Disusun Oleh :
Asep Nurjaman
Fajar Nurul Akbar
Indra Permana
Ganang Tri B
Ines Trisnahati
Anindita Mahendra
20011013044
200110130281
200110130
200110130
200110130
200110130
Kelompok 1
Kelas F
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan akhir praktikum yang
berjudul Anatomi Eksterior Unggas Jantan dan Betina dengan lancar.
Dalam pembuatan laporan praktikum ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya sehingga laporan ini dapat selesai dengan lancar. Dosen
maupun asisten dosen yang sudah membantu dalam terlaksananya praktikum ini.
Orangtua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun doanya,
sehingga pembuatan laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan laporan
praktikum ini.
Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih
Sumedang, 21 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan.....................................................................................1
1.4 Waktu dan Tempat.......................................................................................2
1.5 Manfaat Praktikum......................................................................................2
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN..........................................................................3
2.1 Unggas...........................................................................................................3
2.2 Anatomi dan Morphologi Eksterior Ayam.................................................3
2.3 Anatomi dan Morphologi Ayam Jantan.....................................................4
2.4 Anatomi dan Morphologi Ayam Betina......................................................5
2.5 Anatomi dan Morphologi Ayam Petelur....................................................5
2.6 Anatomi dan Morphologi Ayam Kampung................................................7
2.7 Kerangka Pada Ayam..................................................................................7
III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA.................................................9
3.1 Alat.................................................................................................................9
3.2 Bahan.............................................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja.............................................................................................9
IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................11
4.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................11
4.2 Pembahasan................................................................................................13
4.2.1. Kerangka Ayam Petelur.....................................................................13
4.2.2 Ayam Layer (Petelur)..........................................................................15
4.2.3 Ayam Kampung Jantan.......................................................................17
4.2.4 Ayam Kampung Betina.......................................................................18
V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................23
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prosedur kerja praktikum.........................................................................10
Tabel 2 Hasil pengamatan praktikum.....................................................................11
Tabel 3 Perbedaan ciri ciri ayam berdasarkan daya bertelurnya.........................17
Tabel 4 Kaitan antara pigmen dengan variasi warna kulit dan cakar (shank)........19
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka ayam petelur..........................................................................11
Gambar 2 Layer (Ayam Petelur)............................................................................12
Gambar 3 Ayam Kampung Jantan..........................................................................12
Gambar 4 Ayam Kampung Betina.........................................................................13
Gambar 5 Kerangka ayam......................................................................................15
Gambar 6 Ayam layer betina..................................................................................16
Gambar 7 Bentuk jengger single............................................................................18
Gambar 8 Ayam kampung jantan dan betina.........................................................19
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa peternakan, kita harus mengetahui bagaimana anatomi
serta morfologi seekor ternak (dalam hal ini unggas), bagaimana perbedaan
antar strain, atau bahkan perbedaan antar lawan jenis (jantan dan betina).
Hal tersebut berguna ketika kita terjun dilapangan, terutama saat kita akan
menjalani atau mebdirikan sebuah industri ternak. Sebagai contoh, kita akan
mendirikan sebuah industri peternakan (baik itu layer, pedaging atau
breeding). Dengan mengetahui anatomi dan morfologi unggas, tentu akan
sangat membantu kita dalam hal pemilihan bibit yang baik, strain apa yang
akan kita pilih sehingga industri yang akan kita bangun sesuai dengan apa
yang kita harapkan.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana bentuk kerangka dari pada ayam?
2. Bagaimana anatomi dan morfologi dari ayam jantan dan ayam betina?
3. Apa saja perbedaan dan persamaan dari ayam jantan dan ayam betina?
4. Apa saja perbedaan dari ayam petelur dengan ayam pedaging?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bentuk kerangka dari ayam jantan dan ayam
betina.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan morfologi dari ayam jantan dan
ayam betina.
3. Mengetahui dan memahami perbedaan dan persamaan dari ayam jantan
dan ayam betina.
