2.
Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama
3.
Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan
1.
Fase intrauterin
Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju janin (gambar 2 dan 3 )
Lebih dari 50% cardiac out-put berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac out-put terus meningkat
sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk mempertahankan cardiac output tersebut 110
150 kali per menit.
Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik 75 mmHg dan tekanan
diastolik 55 mmHg
Sel darah merah, kadar hemoglobin dan packed cell volume terus meningkat selama kehamilan. Sebagian besar eritrosit
mengandung HbF
Pada kehamilan 15 minggu semua sel darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan
30% Hb A.
HbF memiliki kemampuan mengikat oksogen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten terhadap hemolisis namun
lebih rentan terhadap trauma.
2.
Fase transisi
Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin
1.
2.
Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 sampai 50 mmHg) ; setelah jalan nafas
mengembang, tekanan meningkat kearah nilai dewasa yaitu -7 sampai -8 mmHg.
Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 80%. Tekanan dalam arteri pulmonalis
menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat.
Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale berlangsung, namun proses
penyesuaian terus berlangsung sampai 1 2 bulan kemudian.
3.
Fase Ekstrauterin
Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek adanya kenaikan oksigen
dan prostaglandin.
Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising crescendo yang berkurang saat diastolik (machinery murmur) yang
terdengar diatas celah intercosta ke II kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 8 minggu. Foramen ovale tetap ada pada beberapa individu
tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa
penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum teres hepatis.
Hemodinamika orang dewasa normal berbeda dengan janin dalam hal :
1.
2.
Vena cava hanya membawa darah yang terdeoksigenasi menuju atrium kanan, dan selanjutnya menuju ventrikel
kanan dan kemudian memompakan darah kedalam arteri pulmonalis dan kapiler paru
3.
Aorta hanya membawa darah yang teroksigenasi dari jantung kiri melalui vena pulmonalis untuk selanjutnya di
distribusikan keseluruh tubuh janin.
Saluran Pencernaan (Traktus Digestivus)
1.
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya.
2.
Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui aktivitas enzymatik
dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang
menyebabkan kontraksi otot usus sehingga mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa
kadaan keberadaaan mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan
merupakan indikasi adanya hipoksia akut.
3.
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi
4. Vitamin K dalam hepar pada neonatus sangat minimal oelh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas
bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari pertama pasca persalinan.
5.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar belum terjadi saat
kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon
juga masih belum efisien. Dengan demikian, hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila
janin berada pada suhu yang dingin atau malnutrisi.
6.
Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas sehingga bilirubin tak dapat langsung
dikonjugasi menjadi empedu. Setelah hemolisis fisiologis pada awal neonatus atau adanya hemolisis patologis pada
isoimunisasi nenoatus dapat terjadi kern icterus.
Jalur peredaran darah janin dapat digambarkan :
1.Plasenta - vena umbilicalis - hati - ductus venosus /vena hepatica - vena cava inferior - atrium kanan
foramen ovale - Atrium kiri - ventrikel kiri - aorta
- kepala, tangan/ abdomen, thorax, kaki - arteri
umbilicalis - plasenta.
Ini aliran darah yg kaya oksigen.
2.Dari kepala dan tangan - vena cava superior
- atrium kanan - ventrikel kanan - arteri pulmonalis/ductus
arteriosus - paru/aorta dorsalis - abdomen, thorax, kaki - arteri umbilicalis - plasenta
Ini adalah peredaran darah yang miskin oksigen. Darah miskin oksigen yang datang ke plasenta mendapat oksigenasi pada
villus, sehingga jadi kaya oksigen.
Ketika janin dilahirkan, segera bayi mengisap udara dan menangis kuat. Dengan demikian, paru-parunya akan
berkembang. Tekanan dalam paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-paru. Dengan demikian,
duktus Botalli tidak berfungsi lsgi. Demikian pula, karena tekanan dalam atrium kiri meningkat, foramen ovale akan
tertutup, sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi.
Darah dari vena cava inferior, bersama dari vena cava superior sama-sama masuk atrium kanan dan sama-sama masuk
semua ke ventrikel kanan pula. Dari ventrikel kanan semua darah dioksigenasi ke paru, dan tak ada lagi sebagian masuk
aorta langsung. Kembali dari paru semua darah masuk atrium kiri, terus ke ventrikel kiri. Dari ventrikel kiri semua darah
keluar jantung lewat aorta.
Akibat dipotong dan diikatnya tali pusat, arteri umbilicalis dan duktus venosus arantii akan mengalami obiliterasi. Dengan
demikian, setelah bayi lahir, maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang diisap ke paru-paru dan kebutuhan nutrisi
dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan system pencernaan sendiri.
