Anda di halaman 1dari 31

Nama

: Annisa Nur Hafika

NIM

: G99142108

1. Perbedaan Natrium Diklofenak dengan Kalium Diklofenak dan


bagaimana sediaannya?
Natrium diklofenak dan kalium diklofenak merupakan obat golongan
AINS (Anti Inflamasi Non Steroid). Keduanya merupakan obat AINS yang
termasuk dalam bentuk diklofenak. Obat-obatan jenis AINS sudah dikenal
luas di dunia kedokteran digunakan sebagai obat analgetik, antiinflamasi, dan
antipiretik. Obat yang termasuk dalam turunan diklofenak sampai saat ini
dianggap

lebih

aman

dan

beraksi

lebih

cepat

dibandingkan dengan ibuprofen dan aktif lebih lama di dalam tubuh


dibandingkan dengan parasetamol.
Golongan diklofenak memiliki efek analgesik, antirematik, antipiretik
dan antiinflamasi. Obat tersebut merupakan COX-inhibitor nonselektif yang
bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX). Enzim
siklooksigenase berperan dalam produksi sejumlah zat kimia dalam tubuh,
salah satunya prostaglandin. Prostaglandin ini diproduksi oleh tubuh sebagai
respon dari cedera sehingga syaraf akan lebih sensitif terhadap rasa nyeri.
Terdapat dua jenis obat yang termasuk dalam golongan diklofenak, yaitu
Na diklofenak dan K diklofenak. Perbedaan dari keduanya adalah garam
kalium yang ada di obat diklofenak lebih mudah larut dalam air dibandingkan
dengan garam natrium. Sehingga kalium diklofenak dapat diabsorpsi lebih
cepat dibandingkan dengan natrium diklofenak. Kalium diklofenak
dilepaskan lebih cepat dibandingkan dengan natrium diklofenak. Hal ini
berdampak pada penggunaannya secara klinis. Pada keadaan yang akut dan
nyeri yang agak berat, lebih baik menggunakan kalium diklofenak
dibandingkan dengan natrium diklofenak.
Proses absorpsi dimulai segera setelah obat dikonsumsi, dan rasa nyeri
biasanya berkurang dalam 15-30 menit. Kalium diklofenak dilepaskan dengan
cepat dalam aliran darah untuk mengurangi rasa nyeri lebih cepat. Sebagian

dari diklofenak dimetabolisme di hepar. Sekitar 60% akan diekskresikan


melalui urin, dimana 1%nya masih bersifat aktif. Sisanya dieliminasi sebagai
metabolit

melalui

empedu

dan

di

dalam

feses.

Diklofenak dapat masuk ke dalam cairan sinovial, dan konsentrasi maksimal


didapatkan 2-4 jam setelah kadar maksimal di dalam plasma darah
didapatkan. Dua jam setelah kadar maksimal dalam plasma didapatkan,
konsentrasi diklofenak akan lebih tinggi di dalam cairan sinovial
dibandingkan dengan yang ada di dalam plasma. Waktu paruh akhir
diklofenak dalam plasma sekitar 1-2 jam, sementara waktu paruh eliminasi
dari cairan sinovial sekitar 3-6 jam.
Sediaan Natrium Diklofenak
Gel,:
Kekuatan sediaan : 1% dan 3%
Contoh :
Solaraze 3 :% (50 g, 100 g)
Voltaren Gel: 1% (100 g)
Larutan, ophthalmic (untuk mata), [drops]: 0.1%
Sediaan : 2.5 mL, 5 mL
Contoh :
Voltaren Ophthalmic 0.1 :% (2.5 mL, 5 mL)
Tablet, delayed release (lepas tertunda), salut enterik,:
Sediaan : Tablet 25 mg, Tablet 50 mg, dan Tablet 75 mg

Contoh :
Voltaren 25 : mg [DSC], 50 mg [DSC], 75 mg
Tablet, (lepas lambat) extended release,: 100 mg
Contoh :
Voltaren -XR: 100 mg

Sediaan Kalium Diklofenak


Tablet Salut Enterik 25 mg & 50 mg
2. Kuman kuman spesifik untuk gigi dan antibiotik yang spesifik
Gram-positive cocci
Staphylococcus
Berukuran 0,8 m, berbentuk bulat, tidak membentuk spora dan
memproduksi enzyme katalase, fakultatif anaerob serta membentuk asam dari
glukosa dalam suasana aerobik dan anaerobik. Yang membedakan
micrococcus dengan yang lain adalah dalam kemampuan melakukan oxidasi
glukosa. Staphylococcus dapat hidup dan tumbuh dalam air garam dengan
kepekatan

7,5

sampai

15

%,

sifat

ini

digunakan

untuk

memisahkannya dari specimen dan merupakan vegetative bacteria sehingga


sering digunakan untuk percobaan kemampuan membunuh kuman penyakit.
Jenis Staphylococcus yang trdapat dalam mulut ; Staphylococcus candidus,
Staphylococcus

citreus,

Staphylococcus

epidermidis,

Staphylococcus

salivarius dan Staphylococcus aureus,(Gordon, 1967; Ikeda, Isoda dan


Iidako, 1964; Taplin dan Goldsworthy, 1958). Staphylococcus epidermidis,
hidup normal pada kulit, sering dijumpai pada infeksi. Staphylococcus aureus
merupakan jenis yang sangat pathogen, mempunyai sifat memfermentasi
karbohidrat golongan manitol, menkoagulasi plasma mamalia, mengahasilkan
Dnase yang sangat stabil dan enzyme lysozyme dan menguraikan

staphylococcal

protein

A.

Bacteriophage

typing(Wentworth,

1963)

membuktikan kegunaan dalam penelitian epidemiologi, terutama tentang


penyebaran staphylococcus aureus. Dalam keadaan normal Kuman ditemukan
pada mucosa membrane hidung, rongga mulut, nasopharynx dan saluran
gastrointestinal. Hidung perlu dipertimbangkan karena hampir 50 % kuman
hidup disini. Patogenitas dan virulensi dari staphylococcus aureus
ditunjukkan dengan kemampuan Mengeluarkan extracellular toxin dan enzym
sbb;

coagulase,

enterotoxin,

exfoliative

toxin, berbagai hemolysins, hyaluronidase, leukocidin dan staphylokinase


atau fibrinolysin. Infeksi ini sebagai komplikasi dari ekstraksi gigi, lokal
anastesi,

fraktur

atau

penyebaran dari infeksi facial, periapical atau periodontal abses, didapatkan


lebih banyak pada mandibula dari maxilla. (Nolte, 1973). Winkler dan van
Amerongen (1959) menyatakan staphylococcus auereus jarang ditemukan
pada infeksi root canal. Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi
tractus

genitourinarius,

pneumonia

Endocarditis,

septikemia

dan

enterocollitis.
Problem yang paling serius dari infeksi staphylococcal adalah terjadi
kedaruratan dan penyebaran kuman akibat kuman telah resisten terhadap antibiotik. Ditemukan 85 % sampai 95 % infeksi nosokomial karena
staphylococcus aureus resisten terhadap Penicillin G(Oven, Kirsten, dan
Bulow,

1969).

Disisi

lain

resistensi

kuman

terhadap

kuman ini insidennya rendah tapi bertambah setiap tahunnya(Barrett dkk,


1970; Ross dkk, 1974). Staphylococcus menjadi resisten terhadap penicillin
G dan penicillin V atau ampicillin dengan memproduksi enzyme
penicillinase, yang mana rantai molekul hydrolyzes beta lactam merusak
aktivitas anti-mikroba. Diakui bahwa kemampuan mengurai penicillinase
tergantung kepada adanya plasmid yang dapat mengubah dari resisten
menjadi

rentan

berarti

menjadi

trancducting

bacteriphage.

