Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

Geoteknik atau dikenal sebagai engineering geology merupakan bagian


dari rekayasa sipil, dimana proyek-proyek rekayasa sipil pada umumnya
mensyaratkan adanya penyelidikan geoteknik.
Peranan geoteknik dalam dunia pertambangan dimulai pada saat studi
kelayakan sampai berakhirnya proses penambangan Adapun tujuannya adalah
untuk menjamin perlindungan lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dan kelancaran produksi.
Dengan melaksanakan kajian geoteknik yang berupa kemantapan lereng,
maka akan dapat disusun suatu rencana penambangan yang lengkap, antara lain
menyangkut jenis dan kapasitas peralatan, jadwal dan kecepatan penambangan,
kapasitas produksi, kualitas produksi serta jaminan adanya penambangan yang
aman. Dengan demikian dapat diharapkan jumlah cadangan terambil secara
optimal
Pada pekerjaan penambangan yang melibatkan kegiatan penggalian
maupun penimbunan masalah geoteknik yang berupa kemantapan lereng
merupakan masalah penting karena menyangkut masalah keselamatan pekerja
dan peralatan serta bangunan yang ada disekitarnya.
Tugas utama seorang ahli geoteknik adalah : melakukan penyelidikan yang
memadai, menerapkan analisis yang handal, memberikan rekomendasi yang
memadai untuk keperluan perancangan, menjamin pelaksanaan prosedur
pemindahan material

yang sesuai, menjamin kecocokan lokasi proyek untuk

peruntukan pemakaiannya.

BAB II
KEMANTAPAN LERENG

Di alam tanah atau batuan, umumnya berada dalam keadaan setimbang


artinya keadaan dimana distribusi tegangan pada tanah atau batuan tersebut
dalam keadaan mantap. Apabila karena adanya suatu kegiatan terhadap tanah
atau batuan tersebut berupa penggalian, pengangkutan, penimbunan, erosi atau
aktivitas lain sehingga kesetimbangannya terganggu, maka tanah atau batuan
tersebut akan berusaha untuk mencapai keadaan kesetimbangan baru dengan
cara pengurangan beban, terutama dalam bentuk longsoran.
Secara prinsip, pada suatu lereng berlaku dua macam gaya, yaitu gaya
yang membuat massa batuan atau tanah bergerak atau gaya penggerak dan
gaya yang menahan massa batuan atau tanah tersebut dari pergerakan atau
gaya penahan. Lereng akan longsor jika gaya penggerak lebih besar daripada
gaya penahan. Secara matematis kemantapan suatu lereng dapat dinyatakan
dalam bentuk Faktor Keamanan (FK) sebagai berikut :

FK

GayaPenahan
GayaPenggerak

dimana bila :
FK > 1

Lereng dianggap mantap.

FK = 1

Lereng dalam keadaan setimbang, tetapi akan segera longsor jika ada
gangguan.

FK < 1

Lereng dianggap tidak mantap.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemantapan Lereng


Faktor-faktor yang mempengaruh terhadap kemantapan lereng batuan atau tanah
antara lain :

1. Penyebaran Batuan
Penyebaran batuan berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena sifat-sifat
fisik dan mekanik batuan atau tanah antara yang satu dengan lainnya mempunyai
nilai yang berbeda sehingga kekuatan menahan bebannya sendiri juga berbeda.
1.1. Sifat-sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan atau tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah :
bobot isi, porositas, dan kandungan air, sedangkan yang termasuk sifat mekanis
adalah : kuat tekan, kuat tarik, kuat geser dan sudut geser dalam.
1.1.1. Bobot isi
Semakin besar bobot isi suatu batuan atau tanah, maka gaya penggerak yang
menyebabkan longsor semakin besar juga. Dengan demikian, kemantapan lereng
tersebut semakin berkurang.
1.1.2. Porositas
Batuan yang mempunyai porositas besar akan banyak menyerap air. Dengan
demikian bobot isinya menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kemantapan
lereng.
1.1.3. Kandungan air
Semakin besar kandungan air dalam batuan atau tanah, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian kuat geser batuan menjadi
semakin kecil , sehingga kemantapan dari suatu lereng semakin mengecil.
Adanya air dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang
memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser kecil akan
lebih mudah longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :
= C + ( - ) tan .(1)
dengan :
= Kuat geser batuan (KPa)
C = Kohesi (KPa)

