Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KURIKULUM

Dosen pengampu:
Saiful Bahri, S.Ag

Disusun oleh :
1. Dwi Ernawati
2. Dwi Jayanti Endriani
3. Elva Mai Liana

(2814133047)
(2814133049)
(2814133055)

TMT - 3B
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
Oktober 2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa meridhoi kami.Atas
taufik dan hidayah serta ridho-Nya kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul Kurikulum guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan
baik dan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepangkuan Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman Jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah.
Tak lupa penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
:
1. Saiful Bahri, S.Ag selaku dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
2. Admisi IAIN Tulungagung yakni tenaga kerja perpustakaan yang telah memberi ijin
untuk meminjam buku sebagai tambahan referensi.
3. Serta semua pihak yang ikut berpertisipasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan yang kami buat dalam pembuatan makalah ini. Saran dan kritik
senantiasa kami harapkan dalam menyempurnakan yang dimuat dalam makalah ini.

Tulungagung, 24 Oktober 2014

Penyusun

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A. Pengertian Kurikulum........................................................................................................2
B. Landasan Kurikulum..........................................................................................................2
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum....................................................................................4
D. Pendekatan Kurikulum......................................................................................................6
E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).........................................................................11
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.............................................................................17
G. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum..............................................................24
BAB III
PENUTUP................................................................................................................................25
A. Kesimpulan......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................26

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihn alam pendidikan
dan/atau pelatihan. Oleh sebab itu, pengembangan kurikulum melibatkan pemikiranpemikiran secara filsafati, psikologi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Setelah
Indonesia merdeka dalam pendidikan dikenal beberapa masa pemberlakuan kurikulum
yaitu kurikulum sederhana (1947-1964), pembaharuan kurikulum (1968 dan 1975),
kurikulum berbasis keterampilan proses (1984 dan 1994), dan kurikulum berbasis
kompetensi (2004 dan 2006).
Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara.

Sebab,

kurikulum

sebagai

seperangkat

rencana

pendidikan

perlu

dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu
Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan
serta pendekatan dala merealisasikannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum?
2. Apa saja landasan kurikulum?
3. Apa prinsip pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana pendekatan kurikulum?
5. Bagaimana Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)?
6. Bagaimana Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan (KTSP)?
7. Apa saja faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kurikulum.
2. Mengetahui landasan kurikulum.
3. Mengetahui prinsip pengembangan kurikulum
4. Mengetahui pendekatan kurikulum.
5. Mengetahui tentang Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
6. Mengetahui tentang Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan (KTSP).
7. Mengetahui faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Macam-macam definisi yang diberikan tentang kurikulum. Lazimnya kurikulum
dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajarmengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang
terjadi di bawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan yang tak formal.
Kurikulum formal meliputi :

Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.


Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.
Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.
Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.
Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga direncanakan

akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dan kelas tertentu.
Kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk
kurikulum tak-formal ini antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antarkelas
atau antarsekolah, perkumpulan berbagai hobby, pramuka, dan lain-lain.1
B. Landasan Kurikulum
1. Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan aktivitas berpikir tinggi dalam pencarian teori
dan praktik pendidikan. Permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan bukanlah
masalah ketidakjelasan konseptual melainkan pada masalah-masalah nyata dalam
praktik pendidikan terutama yang berkaitan dengan kurikulum dan implementasi
kurikulum. Landasan pengembangan kurikulum perlu mengacu pada falsafah
kehidupan bangsa Indonesia, dalam arti, kurikulum dikembangkan berdasarkan citacita pembangunan bangsa Indonesia, yakni yang dapat berdiri sejajar dengan bangsabangsa lain di dunia.
1Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Bumi Aksara:1989), hlm. 5
2

Kesepakatan nasional menetapkan Tujuan Pendidikan Nasional (Tupenas)


adalah berkembangnya potensi peserta didik agar mejadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
(UU-RI No.20 Tahun 2003 pasal 3).2
2. Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan mencoba member kontribusinya ke dalam pendidikan
dengan mengkaji beberapa karateristik subjek pendidikan dari beberapa aspek
psikologi. Pertama, psikologi perkembangan yang mengkaji tentang perubahan
progresif yang terjadi pada manusia. Ada beberapa kaidah perkembangan manusia
dalam pendidikan. Yaitu, sikap kritis, peran kematangan dan belajar, pola
perkembangan,

perbedaan

individu,

tahapan

perkembangan,

setiap

tahap

perkembangan memiliki resiko, rangsangan, pengaruh budaya, haran social pada


etiap perkembangan, serta keyakinan tradisional. Kedua, psikologi belajar yang
mengkaji bagaimana seseorang belajar baik secara individu maupun kelompok.
Berbagai teori belajar yang ditemukan

