: Ummu Fithanah
NIM
: 03031281320011
Shift
: C Indralaya
Kelompok
:2
ABSORBANSI
Absorbansi adalah banyaknya cahaya atau energi yang diserap oleh
partikel-partikel dalam larutan atau suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh
bahan (komponen kimia) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan
memberikan warna tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat
monokromatis dan mempunyai panjang gelombang tertentu. Beberapa atom hanya
dapat menyerap sinar dengan panjang gelombang sesuai dengan unsur atom
tersebut. Sehingga memiliki sifat yang spesifik bagi suatu unsur atom. Jika cahaya
yang bersifat monokromatis tersebut dilewatkan pada media transparan maka
intensitas cahaya akan berkurang sebanding dengan ketebalan konsentrasi
larutan. Untuk terjadi proses absorbansi butuh senyawa standar. Bahan memiliki
konsentrasi tertentu untuk dapat terjadi proses absorbansi. Bahan tidak boleh
terlalu pekat sehingga harus diencerkan terlebih dahulu sebelum melakukan
absorbansi. Untuk menemukan konsentrasi unsur logam dapat dilakukan dengan
cara membandingkan nilai absorbs dengan absorbsi zat standar yang dikeruhi
konsentrasinya. Alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi adalah
Spektorofotmeter. Kerja spektrofotometer yakni dengan cara melewatkan cahaya
dengan panjang gelombang tertentu sesuai jenis atom pada suatu obyek kaca yang
disebuit kuvet. Sebagian cahaya akan diserap dan sisanya akan dilewatkan.
Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan sebanding dengan
konsentrasi larutan dalam kuvet. Alat dan bahan yang digunakan dalam absorbansi
yaitu spektronik 20, pipet volumetreik, bulb, tabung reaksi serta raknya, gelas
piala, labu takar. Aplikasi absorbansi ini digunakan untuk menganalisa kandungan
bahan tertentu ( sebagaimana terlihat berdasarkan spektrum warna tertentu ).
Absorbnansi lebih memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses titrasi jika
dilihat dari bahan yang dihasilkan dari suatu proses tersebut. Hasil dari proses
absornbansi akan lebih halus dan akurat. Sedangkan titrasi hasilnya kurang halus
dan terkadang beberapa larutan tidak dapat dititrasi. Selain itu absorbansi juga
memiliki kekurangan yaitu, tingkat keakuratannya tergantung pada tegangan
listrik, sterilisasi dari suatu bupet perlu dijaga dengan baik dari penganalisisnya,
dan tingkat kemurnian yang harus dijaga dengan baik. Spektrofotometer juga
memiliki harga yang cukup mahal. Absorbansi suatu cahaya oleh suatu molekul
merupakan bentuk interaksi gelombang cahaya dan atom atau molekulnya. Energi
cahaya diserap oleh atom atau molekul digunakan oleh elektron di dalam atom
tersebut untuk bertransisi dari E1 ke tingkat energi yang lebih tinggi (E2).
Absorbansi hanya terjadi jika selisih kedua tingkat energi tersebut (DE= E 2-E1)
bersesuaian dengan energi cahaya atau foton yang datang yakni DE=E foton.
Absorbansi terjadi pada saat foton masuk bertumbukan langsung dengan atomatom material dan menyerahkan energinya pada elektron atom. Foton mengalami
perlambatan dan akhirnya berhenti, sehingga pancaran sinar yang keluar dari
material berkurang dibanding saat masuk ke material. Asorbansi dari energi
cahaya dapat menyebabkan elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi
apabila energi yang diabsorbsi tersebut lebih besar dari tingkat energi elektron
tersebut. Absorbansi merupakan logaritma kebalikan dari transmitansi.
1.
maka akan diketahui bahwa serangkaian panjang gelombang sinar akan melewati
suatu larutan (sel sampel) dan wadah lain yang identik yang hanya berisi pelarut
(sel pembanding). Untuk tiap panjang gelombang sinar yang melewati
spektrometer, intensitas sinar yang melewati sel pembanding dihitung. Biasanya
disebut sebagai Io dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang melewati sel
sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama disimbolkan I.
Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar.
Selanjutnya perhitungan sederhana dilakukan oleh komputer untuk mengubahnya
menjadi apa yang disebut dengan absorbansi dengan I adalah intensitas. Intensitas
sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang
sama disimbolkan dengan A.
Hubungan antara A (absorbansi) dan kedua intensitas adalah:
A = log10 I0 / I
Umumnya berdasarkan diagram di atas, anda akan mendapatkan
absorbansi berkisar dari 0 hingga 1, tetapi dapat pula lebih tinggi dari itu.
Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan
panjang gelombang tertentu yang diserap. Intensitas berkas sampel dan
pembanding sama, jadi perbandingan Io/I adalah 1. Log10 dari satu adalah nol.
Absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap
10 % lainnya tidak diserap. Dalam hal ini, Io/I is 100/I0 (=10) dan log10 of 10
adalah
2.
Faktor-faktor Absorbansi
2.1.
Konsentrasi
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang
beinteraksi dengan sinar. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan
diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang
berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat
sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya akan sangat rendah. Seandainya jika
ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun tidak
mengetahui konsentrasinya, maka tidak akan dapat membuat perbandingan
dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak.
2.2.
Bentuk Wadah
Jika memiliki larutan zat warna yang sangat encer dalam wadah yang
Serapan Pelarut
Adanya serapan oleh pelarut. Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan
blangko, yaitu larutan yang berisi selain komponen yang akan dianalisis termasuk
zat pembentuk warna.
2.4.
Serapan Kuvet
Serapan oleh kuvet. Kuvet yang ada biasanya dari bahan gelas atau kuarsa,
namun kuvet dari kuarsa memiliki kualitas yang lebih baik.
2.5.
Fotometrik
Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat
rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran
atau pemekatan).
3.
Hukum Beer-Lambert
Bila suatu sinar monokromatis dilewatkan pada medium pengabsorbsi,
maka berkurangnya intensitas cahaya per unit tebal medium sebanding dengan
intensitas cahaya tersebut. Berkurangnya intensitas cahaya per unit konsentrasi
akan berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Cahaya yang digunakan harus
monokromatis, bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada
dua panjang gelombang. Hukum tersebut tidak diikuti oleh larutan yang pekat.
Konsentrasi lebih tinggi untuk beberapa garam tidak berwarna justru mempunyai
efek absorbsi yang berlawanan. Larutan yang bersifat memancarkan pendar-fluor
atau suspensi tidak selalu mengikuti hukum Beer. Jika selama pengukuran pada
larutan encer terjadi reaksi kimia seperti polimerisasi, hidrolisis, asosiasi atau
disosiasi, maka hukum Beer tidak berlaku. Berikut adalah persamaan BeerLambert:
Log10 I0/I = l c
A = log10 I0 / I = l c
Huruf Yunani epsilon dalam persamaan ini disebut absorptivitas molar
atau kadang-kadang disebut dengan koefisien absorpsi molar, c dalam persamaan
ini adalah konsentrasi larutan, l adalah panjang, dan A adalah absorbansi. Jika
mengatur kembali persamaan di atas menjadi lebih sederhana untuk menerangkan
epsilon (absorptivitas molar), maka didapatkan:
=A/ l c
absorbansi larutan akan bervariasi berdasarkan konsentrasi atau ukuran
wadah. Absorptivitas molar diperoleh dari pembagian absorbansi dengan
konsentrasi dan panjang larutan yang dilalui sinar. Pada dasarnya, ini memberikan
Panjang gelombang
Absorptivitas molar
serapan maksimum
Dari pasangan bebas ke
(nm)
290
15
orbital pi anti-ikatan
Dari orbital pi ikatan ke
180
100000
pi anti-ikatan
Etanal menyerap lebih kuat pada 180 nm daripada 290 nm. (meskipun
faktanya puncak serapan 180 nm berada di luar jangkauan sebagaian besar alat
spektrometer). Melihat diagram spektra serapan yaitu plot antara absorptivitas
pada sumbu vertikal terhadap absorbansi. Akan tetapi, jika menggambarkan dan
membuat skalanya, tidak akan mendapatkan titik 290 nm. Titik tersebut hanyalah
puncak yang kecil dibandingkan pada 180 nm. Untuk mendapatkannya, maka
harus membuat diagram dengan sumbu vertikal diplot sebagai log10 (absorptivitas
molar).
4.
Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa. Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer
adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh
dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter
berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh
panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang
gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat
pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan
sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
sampel dan blanko ataupun pembanding.
5.
Jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri juga terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber
cahaya yang digunakan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
5.1.
dimaksud sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya
yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang
400-800 nm dan memiliki energi sebesar 299149 kJ/mol. Elektron pada keadaan
normal atau berada pada kulit atom dengan energi terendah disebut keadaan dasar
(ground-state). Energi yang dimiliki sinar tampak mampu membuat elektron
tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit atom yang memiliki energi lebih tinggi
atau menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang diserap oleh suatu zat berbeda
dengan cahaya yang ditangkap oleh mata manusia. Cahaya yang tampak atau
Spektrofotometri UV (Ultraviolet)
Berbeda dengan spektrofotometri visible, pada spektrofotometri UV
sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang
dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat
dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber beer dapat menyatakan
hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan.
5.3.
Spektrofotometri Inframerah
Dari namanya sudah bisa dimengerti bahwa spektrofotometri ini
perubahan voltase atau Io dari sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat,
kita tidak lagi mengontrol titik nol nya pada waktu-waktu tertentu.