Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PRODUKSI TERNAK UNGGAS


ANATOMI EKSTERIOR UNGGAS JANTAN DAN BETINA

Disusun Oleh :

Asep Nurjaman
Fajar Nurul Akbar
Indra Permana
Ganang Tri B
Ines Trisnahati
Anindita Mahendra

20011013044
200110130281
200110130
200110130
200110130
200110130

Kelompok 1
Kelas F

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan akhir praktikum yang
berjudul Anatomi Eksterior Unggas Jantan dan Betina dengan lancar.
Dalam pembuatan laporan praktikum ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya sehingga laporan ini dapat selesai dengan lancar. Dosen
maupun asisten dosen yang sudah membantu dalam terlaksananya praktikum ini.
Orangtua dirumah yang telah memberikan bantuan materil maupun doanya,
sehingga pembuatan laporan praktikum ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan laporan
praktikum ini.
Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah
kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih
Sumedang, 21 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan.....................................................................................1
1.4 Waktu dan Tempat.......................................................................................2
1.5 Manfaat Praktikum......................................................................................2
II TINJAUAN KEPUSTAKAAN..........................................................................3
2.1 Unggas...........................................................................................................3
2.2 Anatomi dan Morphologi Eksterior Ayam.................................................3
2.3 Anatomi dan Morphologi Ayam Jantan.....................................................4
2.4 Anatomi dan Morphologi Ayam Betina......................................................5
2.5 Anatomi dan Morphologi Ayam Petelur....................................................5
2.6 Anatomi dan Morphologi Ayam Kampung................................................7
2.7 Kerangka Pada Ayam..................................................................................7
III ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA.................................................9
3.1 Alat.................................................................................................................9
3.2 Bahan.............................................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja.............................................................................................9
IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................11
4.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................11
4.2 Pembahasan................................................................................................13
4.2.1. Kerangka Ayam Petelur.....................................................................13
4.2.2 Ayam Layer (Petelur)..........................................................................15
4.2.3 Ayam Kampung Jantan.......................................................................17
4.2.4 Ayam Kampung Betina.......................................................................18
V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................20
5.1 Kesimpulan.................................................................................................20
5.2 Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................23

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Prosedur kerja praktikum.........................................................................10
Tabel 2 Hasil pengamatan praktikum.....................................................................11
Tabel 3 Perbedaan ciri ciri ayam berdasarkan daya bertelurnya.........................17
Tabel 4 Kaitan antara pigmen dengan variasi warna kulit dan cakar (shank)........19

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka ayam petelur..........................................................................11
Gambar 2 Layer (Ayam Petelur)............................................................................12
Gambar 3 Ayam Kampung Jantan..........................................................................12
Gambar 4 Ayam Kampung Betina.........................................................................13
Gambar 5 Kerangka ayam......................................................................................15
Gambar 6 Ayam layer betina..................................................................................16
Gambar 7 Bentuk jengger single............................................................................18
Gambar 8 Ayam kampung jantan dan betina.........................................................19

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai mahasiswa peternakan, kita harus mengetahui bagaimana anatomi
serta morfologi seekor ternak (dalam hal ini unggas), bagaimana perbedaan
antar strain, atau bahkan perbedaan antar lawan jenis (jantan dan betina).
Hal tersebut berguna ketika kita terjun dilapangan, terutama saat kita akan
menjalani atau mebdirikan sebuah industri ternak. Sebagai contoh, kita akan
mendirikan sebuah industri peternakan (baik itu layer, pedaging atau
breeding). Dengan mengetahui anatomi dan morfologi unggas, tentu akan
sangat membantu kita dalam hal pemilihan bibit yang baik, strain apa yang
akan kita pilih sehingga industri yang akan kita bangun sesuai dengan apa
yang kita harapkan.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana bentuk kerangka dari pada ayam?
2. Bagaimana anatomi dan morfologi dari ayam jantan dan ayam betina?
3. Apa saja perbedaan dan persamaan dari ayam jantan dan ayam betina?
4. Apa saja perbedaan dari ayam petelur dengan ayam pedaging?
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui dan memahami bentuk kerangka dari ayam jantan dan ayam
betina.
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan morfologi dari ayam jantan dan
ayam betina.
3. Mengetahui dan memahami perbedaan dan persamaan dari ayam jantan
dan ayam betina.