tampaknya

masih

relevan

untuk

dipertimbangkan dalam proses pembelajaran.3


3. Masyarakat dan Budaya
S. Nasution mengemukakan: Mendidik anak dengan baik hanya mungkin
jika kita memahami masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu, setiap
Pembina Kurikulum harus senantiasa mempelajari keadaan, perkembangan, kegiatan,
dan aspirasi masyarakat. Melalui pendidikan manusia memperoleh peradaban masa
lalu, turut serta dalam peradaban masa sekarang dan membuat peradaban masa yang
akan datang. Kebudayaan suatu bangsa akan berkembang sebagai fungsi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mencapai tujuan pendidikan
perlu melibatkan ketiga sentra pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, masyarakat
dan sekolah.4
4. Orientasi ke Masa Depan
Kurikulum perlu dikembangkan berdasarkan tujuan0tujuan yang ingin dicapai
dan termanifestasikan dalam pribadi-pribadi peserta didik, baik perilaku maupun
2 Tedjo Narsoyo, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan.
(Bandung: 2010), hlm.22.
3 Ibid., hlm. 24.
4 Ibid., hlm. 34.
3

sika. Profil manusia yang diharapkan terbentuk melalui pendidkan dan interaksi
dengan masyarakat. Yurmaini Mainuddin (1994:41) memprioritaskan pembekalan
sifat-sifat kreatif, berprakarsa dan mampu memcahkan masalah yang dihadapi oleh
para lulusan.5
C. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Selama terjadinya perkembangan dan pengembangan kurikulum sekolah di
Indonesia, masing masing mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang
berbeda. Namun sasaran yang hendak dicapai adalah sama, yaitu dalam rangka
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional pada umumnya dan tujuan pendidikan
Pancasila dan UUD 45 yang diacukan pada kerangka dasar pembangunan nasional yang
tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara.6
a. Prinsip Relevansi
Relevansi adalah kesesuaian, keserasian pendididkan dengan tuntutan masyarakat.
Pendidikan dikatakan relevan jika hasil pendidikan tersebut berguna secara
fungsional bagi masyarakat.
Masalah relevansi pendidikan dengan masyarakat :
1.Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik
Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik berarti bahwa
dalam mengembangkan kurikulum atau dalam menetapkan bahwa pengajaran
yang diajarkan hendaknya dipertimbangkan atau disesuaikan dengan kehidupan
nyata di sekitar peserta didik.
2. Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan
datang
Apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saat ini hendaknya bermanfaat
baginya untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Dengan kata
lain, kurikulum hendaknya disesuaikan dengan apa yang terjadi dimasa yang akan
datang.
3. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja
Disamping relevensi dari isi pendidikan, hal yang dipertimbangkan relevansinya
adalah berkenaan dengan relevansi segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi
segi kegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalam
menghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.
4. Relevensi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

5 Ibid., hlm. 40.


6 H.M. Ahmad, Dkk, Pengembangan Kurikulum,Pustaka Setia, 1997, hlm. 66-70
4

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan begitu cepat. Oleh karena
itu, pendidikan harus dapat menyesuikan diri dan bahkan dapat memberikan
sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
b. Prinsip-Prinsip Efektivitas dan Efesiensi
1. Prinsip Efektivitas
Efektivitas mengajar guru terutama berkenaan dengan sejauh mana kegiatan
belajar-mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektifitas
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar akan sangat berpengaruh pada
efektivitas pencapaian tujuan pengajaran (pendidikan) yang telah ditetapkan.
Efektivitas belajar peserta didik terutama berkenaan dengan sejauh mana tujuan
pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar-mengajar.
Kemampuan peserta didik dalam menguasai tujuan yang telah ditetapakan oleh
guru secara optimal sangat bergantung pada kemampuan guru dalam
menyediakan suasana pelajaran yang kondusif.
2. Prinsip Efesiensi
Efesiensi merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan pengeluaran
(berupa waktu, tenaga, dan biaya) yang diharapkan paling tidak menunjukkan
hasil yang seimbang. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan kurikulum atau proses
belajar-mengajar, maka proses belajar-mengajar dikatakan efesiensi jika usaha,
biaya dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran
tersebut dapat merealisasikan hasil yang optimal.
c. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Kurikulum sebagai wahana belajar yang dinamis perlu dikembangkan teus menerus
dan berkesinambunagn dalam pengembangan kurikulum yang menyangkut saling
hubungan dan saling menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan
atau bidang studi.
Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah (pendidikan) dan bidang studi ini
menuntut bahwa kurikulum harus disusun dengan mempertimbangkan :
1. Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah
diajarkan di sekolah sebelumnya.
2. Bahan pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu
dajarkan lagi di sekolah yang tinggi.
d. Prinsip Fleksibilitas
Prinsin fleksibilitas menunjukkan bahwa kurikulum adalah tidak kaku. Tidak kaku
arti bahwa ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam
bertindak. Oleh karena itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih
program

pendidikan

yang

sesuai

lingkungannya.
5

dengan

bakat,

minat,

kebutuhan

dan

e. Prinsip Berorientasi pada Tujuan


Prinsip berorientasi pada tujuan bahwa sebelum bahan ditentuan maka langkah
pertama yang dilakukan oleh guru adalah menentukan tujuan terlebih dahulu. Hal ini
dimaksudkan agar segala jam dan kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh peserta
didik maupun guru dapat benar-benar terarah kepada tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan tersebut.
f. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup
Prinsip pendidikan seumur hidup mengandung implikasi lain, yaitu agar sekolah
tidak saja memberi pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan pada peserta didik
tamat dari sekolah namun juga memberikan bakal kemampuan untuk dapat
menumbuhkembangkan diri sendiri.
g. Prinsip dan Model Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, yaitu
dengan jalan mengadakannya terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil yang telah
dicapai untuk melakukan perbaikan, pemnatapan, dan pengembangan lebih
berlanjut.7
D. Pendekatan Kurikulum
Para ahli kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah pendekatan umum dalam
pengembangan kurikulum masing-masing berdasarkan fokus utama tertentu. Cara
penggolongan oleh para ahli itu agak berlainan, namun apa yang dikemukakan di sini
boleh dikatakan telah mencakup kebanyakan dari pendekatan utama dewasa ini.8
1. Pendekatan Bidang Studi (Pendekatan Subjek atau Disiplin Ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau matapelajaran sebagai dasar
organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS,
dan sebagainya seperti yang lazim kita dapati dalam sistem pendidikan kita sekarang
di semua sekolah dan universitas.
Yang diutamakan dalam pendekatan ini ialah penguasaan bahan dan proses
dalam disiplin ilmu tertentu. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan dengan
pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas batasannya dan karena itu
lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
2. Pendekatan Interdisipliner
Banyak usaha telah dijalankan selama ini untuk mendobrak tembok pemisah
yang dibuat-buat antara berbagai matapelajaran atau disiplin ilmu yang terdapat
dalam pendekatan bidang studi. Masalah-masalah dalam kehidupan tidak hanya

7Ibid.,hlm. 70-72
8Ibid., hlm. 43-55
6

melibatkan satu disiplin, akan tetapi memerlukan berbagai ilmu secara


interdisipliner.
Ada bebarapa pendekatan interdisipliner dalam pengembangan kurikulum:
a. Pendekatan Broad-Field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin atau matapelajaran
yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan tidak berada dalam
vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan
manusia. Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa memahami
hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia.
b. Pendekatan kurikulum inti (Core Curiculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena juga
menggabungkan berbagai disiplin ilmu. Kurikulum diberikan berdasarkan suatu
masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan bahan dari
berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
Kurikulum ini berusaha menghilangkan tembok pemisah yang tak wajar antara
berbagai disiplin ilmu agar siswa dapat menerapkan secara fungsional pengetahuan
dan ketrampilan yang diperolehnya dari berbagai disiplin ilmu guna memecahkan
masalah sosial personal masa kini.
c. Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan Tinggi. Dengan
core dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari semua disiplin ilmu
yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang dianggap
layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan terpelajar. Pengetahuan umum ini layak
dimiliki tiap mahasiswa lepas dari jurusan yang dipilihnya.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua (atau lebih) disiplin tradisional
menjadi bidang studi baru, misalnya: geografi + geologi +botani + arkeologi
menjadi earth sciences.
Semua pendekatan Interdisipliner mempunyai tujuan yang sama, yakni agar
mengajar-belajar lebih relevan dan bermakna serta lebih mudah dipahami dalam
konteks kehidupan kita.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial karena memfokuskan
kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam masyarakat.
Dalam gerakan rekosnstruksionisme ini terdapat dua kelompok utama yang
sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yakni:
a. Rekonstruksionisme konservatif.

Aliran ini menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu


kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalahmasalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
b. Rekonstruksionisme radikal.
Pendekatan ini berpendapat bahwa banyak negara mengadakan pembangunan
dengan merugikan rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas
masyarakat.
Kedua pendirian yang saling bertentangan ini mempunyai unsur kesamaan. Masingmasing berpendirian bahwa misi sekolah ialah untuk mengubah dan memperbaiki
masyarakat. Sedangkan perbedaannya terletak dalam definisi atau tafsiran masingmasing tentang perbaikan dan cara pendekatan terhadap masalah itu.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, jadi student-centered, dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar.hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep-diri siswa berkorelasi
tinggi dengan prestasi akademis. Selanjutnya siswa hendaknya diturutsertakan dalam
penyelenggaraan kelas dan keputusan instruksional. Pendidikan yang berpusat pada
siswa mefokuskan kurikulum pada kebutuhan siswa baik personal maupun sosial.
Pendekatan humanistik dalam kurikulum didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Siswa akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan
sepenuhnya.
b. Siswa yang diturut sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan
merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
c. Hasil belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa
saling mempercayai, saling membantu, saling mempedulikan dan bebas dari
ketegangan yang berlebihan.
d. Guru yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggungjawab kepada
siswa atas kegiatannya belajar dan memupuk sikap positif terhadap apa sebab
dan bagiamana mereka belajar.
e. Kepedulian siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan
bahan pelajaran itu.
f. Evaluasi diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga
diri.
5. Pendekatan Accountability
Accountability atau pertanggungjawaban

lembaga

pendididkan

tentang

pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai pengaruh


8

yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut bnayak pengamat


pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti yang sebenarnya
menjadi latihan belaka. Akuntabilitas yang sistematis pertama kalinya diperkenalkan
Frederick Taylor kelak dikenal sebagai scientific management atau manajemen
ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam
waktu tertentu. Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian tugas itu.
Walaupun akuntabilitas pendidikan bukan sesuatu yang baru, pendekatan ini
mulai mendominasi kurikulum dalam seperempat abad akhir-akhir ini. Gerakan
akuntabilitas dalam 1960-an, 1970-an dan 1980-an menyebar dengan pesat dan
mendesak sistem pendidikan di seluruh dunia agar lebih memperhatikan pengukuran
efektivitas pendidikan berdasarkan standar akademis yang ditetapkan lebih dahulu
secara cermat dengan mempertimbangkan sumber yang tersedia. Suatu sistem yang
accountable menetukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengukur
efektivitasnya berdasarkan taraf keberhasilan siswa mencapai standar itu.
Para pengritik mengemukakan, bahwa pada umumnya standar yang ditentukan
hanya mengenai pengetahuan kognitif dan ketrampilan tingkat rendah dan gagal
merumuskan dan mengukur dimensi yang lebih tinggi seperti berpikir kritis,
kreativitas, dan aspek-aspek afektif.
Dalam usaha mengembangkan standar yang dapat dipertanggung jawabkan,
pendekatan kurikulum beralih ke arah apa yang disebut sistem yang tertutup atau
model latihan.
6. Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur:
a. Pendidikan kewarganegaraan.
Berorientasi pada sistem politik negara yang menetukan peranan, hak dan
kewajiban tiap warganegara.
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam tiga
kategori;warganegara yang apatis, warganegara yang pasif, warganegara aktif.
b. Pendidikan Pembangunan Nasional
Tujuan pendidikan ini ialah mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Untuk itu harus diadakan proyeksi
kebutuhan tenaga kerja yang cermat. Sistem pendidikan diatur sedemikian rupa
sehingga mampu menghasilkan tenaga kerja menurut spesifikasi yang tgelah
diproyeksikan dalam batas kemampuan keuangan negara. Para pengembang
kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis
jabatan yang akan diduduki.
c. Pendidikan Ketrampilan untuk Kehidupan Praktis
9

Ketrampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi dalam


beberapa kategori yang tidak hanya bercorak ketrampilan kan tetapi juga
mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yakni:
1) Ketrampilan untuk mencari nafkah dan rangka sistem ekonomi suatu
negara.
2) Ketrampilan untuk mengembangkan masyarakat.
3) Ketrampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
4) Ketrampilan sebagai warga negara yang baik.
Pendekatan

ini

menggabungkan

humanisme

dengan

pendidikan

kewarganegaraan dan pendidikan pembangunan nasional.


E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
1. Konsep dasar kurikulum berbasis kompetensi
a. Pengertian Kompetensi dan Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
b. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai;
spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian
kompetensi; dan pengembangan sistem pembelajaran.
Karakteristik KBK memiliki enam karakteristik sebagai berikut,
1. Sistem belajar dengan modul
2. Menggunakan keseluruhan sumber belajar
3. Pengalaman lapangan
4. Strategi individual personal
5. Kemudahan belajar
6. Belajar tuntas
c. Asumsi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, asumsi merupakan parameter untuk
menentukan tujuan dan kompetensi yang akan dispesifikasikan. Sedikitnya
terdapat tujuh asumsi yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi.
10

1. Banyak sekolah yang memilki sedikit guru profesional, dan tidak mampu
melakukan proses pembelajaran secara optimal
2. Banyak sekolah yang hanya mengkoleksi sejumlah mata pelajaran dan
pengalaman
3. Peserta didik bukanlah tabung kosong atau kertas putih bersih yang dapat diisi
atau ditulis sekehendak guru
4. Peserta didik memilki potensi yang berbeda dan bervariasi
5. Pendidikan berfungsi mengkondisikan lingkungan untuk membantu peserta
didik mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal
6. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran harus berisi kompetensi-kompetensi
potensial yang tersusun secara sistematis
7. Kurikulum sebagai proses pembelajaran harus menyediakan berbagai
kemungkinan kepada seluruh peserta didik untuk mengembangkan berbagai
potensinya secara optimal9
2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Tingkat pengembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi

(KBK)

seperti

pengembangan pada umumnya terdiri dari beberapa tingkat, yaitu tingkat


nasional, tingkat lembaga, tingkat bidang, dan tingkat satuan bahasan (modul).
b. Pendekatan dalam pengembangan kurikulum
Pendekatan seseorang terhadap kurikulum akan merefleksikan
pandangannya

tentang

dunia,

termasuk

didalamnya

pandangan

tentang

kenyataan, nilai, dan pengetahuan yang dianutnya. Pendekatan dalam


pengembangan kurikulum mempunyai arti yang sangat luass. Hal tersebut bisa
berarti penyusunan kurikulum baru, bisa juga penyempurnaan terhadap
kurikulum yang sedang berlaku. Untuk melakukan pengembangan kurikulum,
terlebih dahulu perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan
pengembangan kurikulum.
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Sistem Pengelolaan
2. Pendekatan Pengembangan Kurikulum Berdasarkan Fokus Sasaran
3. Pendekatan Kompetensi
4. Keterkaitan KBK dengan Pendekatan Lain
5. Keunggulan KBK
c. Prinsip-prinsip pengembangan KBK
Sesuai dengsn kondisi negara, kebutuhan masyarakat, dan berbagai
perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung, maka dalam
pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip:1.Keimanan, nilai,dan budi pekerti luhur, 2.
9 Mulyasa, kurikulum berbasis kompetensi, PT Remaja rosdakarya, Bandung,
2002, 37-57
11

Penguatan integritas nasional, 3. Keseimbangan etika, logika, estetika dan


kinestatika, 4. Kesamaan memperoleh kesempatan; 5. Abad pengetahuan dan
teknologi informasi; 6. Pengembangan ketrampilan hidup; 7. Belajar sepanjang
hayat; 8. Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan
komprehensif; dan 9. Pendekatan menyeluruh dan kemitraan.
d. Pengembangan struktur KBK
Pengembangan struktur kurikulum berbasis kompetensi (KBK) sedikitnya
mencakup

tiga

langkah

kegiatan,

yaitu

mengidentifikasi

kompetensi,

mengembangkan struktur kurikulum, dan mendiskripsikan mata pelajaran.


3. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat didefinisikan sebagai
suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial)
dalam suatu aktifitas pembelajaran, sehingga pesrta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Dalam garis besarnya
implementasi kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu
pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi.10
a. Pengembangan program
Pengembangan kurikulum

berbasis

kompetensi

(KBK)

mencakup

pengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokok


bahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial, serta
program bimbingan dan konseling.
b. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi antara peseta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal: pre tes, proses, dan post tes.
1) Pre tes (tes awal)
Pada umumya pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan pre tes. Fungsi pre
tes ini antara lain dapat dikemukaan sebagai berikut:
a) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar
b) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan.
c) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik
mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses
pembelajaran.

10 Ibid., hlm 63-95


12

d) Untuk mengatahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai,


tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik dan perlu
mendapat penekanan dan perhatian khusus.
2) Proses
Proses disini dimaksudkan sebagai kegiatan dari pelaksanaan proses
pembelajaran, yakni bagaiman tujuan-tujuan belajar direalisasikan melalui
modul. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik
terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
3) Post tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan post tes. Fungsi
post tes antara lain dapat dikemukaan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta

didik

terhadap

kompetensi yang telah ditentukan.


b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai
oleh peserta didik serta yang belum dikuasainya.
c. Untuk mengetahui peserta didik-peserta didik yang perlu mengikuti
kegiatan remedial.
d. Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponenkomponen modul
4) Evalausi hasil belajar
Evaluasi hasil belajar dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir
satuan pendidikan dan sertivikasi,benchmarking dan penilaian program.
5) Peningkatan kualitas pembelajaran11
Dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), terdapat
berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal tersebut antara lain peningkatan aktifitas dan kreatifitas
peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan peningkatan motivasi belajar.
4. Perbedaan peserta didik dalam KBK
Terdapat lima perbedaan peserta didik yang perlu diperhatikan dalam kurikulum
berbasis kompetensi (KBK), yaitu sebagai berikut :
a. Perbedaan tingkat kecerdasan
b. Perbedaan kreatifitas
c. Perbedaan cacat fisik
d. Kebutuhan peserta didik
e. Pertumbuhan dan perkembangan kognitif
f. Pengelompokan peserata didik dalam KBK
5. Reformasi sekolah dalam rangka implementasi KBK
11 Ibid., hlm 95-105
13

