Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULLUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, perkembangan teknologi
informasi, perubahan paradigma pengambilan keputusan klinis, serta tuntutan
masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas mengharuskan para
dokter secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan kompetensiya
untuk dapat memberikan pelayanan denga kualitas baik. Informasi terbaru
tentang diagnostik, terapi, prognostik, serta hal-hal yang lain termasuk etiologi,
faktor risiko, panduan klinis, dan lain-lain dapat diperoleh dari jurnal ilmiah
kedokteran. Tujuan akhir dari membaca jurnal ilmiah bagi seorang dokter
adalah sebagai acuan dalam penerapan pelayanan kesehatan terhadap pasiennya.
Hal ini merupakan suatu pendekatan yang disebut dengan Evidence Based
Medicine.
Agar dapat memperoleh manfaat yang maksimal dalam membaca jurnal
ilmiah, setiap klinikus membekali diri dengan pemahaman yang memadahi
tentang metodologi penelitian. Jika seorang dokter tidak melakukan telaah kritis
terhadap jurnal ilmiah yang di baca, maka ia tidak mengetahui kelemahan dari
hasil penelitian tersebut. Hal ini akan berdampak kepada pemahaman yang
keliru.
Dalam rangka mengaplikasikan cara menelaah jurnal ilmiah, penulis memilih jurnal
klinis dengan judul Identifications of hordeolum pathogens and its susceptibility to
antimicrobial agents in topical and oral medications. Penulis menelaah jurnal ini
dari melalui pendekatan evidence based medicine sebelum diterima sebagai tambahan
ilmu pengetahuan.

1.1. Rumusan Masalah


Apakah jurnal klinis yang berjudul Identifications of hordeolum
pathogens and its susceptibility to antimicrobial agents in topical and oral
medications telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan
dapat diaplikasikan menurut evidence based medicine?
1.2. Tujuan Telaah Jurnal
Mengetahui apakah jurnal klinis yang berjudul Identifications of
hordeolum pathogens and its susceptibility to antimicrobial agents in topical
and oral medications telah memenuhi kriteria sebagai sumber yang valid,
penting dan dapat diaplikasikan menurut evidence based medicine.
1.3. Manfaat Telaah Jurnal
Dengan telaah jurnal klinis ini, penulis dapat menentukan validitas dari
jurnal yang berjudul Identifications of hordeolum pathogens and its
susceptibility to antimicrobial agents in topical and oral medications sesuai
dengan pendekatan evidence based medicine.

BAB II
TELAAH JURNAL
Judul

: Visual Acuity Measures Do Not Reliably Detect


Childhood Refractive Error- An Epidemiological Study

Penulis

: Lisa ODonoghue, Alicja R. Rudnicka, Julie F.


McClelland, Nicola S. Logan, Kathryn J. Saunders
1. School of Biomedical Sciences, University of Ulster,
Coleraine, N. Ireland, United Kingdom.
2. Division of Population Health Sciences and Educations,
St Georges, University of London, London, United
Kingdom
3. School of Live and Health Sciences, Aston University,
Birmingham, United Kingdom.

Publikasi

: PLoS ONE 7 (3): e34441. doi:


10.1371/journal.pone.0034441

Penelaah

: Anggrian Iba, S.Ked

Tanggal Telaah

: 9 Februari 2016

2.1.Tujuan Utama Penelitian


Untuk mendeteksi dini dan mengidentifikasi kelainan refraksi pada
anak- anak sekolah di Sekolah Dasar White usia 6- 7 tahun dan usia 12- 13
tahun.
2.2.