1.4 Waktu dan Tempat


Hari / tanggal

: Selasa, 17 Maret 2015

Waktu

: Pukul 7.30 9.30 Wib

Tempat

:Laboratorium

Produksi

Ternak

Unggas,

Fakultas

Peternakan, Universitas Padjadjaran


1.5 Manfaat Praktikum
1. Memahami karakteristik dari ayam jantan dan ayam betina, sehingga bisa
membedakan karakteristik dari kedua jenis ayam tersebut dari anatomi
eksteriornya saja.
2. Memahami perbedaan dari ayam jenis petelur dan ayam jenis pedaging,
serta dapat membedakan antara ayam lokal betina dan ayam lokal jantan.

II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Unggas
Ternak unggas adalah bangsa-bangsa burung yang mempunyai nilai ekonomis
dan dapat diproduksi secara masal. Unggas mempunyai keistimewaan
dibandingkan dengan ternak ruminansia, yaitu unggas dapat diproduksi secara
masal dalam waktu yang singkat (Yuwanta, 2004). Ayam juga memiliki ciri-ciri
eksterior antara lain, memiliki paruh yang runcing, memiliki jengger yang
berwarna merah, berbulu halus, dan kaki ayam terdapat sisik, yang merupakan
penjuluran dari corium yang padat, serta dibungkus oleh epidermis yang sangat
tebal (Suprijatna et al., 2008).
Unggas darat adalah unggas yang hidup di darat, contoh dari unggas darat
adalah ayam ras dan ayam buras. Ayam secara umum memiliki ciri-ciri, yaitu
mempunyai ceker dengan tiga jari dan satu jalu, paruh bertipe pemakan biji-bijian,
memiliki jengger dan cuping (Susilorini et al., 2009).
Ayam

diklasifikasikan

ke

dalam

kingdom

Animalia,

subkingdom

Metazoa,phylum Chordata, subphylum Vertebrata, class Aves, family Phasinadae,


genusGallus dan species gallus atau disebut juga domestic fowl (Rose, 1997).
Ayam liarmengalami proses domestikasi selama beberapa periode sehingga
menghasilkanberbagai jenis ayam yang sekarang banyak terdapat di dunia. Ayam
domestikasitersebut kemungkinan berasal dari empat jenis ayam liar, yaitu ayam
Hutan Merah(Gallus gallus), ayam Hutan Sri Lanka (Gallus lavayetti), ayam
Hutan Abu-Abu atauayam Sonerat (Gallus sonerattii) dan ayam Hutan Hijau atau
ayam Hutan Jawa(Gallus varius) (Payne dan Wilson, 1999).
2.2 Anatomi dan Morphologi Eksterior Ayam
Bagian organ ayam yang tampak dari luar dari bagian kepala, leher, tubuh
bagian depan dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata, jengger,
cuping dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan terdapat
dada dan sayap dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis dan
cakar (Suprijatna et al. , 2008).

