PENDAHULLUAN
BAB II
TELAAH JURNAL
Judul
Penulis
Publikasi
Penelaah
Tanggal Telaah
: 9 Februari 2016
Metode Penelitian
Pernyataan Etika
Penelitian ini disetujui oleh Komite Penelitian Etika University of Ulster
dan pelaksanaan berpegang pada prinsip Deklarasi Helsinki. Setelah
penjelasan tentang sifat dan kemungkinan konsekuensi dari penelitian,
3
persetujuan tertulis diperoleh dari orang tua / wali dari semua anak sebelum
pemeriksaan. Anak- anak usia 12-13 tahun juga dimintai persetujuan,
sementara persetujuan lisan diperoleh dari anak- anak berusia 6-7 tahun.
Subjek
Kelainan Refraksi pada Anak di Irlandia Utara (NICER), populasi
penelitian adalah anak-anak sekolah yang tinggal di Irlandia Utara. Metode
penelitian menggunakan stratified random sampling data diambil dari wilayah
geografis Irlandia Utara yang memiliki karakteristik untuk memperoleh data
dari sekolah dan anak-anak dari perkotaan atau pedesaan. Dalam masingmasing sekolah, semua anak dalam satu atau lebih kelas diundang untuk
berpartisipasi. Calon peserta berusia 6-7 tahun dan 12-13 tahun.
Protokol untuk pengumpulan data termasuk pengukuran dari logMAR
jarak VA (dikoreksi dan dengan kacamata jika dipakai) menggunakan tes
komputerisasi berbasis Windowsgrafik (Uji Bagan 2000, Software Thomson
Solusi, Hatfield, Inggris) pada jarak setidaknya 3 meter. Prosedur-pilihan
paksa dan oleh huruf scoring digunakan untuk menentukan Ketajaman
Penglihatan. Autorefraksi sikloplegik (1% cyclopentolate hidroklorida,
Minims tunggal dosis, Chauvin Farmasi, Romford, Inggris) menggunakan
teropong open-bidang autorefraktor (Shin-Nippon SRW-5000, Tokyo, Jepang).
Setidaknya lima pengukuran diambil, dengan nilai representatif sebagaimana
ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam analisis selanjutnya.
Autorefraktor merupakan tindakan terpercaya dari spheris dan silinder
(0.24D SD) komponen refraksi. Peserta diuji dalam lingkungan sekolah
selama hari sekolah, antara Mei 2006 dan Maret 2008.
Analisis Data dan Definisi
Refraksi spheris (sphere +1/2 silinder, SER) digunakan untuk
mengklasifikasikan miopia sampai dengan -1.00DS atau lebih miopia,
hiperopia >+ 3.50DS dan Silindris sebagai >1.50DC terjadi dalam hubungan
untuk
mempelajari
kelompok
usia
perbedaan
ketajaman
rata dari dua kelompok yang diteliti adalah masing- masing 13,1 tahun (kisaran
12,1-14,1 tahun) dan 7,1tahun (kisaran 6,3-7,8 tahun).
Hasil dari ketajaman penglihatan di kedua kelompok anak usia 6-7 tahun
dan usia 12-13 tahun adalah berbeda. Ada perbedaan secara statistik dalam
ketajaman penglihatan dikoreksi antara umur 6-7 tahun ( median 0,10 , IQR
0,04 sampai 0,14 ) dan umur 12-13 tahun anak-anak ( median 0,00 IQR -0.06
untuk 0,12 ) ( p < 0,001 ).
Pada tabel 1 mengenai prevalensi kelainan refraksi yaitu miopia,
hyperopia dan astigmatisma yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
prevalensi hyperopia dan astigmatisma antara dua kelompok umur (p >0.51)
ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi kelainan refraksi dan miopia (p
>0,001).
Gambar 1 menggambarkan bahwa hubungan antara koreksi ketajaman
penglihatan dan komponen spheris adalah kompleks. Sementara refraksi spheris
positif dikaitkan dengan pengurangan koreksi ketajaman penglihatan,
pengurangan lebih jelas ketika spheris menjadi semakin rabun. Data lebih lanjut
dalam Tabel 2 bahwa Miopia dan Silindris terkait dengan miopia menyebabkan
pengurangan tajam penglihatan dikoreksi dari yang terjadi di hyperopia atau
Silindris hyperopic. Sejumlah anak-anak dengan baik tingkat astigmatisma
>1.50DC dan / atau hyperopia dicapai ketajaman tidak dikoreksi 0,20 logMAR
atau lebih (n = 60, 15,3% 6-7 tahun; n = 75, 11,3% 12-13 tahun) Sensitivitas
dan spesifisitas dikoreksi dengan mengukur ketajaman penglihatan dalam
mengidentifikasi kelainan refraksi menggunakan kriteria ini disajikan pada
Tabel 3.
Kurva ROC sendiri digunakan untuk mengeksplorasi cut-off point terbaik
dari logMAR untuk dikoreksi ketajaman penglihatan (Tabel 4) untuk
mendeteksi signifikan kelainan refraksi (Gambar 2), myopia (Gambar 3),
hyperopia (Gambar 4) dan astigmatisma (Gambar 5).
2.5.
Saran Penelitian
Dalam hal mengurangi angka penurunan tajam penglihatan, selain
melalui skrining dapat ditempuh dengan langkah edukasi, yaitu cara
menggunakan mata yang baik dan benar seperti tidak membaca dengan jarak
kurang dari 30 cm, hindari bermain game atau nonton televisi terlalu dekat.
Dan apabila anak- anak pada usia sekolah mengalami penurunan dalam
prestasi akibat anak- anak pada usia sekolah cenderung tidak menyatakan
keluhan berhubungan dengan matanya sebaiknya tenaga pendidik (guru)
disekolah bersangkutan menghubungi orang tua/wari anak tersebut untuk
memeriksakan kesehatan matanya ke rumah sakit.
Bagi mahasiswa kedokteran diharapkan dengan mengetahui deteksi awal
kasus kelainan refraksi mata bisa memberikan penyuluhan dan edukasi untuk
mengurangi kejadian kelainan refraksi pada anak usia sekolah sehingga dapat
merujuk kepenatalaksanaan yang optimal. Selain itu mahasiswa kedokteran
dapat melakukan penelitian lanjutan dengan desain dan sampel yang berbeda.
2.6.
2. Hasil penelitian ini didapati data dari 661 anak sekolah White berusia
12-13 tahun (50,5 % laki-laki) dan 392 anak sekolah White usia 6-7
tahun (49,5 % laki-laki).
3. Usia rata-rata dari dua kelompok yang diteliti adalah masing- masing
13,1 tahun (kisaran 12,1-14,1 tahun) dan 7,1 tahun (kisaran 6,3-7,8
tahun).
4. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi hyperopia dan
astigmatisma antara dua kelompok umur (p >0.51) ada perbedaan yang
signifikan dalam prevalensi kelainan refraksi dan miopia (p >0,001).
5. Pengukuran ketajaman penglihatan menggunakan logMAR, dikoreksi
lebih rendah dari 0,20 logMAR untuk mendeteksi kelainan refraksi
yang memberikan sensitivitas 50% dan spesifisitas 92% di usia 6-7
tahun dan 73% dan 93% masing-masing pada usia 12-13 tahun. Pada
anak-anak usia 12-13 tahun dari 0,20 logMAR memiliki sensitivitas
92% dan spesifisitas 91% dalam mendeteksi miopia dan sensitivitas
41% dan spesifisitas 84% dalam mendeteksi hyperopia.
b. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan
Program skrining penglihatan di Inggris untuk anak usia 4-5 tahun
merekomendasikan skrining penglihatan universal dengan pengukuran
tajam penglihatan menggunakan logMAR. Saran bahwa tidak ada skrining
visual lanjut mengenai intervensi saat diperlukan atau dianjurkan.
Sementara Komite Skrining Inggris Nasional menunjukkan skrining visual
di usia 4-5 tahun untuk mendeteksi gangguan penglihatan termasuk
amblyopia, kelainan refraksi tidak dikoreksi dan strabismus. Penelitian ini
menunjukkan bahwa logMAR dikoreksi dengan ketajaman rendah dalam
mendeteksi kelainan refraksi selain myopia.
Di Irlandia Utara, terdapat prevalensi tinggi dari hyperopia dan
Silindris pada masa anak- anak, hanya atas dasar kelainan refraksi dan
dilakukan skrining untuk koreksi tajam penglihatan untuk mendeteksi
10
11
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1. Analisis Jurnal
Berikut ini pembahasan tentang telaah kritis jurnal ditinjau dari struktur
dan kelengkapan isi yang dipaparkan.
Critical
Apprasial
Judul
Penelitian
Penulis
Bidang Ilmu
Ya
Metode
Peneltian
Keterangan
M.etode penelitian
menggunakan stratified
Tidak
12
random sampling
Bagaimana level of evidence
dari desain penelitian?
Level 1
Mengambil data dari sekolah yang
berada di pedesaan dan di perkotaan di
Irlandia Utara
Kesimpulan
dan saran
Pengukuran ketajaman
penglihatan menggunakan
LogMAR dapat digunakan
untuk deteksi dini kasus
myopia namun tidak untuk
hiperopia dan astigmatisma.
Hasil disajikan dari 661 orang
anak usia 12-13 tahun dan 392
orang anak usia 6-7 tahun yang
bersekolah di White.
13
Daftar
pustaka
Menggunakan pengukuran
ketajaman penglihatan
logMAR dikoreksi apabila
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Jurnal dengan judul Visual Acuity Measures Do Not Reliably Detect
Childhood Refractive Error- An Epidemiological Study cukup memenuhi
persyaratan validitas, penting, dan relevan sebagai jurnal penelitian klinis yang
berjenis studi epidemiologi. Jurnal dapat digunakan sebagai sumber ilmiah di
klinis sehingga dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence
based medicine.
4.2. Saran
Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi
kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien
menurut pedoman telaah kritis evidence based medicine hendaknya para peneliti
lebih memperhatikan daftar rujukan yang terbaru.
Sedangkan untuk kelanjutan penelitian ini, jika akan dilakukan
penelitian lanjutan, layaknya menggunakan metode penentuan besar sampel
yang lebih efektif agar penelitian ini lebih sahih dan memenuhi standar sebagai
sumber ilmiah klinik.
15