Anda di halaman 1dari 22

UJIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan kepada:
dr. Vista Nurasti Pradanita, M.Kes., Sp.KJ

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit Panembahan Senopati
2016

STATUS PSIKIATRI
a.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Nn. N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Semampir RT 003/ 028 Panjangrejo


Pundong Bantul

Umur

: 16 Tahun

Agama

: Islam

Status perkawinan

: belum menikah

Pendidikan

: SMP kelas III

Pekerjaan

: Pelajar

Bangsa/Suku

: Indonesia/Jawa

Lokasi dan tanggal Pemeriksaan

: 8/03/2016, Bangsal Flamboyan

RSPS Bantul

b.

ALLOANAMNESIS

Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pekerjaan
Bangsa/suku
Alamat

Hubungan
Tempat wawancara
Tanggal wawancara

: Ny. S
: Perempuan
: 43 tahun
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: Indonesia/Jawa
: Semampir RT 003/ 028 Panjangrejo Pundong
bantul
: Ibu
: Bangsal Flamboyan
: 08/03/2016

i. Keluhan Utama
Pasien dikonsulkan dari bagian Neurologi karena sinkop beulang
dengan hysteria kronis.
2

ii.

Riwayat Perjalanan Penyakit (Riwayat Penyakit


Sekarang)

Autoanamnesis
Perjalanan penyakit pasien dimulai sejak 2 minggu yang lalu
setelah pasien jatuh dari sepeda saat hujan. Pasien sempat tidak disadarkan
dan dibawa oleh adik pasien ke rumah. Setelah kejadian tersebut pasien
merasa diikuti oleh seseorang yang tidak dapat dilihat orang lain. Menurut
pasien, adiknya mengatakan agar pasien harus kuat dalam melihat hal-hal
tersebut.
Semenjak kejadian itu, pasien sering pingsan. Pingsan dirasakan 45 kali dalam sehari. Lokasi pasien saat pingsan yaitu di rumah dan di
sekolah dengan kondisi lingkungan ramai dan tidak sendirian. Saat
pingsan selalu dibantu oleh orang-orang sekitar. Yang menyebabkan pasien
pingsan adalah pusing yang tidak tertahankan. Pasien tidak mengingat
kejadian saat pingsan namun hanya mengingat kejadian sebelum pingsan
seperti lokasi, posisi dan penolong.
Keluhan pasien saat ini adalah pusing dan masih sering pingsan.
Keluhan tersebut disertai dengan sering munculnya orang-orang yang
menurut pasien tidak dapat dilihat orang lain dan bisikan-bisikan yang
mengajak pasien berbicara lebih dari satu orang sehingga membuat pasien
sulit tidur.
Alloanamnesis dengan ibu pasien
Alloanamnesis

dilakukan

dengan

ibu

pasien.

mengatakan bahwa awalnya pasien kecelakaan tunggal

Ibu

pasien

sekitar 2 minggu

sebelum masuk Rumah Sakit. Dari keterangan ibu pasien bahwa pada saat
itu pasien jatuh dari sepeda dan pingsan ditempat kejadian,ibu pasien
mengaku pasien pingsal 5 menit.
Setelah itu pasien dibawa oleh adiknya. Ketika pasien sadar pasien
merasakan nyeri pada kepala dan lupa awal kejadian kecelakaan tersebut.
3

Sejak kejadian itu pasien sering mengalami pingsan baik di rumah


maupun di sekolah disertai nyeri kepala hal itu terjadi sekitar 4 6 kali
dalam satu hari. Namun pasien sadar sendiri tanpa harus dibawa
kepelayanan kesehatan.
Tapi hal ini berlangsung setiap hari sehingga pihak keluarga
membawa pasien ke poli saraf RSUD Panembahan dan diusulkan oleh
dokter Spesialis Saraf untuk dimodokkan dan dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
iii.

Anamnesis Sistem (Keluhan Fisik dan Dampak terhadap Fungsi


Sosial dan Kemandirian)
Sistem saraf

: demam (-), kejang (-), tremor (-), pusing (+)

Sistem kardiovaskular : edema kaki (-), nyeri dada (-), dada berdebar (-).
Sistem respirasi

: sulit bernapas (-), nyeri tenggorokan (-).