Paruh, jari dan taji bersifat menulang, tersusun atas keratin. Paruh ayam
berbentuk runcing dan kecil karena disesuaikan dengan pakan yang terhadap
hormon berupa biji-bijian. Jengger dan pial bersifat sensitif terhadap hormon sex
sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secundary sex, sebagai accesor
sexual epidermal. Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina.
Sepasang pial terdapat pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh.
Cuping telinga bersifat berdaging tebal yang terletak dibagian bawah telinga.
Cakar pada ayam umumnya tertutup sisik yang merupakan penjuluran dari corium
yang padat dan terbungkus oleh epidermis yang sangat tebal. Kelenjar minyak
(glandula uropygal) yang terdapat dibagian atas ekor ayam berukuran sebesar
kacang kapri, sedangkan pada unggas air tumbuh lebih besar. Ayam memiliki
bentuk paruh lancip, berwarna kuning, warna jengger merah serta kaki berwarna
kuning bulu pada ayam jantan dijadikan sebagai daya tarik dalam menarik lawan
jenisnya (Rasyaf, 2000).
Jengger pada ayam berperan sebagai pengantar dingin (termoregulasi) karena
ayam tidak memiliki kelenjar keringat. Proses sirkulasi darah ayam melalui kepala
dan jengger sehingga dapat mendinginkan darah panas dan mengembalikannya ke
bagian posisi tubuh yang lebih rendah. Selain itu, jengger yang merah dan besar
pada jantan digunakan untuk menarik perhatian betina karena betina menyukai
warna merah. (Williams, 2011). Sex hormon jantan ( Androgen ) bertanggung
jawab untuk keadaan merah dari pial serta jengger yang berlemak ( berlilin ) pada
petelur yang normal (Syamsuddin, 1989).
2.3 Anatomi dan Morphologi Ayam Jantan
Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, berukuran lebih besar, mempunyai
bulu yang lebat, mempunyai tombel besar, jalu pada cakar di kakinya yang
digunakan untuk menyerang dan untuk berjalan di tanah kering, mempunyai ekor
yang panjang dan menjuntai (Suprijatna et al., 2008).
Jengger ayam jantan lebih besar dari pada ayam betina, karena hormon sex
jantan yang mengakibatkan jengger dan pial membesar dan tebal serta berwarna
merah, terdapat bulu yang khas berbentuk memanjang, dengan lebar bulu yang

menyempit, sebagai secundary sex feather yaitu bulu leher (hackle feather), bulu
pinggul dan bulu sabit pada ekor (Suprijatna et al., 2008).
Bagian kaki pada ayam jantan terdapat taji sedangkan pada ayam betina
tidak terlalu berkembang dengan baik (Blakely dan Bade 1998). Pada jantan,
jengger dan pialnya akan lebih besar dibandingkan betina dan kepala jantan akan
lebih cekung dan terlihat maskulin. Pada beberapa varietas, bulu dari tiap jenis
kelamin

akan

berkembang

sesuai

karakteristik

pola

warna

yang

mengidentifikasinya. Varietas unggas ini sama dengan strain sexing bulu yang
disebutkan di atas. Sexing berdasarkan karakteristik seksual sekunder biasanya
tampak saat ayam berumur 4 hingga 6 minggu (Suprijatna et al., 2008).
2.4 Anatomi dan Morphologi Ayam Betina
Ayam betina berukuran lebih kecil daripada ayam jantan, mempunyai bulu
ayam yang lebat dengan tombel (jengger) yang kecil, mempunyai jalu yang
pendek atau nyaris tidak kelihatan dan mempunyai ekor yang pendek. Jengger
pada ayam betina menunjukkan jengger tipis, kering, dan kasar. Jengger yang
tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan
reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan ayam yang memiliki jengger
kecil. Betina akan tumbuh lebih lambat dibanding jantan dan lebih jernih serta
terlihat feminin (Suprijatna et al.,2008).
2.5 Anatomi dan Morphologi Ayam Petelur
Ayam tipe petelur dipelihara untuk menghasilkan telur yang banyak.
Karakteristik ayam tipe petelur ini sebagai berikut bertingkah laku lincah dan
mudah terkejut, badan relatif kecil dan langsing sehingga disebut tipe ringan,
cepat dewasa kelamin sehingga cepat bertelur, jumlah telurnya banyak,
kerabangnya berwarna putih, dan jarang mengeram (Yuwanta, 2004).
Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah
terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih, kerabang telur
berwarna putih, produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam

penggunaan ransum untuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram
(Suprijatna et al., 2008).
Ayam tipe petelur merupakan ayam ras yaitu jenis ayam yang berasal dari
luar negeri yang bersifat unggul sesuaidengan tujuan pemeliharaan karena telah
mengalami perbaikan mutu genetik(Suprijatna, 2005).
Keunggulan ayam petelur dibandingkan ayam kampung adalah sebagai
berikut : laju pertumbuhan dancapaian dewasa kelamin lebih cepat, kemampuan
berproduksi lebih tinggi, nilai konversi pakan atau kemampuan dalam
memanfaatkan

ransum

lebih

baik,

periode

bertelur

lebih

panjang

(Sudarmono,2003)
Ayam petelur yang mempunyai produksi telur tinggi mempunyai ciri-ciri
diantaranya adalah jarak antar tulang pubis (Os Pubis) lebih dari tiga jari manusia,
kalau diraba perutnya lunak, kloaka bulat telur, lebar, basah, dan kelihatan
mengkilat, badan agak memanjang tubuh penuh dan punggung luas, bentuk kepala
ayam bagus, mata bersinar cerah jengger merah cerah (Sudaryani dan Santoso,
1995).
Cara mudah untuk menentukan baik atau tidaknya seekor ayam di dalam
produksi adalah dengan cara periksa jengger, tulang-tulang pubis, abdomen, dan
cloaca. Jika suatu induk ayam sedang bertelur, jengger dan pial, merah, lembut,
dan halus; tulang-tulang pubis harus lentur, renggang; abdomen harus penuh, dan
lembut; dan cloaca harus yang besar, lembab. Ayam petelur yang baik mempunyai
jarak antara tulang pubis tiga jari atau lebih (Melvin L. Hamre, 1990).
Tulang Pubis adalah dua tulang yang membentuk lengkung yang berada pada
daerah panggul yang terletak pada kloaka ayam. Sebagian besar dari ayam petelur,
kloaka akan pindah kebawah tulang pubis pada saat telur keluar. Jarak antara dua
tulang ini pada ayam petelur adalah suatu indikator yang baik untuk menentukan
ukuran telur. Idealnya, tulang ini mempunyai sedikit lemak dan tulang rawan yang
menyelimutinya, barang kali tebalnya hanya 0,25 inci atau lebih sedikit (Don
Schrider, 2003).

2.6Anatomi dan Morphologi Ayam Kampung


Ayam Kampung merupakan salah satu ayam lokal di Indonesia dan dulu
dikenal juga sebagai ayam buras (bukan ras). Ayam Kampung banyak dipelihara
karena relatif mudah, tidak memerlukan modal besar serta berperan dalam
memanfaatkan sisa-sisa buangan dapur maupun sisa-sisa hasil pertanian (Sumanto
etal., 1990).
Secara umum ciri-ciri ayam kampung adalah memiliki tubuh yang ramping,
kaki panjang dan warna bulu yang bervariasi yaitu hitam, putih, coklat, abu-abu
campuran. Sifat fenotipik dan genotipik ayam Kampung masih sangat bervariasi
seperti warna bulu yang masih beragam yaitu berwarna hitam, tipe liar, pola
kolumbian, bulu putih dan bulu lurik (Sulandari et al., 2007).
Soeparno (2005) menjelaskan bahwa ternak jantan pada umur yang sama
dengan betina, lebih cepat tumbuh. Jantan memiliki testosteron sebagai suatu
steroid androgen yang merupakan hormon pengatur pertumbuhan. Androgen
dihasilkan sel-sel interstisial dan kalenjar adrenal. Salah satu dari steroid
androgen adalah testosterone yang dihasilkan testis. Sekresi testosterone yang
tinggi pada jantan menyebabkan sekresi androgen menjadi tinggi pula, sehingga
pertumbuhan ternak jantan dibandingkan betina, lebih cepat terutama setelah sifatsifat kelamin sekunder muncul.
2.7 Kerangka Pada Ayam
Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong
tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel
darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan
meringankan tubuh saat terbang (North, 1978).
Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan
pada tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat.
Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada
unggas air (Akoso, 1993). Tulang punggung pada leher dan ekor dapat digerakkan
dan pada bagian badan memanjang dan hanya satu ruas yang dapat digerakkan.
Tulang punggung tersebut bersatu membentuk suatu susunan struktur yang kaku

