NIM
: G99142108
lebih
aman
dan
beraksi
lebih
cepat
melalui
empedu
dan
di
dalam
feses.
Contoh :
Voltaren 25 : mg [DSC], 50 mg [DSC], 75 mg
Tablet, (lepas lambat) extended release,: 100 mg
Contoh :
Voltaren -XR: 100 mg
7,5
sampai
15
%,
sifat
ini
digunakan
untuk
citreus,
Staphylococcus
epidermidis,
Staphylococcus
staphylococcal
protein
A.
Bacteriophage
typing(Wentworth,
1963)
coagulase,
enterotoxin,
exfoliative
fraktur
atau
genitourinarius,
pneumonia
Endocarditis,
septikemia
dan
enterocollitis.
Problem yang paling serius dari infeksi staphylococcal adalah terjadi
kedaruratan dan penyebaran kuman akibat kuman telah resisten terhadap antibiotik. Ditemukan 85 % sampai 95 % infeksi nosokomial karena
staphylococcus aureus resisten terhadap Penicillin G(Oven, Kirsten, dan
Bulow,
1969).
Disisi
lain
resistensi
kuman
terhadap
rentan
berarti
menjadi
trancducting
bacteriphage.
murni
dalam
peptonw-yeast-glucose
broth
(Martin,
1974). Kuman ini dijumpai dlm rongga mulut manusia(Kantz dan Henry,
1974). Patogenitas dari kuman ini baru timbul bila ada factor perangsang
untuk menjadi pathogen.
Streptococcus
Genus dari streptococcus terdiri dari banyak dan bermacam-macam grup
biologis dari kuman gram positif. Berbentuk bulat atau lonjong dan terdapat
berpasangan atau berbentuk rantai, panjang rantai tergantung kondisi
lingkungan dimana dia hidup. Rantai yang panjang dijumpai pada cocci yang
hidup dalam cairan atau semifluid media
Spesies dari genus streptococcus adalah anaerob fakultatif oleh karenanya
calase-negative. Klassifikasi didasarkan reaksi hemolitik tehadap media
blood agar steak plates atau blood agar pour plates yaitu alpha, beta dan
gamma. Koloni dari alpha hemolytic streptococcus dikelilingi oleh zona hijau
sebagai hasil partiel lysis dari sel darah dari media maka disebut sebagai
streptococcus viridans atau greening streptococcus. Warna hijau tergantung
asal darah yang digunakan, darah domba berwarna lebih hijau dan zona lysis
biasanya
disebut
simply
nonhemolytic
streptococci.
Kebanyakan
divisi
pyogenic
dan
lactic
dapat
terbentuk
berbagai
asam
organik
dan
gas.
infeksi
dari
luka.
Finegold
dkk
(1972)
menyatakan
bahwa
bacterial
endocarditis(Hudson,
!957)
dan
purulent
meningitis(Losli dan Lindsey, 1963). Morris (1954) dan Pike dkk, (1963)
membuat klassifikasi berdasarkan penelitiannya ; N. pharynges atau N.
Catarrhalis (Branhanmella catarrhalis). Ritz (1967) meneliti tentang
keberadaannya dalam plaque gigi dan mendapat lokasi distribusi secara segar,
hal ini didapat dengan cara Fluorescent antibody staining technique. Dua
spesies yaitu Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria meningitidis tidak terdapat
secara normal didalam mulut manusia.Neisseria gonorrhoaea menyebabkan
stomatitis primer, parotitis atau pharyngitis, terjadi karena terjadi kontak
antara mulut dengan alat genital(Metzger, 1970; Schmidt, Hjrting, Hansen
tempat
di
dalam
mulut(Hardie
dan
Bowden,
1974).