Sistem digestive

: BAB normal,muntah(-),diare(-), sulit makan (-).

Sistem urogenital

: BAK normal.

Sistem integumentum : tidak ada kelainan pada kuku (-), gatal pada
kulit (-).
Sistem musculoskeletal : edema (-), nyeri otot (-), kelemahan otot (-)
Kesimpulan menurut autoanamnesis pasien mengeluh pusing.

iv.

Grafik Perjalanan Penyakit

Gejala Klinis

Mental Health
Line

Februari 2016

Maret 2016
Fungsi peran

v.

Hal-hal yang Mendahului Penyakit dan Riwayat Penyakit Dahulu


2.5.1 Hal-hal yang Mendahului Penyakit
Faktor organik
Meningitis
Faktor psikososial (stressor psikososial)
-

Pasien memiliki hubungan yang tidak baik dengan ayah


kandungnya karena pasien sering dimarahi hingga dipukul.

Teman-teman sekolah pasien sering mengejek karena


pasien sering pingsan.

Faktor predisposisi
Merasa kehilangan setelah kakak pergi ke Lampung untuk
kuliah dengan biaya dari bibi tanpa pamit sebelumnya dengan
pasien pada bulan Agustus 2015. Pasien sangat dekat dengan
kakak dibandingkan dengan orang tua dan merasa hanya
kakak yang menyayanginya.
Faktor presipitasi
Melihat orangtua bertengkar dan ayah mencoba melukai
tangan ibunya sekitar 2-3 minggu yang lalu dan pasien juga
ikut dimarahi oleh ayah hanya karena sepele.
2.5.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Serupa Sebelumnya
5

Pasien pernah melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat orang


lain seperti kepala di dalam botol pada saat duduk di kelas 2
SMP.
Riwayat Sakit Berat/Opname
Tidak ada riwayat sakit berat sebelumnya.
vi.

Riwayat Keluarga
2.6.1 Pola Asuh Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien
dengan saudara-saudara kandungnya memiliki hubungan yang
sangat dekat terutama dengan kakak. Pasien tinggal bersama
orang tua dan adik. Pasien meras sering dimarahi oleh ayah
pasien hingga dipukul dan ditendang hanya karena kesalahan
kecil yang membuat ayah pasien marah. Ibu pasien hanya diam
saat pasien dimarahi oleh ayahnya.
2.6.2 Riwayat Penyakit Keluarga
Dari hasil alloanamnesis dan autoanamnesis, adik pasien juga
dapat melihat hal-hal yang menurutnya tidak dapat dlihat oleh
orang lain dan dapat berbicara dengan orang yang dilihatnya
tersebut sejak kecil.
2.6.3 Silsilah Keluarga

16 th

= laki-laki

= meninggal

= perempuan

= pasien

= tinggal
serumah
6

vii.

Riwayat Pribadi
2.7.1

Riwayat Pranatal dan Perinatal


Tidak didapatkan informasi

2.7.2

Latar Belakang Perkembangan Mental


Menurut ibu pasien, perkembangan mental sejak kecil sama
dengan teman-teman sebaya yang ada di sekitar rumahnya.
Sifat pasien sejak kecil adalah mudah bergaul dengan anak
sebayanya.

2.7.3

Perkembangan Awal (0-3 tahun)


Menurut ibu, pasien mulai bisa berjalan dan berbicara sesuai
umur anak-anak biasa dan tidak memiliki masalah atau
gangguan.

2.7.4

Masa kanak pertengahan (usia 3-11 tahun)


Menurut pasien, pasien dapat bergaul baik dengan teman-teman
sekolah maupun dirumahnya.

2.7.5

Riwayat pendidikan

SD

SMP : saat ini duduk dibangku kelas 3 SMP

: masuk SD saat usia 5,5 tahun

Prestasi yang dicapai oleh pasien selama sekolah tergolong


sedang karena pada saat sekolah di Sekolah Dasar, pasien tidak
naik kelas selama 1 tahun.
2.7.6

Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh di pabrik rokok sejak usia 20
tahun sampai usia 32 tahun. Namun pasien berhenti bekerja
semenjak sakit dan tidak melanjutkan bekerja.