Karena sering terjadi resisten terhadap anti-biotik maka dilakukan


pemeriksaan sensitivitas terhadap anti-biotika dari strain staphylococcus yang

diambil dari spesimen infeksi dalam rongga mulut(Myrvik, Pearsall, dan


Weiser, 1974).
Peptococcus
Genus peptococcus berbentuk bulat (Rogosa, 1974), bersifai gram positif,
berdiameter 0,5 1 m, pada pewarnan dijumpai tunggal, berpasangan,
berkelompok 4, jarang berkelompok banyak dan jarang berderet seperti
rantai. Tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Semua spesiesnya adalah
anaerob dan memanfaatkan peptone dan asam amino sebagai sumber energy.
Mempunyai kemampuan mepermentasi karbohidrat dengan cepat. Reaksi
katalis biasanya negatif atau lemah dan dia tidak memproduksi koagulase
enzim. Walaupun umum anggota spesies adalah beta-haemolytik, banyak
diantaranya tidak menunjukan haemolitik pada media agar darah. Genus dari
spesies ini dipisahkan berdasarkan berbagai reaksi biokimia dan analisa asam
organic, yaitu jumlah biografi gas yang dihasilkan dari penanaman dalam
kultur

murni

dalam

peptonw-yeast-glucose

broth

(Martin,

1974). Kuman ini dijumpai dlm rongga mulut manusia(Kantz dan Henry,
1974). Patogenitas dari kuman ini baru timbul bila ada factor perangsang
untuk menjadi pathogen.
Streptococcus
Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup
biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat
berpasangan atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi
lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang
hidup dalam cairan atau semifluid media
Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya
calase-negative. Klassifikasi didasarkan reaksi hemolitik tehadap media
blood agar steak plates atau blood agar pour plates yaitu alpha, beta dan
gamma. Koloni dari alpha hemolytic streptococcus dikelilingi oleh zona hijau
sebagai hasil partiel lysis dari sel darah dari media maka disebut sebagai
streptococcus viridans atau greening streptococcus. Warna hijau tergantung
asal darah yang digunakan, darah domba berwarna lebih hijau dan zona lysis

lebih tipis dibandingkan darah manusia. Koloni beta-hemolitic streptococcus


dikelilingi oleh zona bening sebagai hasil lysis yang sempurna dari
erythrocytes yang terdapat dimedia agar darah. Koloni dari gammastreptococci tidak menimbulkan reaksi hemolitik pd plat agar darah, kuman
ini

biasanya

disebut

simply

nonhemolytic

streptococci.

Lancefield(1933) membuat klassifikasi dari streptococcus berdasarkan


antigen karbohydrat yang terdapat pada dinding sel dari beta-hemolytic
streptococci.
Sherman (1937) menyataan bahwa didasarkan dari berbagai hasil kultur,
streptococci dapat dibagi menjadi 4 divisi yaitu pyogenic, viridans,
enterococcus dan lactic streptococci. Divisi enterococcus sama dengan
Lancefield group D dan divisi lactic sama dengan Lancefield group N,
umumnya grup viridans tidak dapat samakan dengan Lancefield group
manapun.

Kebanyakan

divisi

pyogenic

dan

lactic

dapat

sama dengan Lancefield group A, B, C dan E, F, G, H dan K sampai V. Grup


A, B, C, dan D sering sebagai penyebab infeksi streptococcus acute pada
manusia.
Peptostreptococcus
Peptostreptococcus bersifat anaerob, gram-positif, bulat sampai oval dengan
ukuran 0,7 1 m. Pada pewarnaan ditemukan berpasangan dan rantai
pendek atau panjang, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Reaksi
katalis negatif. Kebanyak spesies menyebabkan fermentasi karbohydrat
sehigga

terbentuk

berbagai

asam

organik

dan

gas.

Beberapa spesies juga memproduksi asam laktat(Martin, 1974), produksi


akhir dari fermantasi menghasilkan acetic, formic, isovaleric, succinic dan
berbagai asam organik lainnya. Reaksi hemolitik terhadap media agar darah
sangat bervariasi, beberapa spesies menyebabkan alpha hemolisis dan yang
lain menyebabkan beta hemolisis.Pembagian spesies didasarkan reaksi
fermentasi dan analisa asam organik yang dikenal dengan gas chromatografi.
Peptostreptococcus ditemukan terutama didalam mulut dan juga di tractus

genitalia wanita(Gibbons dkk, 1964; Youmans, Peterson dan Sommers,


1975). Kemungkinan merupakan etiologi dari pueperal sepsis pyogenic
dan

infeksi

dari

luka.

Finegold

dkk

(1972)

menyatakan

bahwa

peptostreptococcus merupakan penyebab semua infeksi pada manusia.


Gram negative cocci
Neisseria dan Branhamella
Gram-negative, tidak bergerak, tidak membentuk spora, berbentuk coffee
bean/diplococci, aerobik, membentuk enzyme cytochrome oxidase yang
merupakan bakteri yang terdapat pada mucous membrane dari rongga mulut
dan saluran nafas bagian atas.Genus dari Neisseria dibagi menjadi spesies
yang pathogenik yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis dan
spesies yang commensal yaitu Neisseria sicca, Neisseria subflava, Neisseria
flavescens dan Neisseria mucosa, pembagian ini berdasarkan reaksi
fermentasi karbohydrat.Spesies yang tadinya disebut Neisseria catarrhalis
sekarang disebut Branhamella. Branhamella catarrrhalis beda dari spesies
Neisseria umumnya karena tidak memproduksi asam dari karbo hidrat seperti
glucosa, maltosa, sukrosa dan fruktosa. Juga DNA berdasarkan ratio guanine
ditambah cytosine dengan batas 47 52 moles %(Buchanan dan Gibbons,
1974). Spesies dari genus Neisseria yang biasa terdapat/hidup dalam rongga
mulut tidak patogen atau virulentnya lemah, meskipun dilaporkan terjadi
subacute

bacterial

endocarditis(Hudson,

!957)

dan

purulent

meningitis(Losli dan Lindsey, 1963). Morris (1954) dan Pike dkk, (1963)
membuat klassifikasi berdasarkan penelitiannya ; N. pharynges atau N.
Catarrhalis (Branhanmella catarrhalis). Ritz (1967) meneliti tentang
keberadaannya dalam plaque gigi dan mendapat lokasi distribusi secara segar,
hal ini didapat dengan cara Fluorescent antibody staining technique. Dua
spesies yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis tidak terdapat
secara normal didalam mulut manusia.Neisseria gonorrhoaea menyebabkan
stomatitis primer, parotitis atau pharyngitis, terjadi karena terjadi kontak
antara mulut dengan alat genital(Metzger, 1970; Schmidt, Hjrting, Hansen

dan Philipsen, 1961; Wiesner dkk, 1973 atau autoinoculation dariprimary


genital infection via jari tangan.
Veillonella
Genus veillonella dibagi atas dua spesies ; Veillonella alcalescens dan
Veillonella parvula (Holdelman, Cato, dan Moore, 1977). Mempunyai
diameter 5m tidak bergerak, gram-negatif, oxidase-negatif, anaerob
diplococci, tidak memfermentasi karbo hidrat, memanfaatkan lactic, succinic
dan asam2 lain sebagai sumber energi(Rogosa, 1964). Rogosa (1956)
menemukan media khusus untuk membiakan dari spesimen yang berasal dari
klinik. Veillonella adalah flora yang hidup dalam keadaan normal didalam
usus dan sistim urogenital manusia. Ditemukan dalam jumlah yang banyak
diberbagai

tempat

di

dalam

mulut(Hardie

dan

Bowden,

1974).

Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari
spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis,
periodontitis, pulmonary gangrene dan tonsilitis(Nolte, 1973), peranan dari
Veillonella pada infeksi campuran ini belum betul2 jelas, walaupun dinding
sel memiliki lipopolysaccharide dengan kemampuan endotoxic(Hofstad dan
Kristoffersen, 1970; Mergenhagen dan Varah, 1963; Mergenhagen, Zipkin
dan Varah, 1962) dan pengeluaran endotoxin menunjukan menyebabkan
terjadinya local Shwartzman reaction dari kulit (Mergenhagen, 1960;
Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961), dan palatal mucosa dari
kelinci(Rizzo dan Mergenhagen, 1964). Bila Veillonella terdapat pada plaque
dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis marginalis
kronis dan periodontitis marginalis kronis melalui diaktifkannya
Complement cascade(Snyderman, 1973).
Eubacterium dan Propionibacterium
Kuman yang dikelompokan kepada Eubacterium (Holdeman dan Moore,
1974)

adalah

gram-positif,

tidak

membentuk

spora,

uniform

atau

poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah
anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau

formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Ditemukan dalam rangga tubuh
laki2 dan binatang. Kantz dan Hendry (1974) membiakanan Eubacterium
alactolyticum dari ruang pulpa gigi manusia yang nonvital. Kuman ini juga
ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal
cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru2 dan
rongga mulut(Holdeman dan Moore, 1974). Propionibacterium(Moore dan
Holdeman, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk
spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid,
elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel
kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau
bergerombol miripchinese characters. Propionic acid adalah fermentasi
karakteristik produk akhir yaitu acetic, formic, isovaleric, succinic atau lactic
acid. Kuman ini umumnya anaerob tapi ada beberapa mempunyai toleransi
terhadap oxygen.
Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan
abscess jaringan seperti submandibular abscess(Moore dan Holdelman,
1974). Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias
ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak(Moore dan Holdeman,
1974)

dan

di pulpa

yang

non-vital

(Kantz

dan

Hendry, 1974).

Lactobacillus
Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak,
terbanyak bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar2 anaerob.
Dapat dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan sifat memfermentasi glukosa
yaitu
1. Homofermentative
Produk akhirnya adalah lactic acid.
2. Heterofernantative
Produk akhirnya adalah acetic acid, carbon dioxide, ethanol dan lactic
acid.
Kedua spesies ini merupaka parast pada manusia, juga binatang. Pada
manuasia merupakan flora normal yang hidup didalam mulut, tractus gastrointestinal dan vagina. Dalam keadaan normal lactobacillus hidup didalam

mulut dalam jumlah kecil karena daya lengket terhadap jaringan mulut
kurang

(van

Houte,

Gibbons

dan

Pulkkinen,

1972).

Kuman ini mempunyai hubungan dengan terjadinya caries gigi (Enright,


Friesell dan Trescher, 1932), tapi sebagai etiologi belum terbukti (Loesche, !
974), hanya diduga karena kuman ini hidup dan berkembang pada pH 5, pada
percobaan invitro enamel tidak mengalami demeralisasi pada pH dibawah ini.
Juga ditemukan peningkatan jumlah lactobacilli bila terdapat caries (Snyder
dkk, 1962; Snyder dkk, 1963), penambalan seluruh gigi yang caries
menurunkan jumlah lactobacillus (Kesel dkk, 1958; Shklair dkk, 1956),
peningkatan jumlah lactobacillus juga terjadi pada pasien yang memakai gigi
tiruan(Shklair dan Mazarella, 1962) dan alat orthodonsi(Bloom dan Brown,
1964 ; Owen, 1949; Sakamaki dan Bahn, 1968). Sekarang terdapat konsensus
bahwa lactobacillus bukan penyebab yang spesifik dari caries gigi
manusia(Sims, 1970) dan peningkatan lactobacillus disebabkan karena dia
menyukai suasana asam dan terdapatnya tempat melekat(van Houte, Gibbons
dan Pulkkinen, 1972), meskipun demikian lactobacillus memounyai
sumbangan dalam meningkatkan caries gigi, kuman ini tidak didapatkan dari
pembiakan spesimen yang berasal dari akar gigi(Winkler dan van
Amerongen, 1950). Gram-negatif rods dan filaments Gram-negatif rods dan
filaments mempunyai variasi yang banyak dalam marphologi, pattern
pewarnaan, bergerak/motility, aktivitas biokimia dan struktur antigenik Tidak
membentuk spora, umumnya aerob dan fakultatif anaerob. Kuman anaerob ini
selalu terdapat banyak didalam rongga mulut. Meskipun aerob dan fakultatif
anaerob dapat menimbulkan infeksi dalam rongga mulut, kuman ini dalam
pathologi

mulut

baru

mendapat

perhatian

belakangan

ini.

Aerobes dan facultative anaerobes


Coliforms
Famili dari Enterobacteriaceae tidak selalu atau predominant hidup dalam
mulut manusia yang tinggal di dunia barat. Meskipun coliform dijumpai pada
mulut normal , pada umumnya hanya bersifat tinggal untuk sementara waktu,
meskipun demikian kuman ini dapat menimbulkan infeksi dari jaringan

mulut, sering ini disebabkan karena pemakaian antibiotik yang membunuh


kuman gram-positif. Dalam hal ini terjadi pada infeksi yang disebab kuman
campuran. Mashberg, Caroll dan Morrissey (1970) melaporkan osteomyelitis
dari mandibula yang disebabkan mixed flora dengan predominant adalah
Enterobacter aerogenes dengan Escherichia coli dan alpha-hemolytic
streptococcus.
Klebsiella
Klebsiella genus dari famili Enterobacteriaceae yang terdiri dari kuman
mempunyai

karakter

membentuk

kapsul

polysaccharide.

Klebsiella

pneumoniae dibagi lebih dari 80 serotype dengan basis pada pembagian


antigenic dari bagian polysaccharid. Klebsiella pneumoniae mempunyai
respon kira2 1 % dari kuman2 pneumonia. Agranat (1969) melaporkan bahwa
kuman ini menyebabkan osteomyelitis dari mandibula. Faucett dan Miller
(1948) melaporkan kuman ini menyebabkan stomatitis pada bayi. Sternberg,
Hoffman dan Zweitler (1951) melaporkan kuman ini menyebabkan diarrhea
dan stomatitis pada bayi. Mashberg, Carroll dan Morrissey (1970)
melaporkan infeksi suppurative dari space carotid yang disebabkan Klebsiella
yang tidak teridentifikasi. Fox dan Isenberg (1967) menemukan Klebsiella
dari pembiakan spesimen yang berasal dari saluran akar gigi. Heitman dan
Brasher (1971) melaporkan kasus dengan pembengkakan yang erythomatus
didaerah palatal kanan setelah 4 hari setelah operasi osseous periodontal,
Exudat purulen dikeluarkan dari lesi pada daerah mesiopalatal regio molar
pertama, hasil kulturnya didapatkan terutama Klebsiella pneumoniae yang
resisten terhadap erythromycin pada test in vitro. Sejak pasien mendapat
profilaksis dengan erythromycin sebelum operasi, ini merupakan faktor
prediposisi terjadinya infeksi karena merusak ekologi kuman yang hidup
normal disitu. Klebsiella rhinocleromatis adalah penyebab dari penyakit
rhinoscleroma, chronic and destructive granuloma dari hidung dan
pharynx, kemungkinan juga menimbulkan kelainan pada bibir atas, pipi,
palatum durum dan molle dan prosesus alveolaris rahang atas. Meskipun

kuman sebagai etiologi dari penyakit ini tidak pasti Pada percobaan binatang
kuman ini tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab syndroma ini meskipun
kuman

ini

dapat

ditemukan

secara

normal

pada

manuasia.

