Anda di halaman 1dari 63

PRESENTASI KASUS

ANASTESI SPINAL
Fauziah
1320.221.097

ILUSTRASI KASUS

STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I. R.
Jenis kelamin : Wanita
Usia : 38 tahun
Agama : Islam
Alamat : Jl.Swalayai no. 2038 , Palembang
No RM : 209828
Ruangan: Dahlia
Diagnosis : Hidronefrosis Dextra
Tindakan : URS
Tgl Operasi : 26 Februari 2015

ANAMNESIS
Keluhan utama
Nyeri pinggang kanan sejak 2 minggu SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Urologi RS Dr. AK Gani
Palembang pada tanggal 25 Februari 2015
dengan keluhan nyeri pinggang kanan sejak
2 minggu SMRS. Pasien tidak dalam
keadaan demam, tidak mual, tidak muntah,
urin disertai darah disangkal, sulit BAK
disangkal, nyeri pada saat BAK disangkal,
BAK tidak lampias disangkal.

Riwayat penyakit dahulu


Penyakit Jantung
: disangkal
Penyakit Asma
: disangkal
Penyakit Hipertensi
: disangkal
Penyakit Diabetes Mellitus : disangkal
Penyakit Alergi
: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan
serupa. Riwayat keluarga penyakit ginjal,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus, asma, dan alergi disangkal.
Riwayat Operasi dan Anastesi
Pasien menderita sakit ini sebelumnya.
Riwayat operasi sebelumnya pada tahun
2003 di RSPAD Gatot Soebroto yaitu
operasi batu ginjal kanan dengan general
anastesi
tidak
ada
komplikasi
dan
ditemukan batu kalsium.

Riwayat kebiasaan
Merokok : disangkal
Minum alkohol : disangkal
Narkotik : disangkal
Lain-lain
Gigi goyang : Disangkal
Gigi palsu : Disangkal
Konsumsi obat-obatan tertentu: Disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Ringan
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 74 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu: 36,5C
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 156 cm

Status Generalisata
Kepala : Bentuk normochepal.
Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut,
distribusi rata.
Wajah : Simetris, deformitas (-).
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-,
kedudukan bola mata simetris, pupil
bulat isokor,
reflek cahaya +/+.
Mulut : Mukosa mulut pucat (-), Mukosa kering (-),
lidah
kotor (-), gusi berdarah (-), papil lidah
atrofi (-)
buka mulut > 2 jari, gigi palsu (-), gigi
goyang (-),
Malampati I.

Telinga : Normotia, Discharge (-), nyeri tekan


tragus (-), pendengaran normal.
Hidung : Deformitas (-), deviasi septum (-), sekret
(-).
Leher : Kelenjar getah bening dan tiroid tidak
teraba
Paru : : Suara napas vesikuker, ronkhi -/-,
wheezing -/ Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen : Bising usus (+) normal, nyeri tekan
(-), hepar lien tidak teraba, nyeri ketok cva (+/-)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-)

Pemeriksaan Penunjang
Darah
Hb : 12,3 mg/dL (14 18 gr %)
Eritrosit : 4,20 juta/ml (3,8 5,9 juta/ml)
Leukosit : 9.200/uL (5000 10.000/ml)
Trombosit : 225.000/ uL (150.000
450.000)
Waktu Pembekuan : 4 menit (5 15
menit)
Waktu Perdarahan : 2 menit (1 7
menit)

Berdasarkan anamnesa dan


pemeriksaan fisik, maka:
Diagnosis pre operatif :
Hidronefrosis
Dextra
Status operatif
: ASA I
Jenis operasi
: URS

Kesimpulan
Pasien seorang perempuan berusia
38 tahun, status fisik ASA I dengan
diagnosis Hidronefrosis dextra akan
dilakukan tindakan Ureterorenoscopy
dengan rencana anestesi regional
dengan teknik spinal blok.

Rencana Anestesi
Anestesi Regional

anastesi spinal
Spinal anestesi
diindikasikan
pada tindakan
yang
melibatkan
tungkai bawah,
panggul, dan
perineum

PENDAHULUAN

menghilangkan
nyeri sebelum,
selama dan
sesudah
pembedahan.
keadaan tidak
sadar
sementara,
karena
pemberian obat
untuk
menghilangkan
nyeri
pembedahan

Ada dua kategori


utama anestesi
yaitu anestesi
umum dan
anestesi regional.

