PKN KWN
PKN KWN
Copyright
Convention,
Paris
24
July
1971
dan
Pasal
14-18
Undang-Undang
No.19
Tahun
2002
Tentang
Hak
Cipta
(UUHC)
Memuat substansi atau materi yang dianggap sebagai bukan pelanggaran hak cipta salah
satunya adalah ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Pasal 15 UUHC memberi
syarat yaitu sumbernya disebutkan atau dicantumkan maka tidak dianggap sebagai
pelanggaran
hak
cipta.
Mengenai tujuan tertentu yang diizinkan dan tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta
adalah untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, peninjauan suatu masalah, pembelaan di dalam atau di luar
pengadilan, ceramah, pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran, aktivitas
bagi perpustakaan umum, lembaga pengetahuan, pusat dokumentasi, pembuatan salinan
atau cadangan program komputer oleh pemilik program, non komersial, dan untuk
kepentingan
nasional.
Sebenamya apa yang diatur dalam pasal tersebut sama dengan fair use dalam sistem hak
cipta Anglo Saxon yaitu dianggap sebagai tindakan pelanggaran hak cipta yang diizinkan oleh
UU (allowable infringement) dan tidak mirip denganfair dealing sebagaimana banyak dijumpai
di negara-negara Common Law di bawah bendera Common Wealth of Nations. Tujuan dan
karakter dari penggunaan ciptaan tersebut harus dilakukan dalam kaitannya untuk
mendorong
dan
memperkaya
kreativitas
publik
secara
umum.
Pendapat para ahli sekitar penggunaan ciptaan pihak lain yang dikategorikan termasuk
dalam fair use yaitu sesuatu untuk mencapai keseimbangan antara kepentingan pencipta dan
kepentingan masyarakat pengguna ciptaan. Tidak jarang porsi yang kecil dari suatu ciptaan
tetapi begitu penting yang dipinjam dari ciptaan orisinil yang lebih besar dapat merupakan
pelanggaran hak cipta. Penggunaan untuk kepentingan penulisan kritik, komentar, laporan
media cetak, pendidikan, penelitian menjadi hak pengadilan untuk menentukan apakah
termasuk fair
use atau
tidak.
Di negara-negara yang menganut sistem Common Law tidak menggunakan istilah fair use,
akan tetapi menggunakan istilah fair dealing. Di Australia, alasan yang dijadikan dasar fair
dealing adalah: research and study, review and cricism, reporting news, legal advice
(although the Crown is deemed to own copyright in federal statues and each State in state
statutes).
Di Canada, sesuai dengan Canadian Copyright Act memberikan izin pada pengguna sebuah
copy sebagian dari ciptaan untuk tujuan riset dan private study. Tidak seperti di Amerika
Serikat yang memandang fair use sebagai pelanggaran yang diizinkan, tetapi Canada
memandang fair dealing tidak secara keseluruhan sebagai pelanggaran yang diizinkan.
Canada memandangfair dealing sebagai bagian yang integral dalam undang-undang hak cipta
dan tidak sekedar sebagai upaya pembelaan. Setiap tindakan yang termasuk dalamfair
dealing tidak
dianggap
sebagai
pelanggaran
hak
cipta.
Di New Zealand, sebagaimana disebutkan dalan Section 42 dan 43 Copyright Act 1994,
bahwa kriteria fair dealing hampir sama dengan yang digunakan di Inggris. Walaupun di New
Zealand, riset dengan tujuan komersial tetap dapat menggunakan alasan fair dealing.
Sebagaimana juga di Canada, maka fair dealing bukan merupakan suatu pelanggaran hak
cipta.
http://jurnal.kesimpulan.com/p/aturan-hukum-hak-cipta.html
https://www.academia.edu/4283144/Pelanggaran_Hak_Cipta
Pertanyaan Pertama -1
PERATURAN & REGULASI TENTANG PENGGUNAAN PRODUK CHIP (HAK CIPTA)
UU No.19 tentang Hak Cipta
Berdasarkan UU RI no 19 tahun 2002
Bab 1 mengenai ketentuan umum, pasal 1
Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk
mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri
Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta atau Hak
Terkait telah dialihkan. Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus
memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemamp
uan, kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Dengan demikian, Hak Cipta
adalah "hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau
memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku" (pasal 1 butir 1).
Undang-undang ini memuat beberapa ketentuan baru, antara lain, mengenai:
1.
Database merupakan salah satu Ciptaan yang dilindungi
2.
Penggunaan alat apa pun baik melalui kabel maupun tanpa kabel, termasuk media internet, untuk pemutaran
produk-produk cakram optik (optical disc) melalui media audio, media audiovisual dan/atau sarana telekomunikasi
3.