Proteus
Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit
diberbagai bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam
terapi

karena

resisten

terhadap

antibiotika.

Proteus vugaris merupakan kuman yang sering ditemukan pada kultur


berbagai infeksi. Kirner dkk, (1969) menemukan pada beberapa kasus abses
submadibula, Slack (1953) kuman ini jarang dijumpai pada saluran akar dan
biasa

dijumpai

pada

bacterial

parotitis

(Rose,

1954).

Pseudomonas
Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan
bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini
ditemukan dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid,
kebanyakan spesies bergerak, berbentuk tunggal atautufted monopolar
flagella. Pseudomonas aeruginosa memproduksi water-soluble pigment,
pyocyanin danfluorescing pigment, fluorescein dibentuk oleh Pseudomonas
fluorescens. Pseudomonas terutama merupakan parasit yang hidup di air dan
tanah. Pseudomonas aeruginosa sudah terbukti bertahun-tahun menyebabkan
penyakit pada laki2. Sejak 15 tahun lalu terbukti spesies yang menyebab
infeksi pada laki-laki yaitu Pseudomonas cepacia dan Pseudomonas Stutzeri,
kuman2 ini banyak menyebabkan infeksi nosokomial atau terjadi pada host
tertentu. Pseudomonas aeruginosa spesies yang sering dilaporkan dalam
literatur sebagai kuman yang ditemukan dalam mulut dan menyebabkan
infeksi.
Campylobacter
Genus Compylobacter terdiri dari bentuk selinder yang ramping, kurva,

bergerak, bakteri gram-negatif yang microaerophilic. Pada permukaan koloni


kuman ini tumbuh dalam keadaan aerob dan dapat pula pada kondisi anaerob.
Tidak memfermentasi karbo hidrat. Terdapat 4 spesies, yang pada umum
patogen pada binatang, dimana diantaranya dapat menyebabkan infeksi pada
manusia. Spesies tersebut adalah ; Compylobacter fetus fetus, Compylobacter
fetus venerealis, Compylobacter coli dan Compylobacter sputorum sputorum.
Spesies yang lain adalah Fusobacterioum nucleatum terdapat pada
peradangan gingival crevice lebih banyak dari keadaan normal(van Palenstein
Helderman, !975).Penulis berpendapat meningkatnya kuman gram-negatif
merupakan factor pemicu terjadinya peradangan dari daerah tersebut.
Hemophilus
Genus hemophilus adalah bacilli gram-negatif kecil yang termasuk soesies
Brucellaceae. Yang diklassifikasidalam Bergeys Manual edisi ke delapan
sebagai genus yang meragukan termasuk kelompok yang mana(Buchanan dan
Gibbons, 1974). Hemophillus influenzae terdapat di nasopharynx dan
oropharynx manusia serta juga ditemukan dalam saliva. Morris melaporkan
menemukan spesies hemophyllus didalam rongga mulut. Sims (1970)
menyatakan menemukan hemophilli di saliva, dipermukaan mucosa dan
plaque gigi, dia juga menyatakan dari hasil pemeriksaan terhadap 350
spesiemen menemukan kadar hemophilli dalam saliva adalah 31,8 X 102 per
ml; 98,8 % darinya adalah V factor(niconamide adenine dinucleotide)
depent, sebenarnya hemophillus mempunyai 2 keturunan yaitu factor V dan
factor X(hemin). Meningitis yang berat pada bayi adalah disebabkan oleh
Hemophillus influenzae. Kadang2 menifestasi disekitar mulut adalah
cellulitis dari daerah muka khusus pipi Muka buccal menjadi pucat sedikit
edematous pada daerah lesi; dan kemungkinan cellulitis disebabkan oleh gigi
dan kemungkinan juga tonsil membesar dan menonjol(Feingold dan Gellis,
1965; Green dan Fousek, 1957). Evant dakk (1957) Melaporkan hasil
penelitian terhadap 25 orang dewasa menemukan sinusitis maxillaris yang

disebabkan oleh Hemophillus influenzae, Streptotococcus pneumoniae dan


bakteri anaerob lainnya.
Miscellaneous bacteria
Bakteri gram-negatif dikelompokan dalam genus dan spesies, morphologi
dari kuman dibagi dalan genera dan group. Beberapa diantaranya
memproduksi asam dari karbo hidrat melalui fermentasi dan oxidasi. Ada 35
orgisme yang termasuk kategori mascellaneous yaitu Acinetobacter,
Achromobacter, Alcaligenes, Eikenella, Flavobacterium dan Moracella; yang
lain adalah Group IIk, Group Va, Group Ve, Group M-1 dll. Ini sesuai dengan
penjelasan pada The Manual of Clinical Microbiology (Lennette, Spaulding
dan Truant, 1974). Berbagai media, kondisi kultur dan tehnik telah
dikembangkan untuk menidentifikasi organisme ini dari rangga mulut yang
normal dan terinfeksi, lesi yang terdapat dimuka dan leher. Beberapa darinya
menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien. Glassman dan
Simson (1975) melaporkan suatu infeksi yang disebabkan oleh Eikenella
corrodens dan bakteri mulut lainnya. Seorang pasien dengan kelainan jantung
congenital mengalami abses otak setelah 1 bulan setelah penambalan dan
profilaxis, pasien lain dengan glucose-6-phosphate dehydrogenase defficiency
mengalami submandibular dan sublingual abses setelah pencabutan gigi
molar ketiga kanan. Pada kasus yang ke-3 dilaporkan terjadi abses dari bagian
anterior leher setelah beberapa bulan mendapat radioterapi untuk caricinoma
larynx. Penulis mengingatkan para dokter gigi berhati-hati terjadinya infeksi
campuran dari Eikenella corrodens sebab bila terjadi sulit untuk diobati.
Anaerobes
Bowden dan Hardie (1971) melaporkan tentang anaerob rods dan filament
yang terdapat dalam rongga mulut. Klassifikasi dari Bacteriodes sangat
membingungkan untuk beberapa tahun. Beberapa toxonomi dan schema
identifikasi telah dipublikasikan(Loesche, Socransky, dan Gibbons, 1964;
Sawyer, Macdonald dan Gibbons, 1962; Barnes dan Goldberg, 1968; Spiier,
1971; Werner, Pulverer dan Reichertz, 1971). Holdeman, Cato dan Moore

(1977) telah menyampaikan informasi terbaru tentang teknik kulturisasi dan


karakter biokimia organisme ini.
Bacteriodes
Dua puluh dua spesies dan beberapa subspesies atau serotypes dari genus
Bacteriodes yang dilukiskan dalam Bergeys Manual(Buchanan dan
Gibbons, 1974). Microorganisme ada yang bergerak dan tidak bergerak, sel
berbetuk sambungan (terminal) dan melembung ditengah2(center swilling)
dan vacuoles, bentuk filamen sering dijumpai, biasanya variasi morphologi
sedikit. Kebanyakan didapat dari pembiakan spesimen yang berasal dari
rongga mulut khususnya gingival crevice. Hanya beberapa dari genus ini
yang benar2 pathogen tapi kebanyakan patogen karena pengaruh yang lain.
Bacteriodes oralis ditemukan pada infeksi rongga mulut, saluran pernafasan
dan tractus genetalia. Bacteriodes melaninogenicus ditemukan didalam
rongga mulut, memproduksi pigmen hitam bila tumbuh dalam media agar
darah. Spesies ini menguraikan enzyms collagenase, berperan pada chronic
periodontitis, telah terdapat diadalam rongga mulut sebelum gigi-geligi
tumbuh (Hurst dan Fenderson, 1969). Tapi secara umum hidup dalam sulcus
gingiva setelah gigi erupsi. Kelstrup (1966) menyimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara keberadaannya dengan terjadinya peradangan sulcus.
Brown, Williams dan Harrell (1941)melaporkan bahwa koloni dari
Bacteriodes merusak atau melukai(injured), organisme masuk kedalam
saluran kelenjer lympha dan peredaran darah sehingga masuk kedalam paru2,
hati, tulang dan sendi. Sabiston, Grigsby dan Sangerstrom (1976) menemukan
Bacteriodes

dari

pembiakan

spesimen

dari

infeksi

pyogenik

gigi.