Veillonella mempunyai sifat patogen yang tidak jelas tapi dia ditemukan dari
spesimen bakteri campuran yang berasal dari pasien dengan appendicitis,
periodontitis, pulmonary gangrene dan tonsilitis(Nolte, 1973), peranan dari
Veillonella pada infeksi campuran ini belum betul2 jelas, walaupun dinding
sel memiliki lipopolysaccharide dengan kemampuan endotoxic(Hofstad dan
Kristoffersen, 1970; Mergenhagen dan Varah, 1963; Mergenhagen, Zipkin
dan Varah, 1962) dan pengeluaran endotoxin menunjukan menyebabkan
terjadinya local Shwartzman reaction dari kulit (Mergenhagen, 1960;
Mergenhagen, Hampp dan Scherp, 1961), dan palatal mucosa dari
kelinci(Rizzo dan Mergenhagen, 1964). Bila Veillonella terdapat pada plaque
dan gingival crevice, endotoxinnya dapat menimbulkan gingivitis marginalis
kronis dan periodontitis marginalis kronis melalui diaktifkannya
Complement cascade(Snyderman, 1973).
Eubacterium dan Propionibacterium
Kuman yang dikelompokan kepada Eubacterium (Holdeman dan Moore,
1974)
adalah
gram-positif,
tidak
membentuk
spora,
uniform
atau
poleomorphic rods, dapat atau tidak dapat bergerak, seluruh spesies adalah
anaerob, selalu mebentuk campuran asam organik seperti butiryc, acetic atau
formic acid dari karbo hidrat atau peptone. Ditemukan dalam rangga tubuh
laki2 dan binatang. Kantz dan Hendry (1974) membiakanan Eubacterium
alactolyticum dari ruang pulpa gigi manusia yang nonvital. Kuman ini juga
ditemukan pada berbagai type infeksi seperti purulent pleurisy, jugal
cellulitis, luka postoperatif dan abscess dari otak, tractus intestinal, paru2 dan
rongga mulut(Holdeman dan Moore, 1974). Propionibacterium(Moore dan
Holdeman, 1974) adalah gram-positif, tidak bergerak, tidak membentuk
spora, biasanya diphtheroid atau club-shape dan pleomorphism. Sel coccoid,
elongated, bifid atau bercabang dapat dijumpai pada beberapa kultur dan sel
kuman dapat tunggal, berpasangan atau dalam bentuk Y dan V atau
bergerombol miripchinese characters. Propionic acid adalah fermentasi
karakteristik produk akhir yaitu acetic, formic, isovaleric, succinic atau lactic
acid. Kuman ini umumnya anaerob tapi ada beberapa mempunyai toleransi
terhadap oxygen.
Propionibacterium avidum dijumpai di otak, darah, luka yang terinfeksidan
abscess jaringan seperti submandibular abscess(Moore dan Holdelman,
1974). Propionibacterium acnes hidup normal pada kulit dan usus, bias
ditemukan di darah, luka dan abscess jaringan lunak(Moore dan Holdeman,
1974)
dan
di pulpa
yang
non-vital
(Kantz
dan
Hendry, 1974).
Lactobacillus
Bersifat gram-positif, tidak membentuk spora, kebanyakan tidak bergerak,
terbanyak bersifat anaerob fakultatif, ada beberapa yang benar2 anaerob.
Dapat dibagi dalam 2 kelompok berdasarkan sifat memfermentasi glukosa
yaitu
1. Homofermentative
Produk akhirnya adalah lactic acid.
2. Heterofernantative
Produk akhirnya adalah acetic acid, carbon dioxide, ethanol dan lactic
acid.
Kedua spesies ini merupaka parast pada manusia, juga binatang. Pada
manuasia merupakan flora normal yang hidup didalam mulut, tractus gastrointestinal dan vagina. Dalam keadaan normal lactobacillus hidup didalam
mulut dalam jumlah kecil karena daya lengket terhadap jaringan mulut
kurang
(van
Houte,
Gibbons
dan
Pulkkinen,
1972).
mulut
baru
mendapat
perhatian
belakangan
ini.
karakter
membentuk
kapsul
polysaccharide.
Klebsiella
kuman sebagai etiologi dari penyakit ini tidak pasti Pada percobaan binatang
kuman ini tidak dapat dibuktikan sebagai penyebab syndroma ini meskipun
kuman
ini
dapat
ditemukan
secara
normal
pada
manuasia.
Proteus
Kuman ini termasuk genus Enterobacteriaceae yang menyebabkan penyakit
diberbagai bagian tubuh dan infeksi biasanya mempunyai masalah dalam
terapi
karena
resisten
terhadap
antibiotika.
dijumpai
pada
bacterial
parotitis
(Rose,
1954).