2.7.7

Sikap dan Kegiatan Moral Spiritual


Pasien beragama Islam, melaksanakan ibadah sholat 5 waktu
dan puasa wajib.
7

2.7.8

Riwayat Kehidupan Emosional (Riwayat Kepribadian


Premorbid)
Pasien selalu membantu orang tua dalam melakukan aktivitas.

2.7.9

Hubungan Sosial
Pasien sering berkumpul dengan teman untuk bermain.
Pasien juga memiliki teman dekat disekolah, namun ada
beberapa teman yang sering mengejek pasien karen pasien
sering pingsan.

2.7.10 Kebiasaan
Pasien tidak memiliki kebiasaan tertentu
2.7.11 Status Sosial Ekonomi
Pasien dibesarkan dalam keluarga yang berpenghasilan paspasan oleh kedua orang tuanya. Kakak pasien kuliah di
Lampung yang dibiayai oleh Bibi pasien.
2.7.12 Riwayat Khusus
Pengalaman militer (-)
Urusan dengan polisi (-)
Pengalaman seksual (-)
viii.

ix.

Tingkat Kepercayaan Alloanamnesis


Autoanamnesis

: dapat dipercaya

Alloanamnesis

: tidak dapat dipercaya.

Kesimpulan Autoanamnesis & Alloanamnesis


Seorang anak perempuan usia 16 tahun mengeluh pusing dan
masih sering pingsan. Keluhan tersebut disertai dengan sering munculnya
orang-orang yang menurut pasien tidak dapat dilihat orang lain dan
bisikan-bisikan yang mengajak pasien berbicara lebih dari satu orang
sehingga membuat pasien sulit tidur.

c.

PEMERIKSAAN FISIK

3.1 Status pemeriksaan fisik


3.1.1 Status Internus
Tanggal pemeriksaan: 8 Maret 2016
Keadaan Umum : Compos Mentis
Bentuk Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Berat Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tinggi Badan

: tidak dilakukan pengukuran

Tanda Vital

: TD : 110/80 mmHg, N: 84 x/menit, R: 18


x/menit, T: Afebris

Kepala
- Inspeksi wajah : tidak ditemukan adanya kelainan
- Mata

: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Leher
- Inspeksi

: benjolan (-), tanda peradangan (-)

- JVP

: JVP tidak meningkat

Thorax
- Sistem Kardiovaskuler : S1 S2 Reguler
- Sistem Respirasi

: Vesikuler (+/+) Whezzing (-/-)

Ronkhi (-/-)
Abdomen
- Sistem Gastrointestinal : nyeri tekan (-) bising usus (+)
-

Sistem Urogenital

tidak

dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas
- Sistem Muskuloskeletal : Tremor (-), Kaku (-)
Sistem Integumentum

: tidak ditemukan kelainan

Kesan Status Internus

Dalam batas normal, meskipun ada


beberapa pemeriksaan tidak dilakukan
karena tidak tersedianya tempat dan
alat untuk pemeriksaan.

3.1.2 Status Neurologis


Kepala dan leher : dalam batas normal
Tanda meningeal : dalam batas normal
Kekuatan motorik : dalam batas normal
Sensibilitas

: tidak dilakukan

Refleks fisiologis : tidak dilakukan


Refleks patologis : tidak dilakukan
Gerakan abnormal: tidak dilakukan
Gangguan keseimbangan dan koordinasi gerakan: tidak ada
3.1.3 Hasil pemeriksaan penunjang
EKG

: tidak dilakukan pemeriksaan

EEG

: EEG BM abnormal iritatif difus

CT Scan

: Mengarah meningitis dengan oedem


cerebri

Foto Rontgen

: Cord an Pulmo dalam batas normal

Lab.darah

Hemoglobin

: 13,5

Leukosit

: 7,10

Eritrosit

: 64.63

Trombosit

: 301

Hematokrit

: 40,5

Eusinofil

:2

Basofil

:1

Batang

:0

Segmen

: 46
10

Limfosit

: 44

Monosit

:7

LED 1 jam

:8

SGOT

: 16

SGPT

: 10

Ureum

: 13

Creatinin

: 0,54

GDS

: 100

3.2 Status psikiatri


Tanggal pemeriksaan: Senin, 7 Maret 2016
3.2.1 Kesan umum
Wanita 16 tahun sesuai umur, kooperatif, rawat diri baik,
berpenampilan sesuai jenis kelamin dan tidak menggunakan
dandanan yang berlebihan.
No.
Status Psikiatri
1
Gambaran Umum
a. Penampilan