Fusobacterium
Ada 16 spesies dari Fusobacterium yang digambarkan dalam Bergeys
Manual (Buchanan dan Gibbons, 1974). Organisme ini dapat bergerak dan
tidak bergerak, berbentuk pleomorphic dan mempunyai ukuran panjang 1
20 m, bentuk morphologinya bisa spindle-shape, club-shape, straight atau
kurva. Beberapa bisa centrally atau terminally swollen atau vacuoles.

Fusobacterium adalah microbiota biasa terdapat didalam rongga mulut


dengan kemampuan patogenesis rendah. Hardi dan Russell (1968)
menyatakan menemukan Fusibacterium pada acute ulcerative gingivitis lebih
tinggi

didalam

saliva

dari

keadaan

normal.

Leptotrichia
Mempunyai

spesies

tunggal

yaitu

Leptotrichia

buccalis,

berbentuk

lurus(straight) atau sedikit bengkok(slight curved) rods, 1,5 m lebar dan 5


15 m panjang dimana ujungnya bisa bulat(rounded) atau runcing(pointed),
tidak ada yang berkelompok atau bercabang, selnya adalah gram-positive
granules. Leptotrichia buccalis adalah anaerob dan lingkungan dengan 5 %
carbon dioxide merupakan tempat pembiakan dan tubuh yang disukai.
Leptotrichia buccalis tidak menimbulkan infeksi rongga mulut yang
spesifik.Hadi dan Russell (1969) menemukan Leptotrichia buccalis dalam
konsentrasi yang rendah pada ulcerative gingivitis dan advance chronic
periodontal diaseas.
Antibiotik
Penicillin
Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu
sintesis dinding sel. Antibiotika penisilin mempunyai ciri khas secara kimiawi
adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidin dan
cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram
positif. Beberapa golongan penisilin ini juga aktif terhadap kuman Gram
negatif. 12
Penicillin adalah salah satu jenis antibiotik -Lactam yang memiliki
spektrum yang berbeda-beda. Pada regio maksilofasial didominasi oleh flora
aerob dan anaerob sehingga hanya beberapa jenis penicillin yang bermanfaat,
antara lain penicillin natural, aminopenicillin, dan penicillin-resistant yaitu
oxacillin dan methicillin. Kelompok utama penicillin disebut penicillin
berspektrum luas dan termasuk di antaranya ialah ticarcillin, mezlocillin, dan
piperacillin. Spektrum obat ini meluas hingga dapat digunakan untuk

Pseudomonas aeroginosa, tapi yang efektifitasnya terbatas untuk bakteri


aerob rongga mulut. 4
Meskipun

penicillin

didistribusi

secara

keseluruhan

setelah

dikonsumsi, tapi penicillin tidak mampu masuk ke dalam cairan cerebrospinal


(CSF) dengan baik. Konsentrasi dalam CSF umumnya kurang dari 1% nilai
serum. Bila ada inflamasi, konsentrasi hanya dapat meningkat 5%. Kontra
indikasi utama pengggunaan penicillin perawatan terhadap bakteri yang
rentan adalah hipersensivitas. Insiden alergi terhadap penicillin sekitar 1%
dari jumlah populasi. Pada banyak kasus hipersensivitas terbatas pada reaksi
dermatologis (kulit) yaitu 2% hingga 3% dan respon anafilaktik terhadap
penicillin adalah kasus yang tidak biasa atau tidak umum dan terjadi sekitar
0,004% hingga 0,015% dari pasien. Cephalosporin dan antibiotik -Lactam
lainnya dapat digunakan secara aman pada pasien yang alergi terhadap
penicillin, meskipun reaktivitas silang dapat terjadi kurang lebih 10%.
Ketentuan pemberian antibiotik -Lactams pada pasien yang memiliki
riwayat anafilaktik atau reaksi serius lainnya akibat penggunaan obat
antibiotik jenis ini. 4
Terdapat empat jenis penicillin, antara lain : 11
-

Penicillin alami yang berdasarkan struktur asli penicillin-G. jenis


penicillin-G efektif melawan bakteri gram-positif strain streptococci,

staphylococci, dan beberapa bakteri gram-negatif seperti meningococcus.


Penicillin resisten-penicillinase merupakan jenis yang aktif walaupun
terdapat enzim bakteri yang dapat menginaktivasi sebagian besar

penicillin alami.
Penicillin spektrum luas yang efektif melawan bakteri dengan spektrum

yang lebih luas.


- Aminopenicillin, contohnya ampicillin dan amoxicillin yang memiliki
spektrum aksi yang lebih luas jika dibandingkan dengan penicillin alami.
Jenis penicillin alami yang utama adalah penicillin G dan penicillin V.
Penicillin G adalah garam yang terdiri dari sodium atau potassium. Garam K +
mengandung 1,7 mEg potassium per unit. Karena bersifat garam labil, maka
pemberian penicillin G biasanya dengan cara parenteral. Dosis orang dewasa

adalah 2 hingga 5 juta unit dengan pemberian secara intramuskular. Procain


penicillin G adalah formulasi penicillin yang memiliki masa kerja yang lama
dan digunakan untuk mencapai level dalam serum selama 8 hingga 12 jam.
Dalam level tersebut, obat tetap efektif untuk satu hingga dua hari bila
diberikan secara intramuskular. Penicillin G benzathine menghasilkan durasi
yang lebih panjang dalam level serum dan obat masih dapat dideteksi dalam
serum selama 1 minggu hingga 3 minggu. Penicillin V adalah garam stabil
dan diberikan secara oral. Dosis dewasa adalah 500 mg dengan empat kali
pemakaian dalam sehari. Level puncak penicillin V diperoleh dalam waktu 30
sampai 45 menit dengan rata-rata obat yang hilang dalam serum adalah 6 jam
setelah pemberian. Spectrum penicillin alami adalah bakteri gram positif
aerob dan anaerob. Jenis bakteri yang paling resisten terhadap penicillin
adalah Staphylococcus aureus , Bacteroides fragilis, dan Haemophilus
influenza. 4
Apabila penyebab infeksi pada wajah atau rongga mulut adalah bakteri
gram negatif maka penggunaan ampicillin dan amoxicillin dapat diandalkan.
Ampicillin kurang diabsorpsi dalam traktus gastrointestinal dan oleh karena
itu cara pemberiannya dianjurkan secara parenteral. Sebaliknya , pada
amoxicillin, diabsorpsi dengan baik pada rute enteral. Kedua jenis obat ini
sangat rentan terhadap -Lactamase. Amoxicillin dan ampicillin tersedia
dalam formulasi yang mengandung inhibitor -Lactamase yaitu dengan
menggunakan sulbactam (untuk ampicillin = Unasyn) dan asam clavulanat
(untuk amoxicillin = Augmentin), untuk mengatasi -Lactamase, sehingga
obat ini mampu mengatasi jenis bakteri seperti Streptococcus aureus dan
H.influensa. 4
Meskipun terdapat jenis penicillin berspktrum luas seperti mezlocillin
(mezlin), nafcillin (nafcil), piperacillin (pipracil), dan ticarcillin (timentin),
namun obat ini tidak efektif melawan organisme gram positif dan gram
negatif. Manfaat obat ini terbatas untuk infeksi leher dan daerah kepala. 4
Cephalosporin

Cephalosporin adalah jenis antibiotik yang penting lainnya dari -Lactam.