Waktu
Tempat
:Laboratorium
Produksi
Ternak
Unggas,
Fakultas
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Unggas
Ternak unggas adalah bangsa-bangsa burung yang mempunyai nilai ekonomis
dan dapat diproduksi secara masal. Unggas mempunyai keistimewaan
dibandingkan dengan ternak ruminansia, yaitu unggas dapat diproduksi secara
masal dalam waktu yang singkat (Yuwanta, 2004). Ayam juga memiliki ciri-ciri
eksterior antara lain, memiliki paruh yang runcing, memiliki jengger yang
berwarna merah, berbulu halus, dan kaki ayam terdapat sisik, yang merupakan
penjuluran dari corium yang padat, serta dibungkus oleh epidermis yang sangat
tebal (Suprijatna et al., 2008).
Unggas darat adalah unggas yang hidup di darat, contoh dari unggas darat
adalah ayam ras dan ayam buras. Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu
mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian,
memiliki jengger dan cuping (Susilorini et al., 2009).
Ayam
diklasifikasikan
ke
dalam
kingdom
Animalia,
subkingdom
Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Paruh ayam
berbentuk runcing dan kecil karena disesuaikan dengan pakan yang terhadap
hormon berupa biji-bijian. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon sex
sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secundary sex, sebagai accesor
sexual epidermal. Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina.
Sepasang pial terdapat pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh.
Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak dibagian bawah telinga.
Cakar pada ayam umumnya tertutup sisik yang merupakan penjuluran dari corium
yang padat dan terbungkus oleh epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak
(glandula uropygal) yang terdapat dibagian atas ekor ayam berukuran sebesar
kacang kapri, sedangkan pada unggas air tumbuh lebih besar. Ayam memiliki
bentuk paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah serta kaki berwarna
kuning bulu pada ayam jantan dijadikan sebagai daya tarik dalam menarik lawan
jenisnya (Rasyaf, 2000).
Jengger pada ayam berperan sebagai pengantar dingin (termoregulasi) karena
ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Proses sirkulasi darah ayam melalui kepala
dan jengger sehingga dapat mendinginkan darah panas dan mengembalikannya ke
bagian posisi tubuh yang lebih rendah. Selain itu, jengger yang merah dan besar
pada jantan digunakan untuk menarik perhatian betina karena betina menyukai
warna merah. (Williams, 2011). Sex hormon jantan ( Androgen ) bertanggung
jawab untuk keadaan merah dari pial serta jengger yang berlemak ( berlilin ) pada
petelur yang normal (Syamsuddin, 1989).
2.3 Anatomi dan Morphologi Ayam Jantan
Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, mempunyai
bulu yang lebat, mempunyai tombel besar, jalu pada cakar di kakinya yang
digunakan untuk menyerang dan untuk berjalan di tanah kering, mempunyai ekor
yang panjang dan menjuntai (Suprijatna et al., 2008).
Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena hormon sex
jantan yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta berwarna
merah, terdapat bulu yang khas berbentuk memanjang, dengan lebar bulu yang
menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather), bulu
pinggul dan bulu sabit pada ekor (Suprijatna et al., 2008).
Bagian kaki pada ayam jantan terdapat taji sedangkan pada ayam betina
tidak terlalu berkembang dengan baik (Blakely dan Bade 1998). Pada jantan,
jengger dan pialnya akan lebih besar dibandingkan betina dan kepala jantan akan
lebih cekung dan terlihat maskulin. Pada beberapa varietas, bulu dari tiap jenis
kelamin
akan
berkembang
sesuai
karakteristik
pola
warna
yang
mengidentifikasinya. Varietas unggas ini sama dengan strain sexing bulu yang
disebutkan di atas. Sexing berdasarkan karakteristik seksual sekunder biasanya
tampak saat ayam berumur 4 hingga 6 minggu (Suprijatna et al., 2008).
2.4 Anatomi dan Morphologi Ayam Betina
Ayam betina berukuran lebih kecil daripada ayam jantan, mempunyai bulu
ayam yang lebat dengan tombel (jengger) yang kecil, mempunyai jalu yang
pendek atau nyaris tidak kelihatan dan mempunyai ekor yang pendek. Jengger
pada ayam betina menunjukkan jengger tipis, kering, dan kasar. Jengger yang
tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan
reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger
kecil. Betina akan tumbuh lebih lambat dibanding jantan dan lebih jernih serta
terlihat feminin (Suprijatna et al.,2008).