Penyelesaian sengketa oleh Pengadilan Niaga, arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa
4.
Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih besar bagi pemegang hak
5.
Batas waktu proses perkara perdata di bidang Hak Cipta dan Hak Terkait, baik di Pengadilan Niaga maupun di
Mahkamah Agung
6.
Pencantuman hak informasi manajemen elektronik dan sarana kontrol teknologi
7.
Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap produk-produk yang menggunakan sarana
Hak cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual, namun hak cipta berbeda secara mencolok dari hak
kekayaan intelektual lainnya (seperti paten, yang memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi), karena hak
cipta bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak untuk mencegah orang lain yang
melakukannya.
Hukum yang mengatur hak cipta biasanya hanya mencakup ciptaan yang berupa perwujudan suatu gagasan tertentu
dan tidak mencakup gagasan umum, konsep, fakta, gaya, atau teknik yang mungkin terwujud atau terwakili di dalam
ciptaan tersebut. Sebagai contoh, hak cipta yang berkaitan dengan tokoh kartun Miki Tikus melarang pihak yang tidak
berhak menyebarkan salinan kartun tersebut atau menciptakan karya yang meniru tokoh tikus tertentu ciptaan Walt
Disney tersebut, namun tidak melarang penciptaan atau karya seni lain mengenai tokoh tikus secara umum.
Di Indonesia, masalah hak cipta diatur dalam Undang-undang Hak Cipta, yaitu, yang berlaku saat ini, Undangundang Nomor 19 Tahun 2002. Dalam undang-undang tersebut, pengertian hak cipta adalah "hak eksklusif bagi
pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu
dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku" (pasal 1
butir 1).
Lingkup Hak cipta
Lingkup hak cipta diatur didalam bab 2 mengenai Lingkup Hak Cipta pasal 2-28:
Ciptaan yang dilindungi (pasal 12), Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra, yang mencakup: buku, Program Komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lain, ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu, alat peraga yang dibuat untuk
kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik dengan atau tanpa teks, drama atau drama musikal,
tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim, seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni
kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan, arsitektur, peta, seni batik, fotografi, sinematografi,
terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
Ciptaan yang tidak ada Hak Cipta (pasal 13), hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara, peraturan perundangundangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim atau
keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya.
Hak-hak yang tercakup dalam hak cipta
Hak eksklusif
Beberapa hak eksklusif yang umumnya diberikan kepada pemegang hak cipta adalah hak untuk:
membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan tersebut (termasuk, pada umumnya, salinan
elektronik),
mengimpor dan mengekspor ciptaan,
menciptakan karya turunan atau derivatif atas ciptaan (mengadaptasi ciptaan),
menampilkan atau memamerkan ciptaan di depan umum,
menjual atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang atau pihak lain.
Yang dimaksud dengan "hak eksklusif" dalam hal ini adalah bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas
melaksanakan hak cipta tersebut, sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan hak cipta tersebut tanpa
persetujuan pemegang hak cipta.
Konsep tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif pemegang hak cipta termasuk "kegiatan
menerjemahkan, mengadaptasi, mengaransemen, mengalihwujudkan, menjual, menyewakan, meminjamkan,
mengimpor, memamerkan, mempertunjukkan kepada publik, menyiarkan, merekam, dan mengkomunikasikan ciptaan
kepada publik melalui sarana apapun"[2].
Selain itu, dalam hukum yang berlaku di Indonesia diatur pula "hak terkait", yang berkaitan dengan hak cipta dan juga
merupakan hak eksklusif, yang dimiliki oleh pelaku karya seni (yaitupemusik, aktor, penari, dan sebagainya), produser
rekaman suara, dan lembaga penyiaran untuk mengatur pemanfaatan hasil dokumentasi kegiatan seni yang dilakukan,
direkam, atau disiarkan oleh mereka masing-masing (UU 19/2002 pasal 1 butir 912 dan bab VII). Sebagai contoh,
seorang penyanyi berhak melarang pihak lain memperbanyak rekaman suara nyanyiannya.
Hak-hak eksklusif yang tercakup dalam hak cipta tersebut dapat dialihkan, misalnya denganpewarisan atau perjanjian
tertulis (UU 19/2002 pasal 3 dan 4). Pemilik hak cipta dapat pula mengizinkan pihak lain melakukan hak eksklusifnya
tersebut dengan lisensi, dengan persyaratan tertentu (UU 19/2002 bab V).
Perlindungan Hak Cipta
Perlindungan hak cipta pada umumnya berarti bahwa penggunaan atau pemakaian dari hasil karya tertentu hanya
dapat dilakukan dengan ijin dari pemilik hak tersebut. Kemudian yang dimaksud menggunakan atau memakai di sini
adalah mengumumkan memperbanyak ciptaan atau memberikan ijin untuk itu.
