Pembentukan sikap
Sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang perkembangan
individu yang bersangkutan. Untuk dapat menjelaskan bagaimana terbentuknya
sikap akan dapat jelas dilihat pada bagan sikap berikut ini.
Faktor internal :
Fisiologis
Psikologis
Sosial
Ekonomi
Sikap positif/negatif
Sikap
Faktor eksternal :
Pengalaman
Pengetahuan
Situasi
Norma-norma
Hambatan
Pendorong
Reaksi
Dari bagan tersebut dapat dikemukakan bahwa sikap yang ada pada diri
seseorang akan dipengaruhio oleh faktor internal, yaitu faktor fosiologis dan
psikologis, dan keadaan sosial ekonomi, serta faktor eksternal. Faktor eksternal
dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu,norma-norma yang ada
dalam masyarakat, hambatan-hanbatan atau pendorong-pendorong yang ada
dalam masyarakat. Semua ini akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri
Proses Belajar
Cakrawala
Pengalaman
Pengetahuan
Persepsi
Obyek Sikap
-Kepribadian
Evaluasi senang, tidak senang
- Kognisi
- Afeksi
- Konasi
Kecenderungan bertindak
Sikap
Objek sikap akan dipersepsi oleh individu, dan hasil persepsi akan dicerminkan
dalam sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan. Dalam mempersepsi
objek sikap individu akan dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman,
cakrawala, keyakinan, proses belajar, dan hasil proses persepsi ini akan
merupakan pendapat ataukeyakinan individu mengenai objek sikap dan ini
berkaitan dengan segi kognisi. Afeksi akan mengiringi hasil kognisi terhadap
objek sikap sebagai aspek evaluatif yang dapat bersifat positif atau negatif. Hasil
evaluasi aspek afeksi akan mengait segikonasi, yaitu merupakan kesiapan
untuk bertindak,kesiapan untuk berperilaku. Keadaan lingkungan akan
memberikan pengaruh terhadap objek sikap maupun pada individu
bersangkutan.
Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung daoat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis,kemudian ditanyakan pendapat responden
(sangat setuju, tudak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007).
Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami
anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara
tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan
seberapa besar perubahannya.
2.
Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya
keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan
keluarga dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan
teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang
di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
3.
4.
Pada keluarga dengan gangguan jiwa, fungsi ini mengalami gangguan dalam
berhubungan dengan lingkungan sekitar termasuk dengan masyarakat dan komunitas
yang dapat disebabkan karena perasaan malu mempunyai salah satu anggota keluarga
dengan gangguan jiwa.
2 Fungsi Ikatan
Fungsi ikatan keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga sehubungan
dengan keterikatan antar anggota keluarga meliputi kejelasan ikatan antar individu, ikatan
antar generasi, dan ikatan keluarga (Varcarolis, 2006 dalam Sari, 2009). Pada keluarga
dengan gangguan jiwa, fungsi ini sangat penting dilakukan dalam upaya meningkatkan
semangat, motivasi, dan peningkatan harga diri klien sehingga dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku adaptif dari klien dalam upaya peningkatan kesehatannya. Selain
itu adanya ikatan keluarga yang kuat dapat menjadikan hidup klien lebih berharga dan
berarti serta bermakna atau bermanfaat bagi keluarganya. Klien akan merasa bahwa
dirinya masih sangat dibutuhkan oleh orang lain khususnya oleh keluarga dimana klien
tinggal.
3. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi keluarga merupakan fungsi yang dilakukan keluarga
sehubungan dengan pola komunikasi dalam keluarga meliputi kejujuran dan keterbukaan
pesan atau komunikasi yang disampaikan, tanpa manipulasi, dan ekspresi anggota
keluarga dalam menanggapi hal positif dan negatif (Varcarolis, 2006 dalam Sari,2009).
Pada keluarga dengan gangguan jiwa, fungsi ini memegang peranan yang esensial
karena secara otomatis akan berdampak langsung pada ketegangan hubungan antar
anggota keluarga ataupun dengan klien.
4. Fungsi suportif emosional
Pada keluarga dengan gangguan jiwa, fungsi ini sangat berperan dalam
meningkatkan dukungan psikis antar anggota keluarga dan terutama untuk meningkatkan
dukungan moral terhadap klien. Dengan adanya sungsisuportif emosional yang adekuat