= Tegangan normal (KPa)


= Tekanan air pori (KPa)
=

Sudut geser dalam ( 0)

1.1.4. Sudut geser dalam batuan


Semakin besar sudut geser dalam , maka kuat geser batuan juga semakin besar.
Dengan demikian , lereng yang disusun oleh batuan tersebut menjadi lebih
mantap.
1.2.

Struktur batuan

Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng adalah bidangbidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut merupakan
bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat merembesnya air, sehingga batuan
lebih mudah longsor. Penyebaran batuan atau tanah yang terdapat di daerah
penyelidikan harus diketahui, demikian juga penyebaran serta hubungan antar
batuan. Ini perlu dilakukan karena sifat fisik dan mekanis suatu batuan berbeda
dengan batuan lainnya.
2. Topografi
Kondisi tofografi mempengaruhi laju erosi dan pengendapan serta menentukan
arah aliran air permukaan (hidrologi) dan air tanah. Hal ini disebabkan karena
untuk daerah yang curam, kecepatan aliran air permukaan tinggi dan
mengakibatkan pengikisan lebih intensif dibandingkan pada daerah yang landai.
Karena erosi yang intensif, akan banyak dijumpai singkapan batuan dan ini
menyebabkan pelapukan yang lebih cepat. Batuan yang lapuk mempunyai
kekuatan yang rendah sehingga kemantapan lereng menjadi berkurang.
3. Struktur geologi
Struktur geologi yang berpengaruh terhadap kemantapan lereng adalah sesar,
kekar, bidang perlapisan, perlipatan, ketidakselarasan dan sebagainya. Struktur
geologi tersebut merupakan bidang lemah di dalam suatu massa batuan dan
dapat menurunkan kemantapan lereng.

4. Kondisi hidrologi dan hidrogeologi


Air tanah merupakan faktor yang penting dalam kemantapan lereng, air tanah
dapat mempengaruhi lereng dengan lima cara: mengurangi kekuatan, merubah
kandungan mineral melalui proses alterasi dan pelarutan, mengubah densitas,
menimbulkan tekanan air pori dan menyebabkan erosi. Muka air tanah yang ada
menjadikan lereng sebagian besar basah dan batuannya mempunyai kandungan
air yang tinggi. Batuan dengan kandungan air yang tinggi kekuatannya menjadi
rendah sehingga lereng lebih mudah longsor. Hal ini disebabkan air yang
terkandung pada batuan akan menambah beban batuan tersebut.
5. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kemantapan lereng karena iklim mempengaruhi
perubahan temperatur. Temperatur yang cepat sekali berubah dalam waktu yang
singkat akan mempercepat proses pelapukan batuan sehingga mengakibatkan
lereng mudah longsor. Untuk daerah tropis pelapukan lebih intensif dibandingkan
dengan daerah dingin.
6. Geometri lereng
Geometri lereng mencakup tinggi lereng dan sudut kemiringan lereng. Lereng
yang terlalu tinggi akan mengakibatkan menjadi tidak mantap dan cenderung
lebih mudah longsor dibandingkan dengan lereng yang tidak terlalu tinggi bila
susunan batuannnya sama. Demikian juga untuk sudut kemiringan lereng, makin
besar kemiringan lereng atau tingkat kecuramannya semakin besar maka
semakin mungkin terjadinya kelongsoran.
7. Gaya-gaya luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan suatu lereng berupa
getaran yang di akibatkan oleh gempa bumi, peledakan dan lalulintas alat berat
atau kendaraan.