Metode Penelitian
Pernyataan Etika
Penelitian ini disetujui oleh Komite Penelitian Etika University of Ulster
dan pelaksanaan berpegang pada prinsip Deklarasi Helsinki. Setelah
penjelasan tentang sifat dan kemungkinan konsekuensi dari penelitian,
3

persetujuan tertulis diperoleh dari orang tua / wali dari semua anak sebelum
pemeriksaan. Anak- anak usia 12-13 tahun juga dimintai persetujuan,
sementara persetujuan lisan diperoleh dari anak- anak berusia 6-7 tahun.
Subjek
Kelainan Refraksi pada Anak di Irlandia Utara (NICER), populasi
penelitian adalah anak-anak sekolah yang tinggal di Irlandia Utara. Metode
penelitian menggunakan stratified random sampling data diambil dari wilayah
geografis Irlandia Utara yang memiliki karakteristik untuk memperoleh data
dari sekolah dan anak-anak dari perkotaan atau pedesaan. Dalam masingmasing sekolah, semua anak dalam satu atau lebih kelas diundang untuk
berpartisipasi. Calon peserta berusia 6-7 tahun dan 12-13 tahun.
Protokol untuk pengumpulan data termasuk pengukuran dari logMAR
jarak VA (dikoreksi dan dengan kacamata jika dipakai) menggunakan tes
komputerisasi berbasis Windowsgrafik (Uji Bagan 2000, Software Thomson
Solusi, Hatfield, Inggris) pada jarak setidaknya 3 meter. Prosedur-pilihan
paksa dan oleh huruf scoring digunakan untuk menentukan Ketajaman
Penglihatan. Autorefraksi sikloplegik (1% cyclopentolate hidroklorida,
Minims tunggal dosis, Chauvin Farmasi, Romford, Inggris) menggunakan
teropong open-bidang autorefraktor (Shin-Nippon SRW-5000, Tokyo, Jepang).
Setidaknya lima pengukuran diambil, dengan nilai representatif sebagaimana
ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam analisis selanjutnya.
Autorefraktor merupakan tindakan terpercaya dari spheris dan silinder
(0.24D SD) komponen refraksi. Peserta diuji dalam lingkungan sekolah
selama hari sekolah, antara Mei 2006 dan Maret 2008.
Analisis Data dan Definisi
Refraksi spheris (sphere +1/2 silinder, SER) digunakan untuk
mengklasifikasikan miopia sampai dengan -1.00DS atau lebih miopia,
hiperopia >+ 3.50DS dan Silindris sebagai >1.50DC terjadi dalam hubungan

dengan miopia atau hyperopia. Kelainan refraksi didefinisikan sebagai miopia


atau hyperopia, dan / atau astigmatisme.
Analisis Statistik
Semua analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Intercooler
Stata9.2 (Stata Corp, Texas, USA). Seperti tajam penglihatan dikoreksi
berkorelasi antara mata kanan dan kiri (Spearman korelasi 0,39,p<0,001)
hanya data dari mata kanan disajikan. Sebagai data tajam penglihatan tidak
terdistribusi normal, median dan antar-kuartil rentang telah digunakan untuk
menggambarkan distribusi ketajaman penglihatan dan Wilcoxon telah
digunakan

untuk

mempelajari

kelompok

usia

perbedaan

ketajaman

penglihatan. Tingkat prevalensi kelainan refraksi yang menggunakan data


mata kanan dengan interval kepercayaan 95%, disesuaikan dengan desain
kluster. Tes chi-squared telah digunakan untuk menguji perbedaan kelompok
usia dalam prevalensi yang signifikan kelainan refraksi, miopia, hiperopia dan
astigmatisma. Kepekaan dan nilai-nilai spesifisitas dan Curves Receiver
Operating diperiksa untuk memastikan terbaik cut-off point (diambil sebagai
titik paling dekat dengan sudut kiri kurva ROC) dari dikoreksi ketajaman
logMAR untuk mendeteksi kelainan refraksi. Sensitivitas dan spesifisitas
tajam penglihatan dikoreksi lebih rendah dari 0.20logMAR dalam mendeteksi
kelainan refraksi, miopia, hyperopia dan astigmatisme juga disajikan sebagai
kriteria, ini direkomendasikan oleh Komite Skrining Inggris Nasional. Hasil
dianggap signifikan secara statistik jika p <0,05.
2.3. Hasil Penelitian
Anak- anak berpartisipasi dalam penelitian ini, persetujuan dari orang tua
diperoleh 65% dari usia 12-13 tahun dan 62% dari usia 6-7 tahun. Reflektif dari
populasi Irlandia Utara, 98,7 % dari peserta sekolah White dan laporan ini
menyajikan data dari 661 anak sekolah White berusia 12-13 tahun (50,5 % lakilaki) dan 392 anak sekolah White usia 6-7 tahun (49,5 % laki-laki). Usia rata5