Hasil
Baik

Keterangan
Pasien terlihat rapi dan cukup

/ Rawat

bersih. Tidak menggunakan

Diri

sesuatu atau berdandan secara

b. Perilaku &

Normoaktif

berlebihan.
Perilaku dan aktivitas normal.

Aktivitas
Psikomotor
c. Sikap terhadap
2

pemeriksa
Mood & Afek
a. Mood
b. Afek

Kooperatif

Pasien dapat diajak bekerja sama


ketika diwawancarai.

Eutimik

Suasana perasaan dalam rentang

Inapropiate

normal
Terlihat ekspresi wajah pasien
tidak sesuai dengan keadaanya
saat ini.
11

c. Kesesuaian

Tidaksesuaian

Ekspresi yang ditampilkan pasien


tidak sesuai dengan apa yang
diutarakannya. Saat menceritakan
halusinasi

auditorik

yang

mengancam, ekspresi pasien tidak


3

Bicara

Kuantitas :

bicara cukup
Kualitas :
koheren dan

ketakutan.
Pasien berbicara cukup, dapat
dimengerti dan menjawab sesuai
dengan yang ditanyakan saat
wawancara

relevan
4

Gangguan Persepsi

Halusinasi

visual (+)
Halusinasi

auditorik (+)
Ilusi (-)

Pasien

mengatakan

melihat

beberapa orang dengan berwajah


menyeramkan

mengelilinginya

disekitar bed di rumah sakit


berjumlah 20 dan mengajaknya
untuk berbicara. Pasien tidak mau
memberitahukan isi dari bisikan
tersebut. Pasien mengaku tidak
bisa tertidur dikarenakan terus
dinganggu

oleh

orang

orang

tersebut.
Tgl 8 Maret 2016
Pasien mengatakan melihat wajah
yang menyeramkan dan beberapa
tubuh

tanpa

kepala

dan

mengelilinginya disekitar bed di


rumah sakit berjumlah 50 an dan
berbicara

dengan

nada

mengancam saat selesai magrib


12

dan selesai isya. Pasien tidak mau


memberitahukan isi dari bisikan
tersebut.
Tgl 10 Maret 2016
Pasien

mengatakan

terakhir

melihat hal hal yang menyeramkan


2 hari yang lalu. Menurut pasien,
ia

tidak

bisa

melihat

lagi

dikarenakan sudah diberi mantra


mantar oleh adiknya, dan pasien
tidak ingin mengingat hal hal
tesebut lagi.
5

Pikiran
a. Bentuk Pikir
b. Isi Pikir

Bentuk pikir:

NonRealistik
Waham (-)
Preokupasi (-)
Fobia (-)
Gagasan

Apa yang disampaikan oleh pasien


tidak sesuai dengan kenyataan.
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

untuk bunuh
diri (-)
6

Sensorium & Kognitif


a. Kesiagaan &
Kuantitatif:
Tingkat

GCS

Kesadaran

E4V5M6

Pasien sadar penuh

Kualitatif :
Compos
b. Orientasi

mentis
Orang: baik

Pasien mengatakan selama rawat

Waktu: baik

inap ditemani oleh ibunya.


Dapat mengetahui pada saat
pemeriksaan dilakukan pada
tanggal berapa dan hari apa.
13

Tempat: baik

Pasien dapat menyebutkan alamat


tinggal rumahnya dan mengetahui

c. Daya Ingat

d. Konsentrasi &
Perhatian

e. Kapasitas
Membaca &

Memori

nama bangsal tempat di rawat.


Pasien dapat mengingat 5 angka

segera

yang pemeriksa sebutkan.

(immediate)
Memori

Pasien dapat menceritakan

jangka pendek

kegiatan sebelum diperiksa.