BABIII
GERAKAN TANAH/BATUAN
Gerakan tanah atau batuan adalah perpidahan massa tanah atau batuan
pada arah tegak, datar atau miring dari kedudukan semula, yang terjadi bila ada
gangguan kesetimbangan pada saat itu.
III.1.

Klasifikasi Gerakan Tanah/Batuan


Klasifikasi gerakan tanah oleh Highway Research Board Landslide

Commitee (1958) didasarkan atas macam/tipe gerakan, macam material yang


bergerak dan kecepatan gerakan, yaitu :

Klasifikasi Gerakan Tanah (Research Board Landslide Commitee,1958)

1.

Runtuhan (falls)
Runtuhan terjadi jika tanah/batuan itu ibaratnya jatuh bebas, seperti massa

batuan pada dinding yang curam (mendekati tegak), yang tiba-tiba jatuh.
Runtuhan ini dapat terjadi dari bidang-bidang diskontinu pada suatu lereng yang
tegak, pada rayapan dari lapisan lunak (misalnya marl lempung) dan juga dari
gulingan blok.
a.

Runtuhan batuan (rock fall)


Suatu massa batuan yang jatuh ke bawah karena terlepas dari batuan

induknya, terjadi pada tebing tebing yang terjal. Gerakannya ekstrim cepat.
Dapat terjadi karena :
1. tarikan gaya berat, kekar atau rekahan
2. pemotongan kaki tebing oleh alam maupun manusia

Runtuhan batuan (rock fall)

b.

Runtuhan tanah (soil fall)


Seperti runtuhan batuan, hanya yang jatuh ke bawah berupa massa tanah.

Gerakannya sangat cepat.


c.

Runtuhan bahan rombakan (debris fall)


Seperti runtuhan batuan, hanya yang jatuh ke bawah berupa massa bahan

rombakan. Gerakannya sangat cepat (ekstrim cepat)


2.

Longsoran (slides)

a.

Nendatan (slump)
Gerakan yang terputus-putus atau tersendat-sendat dari massa tanah atau

batuan ke arah bawah dalam jarak yang relatif pendek, melalui bidang lengkung

dengan kecepatan ekstrim lambat sampai agak cepat (moderat). Pada umumnya
sesuai dengan prosesnya yang terputus-putus sehingga mempunyai lebih dari
satu bidang longsor yang kurang lebih sejajar atau searah satu sama lain.

Nendatan (slump)

c.

Block glide
Gerakan turun ke bawah dari massa tanah atau batuan yang berupa blok

dengan kecepatan lambat sampai agak cepat (moderat). Block yang turun dapat
disebabkan atau dibatasi oleh sesar atau kekar.

Block glide

d.

Longsoran batuan (rock slide)


Gerakan massa batuan ke arah bawah yang biasanya melalui bidang

perlapisan, rekahan-rekahan atau bidang sesar. Dalam hal ini kemiringan lereng
searah dengan kemiringan perlapisan batuan.
Lapisan batuan yang dapat bertindak sebagai bidang longsor adalah
batuan yang berukuran sangat halus (lempung, tuf-halus, napal dan sebagainya).
Kecepatan gerakan amat lambat sampai cepat.

Longsoran batuan (rock slide)

e.

Longsoran bahan rombakan (debris slide)


Gerakan massa tanah atau hasil pelapukan batuan melalui bidang longsor

yang relatif turun secara meluncur atau menggelinding. Bidang longsor


merupakan bidang batas antara tanah dengan batuan induknya.

Longsoran bahan rombakan (debris slide)

3.

Aliran (flow)

a.

Aliran tanah (earth flow)

Gerakan tanah dari massa tanah secara mengalir dengan kecepatan


lambat sampai cepat. Material (massa) tanah yang sangat plastis biasanya
dengan kecepatan lambat sampai cepat dan lumpur dengan kecepatan sangat
cepat. Sehingga ada yang disebut aliran tanah lambat dan aliran tanah cepat.
Disini faktor kandungan air sangat penting.

Aliran tanah (earth flow)

b.