rata dari dua kelompok yang diteliti adalah masing- masing 13,1 tahun (kisaran
12,1-14,1 tahun) dan 7,1tahun (kisaran 6,3-7,8 tahun).
Hasil dari ketajaman penglihatan di kedua kelompok anak usia 6-7 tahun
dan usia 12-13 tahun adalah berbeda. Ada perbedaan secara statistik dalam
ketajaman penglihatan dikoreksi antara umur 6-7 tahun ( median 0,10 , IQR
0,04 sampai 0,14 ) dan umur 12-13 tahun anak-anak ( median 0,00 IQR -0.06
untuk 0,12 ) ( p < 0,001 ).
Pada tabel 1 mengenai prevalensi kelainan refraksi yaitu miopia,
hyperopia dan astigmatisma yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
prevalensi hyperopia dan astigmatisma antara dua kelompok umur (p >0.51)
ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi kelainan refraksi dan miopia (p
>0,001).
Gambar 1 menggambarkan bahwa hubungan antara koreksi ketajaman
penglihatan dan komponen spheris adalah kompleks. Sementara refraksi spheris
positif dikaitkan dengan pengurangan koreksi ketajaman penglihatan,
pengurangan lebih jelas ketika spheris menjadi semakin rabun. Data lebih lanjut
dalam Tabel 2 bahwa Miopia dan Silindris terkait dengan miopia menyebabkan
pengurangan tajam penglihatan dikoreksi dari yang terjadi di hyperopia atau
Silindris hyperopic. Sejumlah anak-anak dengan baik tingkat astigmatisma
>1.50DC dan / atau hyperopia dicapai ketajaman tidak dikoreksi 0,20 logMAR
atau lebih (n = 60, 15,3% 6-7 tahun; n = 75, 11,3% 12-13 tahun) Sensitivitas
dan spesifisitas dikoreksi dengan mengukur ketajaman penglihatan dalam
mengidentifikasi kelainan refraksi menggunakan kriteria ini disajikan pada
Tabel 3.
Kurva ROC sendiri digunakan untuk mengeksplorasi cut-off point terbaik
dari logMAR untuk dikoreksi ketajaman penglihatan (Tabel 4) untuk
mendeteksi signifikan kelainan refraksi (Gambar 2), myopia (Gambar 3),
hyperopia (Gambar 4) dan astigmatisma (Gambar 5).

2.4. Kesimpulan Penelitian


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,
1. Penelitian dilakukan di Sekolah White pada anak usia 6-7 tahun (392 orang
anak) dan usia 12-13 tahun (661 orang anak).
2. Skrining ketajaman penglihatan menggunakan logMAR dipercaya bisa
mendeteksi miopia, tetapi tidak hiperopia atau astigmatisma di usia anakanak sekolah.

2.5.

Saran Penelitian
Dalam hal mengurangi angka penurunan tajam penglihatan, selain
melalui skrining dapat ditempuh dengan langkah edukasi, yaitu cara
menggunakan mata yang baik dan benar seperti tidak membaca dengan jarak
kurang dari 30 cm, hindari bermain game atau nonton televisi terlalu dekat.
Dan apabila anak- anak pada usia sekolah mengalami penurunan dalam
prestasi akibat anak- anak pada usia sekolah cenderung tidak menyatakan
keluhan berhubungan dengan matanya sebaiknya tenaga pendidik (guru)
disekolah bersangkutan menghubungi orang tua/wari anak tersebut untuk
memeriksakan kesehatan matanya ke rumah sakit.
Bagi mahasiswa kedokteran diharapkan dengan mengetahui deteksi awal
kasus kelainan refraksi mata bisa memberikan penyuluhan dan edukasi untuk
mengurangi kejadian kelainan refraksi pada anak usia sekolah sehingga dapat
merujuk kepenatalaksanaan yang optimal. Selain itu mahasiswa kedokteran
dapat melakukan penelitian lanjutan dengan desain dan sampel yang berbeda.