Pasal 12 ayat 1 :
(1) Dalam Undang-undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra,
yang mencakup :
a. buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain.
b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis
dengan itu.
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan.
d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks.
e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan
dan pantomime.
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase,
dan seni terapan.
g. Arsitektur.
h. Peta.
i.
seni batik.
j.
Fotografi.
k. Sinematografi.
l.
terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data base, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf l dilindungi sebagai Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak
Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau
belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan Perbanyakan
hasil karya itu.
Menurut Pasal 1 ayat 8, yaitu :
Program komputer adalah sekumpulan instruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema, ataupun
bentuk lain, yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat
komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk penyiapan
dalam merancang instruksi-instruksi tersebut.
Dan Pasal 2 ayat 2, yaitu:
Pencipta dan /atau Pemegang Hak Cipta atas karya sinematografi dan program komputer (software) memberikan
izin atau melarng orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat
komersial.
Pembatasan Hak Cipta
Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, hal-hal sebagai berikut:
a. Pengumuman dan/atau Perbanyakan lambang Negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
b. Pengumuman dan/atau Perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama
Pemerintah, kecuali apabila Hak Cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-undangan maupun
dengan pernyataan pada Ciptaan itu sendiri atau ketika Ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau
c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar
atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
d. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak
Cipta:
penggunaan Ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari Pencipta;
pengambilan Ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian, guna keperluan:
Kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan
sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah (kecuali dipergunakan untuk gambar);
Setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab pada bagian tengah atas;
Pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor baris dan setiap halaman baru
merupakan permulaan (awal) nomor dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim;
Pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta (toner) warna hitam, dengan ukuran antar baris 1,5 spasi,
dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm;
Tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis dengan tangan atau dilukis;
Gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-4 dengan berat minimum 100
gram yang tidak mengkilap dengan batas sebagai berikut : dari pinggir atas 2,5 cm, dari pinggir bawah 1 cm, dari
pinggir kiri 2,5 cm, dan dari pinggir kanan 1 cm;
Seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh, tidak boleh dalam keadaan
tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang ditempelkan;
Setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar harus konsisten antara satu dengan
lainnya.
4. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan untuk itu dalam
bahasa Indonesia dengan melampirkan bukti pembayaran biaya permohonan sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta
rupiah).
Dan berdasarkan penjelasan diatas, setelah terdaftarnya hak paten atas nama inventornya, maka menimbulkan hak
dan kewajiban bagi pemegang paten, dan hak eksklusif yang akan diperoleh pemegang paten adalah hak untuk
melaksanakan sendiri hak paten yang dimilikinya, memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain dan hak untuk
melarang orang lain untuk melaksanakan patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten.
Pertanyaan kedua -2
Contoh Kasus Pelanggaran HAKI
Dewasa ini internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan moderen yang memerlukan segala sesuatu
aktivitas yang serba cepat, efisien. Namun, sisi negatif nya adalah kehadiran internet bisa pula memudahkan terjadinya
pelanggaran-pelanggaran di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terutama masalah Hak Cipta.
Perlindungan Hak Cipta di Jaringan Internet
Biasanya sebuah website terdiri dari informasi, berita, karya-karya fotografi, karya drama, musikal, sinematografi yang
kesemuanya itu merupakan karya-karya yang dilindungi oleh prinsip-prinsip tradisional Hak Cipta sebagaimana yang
diatur dalam UU NO 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Contoh Pelanggaran Hak Cipta di Internet
- Seseorang dengan tanpa izin membuat situs penyayi-penyayi terkenal yang berisikan lagu-lagu dan liriknya, foto dan
cover album dari penyayi-penyayi tersebut. Contoh : Bulan Mei tahun 1997, Group Musik asal Inggris, Oasis, menuntut
ratusan situs internet yang tidak resmi yang telah memuat foto-foto, lagu-lagu beserta lirik dan video klipnya. Alasan
yang digunakan oleh grup musik tersebut dapat menimbulkan peluang terjadinya pembuatan poster atau CD yang
dilakukan pihak lain tanpa izin. Kasus lain terjadi di Australia, dimana AMCOS (The Australian Mechanical Copyright
Owners Society) dan AMPAL (The Australian Music Publishers Association Ltd) telah menghentikan pelanggaran Hak
Cipta di Internet yang dilakukan oleh Mahasiswa di Monash University. Pelanggaran tersebut terjadi karena para
Mahasiswa dengan tanpa izin membuat sebuah situs Internet yang berisikan lagu-lagu Top 40 yang populer sejak tahun
1989 (Angela Bowne, 1997 :142) dalam Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Lindsey T dkk.