2.5 Anatomi dan Morphologi Ayam Petelur
Ayam tipe petelur dipelihara untuk menghasilkan telur yang banyak.
Karakteristik ayam tipe petelur ini sebagai berikut bertingkah laku lincah dan
mudah terkejut, badan relatif kecil dan langsing sehingga disebut tipe ringan,
cepat dewasa kelamin sehingga cepat bertelur, jumlah telurnya banyak,
kerabangnya berwarna putih, dan jarang mengeram (Yuwanta, 2004).
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah
terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, kerabang telur
berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam
penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram
(Suprijatna et al., 2008).
Ayam tipe petelur merupakan ayam ras yaitu jenis ayam yang berasal dari
luar negeri yang bersifat unggul sesuaidengan tujuan pemeliharaan karena telah
mengalami perbaikan mutu genetik(Suprijatna, 2005).
Keunggulan ayam petelur dibandingkan ayam kampung adalah sebagai
berikut : laju pertumbuhan dancapaian dewasa kelamin lebih cepat, kemampuan
berproduksi lebih tinggi, nilai konversi pakan atau kemampuan dalam
memanfaatkan
ransum
lebih
baik,
periode
bertelur
lebih
panjang
(Sudarmono,2003)
Ayam petelur yang mempunyai produksi telur tinggi mempunyai ciri-ciri
diantaranya adalah jarak antar tulang pubis (Os Pubis) lebih dari tiga jari manusia,
kalau diraba perutnya lunak, kloaka bulat telur, lebar, basah, dan kelihatan
mengkilat, badan agak memanjang tubuh penuh dan punggung luas, bentuk kepala
ayam bagus, mata bersinar cerah jengger merah cerah (Sudaryani dan Santoso,
1995).
Cara mudah untuk menentukan baik atau tidaknya seekor ayam di dalam
produksi adalah dengan cara periksa jengger, tulang-tulang pubis, abdomen, dan
cloaca. Jika suatu induk ayam sedang bertelur, jengger dan pial, merah, lembut,
dan halus; tulang-tulang pubis harus lentur, renggang; abdomen harus penuh, dan
lembut; dan cloaca harus yang besar, lembab. Ayam petelur yang baik mempunyai
jarak antara tulang pubis tiga jari atau lebih (Melvin L. Hamre, 1990).
Tulang Pubis adalah dua tulang yang membentuk lengkung yang berada pada
daerah panggul yang terletak pada kloaka ayam. Sebagian besar dari ayam petelur,
kloaka akan pindah kebawah tulang pubis pada saat telur keluar. Jarak antara dua
tulang ini pada ayam petelur adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan
ukuran telur. Idealnya, tulang ini mempunyai sedikit lemak dan tulang rawan yang
menyelimutinya, barang kali tebalnya hanya 0,25 inci atau lebih sedikit (Don
Schrider, 2003).
yang dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang kekuatan
gerakan dan aktivitas sayap (Nesheim et al., 1972).
Fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia digantikan sayap pada
unggas, begitu pula kaki pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang
metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang
dan menyatu pada bagian shank (North, 1978).
Ayam mempunyai banyak macam tulang yang berongga (tulang pneumatik)
yang berhubungan dengan fungsi dari sistem pernapasan. Beberapa tulang
tersebut adalah tulang tengkorak (skull), tulang lengan (humerus), tulang selangka
(clavicle), tulang pinggang (lumbal) dan tulang kemudi atau sacral vetebrae
(Nesheim et al., 1972).
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Baki atau nampan
3.2 Bahan
2. Ayam Ras pedaging/Broiler
3. Ayam Ras petelur/Layer
4. Ayam Kampung Jantan
5. Ayam kampung betina
3.3 Prosedur Kerja
1. Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam
2. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat
praktikum objek akan ditukar
10
Pengamatan
Prosedur
.
1.
Seluruh tubuh
ayam
2.
Kepala
3.
Bulu
4.