Implementasi kurikulum berbasis kompetensi menuntut perubahan terhadap


berbagai aspek pendidikan, termasuk reformasi sekolah. Reformasi sekolah
merupakan suatu konsep perubahan kearah peningkatan mutu pendidikan.
1. Perlunya reformasi sekolah
Perlunya reformasi sekolah dapat dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni berlangsung setiap saat, begitu cepatnya perkembangan
tersebut. Oleh karena itu sekolah dikondisikan agar dapat mengikuti
perkembangan dan perubahan tersebut, hal ini jelas perlu adanya pembaruan
sekolah.
2. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam reformasi sekolah
a. Tujuan dan sasaran pendidikan nasional dalam pembangunan bukan
hanya untuk menciptakan golongan elit dan kaum intelektual, melainkan
membentuk manusia Indonesia secara utuh melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan bagi peranannya pada masa mendatang.
b. Peserta didik merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Perubahan
perilaku peserta didik ditentukan oleh pengalaman belajarnya disamping
faktor-faktor bawaan (hereditas).
c. Mendidik merupakan pekerjaan profesional, memberikan petunjuk
bahwa tidak setiap orang dapat melaksanakan profesi mendidik
(pendidik).
3. Beberapa agenda reformasi sekolah
a. Modernisasi pengelolaan sekolah
Sekolah hendaknya tidak terpisah dari masyarakat. Oleh karena itu,
dalam modernisasi pengelolaan sekolah para pelaksana pendidikan
hendaknya bekerja sama dengan sektor-sektor lain di masyarakat yang
telah menjalankan usaha modernisasi sesuai dengan perkembangan
teknologi dan kebutuhan masyarakat.
b. Modernisasi guru
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi terhadap efektifitas sekolah,
guru perlu mendapat perhatian yang utama. Baik buruknya kurikulum
pada akhirnya bergantung pada aktifitas dan kreatifitas guru dalam
menjabarkan dan merealisasikan kurikulum tersebut.
4. Perencanaan reformasi sekolah
5. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam KBK
Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam implentasi kurikulum
berbasis kompetensi antara lain menyangkut tenaga guru, sumber belajar,
bahasa pengantar, pendidikan budi pekerti, dan akselerasi belajar.
6. Beberapa inovasi dalam KBK
14

1. Kepala sekolah
Keberhasilan

KBK

sangat

ditentukan

oleh

kepala

sekolah

dalam

mengkoordinasikan, menggerakkan dan menselaraskansemua sumber daya


pendidikan yang tersedia. Kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan
manajemen dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu mengambil keputusan
dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
2. Guru
Di samping kepala sekolah, guru merupakan faktor penting yang besar
pengaruhnya

terhadap keberhasilan implementasi KBK, bahkan sangat

menentukan berhasil-tidaknya peserta didik dalam belajar. Agar implementasi


KBK berhasil memperhatikan perbedaan individual, maka guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Mengurangi metode ceramah
b. Memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik
c. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya
d. Bahan harus dimodifikasi dan dipercaya
e. Ingat bahwa peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama
f. Usahakan untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan
F. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1. Pengertian Kurikulum
KTSP merupakan singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP
merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada daerah
dan satuan pendidikan. Dengan demikian, melalui KTSP ini pemerintah berharap
jurang pemisah yang semakin menganga antara pendidikan dan pembangunan, serta
kebutuhan dunia kerja deapat segera diatasi. Penyusunan KTSP dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta
kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).12
KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut.
a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik.
2. Tujuan KTSP

12Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Rosda:2006),hlm. 19


15

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan


memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi)
kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan
keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.13
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk:
a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan
kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas
pendidikan yang akan dicapai.

3. Landasan Pengembangan KTSP


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan
peraturan pemerintah sebagai berikut.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas no. 22
dan 23.14

4. Karakteristik KTSP
Karakteristik KTSP bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dan satuan
pendidikan dapat mengoptimalkan kinerja, proses pembelajaran, pengelolaan sumber
belajar, profesionalisme tenaga kependidikan, serta sistem penilaian. Berdasarkan
uraian di atas, dapat dikemukakan beberapa karakteristik KTSP sebagai berikut:15
a. Pemberian Otonomi Luas Kepada sekolah dan satuan Pendidikan.
b. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi.
13Ibid., hlm. 22
14Ibid., hlm. 24
15Ibid., hlm. 29
16

c. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional.


d. Tim-Kerja yang Kompak dan Transparan.
5. Kerangka Dasar Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar, serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
dan tujuan pendidikan. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan
khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a.
b.
c.
d.
e.

Kelompok matapelajaran agama dan akhlak mulia.