yang dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang kekuatan
gerakan dan aktivitas sayap (Nesheim et al., 1972).
Fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia digantikan sayap pada
unggas, begitu pula kaki pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang
metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang
dan menyatu pada bagian shank (North, 1978).
Ayam mempunyai banyak macam tulang yang berongga (tulang pneumatik)
yang berhubungan dengan fungsi dari sistem pernapasan. Beberapa tulang
tersebut adalah tulang tengkorak (skull), tulang lengan (humerus), tulang selangka
(clavicle), tulang pinggang (lumbal) dan tulang kemudi atau sacral vetebrae
(Nesheim et al., 1972).

III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat
1. Baki atau nampan
3.2 Bahan
2. Ayam Ras pedaging/Broiler
3. Ayam Ras petelur/Layer
4. Ayam Kampung Jantan
5. Ayam kampung betina
3.3 Prosedur Kerja
1. Setiap kelompok mendapat satu jenis ayam
2. Agar setiap kelompok dapat mengamati ketiga jenis ayam, pada saat
praktikum objek akan ditukar

10

Tabel 1. Prosedur kerja praktikum


No

Pengamatan

Prosedur

.
1.

Seluruh tubuh
ayam

2.

Kepala

1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam


keadaan tenang
2. Gambar dan sebutkan anatominya
3. Kemudian gambar kepala dan bagiannya
4. Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger
dan sebutkan jenis jenggernya
5. Amati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh,

3.

Bulu

pial, cuping telinga, mata


6. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan
di bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae,
dan filoplumulae
7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder,
primer, dan bulu axial kemudian gambar
8. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian

4.

Kaki

gambar dan tulis bagian-bagiannya


9. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya
10. Amati pigmentasi pada kaki
11. Ukur panjang shank, kemudian bedakan dari
ketiga jenis ayam yang saudara amati

11

IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 2 Hasil pengamatan praktikum
Keterangan

Gambar 1 Kerangka ayam petelur

12

Keterangan

Gambar 2 Layer (Ayam Petelur)


Keterangan

Gambar 3 Ayam Kampung Jantan

13

Keterangan

Gambar 4 Ayam Kampung Betina


4.2 Pembahasan
4.2.1. Kerangka Ayam Petelur
Karakteristik kerangka unggas bersifat khas yaitu, ringan dan berisi udara.
Hal ini disesuaikan dengan kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan dan
terbang. Anggota gerak kepala dan leher dapat digerakkan secara bebas untuk
keperluan makan, merawat bulu, dan kepentingan pertahanan
Pertumbuhan tercepat dari sistem kerangka, baik dari segi panjang dan lebar
dan tulang deposisi mineral, terjadi pada 2 minggu pertama hidup. Pada menetas,
mineralisasi kerangka perlu diperhatikan dengan baik . Ini berarti bahwa proporsi
yang

tinggi mineral

yang

dikonsumsi dan tersedia

selama beberapa hari

pertama setelah menetas diperlukan untuk tulang mineralisasi dan pertumbuhan.


Semakin besar kerangka ayam produktivitas semakin baik.
Sistem struktural unggas terdiri dari tulang, tulang rawan, ligamen, tendon,
dan jaringan ikat kulit dan organ lain. Pertumbuhan tulang yang sehat dapat
tergantung oleh kondisi perkembangan, gizi, lingkungan, atau infeksi, dengan