Kaki
11
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2 Hasil pengamatan praktikum
Keterangan
12
Keterangan
13
Keterangan
tinggi mineral
yang
14
tulang masalah yang sering dikaitkan dengan lebih dari satu penyebab. Pada
pembentukan tulang dan peran mineral dalam pengembangan dan perbaikan
tulang menunjukkan bahwa ketersediaan Zn, Cu, dan Mn harus dipertimbangkan
oleh ahli gizi yang ingin meningkatkan ketahanan tulang, tulang rawan, dan
jaringan struktural lainnya pada unggas
Tulang-tulang pada ayam meliputi tengkorak, tulang lengan, tulang
selangka, tulang pinggang, dan tulang kemudi dengan tulang pernapasan. Fungsi
tulang adalah sebagai tempat pertautan otot-otot sehingga membentuk tubuh,
melindungi organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, hati danalat produksi,
tempat sunsum untukmembentuk sel darah merah dan sel darah putih dan untuk
bernafas, yaitu meringankan tubuh saat terbang.
Susunan tulang ayam terdiri atas vertebrae cervicalis atau tulang leher (1314 ruas) yang berguna untuk menggerakan leher. Vertebrae columnalis atau
vertebrae dordalis atau tulang punggung (7 ruas). Tulang ini melakukan fungsi
bersama-sama untuk membentuk persendian tulang. Vertebrae pygostyle dan
urostylus, yaitu ekor yang membentuk coccygeal (4 ruas). Tulang rusuksebanyak
7 buah. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang. Tulang
pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-masing 7
buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastic saat terjadinya peneluran.
Tulang pubis digunakan untuk mendeteksi produksi telur, jarak antara tulang
pubis untuk ayam yang berproduksi tinggi minimal tiga jari, jarak antara kloaka
dan sternum minimal empat jari dibentangkan.
Tulang Pubis adalah dua tulang yang membentuk lengkung yang berada
pada daerah panggul yang terletak pada kloaka ayam. Sebagian besar dari ayam
petelur, kloaka akan pindah kebawah tulang pubis pada saat telur keluar. Jarak
antara dua tulang ini pada ayam petelur adalah suatu indikator yang baik untuk
menentukan ukuran telur.Os pubis pada unggas memanjang kebelakang sehingga
ujungnya dapat diraba dibawah vent nya kiri dan kanan, jarak kedua ujung ini
dapat dipakai untuk mendeteksi produksi telur.
15
Gambar
5.
Gambar
5 Kerangka
ayam
4.2.2 Ayam Layer (Petelur)
Paruh pada ayam petelur biasanya dipotong atau yang sering disebut dengan
debeaking. Ini merupakan salah satu ciri untuk membedakan ayam petelur dengan
pedaging. Tujuan dari adanya debeaking pada ayam petelur adalah untuk
mengefisienkan penggunaan pakan, mencegah kanibalisme antar ayam atau
kanibal makan telurnya, tidak menyakiti diri ayam sendiri, serta meningkatkan
pertumbuhan dan produksi telur. Debeaking pada dasarnya dilakukan pada anak
ayam dan ayam yang berumur muda. Debeaking pada anak ayam biasa dilakukan
pada umur 1 hari atau pada umur 6 9 hari dan sebaiknya jangan dilakukan pada
umur 2 3 hari karena akibat yang ditimbulkannya dapat lebih buruk, yaitu terjadi
penurunan konsumsi makanan maupun miuman secara tajam.
Unggas-unggas yang dipotong paruhnya tidak akan pilih-pilih makanan
sedang pada unggas yang tidak dipotong paruhnya akan lebih memilih jenis
makanan yang berbutir (crumble dan pellet) daripada jenis tepung (mash).
Sehingga kebanyakan makanan yang tersisa adalah jenis tepung. Dengan efisiensi
penggunaan pakan maka laju pertumbuhan diharapkan meningkat pula.
16
Ayam petelur memiliki bentuk jengger single. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam perkawinan sehingga ayam petelur memiliki reproduksi yang
tinggi dan agar jengger ayam petelur tidak dipacuk oleh ayam petelur lain.