(recent)
Memori

Pasien dapat menceritakan

jangka

bagaimana perjalanan wisata

panjang

dengan kakaknya.

(remote)
Konsentrasi:

Pasien dapat melakukan

Baik

mengurangi 7 dari 100 secara

Perhatian :

berurutan
Pasien diminta untuk mengeja

Baik

huruf dari belakang dari kata

Membaca:

Wanita.
Pasien diminta untuk membaca

Baik

sebuah kalimat perintah dan

Menulis

melakukan perintah tersebut dan


Menulis:

pasien dapat melakukannya.


Pasien dapat menuliskan sebuah

Baik

kalimat yang memiliki arti, pasien


menulis kalimat saya pergi ke

g. Kemampuan

Baik

Visuospasial

rumah sakit
Pasien dapat menggambarkan jam
lengkap dengan angka dan jarum
panjang dan pendek. Pasien

h. Pikiran abstrak

Baik

menggambarkan jam pukul 9.15


Pasien mengerti makna dari
peribahasa tong kosong nyaring
bunyinya.
14

i. Sumber

Baik

informasi dan
7.

8.

Kecerdasan
Pengendalian

Pasien dapat menjawab letak


provinsi Lampung.

Baik

Pasien dapat mengendalikan

Impuls

impus saat wawancara

Pertimbangan &

Insight

berlangsung.
Sadar bahwa mereka adalah sakit

Tilikan

derajat 3

tetapi

melemparkan

kesalahan

pada orang lain, pada faktor


eksternal,

atau

pada

faktor

organik.
Dalam

wawancara

pasien

mengatakan bahwa ia bisa sembuh


jika

kakaknya

datang

menjenguknya.

3.3 Hasil pemeriksaan psikologis


3.3.1 Kepribadian
Tidak dilakukan tes
3.3.2 IQ
Tidak dilakukan tes
3.3.3 Analisa Grafis

Gambar terlampir

Intrepretasi : Hasil grafis


Kognitif
Rata- rata cenderung pas-pasan untuk usia 16 tahun
Cukup mampu menganalisis permasalahan tapi untuk problem
solving belum adekuat (problem solving sifatnya sederhana belum
terlalu kompleks)
Afektif
15

Indikasi mencari perhatian atau sangat membutuhkan kasih sayang


tulus dan perhatian dari orang terdekat.
Kurang percaya diri, ragu dengan dirinya sendiri dan merasa tidak
mampu.
Mudah menyerah, pesimis, cepat merasa bersalah atau cenderung
menyalahkan diri sendiri ( menghukum ataumenghakimi diri
sendiri) dan motivasi rendah.

Sosoal

Kurang dekat dengan orang tua ( mentutup diri).


Cemas dan cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
Merasa kurang berarti dirumah, dirinya tidak artinya atau tidak
berharga di keluarga

d.

RANGKUMAN DATA YANG DIDAPATKAN PADA


PENDERITA

4.1 Tanda-tanda (sign)


a Penampilan
Pasien tampak sehat, penampilan sesuai dengan usia dan jenis
kelaminnya, rawat diri baik, kooperatif.
b Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Cara berjalan biasa, gerakan tubuh biasa, semua dalam batas normal
(normoaktif).
c Pembicaraan (kuantitas, kecepatan produksi bicara, kualitas)
Bicara cukup, relevan dan kohern.
d Insight 3 : Sadar akan adanya penyakit tetapi menyalahkan orang lain
faktor luar medis.
4.2 Gejala
a Mood eutimik
b Afek inapropiate
c Halusinasi visual dan auditorik

16

4.3 Kumpulan gejala (syndrome)


Berdasarkan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan status
mental pasien, kini pasien mengeluh pusing, merasa berdosa, sedih,
merasa tetangga ingin memukulinya dan bisikan-bisikan yang memarahi
dan mengancam dirinya.Perasaan seperti ingin mati saja sudah tidak ada.
Saat ini pasien dapat melakukan aktivitas membantu ibu dirumah, dan
obat rutin diminum.

e.

DIAGNOSIS BANDING

Menurut DSM V

- Malingering
- Factitious disorders
f.