Pseudomonas
Pseudomonas tidak menyebabkan fermentasi dan berkembang biak dan
bertumbuh secara unik dengan sumber makanan yang terbatas. Kuman ini
ditemukan dalam cairan salin yang terkontaminasi dan benzalkonium chlorid,
kebanyakan spesies bergerak, berbentuk tunggal atautufted monopolar
flagella. Pseudomonas aeruginosa memproduksi water-soluble pigment,
pyocyanin danfluorescing pigment, fluorescein dibentuk oleh Pseudomonas
fluorescens. Pseudomonas terutama merupakan parasit yang hidup di air dan
tanah. Pseudomonas aeruginosa sudah terbukti bertahun-tahun menyebabkan
penyakit pada laki2. Sejak 15 tahun lalu terbukti spesies yang menyebab
infeksi pada laki-laki yaitu Pseudomonas cepacia dan Pseudomonas Stutzeri,
kuman2 ini banyak menyebabkan infeksi nosokomial atau terjadi pada host
tertentu. Pseudomonas aeruginosa spesies yang sering dilaporkan dalam
literatur sebagai kuman yang ditemukan dalam mulut dan menyebabkan
infeksi.
Campylobacter
Genus Compylobacter terdiri dari bentuk selinder yang ramping, kurva,
dari
pembiakan
spesimen
dari
infeksi
pyogenik
gigi.
Fusobacterium
Ada 16 spesies dari Fusobacterium yang digambarkan dalam Bergeys
Manual (Buchanan dan Gibbons, 1974). Organisme ini dapat bergerak dan
tidak bergerak, berbentuk pleomorphic dan mempunyai ukuran panjang 1
20 m, bentuk morphologinya bisa spindle-shape, club-shape, straight atau
kurva. Beberapa bisa centrally atau terminally swollen atau vacuoles.
didalam
saliva
dari
keadaan
normal.
Leptotrichia
Mempunyai
spesies
tunggal
yaitu
Leptotrichia
buccalis,
berbentuk
penicillin
didistribusi
secara
keseluruhan
setelah
penicillin alami.
Penicillin spektrum luas yang efektif melawan bakteri dengan spektrum
Generasi pertama yang paling aktif terhadap bakteri Gram positif secara in
vitro. Termasuk di sini misalnya sefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin.
cephalosporin.
Oleh
sebab
itu,
antibiotika
cephalosporin
Carbanepems
Kelompok antibiotik -Lactam lainnya adalah carbanepems. Agen ini
memiliki fungsi yang sama dengan antibiotik lainnya yaitu membentuk ikatan
dengan penicillin dinding protein dan menghambat protein dinding sel.
Aktivitas spektrumnya sangat luas, hal ini disebabkan oleh stabilitasnya
terhadap -lactamase. Carbanepems juga digunakan untuk infeksi P.
aeruginosa yang resisten terhadap antibiotik lainnya. Contoh carbanepems
yang tersedia di Amerika Serikat yaitu imipenem dan meropenem. Kedua
obat ini tidak diabsorpsi dalam rute enteral sehingga pemberiannya secara
parenteral. 4
Imipenem bersifat toksik dan tidak diaktifkan oleh ginjal. Namun bila
obat
ini
dikombinasikan
dengan
cilastatin,
yaitu
inhibitor
dari
adalah
mual, muntah, diare, ruam kulit, dan reaksi pada tempat penyuntikan. Kadar
Chloramphenicol
Golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivatderivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol.