Kelompok matapelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
Kelompok matapelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kelompok matapelajaran estetika.
Kelompok matapelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.
Setiap kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan secara holistik, sehingga

pembelajaran masing-masing kelompok mempengaruhi pemahaman dan penghayatan


peserta didik, dan semua kelompok mata pelajaran sama pentingnya dalam
menentukan kelulusan.16
6. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh peserta didik dalam kegitan pembelajaran. Struktur kurikulum
pendidikan dasar dan menengah mencakup struktur kurikulum pendidikan umum,
pendidikan kejuruan dan pendidikan khusus.17
a. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum
Struktur kurikulum pendidikan umum terdiri dari struktur kurikulum SD/MI,
struktur kurikulum SMP/MTs, dan struktur kurikulum SMA/MA.
b. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Mata pelajaran Dasar
Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan untuk menunjang
pembentukan

kompetensi

kejuruan

dan

pengembangan

menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.


Implikasi dari struktur kurikulum di atas adalah sebagai berikut:

16Ibid., hlm. 46
17Ibid., hlm. 50
17

kemampuan

1) Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi ke


dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif.
Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang alokasi
waktunya disesuaiakan dengan kebutuhan program keahlian.
2) Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan disesuaiakan dengan kebutuhan program keahlian untuk
memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja.
3) Pendidikan pada SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan
sistem ganda.
4) Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
5) Beban belajar pada SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha ekuivalen
dengan 36 jam pelajaran per minggu.
6) Minggu efektif pada SMK/MAK adalah 38 minggu dalam satu tahun
pelajaran.
7) Lama penyelenggaraan pendidikan pada SMK/MAK tiga tahun, maksimum
empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.
c. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus
Struktur kurikulum dikembangkan untuk peserta didik berkelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan sosial berdasarkan standar kompetensi
lulusan, standar kompetensi kelompok mata peljaran, dan standar kompetensi
mata pelajaran. Kurikulum Pendidikan Khusus terdiri atas 8 sampai dengan 10
mata pelajaran, muatan lokal, program khusus, dan pengembangan diri.
7. Mengembangkan KTSP
Pengembangan KTSP memfokuskan pada kompetensi tertentu, berupa pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu, serta dapat didemonstrasikan peserta
didik sebagai wujud hasil belajar.
Pengembangan KTSP mencakup beberapa tingkat, yaitu:18
a. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional
Kurikulum tingkat nasional dikembangkan dengan memperhatikan konteks
pendidikan. Pada tingkat ini pengembangan kurikulum dibahas dalam lingkup
nasional, meliputi jalur pendidikan sekolah dan laur sekolah, baik secara vertikal
maupun horizontal. Pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam
rangka mengembangkan Standar Nasional Pendidikan, yang pada saat ini
mencakup standar kompetensi lulsan (SKL) dan standar isi (SI) untuk setiap
satuan pendidikan pada masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama
pada jalur pendidikan sekolah.
18Ibid., hlm. 146-151
18

b. Pengembangan KTSP
Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap satuan
pendidikan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:
1) Menganalisis dan mengembangkan SKL dan SI.
2) Merumuskan visi dan missi, serta merumuskan tujuan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan.
3) Mengembangkan bidang studi-bidang studi yang akan diberikan utnuk
merealisasikan tujuan tersebut.
4) Mengembangkan dan mengidentifikasi tenaga-tenaga kependidikan.
5) Mengidentifikasi fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk memberi
kemudahan belajar.
c. Pengembangan Silabus
Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada
berbagai satuan pendidikan. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tujuan
setiap bidang studi.
2) Mengembangkan kompetensi dasar dan materi standar yang diperlukan
dalam pembelajaran.
3) Mendeskripsikan kompetensi dasar serta mengelompokkannya sesuai
dengan ruang lingkup dan urutannya,
4) Mengembangkan indikator untuk

setiap

kompetensi

serta

kriteria

pencapaiannya dan mengelompokkannya sesuai dengan ranah pengetahuan,


pemahaman, kemampuan, nilai dan sikap.
5) Mengembangkan instrumen penilaian yang sesuai dengan indikator
pencapaian kompetensi.
Penyusunan silabus mengacu pada KTSP dan perangkat komponen-komponen
yang dikembangkan berdasrkan standar kompetensi dan standar isi yang
dikembangkan oleh BSNP.
d. Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pengembangan kurikulum pada tingkat ini adalah menyusun dan
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran atau persiapan mengajar.
e. Kurikulum Aktual (Pelaksanaan Pembelajaran)
Kurikulum aktual atau pelaksanaan pembelajaran adalah interaksi antara peserta
didik dengan guru dan lingkungan pembelajaran. Dalam hal ini dapat dikatakan
bahwa bagaimanapun bagusnya suatu kurikulum maka aktualisasinya sangat
ditentukan oleh profesionalisme guru dalam melaksanakan pembeljaran dan
pembentukan kompetensi peserta didik.
8. Prinsip Pengembangan KTSP
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan
lingkungannya.
19

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Beragam dan terpadu.


Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengethauan, teknologi dan seni.
Relevan dengan kebutuhan.
Menyeluruh dan berkesinambungan.
Belajar sepanjang hayat.
Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal.19

9. Strategi Pengembangan KTSP


Terdapat beberapa strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan
pelaksanaan KTSP, diantaranya:20
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Sosialisasi KTSP di sekolah.


Menciptakan suasana yang kondusif.
Menyiapkan sumber belajar.
Membina disiplin.
Mengembangkan kemandirian kepala sekolah.
Membangun karakter guru.
Memberdayakan staf.

10. Acuan Opersional Penyusunan KTSP


Acuan operasioanl penyusuna KTSP sedikitnya mencakup 12 poin, yakni:21
a. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak.
b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

dan kemampuan peserta didik.


Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan.
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
Tuntutan dunia kerja.
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Agama.
Dinamika perkembangan global.
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Kesetaraan Jender.
Karakteristik satuan pendidikan.

11. Proses Menyusun KTSP


Proses penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap
hal-hal sebagai berikut:
a. Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada
pendidikan.
19Ibid., hlm. 151
20Ibid., hlm. 153
21Ibid., hlm. 168-169
20

di sekolah dan satuan

b. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar.
c. Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan.
Terdapat tujuh langkah yang harus dilaksanakan dalam proses penyusunan KTSP.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Menentukan fokus atau kompetensi dasar.


Menentukan variabel atau indikator.
Menentukan standar.
Membandingkan standar dan kompetensi.
Menentukan kesenjangan yang terjadi.
Merencanakan target untuk mencapai standar.
Merumuskan cara-cara dan program untuk mencapai target.22

12. Mengembangkan Komponen KTSP


Dalam garis besarnya KTSP memiliki enam komponen penting sebagai berikut.23

Visi dan Misi

Tujuan Pendidikan Satuan Pendidikan

Menyusun Kalender Pendidikan

Struktur muatan KTSP

Silabus

RPP

13. Pengesahan KTSP


Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
kabupaten atau kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan MI, MTs, MA dan MAK
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite madrasah dan
oleh departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidsang agama.
Dokumen kurikulum tingkat satuan pendidikan SDLB, SMPLB dan SMALB
dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.24
F. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Kurikulum

22Ibid., hlm. 172


23Ibid., hlm. 176
24Ibid., hlm. 185
21

Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang mendorong
terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini. Pertama, bebasnya
sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan
merdekanya Negara-negara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah
dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan cita-cita
nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup
penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
Kedua, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu
pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah
menghasilkan diketemukannya teori-teori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di
dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lain-lainnya menimbulkan
diketemukannya teori dan cara-cara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua
perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi
maupun strategi pelaksanaan kurikulum.
Ketiga, pertumbuhan yang pesat dari penduduk dunia. Dengan bertambahnya
penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang yang membutuhkan pendidikan.
Hal ini menyebabkan bahwa cara atau pendekatan yang telah digunakan selama ini dalam
pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalau perlu diubah agar dapat memenuhi
kebutuhan akan pendidikan yang semakin besar. Ketiga faktor di atas itulah yang secara
umum banyak mempengaruhi timbulnya perubahan kurikulum yang kita alami dewasa
ini.25

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajarmengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
beserta staf pengajarnya.
2. Landasan kurikulum digunakan

sebagai

acuan

pengembangan

kurikulum,

diantaranya yaitu landasan filsafat pendidikan, psikologi pendidikan, masyarakat dan


budaya, serta orientasi ke masa depan.
25 http://lilisdisdik.wordpress.com/2012/10/30/perubahan-kurikulum/ diunduh pada
24/10/2014.09:39.

22

3. Prinsip pengembangan kurikulum terdiri dari prinsip relevansi, penddidikan dan


tuntutan dunia kerja, efektivitas dan efisiensi, kesinambungan, fleksibilitas, orientasi
pada tujuan, pendidikan seumur hidup, serta model pengembangan kurikulum.
4. Pendekatan kurikulum meliputi pendekatan bidang studi, interdisipliner,
rekonstruksionisme, humanistic, accountability, dan pembangunan nasional.
5. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu.
6. KTSP merupakan kurikulum operasional yang pengembangannya diserahkan kepada
daerah dan satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan
dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar
yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
7. Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum adalah bebasnya sejumlah wilayah
tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali, serta pertumbuhan yang pesat dari
penduduk dunia.

23

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, dkk. Pengembangan Kurikulum. 1997. Bandung: CV Pustaka Setia.


http://lilisdisdik.wordpress.com/2012/10/30/perubahan-kurikulum/
http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/1/repository/dikti/Revisi_Bahan_Ajar_Cetak/BAC_Pengkur
_SD/UNIT-4_PERKEMBANGAN_KURIKULUM_.pdf
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2010. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2006. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Reksoatmodjo, Tedjo Narsoyo. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan. 2010. Bandung: PT Refika Aditama.

24

Anda mungkin juga menyukai