14

tulang masalah yang sering dikaitkan dengan lebih dari satu penyebab. Pada
pembentukan tulang dan peran mineral dalam pengembangan dan perbaikan
tulang menunjukkan bahwa ketersediaan Zn, Cu, dan Mn harus dipertimbangkan
oleh ahli gizi yang ingin meningkatkan ketahanan tulang, tulang rawan, dan
jaringan struktural lainnya pada unggas
Tulang-tulang pada ayam meliputi tengkorak, tulang lengan, tulang
selangka, tulang pinggang, dan tulang kemudi dengan tulang pernapasan. Fungsi
tulang adalah sebagai tempat pertautan otot-otot sehingga membentuk tubuh,
melindungi organ dalam seperti alat pencernaan, jantung, hati danalat produksi,
tempat sunsum untukmembentuk sel darah merah dan sel darah putih dan untuk
bernafas, yaitu meringankan tubuh saat terbang.
Susunan tulang ayam terdiri atas vertebrae cervicalis atau tulang leher (1314 ruas) yang berguna untuk menggerakan leher. Vertebrae columnalis atau
vertebrae dordalis atau tulang punggung (7 ruas). Tulang ini melakukan fungsi
bersama-sama untuk membentuk persendian tulang. Vertebrae pygostyle dan
urostylus, yaitu ekor yang membentuk coccygeal (4 ruas). Tulang rusuksebanyak
7 buah. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang. Tulang
pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-masing 7
buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastic saat terjadinya peneluran.
Tulang pubis digunakan untuk mendeteksi produksi telur, jarak antara tulang
pubis untuk ayam yang berproduksi tinggi minimal tiga jari, jarak antara kloaka
dan sternum minimal empat jari dibentangkan.
Tulang Pubis adalah dua tulang yang membentuk lengkung yang berada
pada daerah panggul yang terletak pada kloaka ayam. Sebagian besar dari ayam
petelur, kloaka akan pindah kebawah tulang pubis pada saat telur keluar. Jarak
antara dua tulang ini pada ayam petelur adalah suatu indikator yang baik untuk
menentukan ukuran telur.Os pubis pada unggas memanjang kebelakang sehingga
ujungnya dapat diraba dibawah vent nya kiri dan kanan, jarak kedua ujung ini
dapat dipakai untuk mendeteksi produksi telur.

15

Gambar
5.
Gambar
5 Kerangka
ayam
4.2.2 Ayam Layer (Petelur)
Paruh pada ayam petelur biasanya dipotong atau yang sering disebut dengan
debeaking. Ini merupakan salah satu ciri untuk membedakan ayam petelur dengan
pedaging. Tujuan dari adanya debeaking pada ayam petelur adalah untuk
mengefisienkan penggunaan pakan, mencegah kanibalisme antar ayam atau
kanibal makan telurnya, tidak menyakiti diri ayam sendiri, serta meningkatkan
pertumbuhan dan produksi telur. Debeaking pada dasarnya dilakukan pada anak
ayam dan ayam yang berumur muda. Debeaking pada anak ayam biasa dilakukan
pada umur 1 hari atau pada umur 6 9 hari dan sebaiknya jangan dilakukan pada
umur 2 3 hari karena akibat yang ditimbulkannya dapat lebih buruk, yaitu terjadi
penurunan konsumsi makanan maupun miuman secara tajam.
Unggas-unggas yang dipotong paruhnya tidak akan pilih-pilih makanan
sedang pada unggas yang tidak dipotong paruhnya akan lebih memilih jenis
makanan yang berbutir (crumble dan pellet) daripada jenis tepung (mash).
Sehingga kebanyakan makanan yang tersisa adalah jenis tepung. Dengan efisiensi
penggunaan pakan maka laju pertumbuhan diharapkan meningkat pula.

16

Ayam petelur memiliki bentuk jengger single. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam perkawinan sehingga ayam petelur memiliki reproduksi yang
tinggi dan agar jengger ayam petelur tidak dipacuk oleh ayam petelur lain.
Ayam petelur yang mempunyai produksi telur tinggi mempunyai ciri-ciri
diantaranya adalah jarak antar tulang pubis (Os Pubis) lebih dari tiga jari manusia,
kalau diraba perutnya lunak, kloaka bulat telur, lebar, basah, dan kelihatan
mengkilat, badan agak memanjang tubuh penuh dan punggung luas, bentuk kepala
ayam bagus, mata bersinar cerah jengger merah cerah. Jengger yang tumbuh dan
berkembang dengan baik merupakan indikator dari ayam yang memiliki produksi
dan reproduksi yang baik.
Tekstur jengger dan pial dari ayam petelur yang sedang produktif terlihat
berwarna merah serta terasa lunak, halus, dan hangat jika dipegang. Selain itu,
warna kuning yang terdapat pada shank atau cakar dan kulit berubah menjadi
pucat karena pigmen lipokrom akan dimobilisasi untuk pembentukan kuning telur
ketika pigmen tersebut kurang dalam ransum.

Gambar 6 Ayam layer betina

17

Tabel 3 Perbedaan ciri ciri ayam berdasarkan daya bertelurnya


No Bagian tubuh ayam
Daya bertelur tinggi
Daya bertelur rendah
1. Jengger
Besar, kokoh, merah, Kecil, mengkerut, kering
2.

mengkilap
Cerah, mata bercahaya

Muka

dan pucat
Pucat kekuningan, mata
cekung

3.

Lubang dubur

dan

tidak

bercahaya
Besar, lebar, bentuknya Kecil, bulat mengkerut,
oval

memanjang, dan kering

permukaannya licin dan


4.

basah
Tipis, tajam, lembut

Tulang pubis

Ujungnya tebal, kasar,

5.

Lebar antar ujung 3-4 jari orang dewasa

dan kering
Kurang dari 1 jari tangan

6.

tulang pubis
Rongga perut

orang dewasa
Keras, penuh

7.

kecil dan sempit


Jarak antara ujung 4 jari orang dewasa atau Kurang dari 2 jari tangan
tulang

Lembut

pinggul lebih

lemak,

orang dewasa

8.

dengan tulang dada


Kulit badan

Lembut

halus

dan Keras, tebal, ketat karena

9.

Bulu

longgar
Lengkap,

padat

penuh lapisan lemak


dan Suram, kurang rapat

10. Kaki

mengkilap
Pipih, kecil dan pucat Bulat, kasar, warna
kuning

4.2.3 Ayam Kampung Jantan


Warna bulu dari ayam kampung jantan yaitu bulu leher dan sayap berwarna
lurik kuning, bulu punggung dan dada berwarna lurik hitam dan bulu ekor
berwarna hitam kehijauan. Bentuk tubuh dan bulu dari ayam kampung jantan
yaitu jantan memiliki bulu ekor sama panjang dengan panjang tubuh,
berpenampilan gagah dan memiliki kaki yang panjang. Ayam kampung jantan

18

memiliki shank berwarna putih, pial dan jengger berwarna merah dan bentuk
jengger tunggal (single).

4.2.4 Ayam Kampung Betina

Gambar 7 Bentuk jengger


single

Warna bulu dari ayam kampung betina yaitu bulu leher, punggung dan sayap
berwarna lurik abu-abu, bulu dada berwarna putih dan bulu ekor berwarna hitam
keabuan. Selain itu, ayam kampung betina meiliki bulu ekor lebih pendek dari
panjang tubuh, memiliki ukuran badan dan kepala yang lebih kecil. Shank pada
betina berwarna kuning, pial dan jengger berwarna merah dan bentuk jengger
tunggal (single). Jengger pada ayam kampung betina tidak sebesar jengger ayam
jantan. Kaki ayam betina berwarna kuning pucat karena mengandung pigmen
lipokrom yang akan dimobilisasi dalam pembentukan kuning telur ketika pigmen
tersebut dalam pakan kurang. Kaki ayam betina juga tidak memiliki taji seperti
ayam jantan. Paruh pada ayam betina tidak mengalami debeaking. Badan ayam
betina lebih kecil dari ayam jantan. Indera paling sensitif pada ayam adalah indera
pendengaran, sehingga anak ayam dapat membedakan suara ayam betina yang
merupakan induknya sendiri atau bukan induknya.
Tabel 4 Kaitan antara pigmen dengan variasi warna kulit dan cakar (shank)
Pigmen