PEMBAHASAN
Malingering tidak

dipertimbangkan

sebagai

penyakit

mental.

Pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition


(DSM-5), malingering diberikan kode V (V65.2) sebagai kondisi lain yang
mungkin

menjadi

focus

mendeksripsikan malingering sebagai

perhatian
perekayasaan

klinis.
masalah

DSM-V
fisik atau

psikologikal dengan sengaja yang palsu atau sangat dilebih-lebihkan dari


yang sebenarnya. Motivasi untuk berpura-pura (malingering) biasanya
bersifat eksternal (misalnya menghindari tugas atau pekerjaan militer,
mendapatkan kompensasi finansial, menghindari prosekusi criminal, atau
mendapatkan obat).3,6
GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS
Gejala malingering seringkali amat samar, subjektif, lokalisasinya
tidak nyata, dan tidak dapat diukur secara objektif. Gejala yang khas
termasuk nyeri di kepala, di leher, di dada, atau dipunggung, pusing, amnesia,
hilangnya daya lihat, atau daya raba, pingsan, kejang dan halusinasi serta
17

gejala psikotik lainnya. Pasien sering marah ketika dokter bertanya tentang
gejalanya. Orang yang berpura-pura dapat pula mencederai diri sendiri, atau
berpura-pura cedera atau kecelakaan disengaja agar mendapat kompensasi,
pasien mungkin berupaya dengan segala cara untuk memalsukan data atau
catatan medik untuk mendukung keluhan palsunya itu. Pasien dengan berprapura menunjukkan gejala vorbeireiden.5
Gambaran klinis orang berpura-pura yang jarang ditemukan
dibandingkan pada penyakit yang sungguhan:5
1.

Gejala yang samar, tidak jelas, overdramatisasi, dan tidak sesuai klinis
yang selama ini dikenal.

2.

Pasien mencari obat yang adiktif, keuntungan finansial, menghindar


dari hal yang tidak nyaman (seperti penjara) atau keadaan lain yang
tidak diinginkan.

3.

Riwayat pemeriksaan dan data evaluatif tidak mengungkapkan keluhan.

4.

Pasien tidak kooperatif dan menolak menerima lembaran kesehatan


yang terlalu bersih atau pernyataan prognosis baik.

5.

Penemuannya menunjuk ke arah penyesuaian dengan cerita yang dibuat


sendiri.

6.

Riwayat atau catatan medik menunjukkan riwayat episode cedera yang


multiple atau penyakit yang tidak pernah didiagnosis.

7.

Catatan dan data pemeriksaan tampak telah diubah dengan penghapus


(contohnya ada hapusan nyata, zat yang terdaftar dalam urin).
Berpura-pura sakit tidak dianggap sebagai gangguan mental oleh

DSM 5. Hal ini dikategorikan di bawah "kondisi lain yang dapat menjadi
fokus

perhatian

klinis."

Tabel 5

merupakan daftar

karakteristik

malingering seperti yang dijelaskan oleh DSM 5 dan di tempat lain dalam

18

literatur.Kriteria

diagnosis

dari malingering berdasarkan

DMS

dicantumkan dibawah ini.6,10


Kriteria Diagnosis Malingering menurut DSM V. Jika terdapat
kombinasi apa saja dari empat item berikut terdapat pada seorang pasien,
dokter harus mempertimbangkan kondisimalingering:10
1.

Pasien berada dalam konteks medikolegal (pengacara meminta bahwa


pasien

diperiksa

untuk

gangguan

mental

atau

terdapat

tuntutan/investigasi kriminal mengenai kehadiran pasien).


2.

Perbedaan yang jelas terlihat antara pasien yang mengklaim memiliki


stres atau disabilitas dan observasi dan temuan yang objektif.

3.

Pasien menunjukkan sikap tidak koperatif selama evaluasi diagnostik


dan mengeluh dengan regimen terapi yang diresepkan.

DIAGNOSIS BANDING TERKAIT KASUS


Diagnosis

yang

dipertimbangkan

sebagai

diagnosis

banding

adalah factitious disorder atau gangguan buatan dan gangguan somatoform dan
konversi (Tabel 5).15Adanya tujuan yang jelas ditentukan oleh faktor utama yang
membedakan pura-pura (malingering) dari gangguan buatan (factitious disorders).
Berpura-pura berbeda dari gangguan buatan dimana motivasi untuk produksi
gejala pada malingering adalah untuk mendapatkan insentif eksternal, sedangkan
pada gangguan buatan tidak terdapat insentif eksternal. Bukti-bukti adanya
kebutuhan intrapsikis untuk mempertahankan peranan sakit mengarahkan
gangguan buatan.4
Berpura-pura dibedakan dari gangguan konversi dan gangguan somatoform
lainnya oleh produksi gejala yang sengaja dan oleh insentif eksternal dan jelas
yang berhubungan dengannya. Pada berpura-pura (berlawanan dengan gangguan

19

konversi), peringanan gejala sering kali tidak didapatkan oleh sugesti atau
hipnotis.4
Malingered berbeda dari gangguan factitious dalam motivasinya nya dimana
malingering dipicu oleh hasrat yang sadar untuk memenuhi kebutuhan ekternal
atau lingkungan dimana hal ni bukan karena gangguan konduksi bila. Akhirnya
kombinasi intrapsychic perlu bermanifestasi sebagai hasrat yang hampir tidak bisa
dipendam untuk berasumsi peran sakit untuk memotivasi wanita dengan desepsi
intentional.2
DIFFERENTIAL
DIAGNOSIS

GANGGUAN
BUATAN

GANGGUAN MALINGERING
KONVERSI

Tujuan

Tidak ada niat/


manfaat sekunder
(secondary gain)

Biasa ada
niat/ manfaat

Manfaat
sekunder

Prevalensi

Sering pada
perempuan umur 2040 tahun. Orang
bekerja di lapangan
kesehatan

Sering pada
umur 20-40
tahun
sosioekonomi
yang rendah

Tidak diketahui

Gejala klinis

Gejala tidak
konsisten, gejala
yang dimiliki
berbagai jenis
penyakit, gejala
sering yang tidak
biasa dan susah
dipercaya

Lebih sering
gejala
neurologis

Gejala bervariasi
tetapi paling
sering gangguan
jiwa yang ringan.

Kesadaran

Produksi gejala
disadari

Produksi
gejala tanpa
disadari

Produksi gejala
disadari

g.
Aksis I

DIAGNOSIS
F 32.3
20

Aksis II
Aksis III
Aksis IV

Diagnosis tertunda R46.8


Meningitis
Masalah
berkaitan

dengan

lingkungan sosial: Stressor berupa


kekerasan yang dilakukan oleh
ayah, merasa kehilangan ditinggal
oleh kakak kandung, diejek oleh
teman-teman

karena

sering

pingsan.
Aksis V

GAF scale 60-51


70-61 : beberapa gejala ringan &
menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.

h.

Farmakologi

: Haloperidol 2 x 0,5 mg

Non-farmakologi

: terapi konseling psikolog

i.
FAKTOR PREMORBID

RENCANA TERAPI / PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
Indikator

1.
Faktor genetik
2.
Pola asuh
3.
Faktor organik
4.
Dukungan keluarga

Pada Pasien
Tidak ada

Prognosis
Baik

Tidak baik

Tidak Baik

Ada

Tidak Baik

Tidak Baik

Tidak Baik

Kurang

Tidak Baik

Jelas

Baik

Tidak ada

Tidak Ada

Baik

Baik

5.
21

Sosioekonomi
6.
Faktor pencetus
7.
Status perkawinan

FAKTOR MORBID

8.
Kegiatan spiritual
9.

Remaja akhir

Baik

Akut

Jelek

Tidak

Baik

Baik

Onset usia
10.
Perjalanan penyakit
11.
Jenis penyakit

12.
Respon terhadap terapi
13.
Riwayat disiplin minum
obat
14.
Riwayat disiplin kontrol
15.
Riwayat peningkatan gejala
16.

Beraktivitas
Kesimpulan prognosis: Dubia ad bonam
j.

RENCANA FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, apakah


gejala semakin membaik atau malah menjadi berat.
Memastikan pasien mendapat farmakoterapi agar gejala tidak kambuh.
22

Anda mungkin juga menyukai