Ayam petelur yang mempunyai produksi telur tinggi mempunyai ciri-ciri
diantaranya adalah jarak antar tulang pubis (Os Pubis) lebih dari tiga jari manusia,
kalau diraba perutnya lunak, kloaka bulat telur, lebar, basah, dan kelihatan
mengkilat, badan agak memanjang tubuh penuh dan punggung luas, bentuk kepala
ayam bagus, mata bersinar cerah jengger merah cerah. Jengger yang tumbuh dan
berkembang dengan baik merupakan indikator dari ayam yang memiliki produksi
dan reproduksi yang baik.
Tekstur jengger dan pial dari ayam petelur yang sedang produktif terlihat
berwarna merah serta terasa lunak, halus, dan hangat jika dipegang. Selain itu,
warna kuning yang terdapat pada shank atau cakar dan kulit berubah menjadi
pucat karena pigmen lipokrom akan dimobilisasi untuk pembentukan kuning telur
ketika pigmen tersebut kurang dalam ransum.
17
mengkilap
Cerah, mata bercahaya
Muka
dan pucat
Pucat kekuningan, mata
cekung
3.
Lubang dubur
dan
tidak
bercahaya
Besar, lebar, bentuknya Kecil, bulat mengkerut,
oval
basah
Tipis, tajam, lembut
Tulang pubis
5.
dan kering
Kurang dari 1 jari tangan
6.
tulang pubis
Rongga perut
orang dewasa
Keras, penuh
7.
Lembut
pinggul lebih
lemak,
orang dewasa
8.
Lembut
halus
9.
Bulu
longgar
Lengkap,
padat
10. Kaki
mengkilap
Pipih, kecil dan pucat Bulat, kasar, warna
kuning
18
memiliki shank berwarna putih, pial dan jengger berwarna merah dan bentuk
jengger tunggal (single).
Warna bulu dari ayam kampung betina yaitu bulu leher, punggung dan sayap
berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih dan bulu ekor berwarna hitam
keabuan. Selain itu, ayam kampung betina meiliki bulu ekor lebih pendek dari
panjang tubuh, memiliki ukuran badan dan kepala yang lebih kecil. Shank pada
betina berwarna kuning, pial dan jengger berwarna merah dan bentuk jengger
tunggal (single). Jengger pada ayam kampung betina tidak sebesar jengger ayam
jantan. Kaki ayam betina berwarna kuning pucat karena mengandung pigmen
lipokrom yang akan dimobilisasi dalam pembentukan kuning telur ketika pigmen
tersebut dalam pakan kurang. Kaki ayam betina juga tidak memiliki taji seperti
ayam jantan. Paruh pada ayam betina tidak mengalami debeaking. Badan ayam
betina lebih kecil dari ayam jantan. Indera paling sensitif pada ayam adalah indera
pendengaran, sehingga anak ayam dapat membedakan suara ayam betina yang
merupakan induknya sendiri atau bukan induknya.
Tabel 4 Kaitan antara pigmen dengan variasi warna kulit dan cakar (shank)
Pigmen
Dermis
Epidermis
1. Melanin
Warna Kulit/
Cakar
Kuning
19
2. Lipokrom
1. Melanin
v
v
Hitam
2. Lipokrom
1. Melanin
V
V
v
-
Biru
2. Lipokrom
1. Melanin
Hijau
2. Lipokrom
20
V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan pada
tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat.
Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada
unggas air
2. Bagian organ ayam yang tampak dari luar dari bagian kepala, leher, tubuh
bagian depan dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata, jengger,
cuping dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan
terdapat dada dan sayap dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor,
paha, betis dan cakar
3. Pada jantan, jengger dan pialnya akan lebih besar dibandingkan betina dan
kepala jantan akan lebih cekung dan terlihat maskulin. Betina akan tumbuh
lebih lambat dibanding jantan dan lebih jernih serta terlihat feminin. Pada
beberapa varietas, bulu dari tiap jenis kelamin akan berkembang sesuai
karakteristik pola warna yang mengidentifikasinya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas : Panduan bagi petugas teknis,
penyuluh dan peternak. Kanisius, Yogyakarta
21
22
23
LAMPIRAN