Dermis

Epidermis

1. Melanin

Warna Kulit/
Cakar
Kuning

19

2. Lipokrom
1. Melanin

v
v

Hitam

2. Lipokrom
1. Melanin

V
V

v
-

Biru

2. Lipokrom
1. Melanin

Hijau

2. Lipokrom

Gambar 8 Ayam kampung jantan dan betina

20

V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kerangka dari unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan pada
tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat.
Sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada
unggas air
2. Bagian organ ayam yang tampak dari luar dari bagian kepala, leher, tubuh
bagian depan dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata, jengger,
cuping dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan
terdapat dada dan sayap dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor,
paha, betis dan cakar
3. Pada jantan, jengger dan pialnya akan lebih besar dibandingkan betina dan
kepala jantan akan lebih cekung dan terlihat maskulin. Betina akan tumbuh
lebih lambat dibanding jantan dan lebih jernih serta terlihat feminin. Pada
beberapa varietas, bulu dari tiap jenis kelamin akan berkembang sesuai
karakteristik pola warna yang mengidentifikasinya.
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1993. Manual Kesehatan Unggas : Panduan bagi petugas teknis,
penyuluh dan peternak. Kanisius, Yogyakarta

21

Blakely, J dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan, Edisi 4. UGM Press:


Yogyakarta
Don

Schrider. 2003, Selecting for Egg Production, Communication


Director,American
Livestock
Breeds
Conservancy,
USA.
http://albcusa.org/documents/ALBCchicken_assessment-2.pdf.
Diakses
tanggal 13 Maret 2014

Melvin L. Hamre, 1990, Evaluation Egg Production, Communication


andEducational Technology Services, University of Minnesota
Extension.http://www.extension.umn.edu/distribution/livestocksystems/DI1
182.htmlDiakses tanggal 13 Maret 2014.
Nesheim, M. C., R. E. Austic and L. E. Card, 1979. Poultry Production. 11th ed.
Lea and Febiger: Philadelphia.
North, M.O. and D.O. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th
Revised Edition. Van Nostrand Reinhold: New York
Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya: Jakarta.
Rose, S.P. 1997. Principle of Poultry Science. Centre for Agriculture and
Bioscience International: New York.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging, Cetakan III. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta.
Sudarmono, A. S. dan Y. B. Sugeng. 2003. BeternakAyam. Seri Agribisnis.
EdisiRevisi. PenebarSwadaya: Jakarta.
Sudaryani dan santoso, 1995. Pembibitan Ayanm Buras. Penebar Swadaya:
Jakarta
Suprijatna, E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya: Jakarta
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sulandari, S., M. S. A. Zein, D. Astuti and T. 2007. Unblocking Indonesian
Indigenous Chicken Genome to explore genetic resistance to avian influenza
virus infection. Laporan Akhir, Program Insentif KNRT Tahun Anggaran
2007.
Sumanto , et al. 1990. Pengaruh perbaikan tatalaksana terhadap penampilan
usaha ternak ayam buras di desa Pangradin. Suatu analisa ekonomi. Ilmu
dan Peternakan. Desember. Vol.4,.No.3. Balitnak: Bogor

22

Susilorini, T. E., Sawitri. M. E., Muharlien., 2009. Budidya 22 Ternak Potensial.


Penerbit Penebar Swadaya: Jakarta.
Syamsuddin, Asgul.1989. Ilmu Ternak Unggas.Fakultas Peternakan Universitas
Andalas: Padang.
Williamson, G., dan W.J.A. Payne. 2011. Pengantar Peternakan di Daerah
Tropis. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Yuwanta, Tri. 2004. Dasar Ternak Unggas. Kanisius: Yogyakarta

23

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai