), mata kabur (+).
Karena dirasa tidak ada perbaikan, pasien memeriksakan diri ke dokter
keluarga, diberi obat tetes mata 1 macam kontrol 1 minggu kemudian,
pandangan kabur (+), mata merah (+), nyeri (+) semakin bertambah, nrocos
(+), keluar kotoran (-) pasien kemudian dirujuk ke RSDK.
PEMERIKSAAN
(Tanggal 24 Februari 2016)
A. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesen:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Komposmentis
Tanda Vital
: 86x / menit
RR
Suhu
: 36,7oC
Kepala
: mesosefal
Thoraks
: Cor
20x / menit
Ekstremitas
Status Oftalmologi:
kornea edema (+), defek (+), letak parasentral, ukuran 2 x 1 mm,
kedalaman superfisial, batas tegas. Infiltrat (+) ukuran 3 x 4 mm
disekitar defek, kedalaman 1/3 stroma. Jaringan nekrotik (+),
fluorescein test (+), siedel test (-), tampak iris membayang
OD
OS
Oculi Dexter
1/~ LPB
VISUS
Tidak dilakukan
KOREKSI
Tidak dilakukan
SENSUS COLORIS
Gerak bola mata bebas
PARASE/PARALYSE
ke segala arah
Tidak ada kelainan
SUPERCILIA
Edema (-), spasme (-)
PALPEBRA SUPERIOR
Edema (-), spasme (-)
PALPEBRA INFERIOR
Hiperemis (+), sekret (-),
KONJUNGTIVA
edema (-)
PALPEBRALIS
Oculi Sinister
6/10
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata bebas
ke segala arah
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
KONJUNGTIVA
FORNICES
KONJUNGTIVA
BULBI
SCLERA
CORNEA
Sulit dinilai
CAMERA OCULI
ANTERIOR
IRIS
Kedalaman cukup,
TyndallEffect (-)
Kripte (+), sinekia (-)
PUPIL
Jernih
(-)
T (digital) normal
LENSA
FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI
Tidak dilakukan
SISTEM CANALIS
LACRIMALIS
Tidak dilakukan
Kedalaman dangkal
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Tes Fluoresin pada Oculi Dextra (24 Februari 2016)
-
V.
RESUME
Seorang pria 57 tahun datang ke poli mata RSDK dengan keluhan
mata kanan nyeri (+), mata kanan hiperemis (+), visus mata kanan
turun (+), terasa mengganjal, cefalgia (+), fotofobia (+), lakrimasi (+),
sekret (-).
3 minggu sebelum masuk rumah sakit, mata kanan mulai terasa nyeri
(+), hiperemis (+), terasa mengganjal (+), visus mata kanan turun (+),
cefalgia (+), fotofobia (+), nyeri (+), lakrimasi (+), sekret (+) sejak 3
hari setelah trauma. Pasien kemudian berobat ke puskesmas dan diberi
obat tetes berwarna merah muda yang diteteskan 2 jam sekali dan obat
minum 3 macam.
2 hari kemudian muncul leukokoria (+) pada mata kanan, visus mata
kanan semakin turun, sekret (-) kontrol ke dokter keluarga dan
diberikan obat tetes 1 macam kontrol 1 minggu, tidak ada
perbaikan rujuk RSDK
Status Oftalmologi:
Oculi Dexter
1/~ LPB
Hiperemis (+), sekret (-),
edema (-)
Hiperemis (+), sekret (-),
edema (-)
Mixed injeksi (+), sekret
(-), kemosis (-)
Edema (+), defek epitel
(+) ukuran 2x1 mm,
parasentral, kedalaman
superfisial, batas tegas.
Infiltrat (+) 3x4 mm di
sekitar infiltrat,
kedalaman 1/3 stroma,
jaringan nekrotik (+),
fluorescein test (+),
siedel test (-), tampak
iris membayang
Kedalaman dangkal
Sulit dinilai
(-)
VISUS
KONJUNGTIVA
PALPEBRALIS
KONJUNGTIVA
FORNICES
KONJUNGTIVA
BULBI
CORNEA
CAMERA OCULI
ANTERIOR
IRIS
FUNDUS REFLEKS
Oculi Sinister
6/10
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-)
Injeksi konjungtiva (-),
sekret (-)
Kedalaman cukup,
Tyndall Effect (-)
Kripte (+), sinekia (-)
(+) cemerlang
Lain-lain
DIAGNOSIS BANDING
Oculi Sinistra Ulkus Kornea Perforasi et causa suspek bakteri
Oculi Sinistra Ulkus Kornea Perforasi et causa suspek jamur
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Oculi Sinistra Ulkus Kornea Perforasi et causa suspek bakteri
VIII. TERAPI
-
Levofloxacin 1 x 500 mg
Natrium Diclofenac 2 x 50 mg
PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam
X.
OD
Ad malam
Ad malam
OS
Dubia ad bonam
Ad bonam
Ad bonam
Ad malam
SARAN
1. Kontrol 1 minggu kemudian untuk memantau dan mengevaluasi
perkembangan penyakit serta kemungkinan komplikasi.
EDUKASI
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa pasien menderita luka pada
manik mata kanan yang menyebabkan timbulnya gejala seperti yang
dikeluhkan.
XII.
DISKUSI
A. Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung
melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di
tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm.
Dari luar ke dalam, kornea mempunyai lima lapisan yang
berbeda-beda:4
1. Lapisan epitel
Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju
kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel
basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui
desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
2. Membran Bowman
Terletak
dibawah
membrana
basal
epitel
kornea
yang
3. Jaringan Stroma
5. Endotel
dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus
berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus
membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin
sifat
transparan.
Sebaliknya
cedera
pada
epitel
10
menarik
air
dari
stroma
kornea
superficial
untuk
Infeksi
Bakteri
P. aeraginosa,
Streptococcus
Acanthamoeba
b. Non Infeksi
-
Sindrom Sjorgen
Pada
sindrom
Sjorgen
salah
satunya
ditandai
Defisiensi vitamin A
11
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun,
misalnya; kortikosteroid, IDU (Iodo 2 dioxyuridine),
anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
12
mempunyai
banyak
serabut
saraf
maka
b.
c.
13
sentral
sehingga
terdapat
satelit-satelit
14
akibat
rangsangan
radang.Terdapat
cepat
menjalar
ke
dalam
dan
awalnya
berupa
ulkus
yang
bewarna
putik
15
Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.
Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan
sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang
penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
3. Gejala Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat
berupa:
a.
Gejala Objektif
Injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
adanya infiltrat, hipopion
b. Gejala Subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan
kabur, mata berair, bintik putih pada kornea sesuai lokasi
ulkus, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan
sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan
tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
4. Diagnosis
Diagnosis
dapat
ditegakkan
berdasarkan
anamnesa,
simplek
yang
sering
kambuh.
Hendaknya
pula
16
itu
perlu
juga
dilakukan
pemeriksaan
17
Jamur
berfilamin:
topical
amphotericin
B,
thiomerosal,natamicin, imidazole
-
4) Anti Virus
5) Obat Siklopegik.
Efek kerja sulfas atropine :
-
Menyebabkan
paralysis
M.
siliaris
dan
M.
konstriktor pupil.
6) Obat Analgesik Sistemik Dan Anti Inflamasi
b. Penatalaksanaan Bedah
-
Flap konjungtiva
Keratoplasti tembus
XIII. PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis OD Ulkus Kornea et causa suspek bakterial
dengan dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
18
disarankan
dilakukan
pemeriksaan
scrab
kornea
dengan
pengecatan gram dan KOH 10 %, serta dilakukan kultur dan tes senisitifitas.
Pada kasus ini diberikan terapi gentamisin fortified eye drop dan
cefazolin fortified eye drop (antibiotik topikal) dan levofloxacin tablet
(anibiotik sistemik) karena sudah terjadi perforasi pada korneanya. Sulfas
atropine 1 % juga diberikan sebagai siklopegik untuk mengurangi nyeri dan
menyebabkan paralisis m. siliaris, mengakibatkan mata tidak mempunyai
daya akomodsi sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya
m. konstriktor pupil, terjadi midriasis sehingga sinekia posterior yang telah
ada dapat dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru. 1
Diberikan pula Natrium Diklofenac sebagai anti inflamasi dan anti nyeri.
Pasien ini juga diprogramkan eviscerasi + DFG atau keratoplasti,
karena ulkus korneanya tidak sembuh dengan pengobatan dan sudah terjadi
perforasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000
19
20