Keunggulan obat ini adalah tidak terlalu rentan terhadap -Lactamase
dibandingkan dengan penicillin alami. Sama seperti penicillin, generasi
pertama cephalosporin dan generasi kedua atau generasi berikutnya jauh lebih
baik. Oleh karena itu cephalosporin memiliki kekuatan yang luas dalam
melawan flora rongga mulut. 4
Secara umum aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif,
tetapi spektrum anti bakteri dari masing-masing antibiotika sangat beragam,
terbagi menjadi 3 kelompok, yakni : 12

Generasi pertama yang paling aktif terhadap bakteri Gram positif secara in
vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin.

Generasi pertama kurang aktif terhadap bakteri Gram negatif.


Generasi kedua agak kurang aktif terhadap bakteri Gram positif tetapi lebih
aktif terhadap bakteri Gram negatif, termasuk di sini misalnya sefamandol
dan sefaklor.
Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap bakteri Gram negatif, termasuk
Enterobacteriaceae dan kadang-kadang pseudomonas. Termasuk di sini
adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim dan
moksalatam.
Hal tersebut juga berlaku untuk bakteri anaerob yaitu generasi
pertama memiliki kekuatan yang lebih baik untuk melawan bakteri anaerob.
Sesuai dengan peningkatan generasi, resistensi terhadap -Lactamase
meningkat. Penghambat aktivitas B. fragilis pada generasi kedua sangat
bermanfaat untuk infeksi kepala dan leher yang disebabkan oleh bakteri
tersebut. 4
Sediaan cephalosporin seharusnya hanya digunakan untuk pengobatan
infeksi bakteri berat atau tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai
dengan spektrum antibakterinya. Anjuran ini diberikan selain karena harganya
yang mahal , potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknya dicadangkan hanya
untuk hal tertentu seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Perlu diingat
bahwa cephalosporin generasi pertama dan kedua bukan merupakan obat

terpilih untuk kebanyakan infeksi karena tersedia obat lain yang


efektivitasnya sama dan harganya lebih murah. Cephalosporin mensensitisasi
dan dapat menimbulkan berbagai reaksi hipersensitivitas yang identik dengan
reaksi-reaksi pada golongan penicillin, termasuk anafilaksis, demam, ruam
kulit, nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik. 14, 15
Cephalosporin generasi pertama yang biasa digunakan untuk pencegahan
dan pada kasus infeksi maksilofasial adalah cephalexin (ceflex) dan
cephradine (cefacyl) untuk penggunaan secara oral, cefazolin (ancef, kersol)
untuk pemberian secara parenteral. Generasi kedua sangat bermanfaat untuk
sinusitis, namun secara klinis menunjukkan tidak ada perbedaan dengan
generasi pertama. Generasi terbaru yaitu generasi ketiga tersedia dalam
bentuk oral seperti cefditorin (spectracef) yang cukup efektif untuk infeksi
yang parah pada sinus dan kulit. 4
Cephalosporin secara umum menyebabkan beberapa efek samping. Efek
samping yang umum sehubungan dengan obat ini antara lain : diare, nausea,
nyeri perut ringan, maupun gangguan lainnya. Kurang lebih 10% pasien
dnegan alergi hipersensitif terhadap penicillin memiliki reaktifitas-silang
terhadap

cephalosporin.

Oleh

sebab

itu,

antibiotika

cephalosporin

dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat reaksi alergi penicillin


maupun cephalosporin (urtikaria, anafilaktik, nefritis interstisial, dan lainlain). 11
Monobactams
Monobactam adalah salah satu jenis antibiotik -Lactam yang
memiliki sifat bakterisid yang sama dengan jenis lainnya. Hanya terdapat satu
monobactam yang tersedia yaitu aztreonam (azactam) yang disetujui
penggunaannya di Amerika. Sama halnya dengan monobactam lainnya,
aztreonam tidak memiliki aktifitas yang melawan organisme gram positif.
Sehingga penggunaanya terbatas dalam mengatasi infeksi kepala dan leher. 4

Aztreonam tidak memiliki reaksi silang terhadap antibiotik -Lactam


lainnya dan insiden terjadinya toksisitas sangat rendah. Dosis umumnya
adalah 1 sampai 2 gram setiap 8 jam. 4

Carbanepems
Kelompok antibiotik -Lactam lainnya adalah carbanepems. Agen ini
memiliki fungsi yang sama dengan antibiotik lainnya yaitu membentuk ikatan
dengan penicillin dinding protein dan menghambat protein dinding sel.
Aktivitas spektrumnya sangat luas, hal ini disebabkan oleh stabilitasnya
terhadap -lactamase. Carbanepems juga digunakan untuk infeksi P.
aeruginosa yang resisten terhadap antibiotik lainnya. Contoh carbanepems
yang tersedia di Amerika Serikat yaitu imipenem dan meropenem. Kedua
obat ini tidak diabsorpsi dalam rute enteral sehingga pemberiannya secara
parenteral. 4
Imipenem bersifat toksik dan tidak diaktifkan oleh ginjal. Namun bila
obat

ini

dikombinasikan

dengan

cilastatin,

yaitu

inhibitor

dari

dehidropeptidase, maka sifat nefrotoksisitas dan inaktivasi dari ginjal dapat


dihambat. Kombinasi imipenem- cilastatin 1:1 dapat digunakan jika obat
antibiotik berspektrum sempit tidak efektif, atau tidak dapat digunakan. Dosis
yang umum digunakan adalah 0,5 sampai 1 gram setiap 6 sampai 8 jam.
Meropenem adalah carbanepem jenis lain yang digunakan dengan dosis 0,5
sampai 1 gram setiap 8 jam. 4
Carbanepems aktif terhadap berbagai strain pneumokokkus yang sangat
resisten terhadap penisilin. Carbanepems merupakan antibiotik -Lactam
pilihan untuk terapi infeksi-infeksi enterobacter, karena kekebalannya
terhadap penghancuran oleh -Lactamase yang diproduksi oleh organismeorganisme ini. 14
Efek-efek yang tidak diinginkan paling umum dari iminepem

adalah

mual, muntah, diare, ruam kulit, dan reaksi pada tempat penyuntikan. Kadar

yang berlebihan pada pasien-pasien dengan gagal ginjal dapat mengakibatkan


seizure.14
Tetracycline
Merupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk bakteri
Gram positif dan Gram negatif, tetapi indikasi pemakaiannya sudah sangat
terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masih
merupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh
klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkin juga efektif terhadap N.
meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae, termasuk di sini adalah
tetrasiklin, klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin
dan demeklosiklin. 12
Tetracycline bekerja sebagai antibakteri yang adekuat, tetapi
memperlihatkan resistensi yang cepat sehingga penggunaannya dibatasi.
Fungsi obat-obatan ini mengikat secara reversibel pada 30S sub unit
ribosomal yang menghambat peningkatan aminoacyl-transfer ribonucleic
acid, kemudian menghambat sintesis protein bakteri. Walaupun tetracycline
digunakan secara klinis, yang lainnya untuk pencegahan osteitis sicca (dry
socket) dan penanganan penyakit periodontal, obat-obatan ini jarang
digunakan untuk infeksi regio maksilofasial. 4
Efek samping dari tetracycline termasuk gangguan gastrointestinal.
diskolorisasi tulang dan gigi, dan gangguan pertumbuhan gigi. Efek-efek
kontraindikasi pada pasien yang hamil dan pada anak-anak. Tetracycline
seharusnya digunakan berhubungan dengan phenytoin, carbamazepine, dan
antikoagulan oral dan pada pasien dengan gangguan ginjal. 4
Vancomycin
Vancomycin (vancocin) dihubungkan dengan antibiotik toksik yang
digunakan awal untuk perawatan pada methicillin-resisten terhadap
staphylococci, walaupun resistensi pada vancomycin oleh organisme yang
resisten terhadap methycillin dilaporkan terjadi di beberapa rumah sakit.

Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesis peptidoglikan. Vancomycin


dapat mempenetrasi berbagai jaringan dan rongga cairan tetapi tidak dapat
memasuki cairan vitreous dan CSF dalam jumlah yang adekuat untuk
keperluan terapeutik. 4
Vancomycin diadministrasikan secara intravena tetapi memerlukan
metode infus yang sangat lambat. Jika tidak, pasien dapat mengalami gejalagejala yang tidak menyenangkan termasuk pruritus, dyspnea, spasme otot,
dan nyeri dada. Tekanan darah juga dapat menurun. 4
Efek-efek toksik lain akibat vancomycin termasuk nefrotoksisitas,
khususnya jika obat digunakan bersamaan dengan obat-obatan lain yang
berpotensi nefrotoksik. Dosis vancomycin pada pasien dengan fungsi ginjal
yang normal adalah 2 gram per hari, yang diberikan dalam bentuk 1 gram /
infus atau 500 mg / infus setiap enam jam. Dosis pada pasien dengan
gangguan ginjal bervariasi dan berhubungan dengan nilai clearance-creatinin.
4

Chloramphenicol
Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivatderivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol.
Antibiotika ini aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif maupun
ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya
terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastik, maka kloramfenikol
hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenza. 12
Chloramphenicol (chloromycetin) pada masa sekarang ini jarang
digunakan sebagai antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein bakteri,
melalui proses pengikatan 50S sub unit ribosomal, sebagai salah satu agen
bakteriostatik. Karena spektrumnya yang luas sehingga obat ini berpotensi
dalam perawatan untuk H.influenza dan bakteri anaerobik yang resisten
terhadap ampicillin. Obat ini dapat melakukan penetrasi hingga sistem syaraf
pusat dengan baik sehingga menjadi agen yang baik untuk menangani kasus
abses otak dan meningitis. Meski demikian, terdapat efek yang jarang terjadi

akibat obat ini yaitu anemia aplastik, yang menyebabkan pembatasan


penggunaannya. Dosis kloramfenikol yang biasa diberikan untuk anak-anak
dan orang dewasa adalah 50 mg/kg setiap harinya sebanyak 4 dosis. Tingkat
serum dan jumlah sel darah secara lengkap harus tetap diawasi. 4

Makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum
antibakteri, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi
penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Aktif secara in
vitro terhadap bakteri gram-positif, gram-negatif, mikoplasma, klamidia,
riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga
merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella
pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga
roksitromisin,

spiramisin,

josamisin,

rosaramisin,

oleandomisin

dan

trioleandomisin. 12
Erytrhomycin merupakan salah satu makrolida terbaik yang perlu
diketahui. Antibakteri gram positif yang serupa dengan penicillin , akan tetapi
erythromycin tidak seefektif penicillin terhadap bakteri anaerob. Gugus ester
pada erythromycin membantu mengatasi bioavailabilitas obat yang buruk dan
kecenderungannya untuk menyebabkan masalah gastrointestinal. Untuk
infeksi oral dan maksilofasial yang parah, agen-agen lain yang serupa dengan
erythromycin lebih baik digunakan, terutama jika pasien alergi terhadap
penicillin.4
Clindamycin (cleocin) merupakan salah satu antibiotik linkoamida yang
muncul kembali sebagai obat yang umum digunakan untuk infeksi
odontogenik yang parah, termasuk osteomyelitis. Kekurangan dalam hal
pseudomembraneous colitis menyebabkan terbatasnya penggunaan obat ini
selama bertahun-tahun., tetapi pengujian yang lebih ilmiah terhadap antibiotik
yang berhubungan dengan colitis tidak menemukan adanya bahaya khusus

akibat clindamycin jika dibandingkan dengan antibiotik jenis lainnya pada


individu dengan kemampuan imun rendah (immunokompeten). 4
Clindamycin diserap dengan baik secara oral dan juga tersedia dalam
bentuk parenteral. Obat ini dapat dimasukkan ke dalam jaringan keras
maupun lunak karena ukuran molekulnya yang relatif kecil meskipun tetap
tidak dapat menembus selaput otak yang terinflamasi. Spektrumnya termasuk
bakteri aerob gram positif dan fakultatif dan bakteri anaerobik. Dosis untuk
orang dewasa yang umum diberikan yaitu 150 sampai 450 mg setiap 6 jam
per oral atau 300 sampai 900 mg setiap 8 jam parenteral. Dosis untuk anakanak adalah 10 hingga 20 mg / kg per hari dalam tiga sampai empat dosis
terpisah. 4
Nitromydazole
Metronidazole tergolong antibiotik kelas nitromidazol. Agen-agen ini
merangsang produksi metabolis toksik yang dapat membunuh bakteri yang
dicurigai. Metronidazole hanya efektif pada bakteri anaerobik termasuk yang
terdapat dalam kavitas rongga mulut. Obat ini dapat digunakan bersamaan
dengan obat spektrum aerobik pada perawatan infeksi campuran aerobik dan
anaerobik atau pada perawatan empirikal pada kasus infeksi odontogenik.
Metronidazole diberikan per oral (500 mg setiap 8 jam). Sebagian besar
efeknya berlawanan reaksi dengan tipe disulfiram yang disebabkan oleh
pemilihan

asetaldehid

dengan

konsumsi

etanol

oleh

pasien

yang

menggunakan metronidazole. Juga dapat meningkatkan kerja anti koagulan.


Obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang sedang hamil. 4
Quinolon
Merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer
dengan spektrum antibakteri yang luas terutama untuk bakteri gram negatif
dan gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai
untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat,
norfloksasin, ofloksasin, pefloksasin dan lain-lain. 12

Quinolon umumnya efektif untuk bakteri aerob gram positif dan gram
negatif, termasuk P. aeruginosa tetapi tidak bermanfaat untuk anaerob
tertentu. Agen-agen ini bercampur dengan enzim bacterial selama transkripsi
DNA. Quinolon digunakan pada saat bakteri yang dicurigai seperti
Streptococcus pneumoniae yang diketahui sebagai penyebab infeksi, tetapi
seharusnya obat ini tidak dipertimbangkan sebagai obat tunggal untuk
perawatan empirikal ketika terdapat bakteri anaerob. Ciprofloxacin (Cipro)
merupakan obat golongan quinolon yang paling umum digunakan pada
infeksi oral dan maksilofasial. Absorpsi oral berkisar 50% sampai 90%. Efek
sampingnya termasuk gangguan gastrointestinal, fotosensitivitas, xerostomia,
dan gejala-gejala sistem syaraf pusat seperti insomnia, sakit kepala, dan
pusing. Dosis dewasa yang umum adalah 500-750 mg per oral setiap 12 jam.
Moxifloxacin (Avelox), yang merupakan quinolon generasi ketiga,
dapat memberikan perlindungan yang baik melawan streptococci dan
mikroorganisme anaerobik lainnya, dan memiliki efektivitas terhadap
sinusitis. Obat ini diserap dengan baik secara oral dan tidak terpengaruh oleh
asupan makanan. Level jaringan pada umumnya meningkat; kandungan obat
dapat ditemukan dalam saliva dan sekret nasal. Efek samping jarang terjadi,
dan biasanya ditandai dengan gangguan gastrointestinal. Dosis yang umum
digunakan yaitu satu tablet 400 mg per hari. 4
Antibiotika Lokal
Selama bertahun-tahun penggunaan antibiotika, beberapa jenis bakteri
telah mengalami resistensi terhadap beberapa tipe antibiotika (termasuk
golongan penicillin). Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan
metode baru pengaplikasian antibiotika hanya pada jaringan yang terinfeksi,
dengan mekanisme menghindari aktifitas bakteri yang diinginkan, tanpa
membunuh bakteri tersebut. Menekan beberapa spesies bakteri dengan
antibiotika dapat menyebabkan jenis bakteri lainnya berkembang dengan
cepat, mengganggu keseimbangan flora normal dalam rongga mulut, perut,