ANESTESI

Tahap: pra
anestesi,
penatalaksanaan
& pemeliharaan
anestesi,
pemulihan &
perawatan pasca
anestesi

Regional anestesi adalah penggunaan obat


analgetik lokal untuk menghambat hantaran
saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari
suatu bagian tubuh diblokir untuk
sementara. Fungsi motorik dapat
terpengaruh sebagian atau seluruhnya,
sehingga penderita tetap sadar

Pembagian Analgesia
Regional
BLOK
SENTRAL
(BLOK
NEUROAKS
IAL)

BLOK
PERIFER
(BLOK
SARAF)

SPINAL
EPIDURAL
KAUDAL

PLEKSUS
BRAKHIALIS
AKSILER
REGIONAL
INTRAVENA

TINJAUAN PUSTAKA

pemberian obat
anestetik lokal
dengan cara
menyuntikkan ke
dalam ruang
subarakhnoid

Spinal anestesi/
Sub-arachnoid
block (SAB)
diperkenalkan
oleh August Bier
pada tahun
1898

tujuan untuk
mendapatkan
analgesi setinggi
dermatom
tertentu dan
relaksasi otot
rangka

ANESTESI
SPINAL

Persiapan
analgesia spinal
Daerah tempat
tusukan diteliti
akankah
menimbulkan
kesulitan

Kelebihan utama teknik ini adalah :


kemudahan dalam tindakan, peralatan yang
minimal, memiliki efek minimal pada biokimia
darah, menjaga level optimal dari analisa gas darah,
pasien tetap sadar selama operasi dan menjaga
jalan nafas, serta membutuhkan penanganan post
operatif dan analgesia yang minimal.

ANATOMI
Tulang Punggung
(Kolumna
vertebralis)

Peredaran darah

Lapisan jaringan punggung


Untuk mencapai
cairan
serebrospinalis,
maka jarum suntik
akan menembus :
kulit subkutis
lig.Supraspinosum
lig. Interspinosum
lig flavum ruang
epidural
duramater ruang

Medula spinalis
Medula spinalis normalnya
memanjang dari foramen
magnum sampai setinggi L1
pada orang dewasa. Pada anakanak medula spinalis berakhir
pada L3

Fisiologi anestesi spinal

SPINAL ANESTESIA
Mekanisme Kerja
Tempat kerja utama dari blokade
neuroaxial adalah nerve root/radiks saraf.
Obat anestesi lokal disuntikkan ke CSF
(spinal anestesi) atau ruangan epidural
( epidural dan caudal anestesi) dan
merendam root nerve di ruang
subarachnoid atau ruang epidural

Bedah
panggul
dan
abdomen
bawah
Bedah
ekstrimit
as bawah

Riwayat
penderita
toksik/
alergi obat
anestesi
lokal

Indika
si
Anest
esi
Spinal

Bedah
urologi

Tindakan
sekitar
rektumperineum

Bedah
obstetriginekolog
i

Untuk
pembedaha
n daerah
tubuh yang
dipersarafi
cabang T4
kebawah

Absolut
Infeksi pada tempat suntikan
Pasien menolak
Koagulopati atau gangguan perdarahan lainnya
Hipovolemia berat, syok
Peningkatan tekanan intrakranial
Stenosis aorta berat
Mitral stenosis berat
Fasilitas resusitasi minim
Kurangnya pengalaman/tanpa didampingi konsultan anestesia

kontraindikasi

Relatif
Sepsis
Pasien tidak kooperatif
Defisit neurologis
Lesi valvula jantung stenosis
Deformitas spinal berat
Bedah lama
Kelainan psikis
Kontroversi
Pernah dioperasi pada tempat suntikan
Ketidakmampuan komunikasi dengan pasien
Operasi yang lama, perdarahan banyak, tindakan yang
mempengaruhi fungsi pernafasan

Teknik Anestesia Spinal


Posisi Pasien
Sitting position (posisi duduk)

Lateral decubitus

Gambar. Lateral decubitus


position for neuraxial
blockade. Note again the
assistant helping to provide
maximal spine flexion

Peralatan
Peralatan monitor, peralatan resusitasi,
dan jarum spinal. Peralatan monitor
mencakup alat untuk pengawasan
tekanan darah, nadi, oksimetri denyut
(pulse oximeter), dan EKG.
Obat anestesi yang sering digunakan pada
teknik spinal anestesi adalah Lidocain 1-5
% atau Bupivacaine 0,25-0,75 %. Bisa
ditambahkan fentanil 10-25 g atau
sufentanil 5-10 g untuk meningkatkan
intensitas analgesik dan durasi anestesi
lokal.