Aliran fragmen batuan


Gerakan secara mengalir dari massa batuan yang berupa fragmen-

fragmen dengan kecepatan ekstrim cepat dan kering. Macam aliran fragmen
batuan, misalnya rockfall avalanche, yaitu massa yang bergerak sangat luas baik
berupa runtuhan batuan atau longsoran batuan dengan kecepatan ekstrim cepat.

Aliran fragmen batuan

c.

Sand run
Gerakan dari massa pasir secara mengalir dengan kecepatan cepat

sampai sangat cepat dalam keadaan kering.

Sand run

d.

Loess flow (dry)


Aliran loess kering, massa yang mengalir berupa loess yang sangat kering,

biasanya disebabkan oleh gempa bumi. Kecepatan aliran ekstrim cepat.

Loess flow (dry)

e.

Debris avalanche
Gerakan bahan rombakan dalam keadaan agak basah dengan kecepatan

sangat cepat sampai ekstrim cepat. Kalau keadaanya basah disebut debris flow
(aliran basah rombakan).

Debris avalanche

f.

Sand flow (aliran pasir), Silt flow (aliran batulumpur)

Seperti sand run, hanya disini dalam keadaan basah. Kalau materialnya
yang mengalir berupa pasir disebut aliran pasir, sedangkan kalau berupa lumpur
disebut aliran batu lumpur. Kecepatan alir cepat sampai sangat cepat. Aliran dari
material lumpur yang basah. Perbedaan dengan aliran tanah hanya pada tingkat
kebasahan dari materialnya. Perkiraan kecepatan gerak (alir) material yang
bergerak (mengalir).
- Ekstrim cepat

> 10 ft/detik

- Amat (sangat) cepat

1 ft/mnt 10 ft/mnt

- Cepat

5 ft/day 1 ft/mnt

- Moderate (agak cepat)

5 ft/bln 1 ft/day

- Lambat

1 ft/5 bln 5 ft/thn

- Sangat lambat

1 ft/ 5 bln 5 ft/thn

- Ekstrim lambat

< 1 ft/5 thn

Sand flow (aliran pasir) dan Silt flow (aliran batulumpur)

Gerakan tanah yang lain :


1.

Creep
Aliran massa tanah (batuan) yang ekstrim lambat, tidak dapat dilihat,

hanya akibatnya akan tampak seperti tiang listrik, pohon bengkok. Contoh : rock
creep, soil creep, talus creep (tergantung macam materialnya).

Creep

2.

Amblesan (subsidence)
Adalah gerakan ke arah bawah yang relatif tegak lurus, yang menyangkut

material permukaan tanah atau batuan tanpa gerakan ke arah mendatar dan tidak
ada sisi yang bebas.

Amblesan (subsidence)

Dapat disebabkan karena terlampau berat beban dan daya dukung tanah
kecil, Juga bisa karena pemompaan air tanah jauh melampaui batas, sehingga
pori-pori yang tadinya terisi oleh air tanah akan mampat.

Pemompaan air tanah berlebihan

Dengan demikian, penyebab terjadinya gerakan tanah adalah :

1. Kemiringan lereng
2. Jenis batuan/tanah
3. Struktur geologi
4. Curah hujan
5. Penggunaan tanah dan pembebanan massa
6. Getaran :

- gempa bumi
- lalu lintas

III.2.

Penanggulangan Longsoran (Gerakan Tanah)

Cara penanggulangan gerakan tanah :


1. Cara vegetatif
2. Cara mekanis (teknis)
3. Cara gabungan teknis dan vegetatif

III.2.1. Cara vegetatif


Apabila faktor penyebab gerakan tanah adalah faktor kandungan air dalam
tanah akibat curah hujan.

Macam gerakan tanah :


-

mudflow

earthflow

Macam Gerakan Tanah (Carson, 1972)

Fungsi vegetasi :
-

mengurangi energi butir hujan

mengurangi energi aliran permukaan

mengurangi jumlah air hujan yang sampai ke permukaan tanah


(intersepsi)

akar tumbuh-tumbuhan dapat memperkuat tanah


Harus dipilih vegetasi yang cocok/sesuai, karena beberapa vegetasi justru

memperbesar infiltrasi seperti vegetasi yang besar dapat memperbesar


pembebanan.
III.2.2. Cara mekanis
Ada dua prinsip yaitu : pengurangan tekanan dan memperbesar kekuatan
a. Pengurangan tekanan, dilakukan dengan cara :
-

melandaikan lereng, terasering

terasering

mengalirkan air permukaan (drain surface)

drain surface

mengalirkan air bawah permukaan (drain subsurface)

drain subsurface

mengurangi beban

b. Memperbesar kekuatan, dilakukan dengan cara :


-

Pembuatan dinding penahan

Dinding Penahan

Anchor

Anchor

Grouting,

yaitu

penyemenan

permukaan

(shotcrete),

misalnya

wiremesh shotcrete. Grouting dibuat di daerah yang banyak rekahan


(retakan)

Grouting

AIR TANAH

Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah dan terletak pada
zone jenuh air.

Asal air tanah :


1. Dari permukaan tanah (air hujan, sungai, danau, dll)
2. Dari dalam bumi sendiri (air tersebut terjadi secara bersama-sama dengan
batuannya), misalnya pada waktu terjadi batuan endapan terdapat air yang
terjebak oleh batuan endapan tersebut, contoh :
-

air fosil (connate water) biasanya asin

air volkanik, panas dan mengandung sulfur

Faktor-faktor yang menyebabkan banyak sedikitnya kandungan air tanah dalam


suatu daerah :
1. Iklim, banyak sedikitnya curah hujan
2. Kemiringan permukaan tanah

3. Tumbuh-tumbuhan
Tumbuh-tumbuhan dapat mengikat air, penguapan akan berkurang dengan
adanya banyak tumbuh-tumbuhan.
4. Derajat kesarangan / porositas tanah atau batuan
Batuan atau tanah poros banyak mengandung air tanah
Berdasarkan perlakuannya terhadap air tanah maka lapisan-lapisan batuan dapat
dibedakan menjadi :
1. Lapisan pembawa air (akuifer)
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
dapat menyimpan dan mengalirkan air tanah dalam jumlah yang besar di
bawah kondisi lapangan, contoh : pasir, kerikil, batupasir, batugamping yang
banyak rekahan, dll.
2. Lapisan kedap air
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
hanya dapat menyimpan air tanah tetapi tidak dapat mengalirkannya dalam
jumlah yang berarti di bawah kondisi lapangan, contoh : lempung, lumpur, tuf
halus (batuan yang berukuran sangat halus), dll.
3. Lapisan kebal air
Yaitu lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga
sama sekali tidak dapat mengandung air tanah di bawah kondisi lapangan,
contoh : batuan beku.
Daerah-daerah yang banyak terdapat lapisan pembawa air :
1. Daerah dataran banjir
2. Lembah-lembah mati
3. Dataran pantai
4. Dataran/lembah antar gunung
5. Daerah batugamping yang banyak rekahan
6. Daerah batuan vulkanik (gunung api)

Berdasarkan atas sifatnya maka lapisan pembawa air dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Lapisan pembawa air tanah bebas (unconfined), air tanah dangkal. Contoh
: air tanah pada sumur gali,
2. Lapisan pembawa air tertekan (confined), lapisan pembawa air yang pada
bagian atas ditutupi oleh lapisan kedap air, sehingga mempunyai tekanan.
Contoh : pada sumur-sumur dalam yang artesis baik positif maupun
negatif.

Pengaliran air tanah


Bahwa air tanah pada lapisan pembawa air itu mengalir dari tempat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih rendah. Muka air tanah
bebas (air tanah dangkal) pada umumnya mengikuti kenampakan dari permukaan
tanah (topografi), sehingga aliran air tanahnya dapat diperkirakan bergerak dari
tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Apabila aliran air tanah
tersebut pada suatu tempat terpotong oleh permukaan tanah yang tiba-tiba
berubah, maka akan muncul sebagai mata air.

Banyak sedikitnya air yang keluar dari mata air sangat tergantung dari kapasitas
lapisan pembawa airnya.
Hubungan antara air sungai dan air tanah (dangkal) :
1. Muka air tanah dangkal lebih tinggi dari air sungai (effluent)

2. Muka air tanah dangkal lebih rendah daripada air sungai (influent)
a.

b.

Beberapa cara pemanfaatan air tanah


Faktor-faktor yang menentukan pemanfaatannya antara lain :
1. Besar (jumlah) serta mutu air tanah yang diperlukan
2. Kondisi air tanah (hidro-geologi) setempat
3. Peralatan dan tenaga (skill) yang tersedia
4. Besarnya biaya yang tersedia
Beberapa cara pemanfaatan air tanah :
1. Sumur gali

Merupakan cara yang paling populer di Indonesia. Air tanah yang diambil
adalah air tanah bebas. Caranya dengan menggali tanah, garis tengah kurang
lebih 1 m. Kedalaman sesuai dengan kondisi setempat, paling dalam sekitar 20
m. Pembuatan sumur paling baik dilakukan pada akhir musim kemarau
(September sampai November).
Konstruksi sumur apabila lapisan tanah (batuannya) mudah runtuh, harus
dibuat dinding sumur yang kuat misalnya dengan beton buis atau pasangan batu
bata. Selain itu dimaksudkan sebagai pelindung terhadap pencemaran dari luar
(air buangan, air kakus, dll). Sebenarnya penyediaan dengan sumur gali terutama
di daerah yang muka air tanahnya dangkal tidak dianjurkan mengingat
kemungkinan pengotorannya sangat besar.
2. Sumur gali ganda (sumur baterai)
Adalah

sumur gali yang dibuat berderet tegak lurus arah aliran air tanah

dengan jarak tertentu dan pemompaannya dilakukan secara sekaligus dengan


satu mesin pompa. Sumur gali ganda dimaksudkan untuk dapat mengambil air
tanah dengan jumlah besar, misalnya untuk tambahan pengairan.

Kesulitan disini bahwa pemompaan tidak dapat merata pada setiap sumurnya
sehingga

pemanfaatannya

belum

maksimal.

Mengatasinya

dengan

menghubungkan sumur-sumur tersebut dengan pipa (pipa yang berlubanglubang) pada bagian bawah sumur-sumur
3. Sumur pengumpul

Adalah sumur gali dengan garis tengah sangat besar dan di bagian
bawahnya dipasang sejumlah pipa berlubang sepanjang beberapa meter
mendatar ke semua arah. Air tanah akan terkumpul lebih banyak disebabkan
karena melalui pipa-pipa berlubang yang banyak akan masuk air tanah dari
lapisan pembawa airnya.
4. Liang pemgumpul

Pembuatannya dengan menggali untuk dibuat liang dengan ukuran misal 3050 m, lebar 10 m, kedalaman kurang dari 8 m. Ukuran-ukuran ini disesuaikan
dengan keadaan setempat dan kebutuhannya.

5. Parit pemgumpul
Hampir sama dengan liang pengumpul, biasanya dibuat untuk mengumpulkan
air yang berasal dari rembesan atau dari air tanah dangkal.

Dibuat galian seperti liang pengumpul lalu dipasang pipa berlubang atau
beton buis berlubang dan di sekelilingnya diberi kerikil yang berfungsi sebagai
penyaring air, lalu ditimbun. Kebaikan parit pengumpul dapat lebih mengamankan
mutu air tanah dari kemungkinan pengotoran.
6. Terowongan pengumpul

Terowongan yang berfungsi mengambil air tanah dan menyalurkan ke


permukaan tanah dan dinaikkan dengan pompa. Terowongan pengumpul baik
digunakan pada daerah batuan yang bercelah (rekahan) atau berongga.

Dibuat dengan cara pemboran, baik dengan mesin bor atau dengan tenaga
manusia atau hewan. Bertujuan dapat mengambil air tanah dalam sehingga tidak
mempengaruhi sumur gali di sekitarnya.
Dari pemboran dapat diketahui lapisan-lapisan pembawa air (akuifer) nya
sehingga konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi setempat.

Hanya pada akuifer yang berpotensi dan kualitas airnya baik saja dipasang
pipa saringan. Pada bagian atas dipasang pipa jambang untuk penempatan
pompa. Pada pipa saringan dipasang kerikil pembalut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam pemanfaatan air tanah


Pada pemanfaatan air tanah secara besar harus diperhitungkan akan
kondisi air tanah setempat di samping aspek-aspek sosial ekonominya.

Pemanfaatan air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan hal-hal


yang merugikan dan sangat sulit memperbaikinya. Misalnya dengan terlalu
besarnya pemompaan air tanah dan tidak sebanding dengan yang terkandung di
dalam akuifernya akan mengakibatkan terganggunya kesetimbangan dan ini
sangat berat efeknya pada kehidupan (lingkungan hidup). Sumur-sumur gali di
sekitarnya akan kering, muka air tanah akan menjadi lebih dalam maka tumbuhtumbuhan akan terganggu. Akibat lebih parah lagi dengan habisnya air tanah
maka di dalam lapisan-lapisan pembawa air terdapat rongga-rongga kosong
(tadinya berisi air tanah) dan lama kelamaan terjadi pemadatan sehingga
permukaan tanah akan turun (ambles). Untuk daerah-daerah dataran pantai akan
mengakibatkan intrusi air laut (masuknya air asin pada akuifer). Disini dituntut
bahwa pemanfaatan air tanah perlu penelitian sebelumnya secara mendalam dan
pengawasan yang ketat pada setiap pemompaan air tanah.

BAB IV
TIPE- TIPE LONGSORAN

JENIS-JENIS LONGSORAN
Secara umum jenis-jenis longsoran terdiri dari : longsoran bidang, longsoran busur, longsoran baji,
dan longsoran guling.
1. Longsoran bidang
Dikatakan longsoran bidang apabila :
1. Jurus bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar terhadap jurus bidang permukaan
lereng dengan perbedaan maksimal 20o.

J u r u s b id a n g le m a h
J u r u s le r e n g
A ra h lu n c u ra n

p
f

Geometri Longsoran Bidang

2.

Kemiringan bidang luncur harus lebih kecil dari kemiringan bidang permukaan lereng. (f
> p)

3. Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geser dalam. (p > )
4. Terhadap bidang bebas merupakan batas lateral dari massa batuan yang longsor.
2. Longsoran busur

Longsoran busur terjadi pada material tanah atau batuan lunak dengan struktur kekar yang rapat
dan bidang longsornya berbentuk busur.
3. Longsoran Baji (Wedge)
Longsoran baji terjadi jika jurus bidang diskontinyu berpotongan dan besar sudut garis potong
kedua bidang tersebut (i) lebih besar dari sudut geser dalam () dan lebih kecil dari sudut
kemiringan lereng (fi).

MAKANIKA DASAR LONGSORAN


III.3.1. Longsoran akibat beban gravitasi

W sin

W cos
W
Gambar 8

Apabila ada sebuah blok dengan berat W di atas permukaan datar yang membentuk sudut
dengan horizontal. Gaya yang bekerja pada blok ini hanya karena pengaruh gravitasi saja.
Komponen W adalah komponen gaya berat blok dan W sin adalah komponen yang
menyebabkan blok tergelincir. Sementara W cos adalah komponen yang menahan blok.
Gaya normal yang bekerja sepanjang bidang luncuran potensial adalah :

W cos
A

................................................................................. (1)

Dengan A adalah luas dasar blok.


Tegangan geser yang bekerja pada permukaan tersebut adalah :

W cos
tan
A

......................................................................... (2)

atau dapat juga ditulis sebagai :


R = cA + W cos tan

.......................................................................... (3)

Dimana R adalah gaya penahan yang menahan blok tergelincir.


Blok tersebut akan hampir tergelincir atau berada dalam kondisi kesetimbangan batas bila
gaya penggerak luncuran sama dengan gaya penahan luncuran.:

W sin = cA + W cos tan

......................................................... .. (4)

III. 3.2. Pengaruh Tekanan Air Terhadap Kuat Geser


Gambar 9
Sebuah bejana berisi air terletak pada bidang miring seperti terlihat pada Gambar 9,

W sin
W cos
W

susunan gaya yang bekerja disini sama dengan yang bekerja pada sebuah benda di atas bidang
miring seperti diterangkan oleh Gambar 9. Untuk penyerdehanaan kohesi antara bejana dan
bidang miring diasumsikan nol. Berdasarkan persamaan 7, kaleng dan isinya akan mulai
tergelincir ke bawah pada saat 1 = .
Apabila dasar bejana dilubangi, maka air dapat masuk dan akan mengisi celah antara
dasar bejana dan bidang miring menimbulkan tekanan air sebesar U atau gaya angkat U = u. A,
dimana A adalah luas dari bejana. Gaya normal W cos 2 nilainya akan berkurang akibat gaya
angkat u, dan besarnya gaya yang menahan gelinciran adalah :

R = ( W . Cos 2 U ) Tan .(8)

Jika berat per unit volume dari bejanayang berisi air adalah t , dan berat per unit air w ,
maka : W = t . h . A dan U = w . hw . A, dimana h dan hw adalah seperti yang tertera pada Gambar
3.10. Besarnya hw = h . cos 2 dan
U = ( w / t ) . W cos 2 (9)
Substitusi ke persamaan 8 didapat :
R = W cos 2 ( 1 w/ t ) tan (10)

Dan kondisi batas kesetimbangan yang terdefinisi pada persamaan 6 menjadi:


Tan 2 = ( 1 w / t ) tan ..(11)
III.3.3. Analisis Tegangan Efektif
Material tanah yang jenuh terdiri dari dua fasa yang berbeda yaitu : kerangka tanah dan
pori yang berisi air diantara partikel tanah. Tegangan yang bekerja pada material tersebut akan
mengenai rangka tanah dan pori air. Biasanya rangka tanah dapat mentransmisikan tegangan
normal dan tegangan geser pada bidang kontak antar partikel, dan tekanan air pori menghasilkan
tekanan hidrostatik yang sama ke segala arah. Tegangan yang diterima oleh rangka tanah disebut
sebagai tegangan efektif sementara tegangan hidrostatik air di pori- pori disebut tekanan air pori.
Tegangan efektif adalah tegangan yang dominan mengontrol prilaku tegangan tanah, bila
dibandingkan dengan tegangan total atau tekanan air pori.
Tegangan efektif yang bekerja pada bidang material tanah didefinisikan sebagai :
= - u

tegangan efektif

tegangan total yang bekerja pada bidang

tekanan air pori

Tegangan total adalah total gaya yang bekerja pada bidang dengan arah tegak lurus
bidang dan tekanan air pori dapat ditentukan dari kondisi air tanah.
III.3.4. Tekanan Air Pori
Berdasarkan prinsip tegangan efektif, tegangan maksimum yang bekerja pada material
tanah merupakan perbedaan antara total normal stress dan tekanan pori. Secara umum tekanan
pori terdiri dari tekanan air pori dalam pori- pori tanah dan perubahan tekanan pori , u, yang
disebabkan oleh pembebanan luar. Tekanan pori bersifat hidrostatik bila air tidak bergerak ,
dirumuskan sebagai berikut :
u = w. zw
dengan :
u = tekanan air pori
w = berat jenis air
zw = tinggi muka air tanah

Bila air tanah tsb bergerak, maka julang tekanan (h u) dapat dicari dari piezometer atau flow net.
Tekanan pori dapat dirumuskan sebagai berikut :
u = w. hu
hu = tinggi muka air piezometrik

Ru

u
h

= tekanan air pori

= berat jenis material tanah (ton/ m2)

= kedalaman

Anda mungkin juga menyukai