dan saluran pencernaan. Hal ini juga dapat menyebabkan bakteri sasaran
bermutasi menjadi bentuk yang resisten terhadap antibiotika. 16
Contoh dari teknologi baru ini yaitu penggunaan doxicycline dosis rendah
(20 mg) untuk mencegah bakteri agar tidak memiliki kemampuan untuk
menghasilkan enzim penghancur jaringan yang dapat menghancurkan
jaringan periodontal (gingival dan tulang). Pada dosis ini, bakteri tidak
dihancurkan atau pun dihambat reproduksinya, tetapi aktifitasnya yang
berbahaya dihindari. Karena keseimbangan flora normal tidak diganggu,
diyakini bahwa obat ini lebih mana diaplikasikan dalam bentuk pil tanpa
resiko terjadi perkembangan resistensi strain bakteri. 16
Metode

lain

yang

sering

digunakan

untuk

mencegah

aktifitas

penghancuran jaringan di sekitar gigi oleh bakteri yaitu dengan cara


menempatkan antibiotik dalam poket gingival sekitar gigi dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini umum dilakukan sebagai prosedur tambahan dalam
perawatan periodontal, seperti scaling dan root planing. 16
Penggunaan antibiotika lokal mungkin tidak dapat membantu individu
dengan periodontitis agresif, dan telah terbukti bahwa metode ini paling
efektif pada orang dewasa dengan periodontitis localized yang kronis. 16
Pemakaian

agen

antimikrobial

lokal

memungkinkan

penggunaan

konsentrasi obat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan obat
secara sistemik. Agar antibiotika lokal efektif dan bermanfaat secara klinis,
maka harus diaplikasikan hingga

mencapai

dasar

poket,

dalam

konsentrasi tertentu dan konsentrasi ini dipastikan dapat bertahan cukup lama
untuk menekan mikroorganisme target. Karena aliran gingival crevicular
fluid (GCF) yang cepat, maka antibiotika ditempatkan subgingival dan harus
memiliki kemampuan membunuh bakteri dalam waktu singkat setelah
aplikasi, atau dapat bertahan dan dilepaskan secara perlahan dalam poket
periodontal dengan mekanisme pengontrolan yang tepat. Bentuk sediaan
antibiotika yang digunakan untuk periodontal antara lain pasta, salep, gel,
fiber, strip, cakram, dan chip. Tetracycline, minocycline, doxixycline, dan
metronidazole telah digunakan dalam metode ini. sebagian besar sistem

aplikasi antibotika lokal telah dievaluasi sebagai perawatan tambahan untuk


scaling dan root planing, meski demikian hal ini

masih membutuhkan

penelitian yang lebih lanjut. Antibiotika yang diaplikasikan secara lokal


memiliki efek yang kecil terhadap A. actnomycetemcomitans dan patogen
periodontal lainnya yang menginvasi jaringan konektif gingival.

3. Golongan Analgetik
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgesik nonopioid, dan
2. Analgesik opioid.
Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
1. Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu
enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari
analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan
jalan menginhibisi enzim COX

pada daerah yang terluka dengan

demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak


berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi
alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan
dalam jangka waktu lama dan dosis besar.
Obat- obat Nonopioid Analgesics ( Generic name )
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen,
Flurbiprofen

Ibuprofen,

Indomethacin,

Ketoprofen,

Ketorolac,

Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen, Oxaprozin,


Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac,
Tolmetin.

2. Analgetik Opioid
Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti
opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi:
habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha
untuk mendapatkan analgesik ideal: Potensi analgesik yg sama kuat
dengan morfin. Tanpa bahaya adiksi:
-

Obat yang berasal dari opium-morfin

Senyawa semisintetik morfin

Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin

Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat


dengan titik kerja yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP). Umumnya
dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman
(euforia). Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat
dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri yang hebat.
Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri
(endogen), terutama dalam batang otak dan sumsum tulang belakang
yang mempersulit penerusan impuls nyeri. Dengan sistem ini dapat
dimengerti mengapa nyeri dalam situasi tertekan, misalnya luka pada
kecelakaan lalu lintas mula-mula tidak terasa dan baru disadari beberapa
saat kemudian. Senyawa-senyawa yang dikeluarkan oleh sistem endogen
ini disebut opioid endogen. Beberapa senyawa yang termasuk dalam
penghambat nyeri endogen antara lain: enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh
seperti fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi
stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan
opioid. Opioid endogen mengatur homeostatis, mengaplifikasi sinyal dari
permukaan tubuk ke otak, dan bertindak juga sebagai neuromodulator
dari respon tubuh terhadap rangsang eksternal.
Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid,
berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.

Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan diteliti,
yaitu reseptor opioid , , , , . (dan yang terbaru ditemukan adalah
N/OFQ receptor, initially called the opioid-receptor-like 1 (ORL-1)
receptor or orphan opioid receptor dan e-receptor, namum belum jelas
fungsinya).
Reseptor memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan
ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan reseptor 2 memediasi efek
depresan pernafasan.
Reseptor yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam
memediasi efek analgesik dan berhubungan dengan toleransi terhadap
opioid. reseptor telah diketahui dan berperan dalam efek analgesik,
miosis, sedatif, dan diuresis. Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan
sumsum tulang belakang. Reseptor dan reseptor

menunjukan

selektifitas untuk ekekfalin dan dinorfin, sedangkan reseptor selektif


untuk opioid analgesic.
Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan reseptor opioid
diantaranya: Analgesik, medullary effect, Miosis, immune function and
Histamine, Antitussive effect, Hypothalamic effect GI effect.
Efek samping yang dapat terjadi: Toleransi dan ketergantungan, Depresi
pernafasan, Hipotensi, dll.
Atas dasar kerjanya pada reseptor opioid, analgetik opioid dibagi
menjadi:
- Agonis opioid menyerupai morfin (pd reseptor , ). Contoh: Morfin,
fentanil.
- Antagonis opioid. Contoh: Nalokson.
- Menurunkan ambang nyeri pd pasien yg ambang nyerinya tinggi.
- Opioid dengan kerja campur. Contoh: Nalorfin, pentazosin,
buprenorfin, malbufin, butorfanol.
Obat-obat Opioid Analgesics ( Generic name )

Alfentanil,

Benzonatate,

Dextromethorphan
Diphenoxylate,

Buprenorphine,

Dezocine,

Fentanyl,

Heroin

Butorphanol,

Difenoxin,
Hydrocodone,

Codeine,

Dihydrocodeine,
Hydromorphone,

LAAM, Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine,


Methadone, Morphine, Nalbuphine, Nalmefene, Naloxone, Naltrexone,
Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene,
Sufentanil.

Anda mungkin juga menyukai