- Seseorang tanpa izin membuat situs di Internet yang berisikan lagu-lagu milik penyanyi lain yang lagunya belum
dipasarkan. Contoh kasus : Group musik U2 menuntut si pembuat situs internet yang memuat lagu mereka yang belum
dipasarkan (Angela Bowne, 1997 :142) dalam Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Lindsey T dkk.
- Seseorang dengan tanpa izin membuat sebuah situs yang dapat mengakses secara langsung isi berita dalam situs
internet milik orang lain atau perusahaan lain. Kasus : Shetland Times Ltd Vs Wills (1997) 37 IPR 71, dan Wasington
Post Company VS Total News Inc and Others (Murgiana Hag, 2000 : 10-11)dalam Hak Kekayaan Intelektual Suatu
Pengantar, Lindsey T dkk.
Namun, saat ini share (Membagi) suatu berita oleh Situs berita sudah merupakan sebuah nilai yang akan menaikan
jumlah kunjungan ke situs berita itu sendiri, yang secara tidak langsung share(Membagi) berita ini akan menaikan Page
Rank situs berita dan mendatangkan pemasang iklan bagi situs berita itu sendiri. Misalnya beberapa situs berita
terkenal Indonesia menyediakan share beritanya melalui facebook, twitter, lintasberita.com dan lain-lain.
Maka, share ini secara tidak langsung telah mengijinkan orang lain untuk berbagi berita melalui media-media tersebut
dengan syarat mencantumkan sumber berita resminya. Maka dalam kasus ini, Hak Cipta sebuah berita telah diizinkan
oleh pemilik situs berita untuk di share melalui media-media lain asalkan sumber resmi berita tersebut dicantumkan. Hal
ini sesuai dengan Pasal 14 c UU No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta, dimana :
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta pengambilan berita aktual (berita yang diumumkan dalam waktu 1 x 24
jam sejak pertama kali diumumkan) baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan
Surat Kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.
TEKNOLOGI
Pengertian Umum
Penggunaan Alat Dan Mesin
Hakikat Teknologi
The systematic application of scientific or other organized knowledge to practical tasks. ( Galbraith ) Aplikasi
sistematis dari pengetahuan ilmiah atau terorganisir lainnya untuk tugas-tugas praktis
Why Communications Technology
Communication = MEDIA
1. The Media as Businesses (Media Bisnis)
2. The Media and Communications Technology (Teknologi Media dan Komunikasi )
3. The Media and Political, Social, and Cultural Institutions (Media dan Lembaga Politik, Sosial, dan Budaya)
The Media as Businesses
Fungsi dan Tujuan Media :
1. Memenuhi kebutuhan publik ttg informasi
2. Menyebarkan budaya bangsa
3. Menyajikan hiburan
4. Mendidik
Dibalik itu semua tujuannya adalah :
MENCARI KEUNTUNGAN / PROFIT CENTERED
The Media and Communications Technology
Perkembangan Teknologi Komunikasi secara langsung mempengaruhi kecepatan dengan perkembangan masyarakat
Komunikasi massa adalah komunikasi dari satu orang atau kelompok melalui perangkat transmisi (teknologi
komunikasi) untuk khalayak yang besar atau pasar
The Media and Political, Social, and Cultural Institutions
Peranan Media Massa dengan masyarakat sehubungan Revolusi Informasi yang ketiga
Media mempengaruhi masyarakat
Media cerminan dari keadaan Masyarakat itu sendiri
Media adalah Refleksi dan efek dari masyarakat
Communications Technology
THREE COMM REVOLUTIONS (Tiga Revolusi Informasi)
1. The invention written symbols was considered the First Comm Revolution (A pictograph is a symbol of an object
that use to convey an idea. The first known pictograph were carve in stone by Sumerian of Mesopotamia in about 3500
BC)
2. The invention of movable type market the Second Comm Revolution (Began in Germany in 1455, when Johannes
Gutenberg print a Bible on a press that use movable type)
3. The invention of computer ushered in the third Comm Revolution (Computer technology, which processes and
transmits information much more efficiently than mechanical devices, is driving the majority of change affecting todays
media)
Communications Technology Development
1. Books and Magazines
2. Newspapers
3. Radio and Recorded Music
4. Film and Video
5. Television and Cable
6. Computer Media and The Internet
Books, Magazines And Newspapers
Early Print Media
The Gutenberg Revolution
Technology Trends (Modern Publishing)
1. Digitizing (making an image computer readable, as with scaner)
2. Desktop publishing is the composition, lay out, and sometimes printing of materias using a PC
3. Publishing with the CD and Internet
4. Computer technology and desktop publishing are changing the way books, magazines, and newspapers are
publish, lowering cost, streamlining the process, and such as CD-ROMs, for book publishers
Radio and Recorded Music
Teknologi radio dimulai dengan:
1. Samuel FB Morse penemuan telegraf pada tahun 1835
2. Alexander Graham Bell penemuan telepon, demontrated pada tahun 1876, dan
3. Hendrich Hertz deskripsi gelombang radio pada tahun 1887
4. Promosi Guglielmo Marconi transmisi gelombang radio nirkabel dimulai pada tahun 1897
5. Reginald Fessenden canggih teknologi nirkabel
6. Lee de Forest menyebut dirinya ayah dari radio karena menemukan tabung Audion untuk mendeteksi gelombang
radio
7. David Sarnoff membuat radio siaran yang layak bisnis di AS
8. Radio dalam tahun 1930-an dan 1940-an menjadi kekuatan budaya dan politik yang kuat.
9. Pemrograman radio diperluas untuk mencakup komedi, musik, serial, drama, dan berita
10. Edwin H Armstrong di bertanggung jawab untuk penemuan FM Radio, Hari ini Stasiun FM yang tiga kali lebih
populer sebagai PM Stasiun
11. Kecenderungan yang paling signifikan di hari ini radio adalah bergerak ke arah segmentasi lebih dan lebih dari
penonton, mirip dengan pembagian penonton dalam industri majalah
12. Permintaan pemrograman dan siaran audio digital akan segera menawarkan pilihan program bahkan lebih untuk
pendengar, tantangan lain untuk kompetisi industri radio tumbuh dengan dirinya sendiri
Film and Video
1. 1888 Thomas Edison mengembangkan kamera gambar gerak
2. 1903 1927 era Film bisu (film Diam disampaikan plot dengan ekspresi, tindakan, dan sub judul, sebelum
teknologi suara
3. 1927 gambar berbicara Revolusioner: Warner Brothers, membuat komitmen untuk mengembangkan teknologi
suara dan dengan bantuan perusahaan Western Electric AT & T, dibuat klip film pendek berbicara, disebut Vitaphone ini
4. Talkie adalah film-film dengan soundtrack disinkronkan, yang menekankan dialog, bernyanyi, dan musik
DAMPAK ICT BAGI MEDIA MASSA
NEW MULTIMEDIA CONVERGENCE DARI
* Televisi
* Telepon
* Computer
* Data Base
* Delivery Systems
4. Tumbuh sejak Perang Dunia Ke II lebih dari 100 bangsa baru yg tujuan strateginya adalah pembangunan ekonomi
dan sosial
5. Pembagian/perbedaan ideologis yg berkelanjutan antara negara2 Barat dg Timur
Implikasi Perkembangan ICT
Tiga Ketimpangan yg mencolok :
1. Porsi pengeluaran negara2 berkembang sekitar 3 % da hanya memiliki 13 % dari seluruh ilmuan yg ada di dunia
dan bertumpuk di India, Brazil, Argentina dan Mexico
2. Negara berkembang harus meningkatkan porsi untuk pengeluaran bidang industry dari 7 % menjadi 25 %. Tahun
1980 hanya 9 %
3. Nilai peralatan pengolahan data, diperkirakan AS, Jepang dan Eropa Barat mencapai 83 % dari seluruhan dunia
(1978). 17 % dimiliki bersama dan th 1988 meningkat 20 %
(lihat Zulkarimein Nasution)
Tenaga Kerja
Otomasi besar-besaran akan menyebabkan pengangguran, sebuah computer bisa menyebabkan ribuan orang tak lagi
dibutuhkan, juga menimbulkan dilemma2 moral lainnya
(lihat Ziauddin Sardar)
Pendidikan
The Knowledge Gap hypothesis posits that the information-rich benefit more from exposure to communications media
than the information-poor
Hal tsb akibat dari perbedaan tingkat pendidikan, akses terhadap sumber informasi seperti perpustakaan dan
internet/computer rumah
Sosial
Hal lain yg perlu mendapatkan perhatian adalah dimana sementara orang kurang nyaman untuk mencari penyelesaian
konflik, dan membicarakan berita2 yg kurang baik (bad news) melalui teknologi Komunikasi
(Lihat Media Now)
Institusi/Kelembagaan
Perkembangan Teknologi Komunikasi juga mengakibatkan perubahan institusi seperti perubahan lembaga2 pendidikan,
munculnya system pendidikan Jarak Jauh atau terbuka, seperti Universitas Terbuka, SMP Terbuka, Open University di
London, India, Pakistan dll.
Moral
Several sub sequent studies have suggested that TV violence causes aggression among children. Researchers caution,
however, that TV violence is not the cause of aggressiveness, but a cause of aggressiveness
Politik
The rising cost of national political campaigns is directly connected to the expence of television advertising. TV is very
efficient way to reach large numbers of people quickly,, but campaigning for television also distances the candidates
fram direct public contact.
(lihat Media Impact)
Pertentangan antara kepentingan umum (public) dengan kepentingan swasta/pribadi
Ekonomi
Dalam bidang ekonomi dan perdagangangan, dengan munculnya e-Banking, e-comers, e-money, belanja lewat internet
dan resesvasi tiket pesawat dan hotel melalui internet
Global
Negara2 Super Power dan Eropa akan mendominnasi selain kepemilikan sumber informasi tetapi akan menekan
negara2 lain dibidang ekonomi, militer, politik dan budaya.
Negara2 dunia ketiga atau negara2 miskin dengan terpaksa tunduk serta tidak berdaya dalam menghadapi rekayasa
informasi yang sering menyudutkan negara2 berkembang
http://www.pajri.com/portfolio/detail/penjelasan-hak-cipta-dan-contohpelanggaran-hak-cipta
Dewasa ini internet telah menjadi bagian penting dari kehidupan moderen yang
memerlukan segala sesuatu aktivitas yang serba cepat, efisien. Namun, sisi negatif
nya adalah kehadiran internet bisa pula memudahkan terjadinya pelanggaranpelanggaran di bidang Hak Kekayaan Intelektual (HKI) terutama masalah Hak Cipta.
Perlindungan Hak Cipta di Jaringan Internet :
Biasanya sebuah website terdiri dari informasi, berita, karya-karya fotografi,
karya drama, musical,sinematografi yang kesemuanya itu merupakan karya-karya
yang dilindungi oleh prinsip-prinsip tradisional Hak Cipta sebagaimana yang diatur
dalam UU NO 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Contoh Pelanggaran Hak Cipta di Internet:
berisikan lagu-lagu dan liriknya, foto dan cover album dari penyayi-penyayi tersebut.
Contoh : Bulan Mei tahun 1997, Group Musik asal Inggris, Oasis, menuntut ratusan
situs internet yang tidak resmi yang telah memuat foto-foto, lagu-lagu beserta lirik
dan video klipnya. Alasan yang digunakan oleh grup musik tersebut dapat
menimbulkan peluang terjadinya pembuatan poster atau CD yang dilakukan pihak
lain tanpa izin. Kasus lain terjadi di Australia, dimana AMCOS (The Australian
Mechanical Copyright Owners Society) dan AMPAL (The Australian Music Publishers
Association Ltd) telah menghentikan pelanggaran Hak Cipta di Internet yang
dilakukan oleh Mahasiswa di Monash University. Pelanggaran tersebut terjadi karena
para Mahasiswa dengan tanpa izin membuat sebuah situs Internet yang berisikan
lagu-lagu Top 40 yang populer sejak tahun 1989 (Angela Bowne, 1997 :142) dalam
Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Lindsey T dkk.
Seseorang tanpa izin membuat situs di Internet yang berisikan lagu-lagu milik
penyanyi lain yang lagunya belum dipasarkan. Contoh kasus : Group musik U2
menuntut si pembuat situs internet yang memuat lagu mereka yang belum
dipasarkan (Angela Bowne, 1997 :142) dalam Hak Kekayaan Intelektual Suatu
Pengantar, Lindsey T dkk.
Seseorang dengan tanpa izin membuat sebuah situs yang dapat mengakses
secara langsung isi berita dalam situs internet milik orang lain atau perusahaan lain.
Kasus : Shetland Times Ltd Vs Wills (1997) 37 IPR 71, dan Wasington Post Company
VS Total News Inc and Others (Murgiana Hag, 2000 : 10-11)dalam Hak Kekayaan
Intelektual Suatu Pengantar, Lindsey T dkk.
Namun, saat ini share (Membagi) suatu berita oleh Situs berita sudah merupakan
sebuah nilai yang akan menaikan jumlah kunjungan ke situs berita itu sendiri, yang
secara tidak langsung share(Membagi) berita ini akan menaikan Page Rank situs
berita dan mendatangkan pemasang iklan bagi situs berita itu sendiri. Misalnya
beberapa situs berita terkenal Indonesia menyediakan share beritanya melalui
facebook, twitter, lintasberita.comdan lain-lain.
Maka, share ini secara tidak langsung telah mengijinkan orang lain untuk berbagi
berita melalui media-media tersebut dengan syarat mencantumkan sumber berita
resminya. Maka dalam kasus ini, Hak Cipta sebuah berita telah diizinkan oleh pemilik
situs berita untuk di share melalui media-media lain asalkan sumber resmi berita
tersebut dicantumkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 14 c UU No 19 tahun 2002
tentang Hak Cipta, dimana :
Tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta pengambilan berita aktual (berita
yang diumumkan dalam waktu 1 x 24 jam sejak pertama kali diumumkan) baik
seluruhnya maupun sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan Surat
Kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan
secara lengkap.
Analisis :
Dengan adanya media internet dengan mudah seluruh orang di dunia
mengaksesnya ditambah dengan teknologi yang semakin canggih yang memungkin
setiap orang untuk mengakses internet di mana saja dan kapan saja. Dengan adanya
internet ini ada kelebihan dan kekurangannya. Kekurangan dari penggunan internet
ini adalah semakin banyaknya orang yang melakukan plagiatisme dengan mencopy
atau menyalin hasil karya seseorang tanpa mencanumkan nama pemilik atau link
pemilik tersebut. Pada media massa secara online dalam memberikan beritanya
pada websitenya harus mendapatkan persetujuan dari narasumber. Karena Hak
Cipta seseorang sudah diatur dalam Undang-Undang jadi siapa saja yang melanggar
harus siap untuk menerima hukuman yang setimpal pula.
KASUS POSISI
- Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd, yang berkantor pusat di 60 B Martin Road 0505/06 Singapore, Warehouse Singapore 0923 adalah pemakai pertama merek
LOTTO untuk barang-barang pakaian jadi, kemeja, baju kaos, jaket, celana
panjang, roks pan, tas, koper, dompet, ikat pinggang, sepatu, sepatu olah raga, baju
olah raga, kaos kaki olah raga, raket, bola jaring (net), sandal, selop, dan topi.
- Merek dagang LOTTO ini terdaftar di Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen
Kehakiman tanggal 29/6/1979, dengan No. 137430 dan No. 191962 tanggal
4/3/1985.
- Pada 1984 Direktorat Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman telah menerima
pendaftaran merek LOTTO yang diajukan oleh Hadi Darsono untuk jenis barang
handuk dan sapu tangan dengan No. 187.824 pada tanggal 6/11/1984, pendaftaran
merek LOTTO untuk kedua barang tersebut tercantum dalam tambahan Berita
Negara RI No. 8/1984 tanggal 25/5/1987.
- Penggunaan merek LOTTO oleh Hadi Darsono hampir sama dengan merek yang
digunakan pada barang-barang produksi PTE Ltd.
- Walaupun Hadi menggunakan merek LOTTO untuk barang-barang yang tidak
termasuk dalam produk-produk Newk Plus Four Far East (PTE) Ltd., namun kesamaan
merek LOTTO tersebut dinilai amat merugikannya.
- Akhirnya pihak Newk Plus Four Far East Ltd Singapore, mengajukan gugatan
perdata di pengadilan terhadap Hadi Darsono sebagai Tergugat I dan Direktorat
Paten dan Hak Cipta Departemen Kehakiman (Bagian Merek-merek) sebagai
Tergugat II.
- Pihak Penggugat mengajukan tuntutan (petitum) yang isi pokoknya sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan sebagai hukum bahwa Penggugat sebagai pemakai pertama di
Indonesia atas merek dagang LOTTO dan karena itu mempunyai hak tunggal/khusus
untuk memakai merek tersebut di Indonesia;
3. Menyatakan bahwa merek LOTTO milik Tergugat I yaitu yang didaftarkan pada
Tergugat II dengan nomor register 187824, adalah sama dengan merek Penggugat
baik dalam tulisan, ucapan kata maupun suara, dan oleh karena itu dapat
membingungkan, meragukan serta memperdaya khalayak ramai tentang asal-usul
dan kwalitas barang-barang;
4. Menyatakan batal, atau setidak-tidaknya membatalkan pendaftaran merek
dengan register nomor 187824 dalam daftar umum atas nama Tergugat I, dengan
segala akibat hukumnya;
5. Memerintahkan Tergugat II untuk mentaati keputusan ini dengan membatalkan
pendaftaran merek dengan nomor reg. 187824 dalam daftar umum;
6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya perkara;
7. Atau menurut kebijaksanaan Hakim.
PENGADILAN NEGERI
- Hakim pertama memberi pertimbangan sebagai berikut:
- Dari bukti P1 dan P2 terbukti bahwa Merek LOTTO milik Penggugat, terdaftar No.
137.430 dan W 191.962 untuk melindungi jenis barang-barang: pakaian jadi, kemeja,
dll.
- Dari bukti P3 diketahui bahwa merek Tergugat I dengan kata LOTTO telah
terdaftar pada Direktorat Paten dan Hak Cipta dengan No. 187.824 untuk melindungi
jenis barang handuk dan sapu tangan.
- Pasal 2(1) UU Merek tahun 1961 menentukan, hak atas suatu merek berlaku hanya
untuk barang-barang sejenis dengan barang-barang yang dibubuhi merek itu.
- Menurut pasal 10(1) UU Merek tahun 1961 tuntutan pembatalan merek hanya
dibenarkan untuk barang-barang sejenis.
- Tujuan UU merek tahun 1961 khususnya pasal 10(1) adalah untuk melindungi
masyarakat konsumen agar konsumen tidak terperosok pada asal-usul barang
sejenis yang memakai merek yang mengandung persamaan.
- Menurut pendapat Majelis, walaupun bunyi dari kedua merek Penggugat dan
Tergugat I tersebut sama yaitu LOTTO, tetapi pihak konsumen tidak akan dikaburkan
dengan asal-usul barang tersebut, karena jenis barang yang dilindungi adalah merek
Penggugat sangat berbeda dengan jenis barang yang dilindungi oleh merek Tergugat
I.
- Jurisprudensi yang tetap antara lain Putusan MA-RI No. 2932 K/Sip/1982 tanggal
31/8/1983, serta No. 3156 K/Pdt/1986 tanggal 28/4/1988, berisi: menolak
pembatalan pendaftaran merek dari barang yang tidak sejenis.
- Pasal 1 SK Menteri Kehakiman No. M-02-HC-01-01 tahun 1987 tanggal 15/6/1987
menyatakan merek terkenal adalah merek dagang yang telah lama dikenal dan
dipakai di wilayah Indonesia oleh seseorang atau badan untuk jenis barang tertentu.
- Majelis berkesimpulan bahwa gugatan Penggugat tidak cukup berlasan, karenanya
gugatan Penggugat harus ditolak.
MAHKAMAH AGUNG RI
- Penggugat menolak putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan mengajukan
permohonan kasasi dengan alasan Pengadilan Negeri salah menerapkan hukum,
karena menolak gugatan Penggugat. Pengadilan Negeri mengesampingkan
kenyataan bahwa Penggugat adalah pemakai pertama dari merek LOTTO di
Indonesia. Ini merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan perlindungan hukum
menurut UU Merek No. 21 tahun 1961. Sementara itu, Tergugat I tidak dapat
mengajukan bukti-bukti yang sah dengan tidak dapat membuktikan keaslian buktibukti yang diajukannya.
- Mohon Mahkamah Agung konsisten pada putusannya dalam perkara merek
terkenal Seven Up LANVIN DUNHILL: MA-RI No. 689 K/SIP/1983 dan MA-RI No. 370
K/SIP/1983, yang isinya sebagai berikut: Suatu pendaftaran merek dapat dibatalkan
karena mempunyai persamaan dalam keseluruhan dengan suatu merek yang
terdahulu dipakai atau didaftarkan, walaupun untuk barang yang tidak sejenis,
terutama jika menyangkut merek dagang terkenal. Pengadilan tidak seharusnya
melindungi itikad buruk Tergugat I. Tindakan Tergugat I, tidak saja melanggar hak
Penggugat tetapi juga melanggar ketertiban umum di bidang perdagangan serta
kepentingan khalayak ramai.
- Mahkamah Agung setelah memeriksa perkara ini dalam putusannya berpendirian
bahwa judex facti salah menerapkan hukum sehingga putusannya harus dibatalkan
selanjutnya Mahkamah Agung akan mengadili sendiri perkara ini.
- Pendirian Mahkamah Agung tersebut di dasari oleh alasan juridis yang intinya
sebagai berikut:
- Newk Plus Four Far East Ltd, Singapore telah mendaftarkan merek LOTTO di
Direktorat Paten & Merek Departemen Kehakiman RI tanggal 29/6/1976 dan 4-31985.
- Merek LOTTO secara umum telah terkenal di kalangan masyarakat sebagai merek
dagang dari luar negeri. Merek tersebut mempunyai ciri umum untuk melengkapi
seseorang yang berpakaian biasa atau berkaitan olah raga beserta
perlengkapannya.
- Merek LOTTO, yang didaftarkan Tergugat I adalah jenis barang handuk dan
saputangan, pada 6 Oktober 1984.
- Mahkamah Agung berpendapat, walaupun barang yang didaftarkan Tergugat I
berbeda dengan yang didaftarkan Penggugat, tetapi jenis barang yang didaftarkan
Tergugat I tergolong perlengkapan berpakaian seseorang. Dengan mendaftarkan dua
barang yang termasuk dalam kelompok barang sejenis i.c kelengkapan berpakaian
seseorang dengan merek yang sama, dengan kelompok barang yang telah
didaftarkan lebih dahulu, Mahkamah Agung menyimpulkan Tergugat I ingin dengan
mudah mendapatkan keuntungan dengan cara menumpang keterkenalan satu
merek yang telah ada dan beredar di masyarakat.
http://ichanpasto.wordpress.com/2013/04/24/contoh-kasus-pelanggaran-hakcipta/