2.6.

Korelasi Isi Jurnal


a. Hasil Penelitian pada Jurnal
1. Persetujuan dari orang tua diperoleh sebanyak 65% pada anak usia 1213 tahun dan 62% pada anak usia 6- 7 tahun.

2. Hasil penelitian ini didapati data dari 661 anak sekolah White berusia
12-13 tahun (50,5 % laki-laki) dan 392 anak sekolah White usia 6-7
tahun (49,5 % laki-laki).
3. Usia rata-rata dari dua kelompok yang diteliti adalah masing- masing
13,1 tahun (kisaran 12,1-14,1 tahun) dan 7,1 tahun (kisaran 6,3-7,8
tahun).
4. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam prevalensi hyperopia dan
astigmatisma antara dua kelompok umur (p >0.51) ada perbedaan yang
signifikan dalam prevalensi kelainan refraksi dan miopia (p >0,001).
5. Pengukuran ketajaman penglihatan menggunakan logMAR, dikoreksi
lebih rendah dari 0,20 logMAR untuk mendeteksi kelainan refraksi
yang memberikan sensitivitas 50% dan spesifisitas 92% di usia 6-7
tahun dan 73% dan 93% masing-masing pada usia 12-13 tahun. Pada
anak-anak usia 12-13 tahun dari 0,20 logMAR memiliki sensitivitas
92% dan spesifisitas 91% dalam mendeteksi miopia dan sensitivitas
41% dan spesifisitas 84% dalam mendeteksi hyperopia.
b. Kondisi Riil Klinis atau Lapangan
Program skrining penglihatan di Inggris untuk anak usia 4-5 tahun
merekomendasikan skrining penglihatan universal dengan pengukuran
tajam penglihatan menggunakan logMAR. Saran bahwa tidak ada skrining
visual lanjut mengenai intervensi saat diperlukan atau dianjurkan.
Sementara Komite Skrining Inggris Nasional menunjukkan skrining visual
di usia 4-5 tahun untuk mendeteksi gangguan penglihatan termasuk
amblyopia, kelainan refraksi tidak dikoreksi dan strabismus. Penelitian ini
menunjukkan bahwa logMAR dikoreksi dengan ketajaman rendah dalam
mendeteksi kelainan refraksi selain myopia.
Di Irlandia Utara, terdapat prevalensi tinggi dari hyperopia dan
Silindris pada masa anak- anak, hanya atas dasar kelainan refraksi dan
dilakukan skrining untuk koreksi tajam penglihatan untuk mendeteksi

individu dengan hyperopia dan atau astigmatisma. Pencapaian tajam


penglihatan yang lebih baik setelah dikoreksi tidak tentu meniadakan
kebutuhan untuk penyelidiki lebih lanjut pemeriksaan mata dan
mengelolah kelainan refraksi.
Hyperopia adalah risiko yang diketahui untuk pengembangan
strabismus dan amblyopia. Di Inggris, Williams et al. menunjukkan bahwa
34% dari anak-anak dengan hyperopia +2.00D memiliki esotropia,
sementara odds rasio untuk esotropia adalah 6.4 untuk hyperopia dari 2D
ke 3D, dan 23.1 untuk hyperopia dari 3D untuk <4D pada populasi multietnis di Amerika Serikat. Selain konsekuensi visual yang ada semakin
banyak bukti bahwa hyperopia dikoreksi mungkin memiliki dampak
negatif pada pencapaian pendidikan dan visuokognitif dan keterampilan
visuomotor. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengeksplorasi
asosiasi dan apakah program skrining untuk mengidentifikasi kelainan
refraksi diperlukan. Dengan tidak adanya data tersebut, Komite Nasional
Skrining Inggris, orang tua, guru dan petugas kesehatan harus mengakui
bahwa sementara program skrining saat ini mungkin memadai mendeteksi
amblyopia, tapi tidak memenuhi standar diagnostik untuk tes skrining
hyperopia dan astigmatisma.
Bila program skrining penglihatan untuk mengidentifikasi
ametropia dikoreksi pada masa anak- anak mungkin penting untuk
mempekerjakan kisaran tes visual daripada bergantung pada langkahlangkah tajam penglihatan saja. Penggabungan +4.00DS lensa dalam
program skrining telah diusulkan untuk membantu mendeteksi hyperopia
moderat dan masyarakat sekolah skrining di New York City melibatkan
penilaian dari kedua jarak dan dekat ketajaman dan menggunakan tes
hyperopia +2.00DS. Namun tidak ada bukti kuat untuk yang tes akan
dukungan skrining terbaik bagi ametropia.
Penelitian ini menggunakan definisi yang relatif konservatif dari
ametropia. Definisi miopia didasarkan pada survei dari dokter mata di
9

rumah sakit di Inggris dan hyperopia dan Silindris rekomendasi dari


American Association untuk Pediatric Ophthalmology dan Strabismus
yang mengidentifikasi hyperopia >+ 3.50DS dan astigmatism >1.50DC
sebagai faktor resiko amblyogenic. Tingkat yang lebih rendah dari
astigmatisma (1DC) juga memiliki bukti menghasilkan defisit terbaik
dikoreksi, ketajaman kisi, ketajaman vernier, sensitivitas kontras dan
stereoacuity dan telah menyarankan bahwa usia awal sekolah dasar pada
anak-anak dengan Silindris 1DC harus menggunakan kacamata karena
bermanfaat. Ambang batas untuk pengobatan hyperopia juga masih
kontroversial. Identifikasi hyperopia seperti yang didefinisikan oleh
American Asosiasi Pediatric Ophthalmology dan Strabismus tidak
otomatis menunjukkan bahwa koreksi tontonan diperlukan. Namun
bermanfaat anak- anak untuk di skrining visual yaitu pemeriksaan mata
lengkap, termasuk penilaian gejala stres visual, akomodasi dan status
binocular visual dan refraksi subjektif untuk mengidentifikasi manfaat dari
koreksi.
Penelitian ini menegaskan laporan sebelumnya yang tidak dikoreksi
dengan logMAR dapat digunakan untuk mendeteksi miopia dan
mendukung penggunaan ketajaman visual yang tidak dikoreksi sebagai
penanda pengganti untuk miopia dalam studi epidemiologi dari kelainan
refraksi pada populasi di mana hyperopia tidak lazim. Namun di mana
prevalensi kelainan refraksi tidak dikoreksi, diketahui pengukuran
ketajaman penglihatan tidak memberikan indikasi kelainan refraksi.
Di Inggris, program skrining penglihatan untuk anak-anak di
Sekolah Dasar tidak lagi didukung atau direkomendasikan. Dalam konteks
ini dan dengan pengetahuan bahwa prevalensi miopia meningkat dengan
bertambahnya usia, penulis mengusulkan bahwa skrining grafik 0,30
logMAR harus ditempatkan dalam semua sekolah menengah dan siswa

10

didorong untuk merujuk diri untuk penilaian Optometric jika mereka


gagal untuk membaca pada jarak yang ditentukan.
2.7.

Perbandingan Isi Jurnal


Terdapat pembahasan yang menjelaskan perbandingan antara isi jurnal
dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada sebelumnya.

11

BAB III
TELAAH JURNAL
3.1. Analisis Jurnal
Berikut ini pembahasan tentang telaah kritis jurnal ditinjau dari struktur
dan kelengkapan isi yang dipaparkan.
Critical
Apprasial

Judul
Penelitian

Penulis

Bidang Ilmu

Point Critical Appraisal

Ya

Tidak terlalu panjang atau


terlalu pendek
Menggambarkan isi utama
penelitian
Cukup menarik
Tanpa singkatan selain yang
baku

Apakah nama penulis


dicantumkan?
Apakah ada institusi penulis
dicantumkan?
Apakah asal institusi penulis
sesuai dengan topik penelitian?
Apakah bidang ilmu tercantum
dalam judul penelitian?
Apakah latar belakang penulis
(institusi tempat bekerja) sesuai
dengan bidang ilmu topik
penulisan?

Metode
Peneltian

Keterangan

Bidang ilmu yang terkait


adalah Ilmu Kesehatan Mata

Untuk mendeteksi dini dan


mengidentifikasi kelainan
refraksi pada anak- anak
sekolah di Sekolah Dasar
White usia 6- 7 tahun dan usia
12- 13 tahun.

M.etode penelitian
menggunakan stratified

Apakah tujuan penelitian


disebutkan?

Apakah desain penelitian sesuai


dengan tujuan penelitian?

Tidak

12

random sampling
Bagaimana level of evidence
dari desain penelitian?

Level 1
Mengambil data dari sekolah yang
berada di pedesaan dan di perkotaan di
Irlandia Utara

Bagaimana sampel dalam


penelitian tersebut dipilih?

Dalam bentuk apa hasil


penelitian disajikan?

Calon peserta berusia 6-7 tahun dan 1213 tahun.


Tabel,
gambar
dan narasi

Analisis data yang dilakukan adalah


Intercooler Stata9.2 (Stata Corp, Texas,
USA).

Tajam penglihatan dikoreksi berkorelasi


antara mata kanan dan kiri (Spearman
korelasi 0,39, p<0,001) hanya data dari
mata kanan disajikan.
Wilcoxon telah digunakan untuk
mempelajari kelompok usia perbedaan
ketajaman penglihatan.

Apakah uji statistik yg


digunakan?

Tes chi-squared telah digunakan untuk


menguji perbedaan kelompok usia dalam
prevalensi yang signifikan kelainan
refraksi, miopia, hiperopia dan
astigmatisma.
Hasil
Penelitian

Kesimpulan
dan saran

Apakah hasil penelitian dapat


dimplementasikan di
kedokteran?
Apakah ada rekomendasi
khusus terhadap hasil
penelitian?
Disertakan kesimpulan utama
penelitian
Kesimpulan didasarkan pada
data penelitian

Pengukuran ketajaman
penglihatan menggunakan
LogMAR dapat digunakan
untuk deteksi dini kasus
myopia namun tidak untuk
hiperopia dan astigmatisma.
Hasil disajikan dari 661 orang
anak usia 12-13 tahun dan 392
orang anak usia 6-7 tahun yang
bersekolah di White.

13

Kesimpulan tersebut sahih


Disertakan saran penelitian
selanjutnya

Daftar
pustaka

Apakah daftar pustaka yg


digunakan up to date?
Apakah daftar pustaka yang
digunakan sesuai topik
penelitian?
Apakah daftar pustaka yang
digunakan dari sumber yang
dapat dipercaya?
Daftar pustaka disusun sesuai
dengan aturan jurnal
Semua yang tertulis pada daftar
pustaka sesuai situasi pada
naskah dan sebaliknya
Keseluruhan makalah ditulis
dengan bahasa yang baik dan
benar, lancar, enak dibaca,
informnatif, hemat kata, dan
efektif
Makalah ditulis dengan taat azas

Menggunakan pengukuran
ketajaman penglihatan
logMAR dikoreksi apabila

Ada beberapa daftar rujukan


yang digunakan peneliti
diambil dari lebih dari sepuluh
tahun terakhir yaitu tahun
1997.

14

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Jurnal dengan judul Visual Acuity Measures Do Not Reliably Detect
Childhood Refractive Error- An Epidemiological Study cukup memenuhi
persyaratan validitas, penting, dan relevan sebagai jurnal penelitian klinis yang
berjenis studi epidemiologi. Jurnal dapat digunakan sebagai sumber ilmiah di
klinis sehingga dapat diaplikasikan pada pasien menurut telaah klinis evidence
based medicine.
4.2. Saran
Agar sebuah jurnal dapat dijadikan sumber referensi yang memenuhi
kriteria sebagai sumber yang valid, penting dan bisa diaplikasikan pada pasien
menurut pedoman telaah kritis evidence based medicine hendaknya para peneliti
lebih memperhatikan daftar rujukan yang terbaru.
Sedangkan untuk kelanjutan penelitian ini, jika akan dilakukan
penelitian lanjutan, layaknya menggunakan metode penentuan besar sampel
yang lebih efektif agar penelitian ini lebih sahih dan memenuhi standar sebagai
sumber ilmiah klinik.

15

Anda mungkin juga menyukai