Antibiotika ini aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif maupun
ricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya
terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastik, maka kloramfenikol
hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenza. 12
Chloramphenicol (chloromycetin) pada masa sekarang ini jarang
digunakan sebagai antibiotik yang dapat menghambat sintesis protein bakteri,
melalui proses pengikatan 50S sub unit ribosomal, sebagai salah satu agen
bakteriostatik. Karena spektrumnya yang luas sehingga obat ini berpotensi
dalam perawatan untuk H.influenza dan bakteri anaerobik yang resisten
terhadap ampicillin. Obat ini dapat melakukan penetrasi hingga sistem syaraf
pusat dengan baik sehingga menjadi agen yang baik untuk menangani kasus
abses otak dan meningitis. Meski demikian, terdapat efek yang jarang terjadi
Makrolida
Golongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum
antibakteri, sehingga merupakan alternatif untuk pasien-pasien yang alergi
penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri. Aktif secara in
vitro terhadap bakteri gram-positif, gram-negatif, mikoplasma, klamidia,
riketsia dan aktinomisetes. Selain sebagai alternatif penisilin, eritromisin juga
merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkan oleh
Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella
pneumophilla) termasuk dalam golongan makrolida selain eritromisin juga
roksitromisin,
spiramisin,
josamisin,
rosaramisin,
oleandomisin
dan
trioleandomisin. 12
Erytrhomycin merupakan salah satu makrolida terbaik yang perlu
diketahui. Antibakteri gram positif yang serupa dengan penicillin , akan tetapi
erythromycin tidak seefektif penicillin terhadap bakteri anaerob. Gugus ester
pada erythromycin membantu mengatasi bioavailabilitas obat yang buruk dan
kecenderungannya untuk menyebabkan masalah gastrointestinal. Untuk
infeksi oral dan maksilofasial yang parah, agen-agen lain yang serupa dengan
erythromycin lebih baik digunakan, terutama jika pasien alergi terhadap
penicillin.4
Clindamycin (cleocin) merupakan salah satu antibiotik linkoamida yang
muncul kembali sebagai obat yang umum digunakan untuk infeksi
odontogenik yang parah, termasuk osteomyelitis. Kekurangan dalam hal
pseudomembraneous colitis menyebabkan terbatasnya penggunaan obat ini
selama bertahun-tahun., tetapi pengujian yang lebih ilmiah terhadap antibiotik
yang berhubungan dengan colitis tidak menemukan adanya bahaya khusus
asetaldehid
dengan
konsumsi
etanol
oleh
pasien
yang
Quinolon umumnya efektif untuk bakteri aerob gram positif dan gram
negatif, termasuk P. aeruginosa tetapi tidak bermanfaat untuk anaerob
tertentu. Agen-agen ini bercampur dengan enzim bacterial selama transkripsi
DNA. Quinolon digunakan pada saat bakteri yang dicurigai seperti
Streptococcus pneumoniae yang diketahui sebagai penyebab infeksi, tetapi
seharusnya obat ini tidak dipertimbangkan sebagai obat tunggal untuk
perawatan empirikal ketika terdapat bakteri anaerob. Ciprofloxacin (Cipro)
merupakan obat golongan quinolon yang paling umum digunakan pada
infeksi oral dan maksilofasial. Absorpsi oral berkisar 50% sampai 90%. Efek
sampingnya termasuk gangguan gastrointestinal, fotosensitivitas, xerostomia,
dan gejala-gejala sistem syaraf pusat seperti insomnia, sakit kepala, dan
pusing. Dosis dewasa yang umum adalah 500-750 mg per oral setiap 12 jam.
Moxifloxacin (Avelox), yang merupakan quinolon generasi ketiga,
dapat memberikan perlindungan yang baik melawan streptococci dan
mikroorganisme anaerobik lainnya, dan memiliki efektivitas terhadap
sinusitis. Obat ini diserap dengan baik secara oral dan tidak terpengaruh oleh
asupan makanan. Level jaringan pada umumnya meningkat; kandungan obat
dapat ditemukan dalam saliva dan sekret nasal. Efek samping jarang terjadi,
dan biasanya ditandai dengan gangguan gastrointestinal. Dosis yang umum
digunakan yaitu satu tablet 400 mg per hari. 4
Antibiotika Lokal
Selama bertahun-tahun penggunaan antibiotika, beberapa jenis bakteri
telah mengalami resistensi terhadap beberapa tipe antibiotika (termasuk
golongan penicillin). Untuk mengatasi masalah tersebut, telah dikembangkan
metode baru pengaplikasian antibiotika hanya pada jaringan yang terinfeksi,
dengan mekanisme menghindari aktifitas bakteri yang diinginkan, tanpa
membunuh bakteri tersebut. Menekan beberapa spesies bakteri dengan
antibiotika dapat menyebabkan jenis bakteri lainnya berkembang dengan
cepat, mengganggu keseimbangan flora normal dalam rongga mulut, perut,
dan saluran pencernaan. Hal ini juga dapat menyebabkan bakteri sasaran
bermutasi menjadi bentuk yang resisten terhadap antibiotika. 16
Contoh dari teknologi baru ini yaitu penggunaan doxicycline dosis rendah
(20 mg) untuk mencegah bakteri agar tidak memiliki kemampuan untuk
menghasilkan enzim penghancur jaringan yang dapat menghancurkan
jaringan periodontal (gingival dan tulang). Pada dosis ini, bakteri tidak
dihancurkan atau pun dihambat reproduksinya, tetapi aktifitasnya yang
berbahaya dihindari. Karena keseimbangan flora normal tidak diganggu,
diyakini bahwa obat ini lebih mana diaplikasikan dalam bentuk pil tanpa
resiko terjadi perkembangan resistensi strain bakteri. 16
Metode
lain
yang
sering
digunakan
untuk
mencegah
aktifitas
agen
antimikrobial
lokal
memungkinkan
penggunaan
konsentrasi obat yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan obat
secara sistemik. Agar antibiotika lokal efektif dan bermanfaat secara klinis,
maka harus diaplikasikan hingga
mencapai
dasar
poket,
dalam
konsentrasi tertentu dan konsentrasi ini dipastikan dapat bertahan cukup lama
untuk menekan mikroorganisme target. Karena aliran gingival crevicular
fluid (GCF) yang cepat, maka antibiotika ditempatkan subgingival dan harus
memiliki kemampuan membunuh bakteri dalam waktu singkat setelah
aplikasi, atau dapat bertahan dan dilepaskan secara perlahan dalam poket
periodontal dengan mekanisme pengontrolan yang tepat. Bentuk sediaan
antibiotika yang digunakan untuk periodontal antara lain pasta, salep, gel,
fiber, strip, cakram, dan chip. Tetracycline, minocycline, doxixycline, dan
metronidazole telah digunakan dalam metode ini. sebagian besar sistem
masih membutuhkan
3. Golongan Analgetik
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgesik nonopioid, dan
2. Analgesik opioid.
Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
1. Analgesik Nonopioid/Perifer (NON-OPIOID ANALGESICS)
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu
enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari
analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan
jalan menginhibisi enzim COX
Ibuprofen,
Indomethacin,
Ketoprofen,
Ketorolac,
2. Analgetik Opioid
Analgetik opioid merupakan golongan obat yang memiliki sifat seperti
opium/morfin. Sifat dari analgesik opioid yaitu menimbulkan adiksi:
habituasi dan ketergantungan fisik. Oleh karena itu, diperlukan usaha
untuk mendapatkan analgesik ideal: Potensi analgesik yg sama kuat
dengan morfin. Tanpa bahaya adiksi:
-
Ada beberapa jenis Reseptor opioid yang telah diketahui dan diteliti,
yaitu reseptor opioid , , , , . (dan yang terbaru ditemukan adalah
N/OFQ receptor, initially called the opioid-receptor-like 1 (ORL-1)
receptor or orphan opioid receptor dan e-receptor, namum belum jelas
fungsinya).
Reseptor memediasi efek analgesik dan euforia dari opioid, dan
ketergantungan fisik dari opioid. Sedangkan reseptor 2 memediasi efek
depresan pernafasan.
Reseptor yang sekurangnya memiliki 2 subtipe berperan dalam
memediasi efek analgesik dan berhubungan dengan toleransi terhadap
opioid. reseptor telah diketahui dan berperan dalam efek analgesik,
miosis, sedatif, dan diuresis. Reseptor opioid ini tersebar dalam otak dan
sumsum tulang belakang. Reseptor dan reseptor
menunjukan
Alfentanil,
Benzonatate,
Dextromethorphan
Diphenoxylate,
Buprenorphine,
Dezocine,
Fentanyl,
Heroin
Butorphanol,
Difenoxin,
Hydrocodone,
Codeine,
Dihydrocodeine,
Hydromorphone,