Prosedur
Posisikan pasien (duduk, lateral
dekubitus,)
Identifikasi space atau celah antar ruas
tulang vertebrae
Pakai sarung tangan dan kemudian periksa
alat alat apakah sudah dalam kondisi
steril.
Ambillah obat anestesi local yang akan
disuntikkan secara intratekhal dengan
jarum suntik 5 ml dari ampul dan pastikan
bahwa jarum tidak menyentuh bagian luar
ampul yang tidak steril.
Ambillah obat anestesi local yang akan

Bersihkan punggung pasien dengan kapas dan


antispetik dan pastikan sarung tangan tidak
menyentuh bagian kulit yang tidak steril.
Carilah ruang interspinosa, mungkin akan
dibutuhkan penekanan yang lebih dalam pada
pasien yang gemuk untuk mencari ruang
interspinosa
Lakukan penyuntikan dengan menggunakan
jarum spinal (MIDLINE APPROACH/PARAMEDIAN)
Gunakan introducer jika menggunakan jarum 2425 gauge
Suntikan obat anestesi local yang sudah
disiapkan kedalam tempat suntikan yang
ditentukan dengan menggunakan jarum
dispossible 27-gauge, 26-gauge atau 25-gauge

MIDLINE APPROACH
paling populer dan paling sering
dilakukan. Setelah celah
diidentifikasi maka jarum
penuntun (jika menggunakan
jarum penuntun) atau jarum berisi
anestetika lokal untuk infiltrasi
disuntikan pada garis tengah
sampai kedalam jarum kira-kira
sampai di ligamentum
interspinosum).

PARAMEDIAN
Pada pendekatan paramedian ini secara anatomi celah
yang akan dilalui oleh jarum spinal lebih besar
dibandingkan dengan midline posisi atau lokasi
penyuntikan adalah 2 cm ke lateral dan 2 cm ke arah
kaudal.
Pada titik ini diakukan penyuntikan dengan besar sudut
10-25 derajat dari midline yang diarahkan ke titik seperti
pada pendekatan midline.
Pada pendekatan paramedian jarum tidak melewati
ligamentum intespinosum. Oleh karena itu identifikasi
ligamentum flavum dan masuknya ujung jarum ke ruang
epidural dengan sensasi hilang tahanan sering sulit
dibedakan dibandingkan dengan pada pendekatan
midline.

Faktor yang mempengaruhi


lama kerja anestesia lokal

Lama
kerja
anestesi
a lokal
bergantu
ng
pada :

Jenis anestesia lokal


Besarnya dosis
Ada tidaknya
vasokonstriktor
Besarnya
penyebaran
anestetika lokal

Komplikasi
Komplikasi dini

hipotensi
blok spinal tinggi /total
mual dan muntah
penurunan panas tubuh

Komplikasi lanjut

Post dural Puncture Headache (PDPH)


nyeri punggung (Backache)
cauda equine sindrom
meningitis
retensi urine
spinal hematom
kehilangan penglihatan pasca operasi

Bupivacaine
Definisi
Adalah obat bius lokal kelompok amino
amida. yang berfungsimenghambat
generasi dan konduksi impuls saraf

Indikasi
Bupivakain diindikasikan untuk anestesi
lokal termasuk infiltrasi, blok saraf,
epidural, dan intratekal anestesi

Kontra Indikasi
Pada pasien dengan alergi terhadap
obat golongan amino-amida dan
anestesi regional IV (IVRA)
hati-hati terhadap pasien dengan
gangguan hati, jantung, ginjal,
hipovolemik, hipotensi, dan pasien
usia lanjut.

Ondansetron
suatu antagonis reseptor serotonin 5-HT3
selektif.
Penggunaan Ondansetron adalah
mencegah dan mengobati mual dan
muntah pasca bedah.
Diberikan dengan cara IV secara lambat, 4
mg, tanpa diencerkan dalam 1-5 menit. Jika
perlu dosis dapat diulang.
Awitan aksi terjadi dalam waktu <30 menit,
dengan lama aksi 12-24 jam

LAPORAN ANASTESI

Informed
consent

Surat
persetujua
n operasi

Persiapan Pasien
Pasien
dipuasakan
sejak pukul
03.00 WIB
tanggal 25
Februari
2015

Pemeriksaan
fisik pasien di
ruang persiapan:
TD 120/70
mmHg, Nadi
74x/menit, Suhu
36.50C, RR 20
x/menit

Persiapan Anastesi
Persiapan alat
Persiapan Obat-obatan
Premedikasi :
Spinocain G 25
Ondansetron 8 mg IV
Spuit 5cc
Induksi : Bupivacain 15
Plester
mg (3 cc)
Fentanyl 100 g (0,5 cc)
Monitor EKG dan SpO2
Relaksasi : (-)
Pulse Oxymetry
Maintanance :
Oksigenasi : O2 kanul
2L.