Perubahan sirkulasi paska lahir
Segera setelah janin dilahirkan, bayi menghisap udara dan menangis kuat, hal ini akan paru-parunya berkembang, tekanan
dalam paru-paru mengecil dan darah akan terisap ke dalam paru-paru, dengan demikian duktus arteosus botali tidak
berfungsi dan karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat maka foramen ovale akan tertutup dan menjadi tidak
berfungsi lagi. Ketika tali pusat dipotong dan diikat, arteri umbilikalis dan duktus venosus arantii akan mengalami
obiliterasi, dengan demikian setelah bayi lahir maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru dan
kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan sistem pencernaan sendiri.
Perubahan sirkulasi pasca lahir
Segera setelah bayi lahir akan terjadi perubahan-perubahan sbb:
Tahanan vascular paru menurun dan tahanan sistemik meningkat sehingga aliran darah ke paru meningkat
Ketika bayi menangis untuk pertama kalinya akan mengakibatkan paru-paru berkembang, hal itu akan mengakibatkan
tahanan vaskular paru berkurang degan cepat tapi tidak segera diikuti penurunan tekanan arteri pulmonalis.
Penurunan tekanan arteri pulmonalis disebabkan perubahan pada dinding arteiol paru.
Tahanan sistemik meningkat
Tekanan darah sistemik tdk segera meningkat tapi berangsur-angsur bahkan bisa terjadi penurunan tekanan darah dulu
dalam 24 jam pertama. Pengaruh hipoksi di sini tidak bermakna
Penutupan Duktus arteosus
Penutupan anatomis dimulai segera setelah lahir tapi penutupan sempurna .
sebagian besar bayi baru terjadi setelah beberapa bulan, .pada sebagian kecil sampai umur satu tahun. Secara fungsional
DA kiri dan kanan masih dilewati darah sampai beberapa jam bahkan beberapa hari.
Pada hipoksia, pirau kanan ke kiri bertambah. DA persisten sering terjadi pada keadaan yang menyebabkan hipoksia
seperti sindrom gangguan pernafasan, prematuritas dan bayi lahir di dataran tinggi
Penutupan Foramen ovale
Tidak menutup secara fungsinal pada jam-jam pertama setelah lahir. Pirau kanan ke kiri masih dapat terjadi pada 50% bayi
yang menangis sampai usia 8 hari paska lahir. Meski foramen ovale masih paten sampai usia sampai usia 5 tahun (50%)
dan masih tetap terbuka pada umur lebih dari 25 tahun (25%) tetapi FO tidak berfungsi lagi setelah satu minggu.
Bila FO menutup sebelum janin lahir akan menyebabkan kardiomegali in utero yang bisa menyebabkan gagal jantung
kanan
Penutupan Duktus venosus
Bila semua perubahan fisiologis berlangsung normal maka sirkulasi ekstra uterin yang terjadi akan berlangsung normal
yaitu darah dari paru menuju ke atrium kiri lalu ke ventrikel kiri selanjutnya menuju aorta ke seluruh tubuh kemudian
darah dari perifer melalui vena kava superior dan inferior menuju atrium kanan , ventrikel kanan dan melalui arteri
pulmonalis masuk lagi ke dalam paru.
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
A. Definisi
Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung bawaan adalah kelainan jantung yang sudah ada sejak bayi lahir,
jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan jantung bawaan ini tidak selalu memberi gejala segera
setelah bayi lahir tidak jarang kelainan tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan
beberapa tahun (Ngastiyah:1997).
B. Etiologi
Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada usia lima sampai
delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Penyebab utama terjadinya penyakit jantung congenital
belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
Faktor Prenatal :
1.
2.
Ibu alkoholisme.
3.
4.
5.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu dan sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obatobatan tanpa resep dokter, ( thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin).
6.
7.
8.
Faktor Genetik :
1.
2.
3.
4.
1. Infants :
Dyspnea.
Pulse rate over 200 beats/mnt (Nadi lebih dari 200 kali/menit).
Heart murmur.
Cyanosis.
2. Children :
Dyspnea.
Cyanosis.
Squatting.
D. Klasifikasi
Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat sederhana adalah
penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.
1.
Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya defekseptum
(DSV), defek septum atrium (DSA), dan duktus arteriousus persisten (DAP).
2.
Congenital Heart Diseases (CHD)non sianotik dengan vaskularisasi paru normal. Pada penggolongan ini termasuk
stenosis aorta(SA),stenosis pulmonal (SP) dan koartasio aorta.
3.
Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang. Pada penggolongan ini yang
paling banyak adalah tetralogi fallot (TF).
4.
Congenital Heart Diseases (CHD)sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah, misalnya transposisi arteri besar
(TAB).
5.
a.
Terdapat defek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka menyebabkan adanya pirau (kebocoran)
darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.
1. Defek Septum Ventrikel (VSD)
DSV terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri mengalir ke bilik kanan
pada saat sistole.
Manifestasi klinik :
Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung
jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek
dan retraksi pada jugulum, sela intrakostalis dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang
hiperdinamik.
Penatalaksanaan
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya diberikan digoksin
dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan
bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena
tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.
2. Defek Septum Atrium(ASD)
Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium. Tekanan pada
foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifesfasi klinik
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas, mungkin ditemukan adanya murmur
jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatugraft pembedahan jantung terbuka, dengan prognosis
baik.
3. Duktus Arteriosus Persisten (PDA)
DAP adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri pulmonalis sebelah kiri (left
pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri subklavikula kiri. DAP terjadi bila duktus tidak
menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.
Manifestosi klinik
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi. Sejalan dengan
pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar, hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian
jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda machinery type . Murmur jantung akibat aliran darah turbulensi
dari aorta melewati duktus menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.
Penatalaksanaan
Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau idomethacin yang
menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan
operasi.
b.
1. Stenosis Aorta
Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena atau retriksi atau
tersumbat secara total aliran darah.
Manifestasi klinik
Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan
kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan
adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran EKG yang
menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Penatalaksanaan
Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan pembedahan.
2. Stenosis Pulmonal
Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktur padakatup, normal tetapi puncaknya menyatu.
Manifestasi klinik
Tergantung pada kondisi stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dankelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak
adekuat untukmencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang meningkat. Dalamkeadaan stenosis yang berat, darah
kembali ke atrium kanan yangdapat rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis inididiagnosis berdasarkan
murmur jantung sistolik, EKG dan kateterisasijantung.
Penatalaksanaan
Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukanpada saat anak berusia 2-3 tahun.
3. Koartasio Aorta
Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksimungkin proksimal atau distal terhadap
duktus arteriosus. Kelaianan ini biasanyatidak segera diketahui, kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting
melakukanskrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya bila anak mengikutikegiatan-kegiatan olah raga.
Manifestasi klinik
Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, secara proksimal pada kelainandan penurunan secara distal. Tekanan
darah lebih tinggi pada lengan daripadakaki. Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal danfemoral.
Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung lemah denganfrekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan
cartography.
Penatalaksanaan
Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagianaorta yang berkontriksi atau anastomi bagian
akhir, atau dengan caramemasukkan suatu graf.
c.
1.
Tetralogi fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4kelainan yaitu: 1) stenosis pulmonal, 2)
hipertropi ventrikel kanan, 3) kelainanseptum ventrikuler, 4) kelainan aorta yang menerima darah dari ventrikel danaliran
darah kanan ke kiri melalui kelainan septum ventrikel.
Manifestasi klinik
Bayi baru lahir dengan TF menampakkan gejala yang nayata yaitu adanyasianosis, letargi dan lemah. Selain itu juga
tampak tanda-tanda dyspne yangkemudian disertai jari-jari clubbing, bayi berukuran kecil dan berat badan
kurang.Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi secara teratur, sertadiusahakan untuk mencegah terjadinya
dyspne. Bayi mudah mengalami infeksisaluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-mur
jantung, EKG foto rongent dan kateterisasi jantung.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk memenuhipeningkatan kebutuhan oksigen dalam masa
pertumbuhan. Pembedahanberikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk koreksi secarapermanent. Dua pendekatan
paliatif adalah dengan cara :
1.
Blalock-Tausing,dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi subklavikula kanan atau arterikarotis menuju arteri
pulmonalis kanan.
2.
Waterson dikerjakan padasisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan,tindakan ini
meningkatkan darah yang teroksigenasi dan membebaskangejala-gejala penyakit jantung sianosis.
d.
Manifesfasi klinik
Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanyakelainan atau stenosis. Stenosis kurang tampak apabila
kelainanmerupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan jantung akanterjadi.
Penatalaksanaan
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saatprosedur, suatu kateter balon dimasukan ketika
melakukan kateterisasi jantung, untukmemperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara Blalock Halen dibuatsuatu
kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Sedangkan cara Mustard digunakan untuk koreksi yang
permanent. Septum dihilangkandibuatkan sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari venapulmonale kembali ke
ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah tidakteroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk
keperluansirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secaranyata dengan adanya koreksi dan
paliatif.
E. Komplikasi
Pasien dengan penyakit jantung congenital terancam mengalamiberbagai komplikasi antara lain:
1.
2.
3.
Aritmia.
4.
Endokarditis bakterialistis.
5.
Hipertensi.
6.
Hipertensi pulmonal.
7.
8.
9.
10.
Enterokolitis nekrosis.
11.
Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner).
12.
13.
14.
Gagal tumbuh.