INTRA-OPERATIF
Pelaksanaan Spinal Anestesi
Monitoring Tanda Vital dan Saturasi
Monitoring Resusitasi Cairan

Maintenance O2 2 L/ menit
Selama tindakan anestesi
berlangsung, tekanan darah sistolik
berkisar antara 100-120 mmHg, dan
60-80 mmHg untuk diastolik, nadi
berkisar antara 80-95 x/ menit. Infus
RL diberikan pada penderita sebagai
cairan rumatan.

Monitoring Anestesi
Anestesi dimulai
pukul 10.45WIB
Pembedahan
dimulai pada
pukul 11.00
WIB dan selesai
pada pukul
11.25 WIB.
Anestesi
selesai pukul
11.30

Monitorin
g
Tindaka
n
Operasi

POST OPERATIF
Pasien masuk recovery room
Observasi tanda- tanda vital dalam batas normal
Kesadaran : Compos Mentis
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Saturasi
: 99
Penilaian pemulihan kesadaran
BROMAGE SCORING SYSTEM

Bromage skor< 2
boleh pindah ke ruang
perawatan.

Analisis Kasus
Wanita (38 tahun) datang pada tanggal 25
Februari 2015 dengan keluhan nyeri pada
pinggang kanan sejak 2 minggu SMRS
Hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
Hidronefrosis Dextra
URS tanggal 26 Februari2015.

Pre Operasi
Pasien sudah dipuasakan selama 8
jam.
IV Line terpasang ditangan kanan
Pemeriksaan pre-op yang meliputi
anamnesa, pemeriksaan fisik.
Kondisi fisik pasien termasuk ASA I

Durante Operasi
Premedikasi
Ondansetron 8 mg sebanyak 4 ml
o

Cara Kerja : Antagonis reseptor


serotonin 5HT3 di
chemoreceptor trigger zone
o Dosis : 0,1 0,2 mg/kgBB
x 52 kg
5,2 10,4 mg

Anestetik
URS Letak operasi : Lower Abdominalis
Teknik anastesi : Anestesi spinal
Bupivacain spinal 5mg/ml, sediaan 4ml
o Cara kerja: Menghambat aliran ion,
meningkatkan ambang eksitasi elekton,
memperlambat perambatan rangsang saraf
dan menurunkan kenaikan potensial aksi.
Efek Samping: Kardiotoksik Hipotensi
Fentanyl 100 g/2ml
o narkotik sintetik Adjuvant therapy
o Efek samping : Depresi pernafasan

Maintenance
O2 kanul 2L
bantu oksigenasi akibat efek
depresi pernafasan.
Cairan : Kristaloid (Ringer Laktat)
1000cc
Perhitungan cairan saat operasi

Perhitungan Cairan
Pre Operasi
Kebutuhan Cairan Basal
(Maintenance) :

Kebutuhan cairan basal pasien :


2 cc/kgBB/jam 2 x 52kg = 104
cc/jam

Durate Operasi
Kebutuhan cairan saat operasi:
1. Kebutuhan cairan puasa
Lama puasa x Kebutuhan

cairan basal
Defisit cairan akibat puasa diberikan
50% dari kebutuhan cairan puasa
pada jam pertama, 25% pada jam
kedua, dan 25% pada jam ketiga.
Kebutuhan cairan puasa pasien:
(8jam x 104 cc/jam) = 832

2. Kebutuhan cairan operasi

Jenis pembedahan URS yang dilakukan


pada pasien termasuk operasi sedang.
Kebutuhan cairan pasien berdasarkan
jenis operasi adalah:
6 cc/kgBB/jam 6 x 52kg = 312
cc/jam

Total pemberian cairan jam


pertama :
Kebutuhan cairan basal +
kebutuhan cairan puasa +
kebutuhan cairan operasi =
112 cc + 448 cc + 336 cc = 896 cc

2 kolf RL (1000cc)

Medikasi tambahan
Ketorolac 30 mg/1ml (AINS)
o Cara kerja : menghambat sintesis
prostaglandin

menghilangkan rasa nyeri (efek analgetik


kuat)
Selama operasi berlangsung pasien
dimonitor secara ketat setiap 5 menit
terutama monitoring terhadap tanda vital
dan monitoring tanda pengaruh anestesi.
Setelah operasi selesai gas O2 dimatikan, alat
monitoring dilepaskan, dan pasien
dipindahkan ke recovery room.

Post Operasi

Observasi tanda- tanda vital dalam batas normal


Kesadaran : Compos Mentis
TD
: 120/70 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Saturasi
: 99

Observasi vital sign normal pasien dipindahkan ke


bangsal

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai