Panduan Manajemen Nyeri 2014
Panduan Manajemen Nyeri 2014
MANAJEMEN NYERI
RS. BAPTIS BATU TAHUN 2014
RS BAPTIS BATU
JL RAYA TLEKUNG NO 1
JUNREJO - BATU
DAFTAR ISI
ii
iii
I. DEFINISI...........................................................................................................
15
33
37
REFERENSI .........................................................................................................
38
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KETERANGAN
Pembuat Dokumen
Authorized Person
iii
TANDA TANGAN
TANGGAL
I. DEFINISI
Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun berat yang
hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang
lain,mencakup pola pikir,aktifitas seseorang secara langsung,dan perubahan
hidup seseorang.Nyeri merupakan tanda dan gejala penting yang dapat
menunjukkan telah terjadinya gangguan fisiological, Menurut beberapa tokoh
atau sumber:
merupakan komponen
Karakteristiknyeriakutdankronis
Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Sangatdiinginkan
Sangat diinginkan
Tidak biasa
Sering
Penyebab organik
sering
Kontribusi lingkungan
dan keluarga
kecil
Signifikan
Insomnia
jarang
Sering
kesembuhan
fungsionalisasi
jarang
sering
Peredaan Nyeri
Ketergantungan terhadap
obat
Komponen psikologis
Tujuan pengobatan
Depresi
adanya
kerusakan
jaringan
yang
b. Nyeri visceral:
i. Nosiseptor visceral lebih setikit dibandingkan somatic,
sehingga jika terstimulasi akan menimbulkan nyeri
yang kurang bisa dilokalisasi, bersifat difus, tumpul,
seperti ditekan benda berat.
ii. Penyebab:
iskemi/nekrosis,
inflamasi,
peregangan
c. Nyeri neuropatik:
i. Berasal dari cedera jaringan saraf
ii. Sifat nyeri: rasa terbakar, nyeri menjalar, kesemutan, alodinia
(nyeri saat disentuh), hiperalgesia.
iii. Gejala nyeri biasanya dialami pada bagian distal dari tempat
cedera (sementara pada nyeri nosiseptif, nyeri dialami pada
tempat cederanya)
iv. Biasanya diderita oleh pasien dengan diabetes, multiple
sclerosis, herniasi diskus, AIDS, pasien yang menjalani
kemoterapi / radioterapi.
4. Tatalaksana sesuai mekanisme nyerinya.7
a. Farmakologi: gunakan Step-Ladder WHO
i. OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang, opioid efektif untuk
nyeri sedang-berat.
ii. Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah (langkah 1
dan 2) dnegan pemberian intermiten (pro re nata-prn) opioid
kuat yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
iii. Jika langkah 1 dan 2 kurang efektif / nyeri menjadi sedangberat, dapat ditingkatkan menjadi langkah 3 (ganti dengan
opioid kuat dan prn analgesik dalam kurun waktu 24 jam
setelah langkah 1).
iv. Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering
digunakan adalah morfin, kodein.
v. Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat
diberikan opioid ringan.
vi. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan
dosis secara bertahap
Oral:
antikonvulsan,
antidepresan,
antihistamin,
*Istilah:
nyeri
tidak
Observasi rutin
ya
tidak
Saat!dosis!telah!diberikan,!lakukan!
monitor!setiap!5!menit!selama!
minimal!20!menit.!
Apakah!diresepkan!opioid!IV?!
Gunakan!spuit!10ml!
Ambil!10mg!morfin!sulfat
!
dan!campur!dengan!NaCl!
!
0,9%!hingga!10ml!(1mg/
ml)!
Tunggu!hingga!30!menit!dari!
pemberian!dosis!terakhir!sebelum!
mengulangi!siklus.
!
ya!
Dokter!mungkin!perlu!untuk!
meresepkan!dosis!ulangan!
Berikan!label!pada!spuit!
ATA
U$
Siapkan!NaC
l!
Gunakan!spuit!10ml!
Ambil!100mg!petidin!dan
!
campur!dengan!NaCl!!0,9
%!
Ya,!tetap
i!
telah!
diberikan
!
dosis!total
!
Minta!untuk!diresepkan!
Observasi!ruti
n!
hingga!10ml!(10mg/ml)!
Berikan!label!pada!spuit!
tidak!
ya!
Nyeri!!
Skor!sedasi!0!atau!
1?!
ya!
ya!
Kecepatan!pernapas
an!
>!8!kali/menit
?!
8
Minta!saran!ke!dokter!senior!
Tunda!dosis!hingga!skor!sedasi!<2
!dan!
kecepatan!pernapasan!>!8!kali/me
tidak! nit.!
Pertimbangkan!nalokson!IV!(100
ug)!
ya!
Tekanan!darah!sistoli
k!
!100!mmHg
?*!
Tunggu!selama!
5!menit!
ya!
Usia!pasien!<!70!tahu
n?!
tidak!
Minta!saran!
Jika!skor!nyeri!7X10:!berikan!
2ml!
tidak
Jika!skor!nyeri!4X6:!berikan!1
!
!ml!
ya!
Jika!skor!nyeri!7X10:!berikan!3ml!
Jika!skor!nyeri!4X6:!berikan!2!ml!
Keterangan:
Skor nyeri:
0 = tidak nyeri
Skor sedasi:
0 = sadar penuh
= sedasi ringan, kadang mengantuk,
1-3 = nyeri ringan 1 mudah
=
nyeri
4-6 sedang
dibangunkan
7= sedasi sedang, sering secara konstan
10 = nyeri berat 2 mengantuk,
mudah dibangunkan
= sedasi berat, somnolen, sukar
3 dibangunkan
*Catatan:
Jika tekanan darah
sistolik < 100mmHg:
haruslah
dalam
rentang 30% tekanan
darah sistolik normal
pasien (jika diketahui),
atau
carilah
saran/bantuan.
S = tidur normal
Gunakan tabel obat-obatan antiemetic (jika diperlukan)
Teruskan penggunaan OAINS IV jika diresepkan bersama dengan opioid.
viii. Manajemen efek samping:
opioid
Mual dan muntah: antiemetic
Konstipasi: berikan stimulant buang air besar,
hindari laksatif yang mengandung serat karena
dapat menyebabkan produksi gas-kembungkram perut.
Gatal: pertimbangkan untuk mengganti opioid
jenis lain, dapat juga menggunakan antihistamin.
Mioklonus: pertimbangkan untuk mengganti
opioid, atau berikan benzodiazepine untuk
mengatasi mioklonus.
Depresi pernapasan akibat opioid: berikan
nalokson (campur 0,4mg nalokson dengan NaCl
0,9% sehingga total volume mencapai 10ml).
Berikan 0,02 mg (0,5ml) bolus setiap menit
hingga kecepatan pernapasan meningkat. Dapat
diulang jika pasien mendapat terapi opioid
jangka panjang.
OAINS:
Gangguan gastrointestinal: berikan PPI (proton
pump inhibitor)
Perdarahan
akibat
disfungsi
platelet:
10
c. Non-farmakologi:
i. Olah raga
ii. Imobilisasi
iii. Pijat
iv. Relaksasi
v. Stimulasi saraf transkutan elektrik
5. Follow-up / asesmen ulang
a. Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur.
b. Panduan umum:
i. Pemberian parenteral: 30 menit
ii. Pemberian oral: 60 menit
iii. Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit.
6. Pencegahan
a. Edukasi pasien:
i. Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta
tatalaksananya.
ii. Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk
pasien
iii. Beritahukan bahwa pasien dapat mengubungi tim medis jika
memiliki
pertanyaan
ingin
berkonsultasi
mengenai
dilibatkan dalam
menyusun
kondisinya.
iv. Pasien dan keluarga
ikut
11
Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik
Asesmen Nyeri
Ya
Tidak
Apakah nyeri
berlangsung > 6 minggu?
Tidak
Ya
Prioritas utama :
Identifikasi dan atasi
etiologi nyeri
1. Lihat
manajemen
nyeri kronik
2. Pertimbangkan
untuk merujuk ke
spesialis yang sesuai
Tentukan mekanisme
nyeri
(pasien dapat mengalami
> 1 jenis nyeri)
Nyeri Somatic
Nyeri bersifat tajam,
menusuk, terlokalisir,
seperti ditikam
Nyeri Viseral
Nyeri bersifat difus
seperti ditekan benda
berat, nyeri tumpul
12
Nyeri Neuropatik
Nyeri bersifat menjalar,
rasa terbakar,
kesemutan, tidak spesifik
Algoritma
Akut7
Nyeri$somatic$
Cold%pac
!
ks
Parasetamol!
!
Kortikosteroid!
Anestesi!lokal!(topical!/!infiltra
si)!
OAINS!
Opioid!
Stimulasi!taktil!
Manajemen
Nyeri
Nyeri$viseral$
!
Kortikosteroid!
Anestesi!lokal!intraspinal!
!
OAINS!
Opioid!
!
Nyeri$neuropatik$
!
Antikonvulsan!
Kortikosteroid!
Blok!neuron!
OAINS!
Opioid!
Antidepresan!trisiklik!
(amitriptilin)!
Pilih!alternatif!terapi!
yang!lainnya!
tidak!
Lihat!manajemen!
ya! nyeri!kronik.!
Pertimbangkan!
untuk!merujuk!ke!
spesialis!yang!
sesuai!
Apakah!nyeri!
>!6!minggu?!
ya!
Kembali!ke!kotak!
Mekanisme
!
tentukan!
mekanisme! tidak!
nyeri!
nyeri!sesuai?!
Pencegahan$$
!
Edukasi!pasien!
Terapi!farmakologi!
Konsultasi!(jika!perlu)!
Prosedur!pembedahan!
NonXfarmakologi!
tidak!
Analgesik!adekuat?!
ya!
ya!
Efek!samping!
Manajemen!
!
pengobatan?! efek!samping!
tidak!
FollowXup!/!
nilai!ulang!
13
3.2.
disebabkan
oleh
kerusakan
disfungsi
sistem
somatosensorik.
Tatalaksana:
mengembalikan
fungsi
otot
dengan
(postur,
gerakan
repetitive,
faktor
pekerjaan)
iii. Nyeri inflamasi (dikenal juga dengan istilah nyeri nosiseptif):
ligament/otot),
degenerasi
diskus,
4. Asesmen lainnya:
a. Asesmen psikologi: nilai apakah pasien mempunyai masalah psikiatri
(depresi, cemas, riwayat penyalahgunaan obat-obatan, riwayat
penganiayaan secara seksual/fisik.verbal, gangguan tidur)
b. Masalah pekerjaan dan disabilitas
c. Faktor yang mempengaruhi:
15
rencana
Bekerjasama
dengan
keluarga
untuk
Atasi
penyebab
yang
mendasari
Terapi simptomatik:
antidepresan trisiklik (amitriptilin)
antikonvulsan: gabapentin, karbamazepin
obat topical (lidocaine patch 5%, krim anestesi)
OAINS, kortikosteroid, opioid
anestesi regional: blok simpatik, blok epidural /
intratekal, infus epidural / intratekal
terapi berbasis-stimulasi: akupuntur, stimulasi
spinal, pijat
rehabilitasi fisik: bidai, manipulasi, alat bantu,
17
terapi
lainnya:
(mengurangi
terhadap
hypnosis,
tegangan
nyeri),
terapi
relaksasi
dan
toleransi
perilaku
kognitif
otot
terapi
Rehabilitasi fisik:
Fitness: angkat beban bertahap, kardiovaskular,
fleksibilitas, keseimbangan
mekanik
pijat, terapi akuatik
manajemen perilaku:
18
stress / depresi
teknik relaksasi
perilaku kognitif
ketergantungan obat
manajemen amarah
terapi obat:
analgesik dan sedasi
antidepressant
opioid jarang dibutuhkan
19
Penjelasan
1 = kondisi kronik ringan dengan temuan objektif minimal atau tidak adanya
diagnosis medis yang pasti. Misalnya: fibromyalgia, migraine, nyeri punggung
tidak spesifik.
2 = kondisi progresif perlahan dengan nyeri sedang atau kondisi nyeri sedang
menetap dengan temuan objektif medium. Misalnya: nyeri punggung dengan
perubahan degeneratif medium, nyeri neuropatik.
3 = kondisi lanjut dengan nyeri berat dan temuan objektif nyata. Misalnya:
penyakit iskemik vascular berat, neuropati lanjut, stenosis spinal berat.
Intractability
(keterlibatan)
manajemen nyeri
2 = beberapa terapi telah dilakukan tetapi pasien tidak sepenuhnya terlibat dalam
manajemen nyeri, atau terdapat hambatan (finansial, transportasi, penyakit medis)
3 = pasien terlibat sepenuhnya dalam manajemen nyeri tetapi respons terapi tidak
adekuat.
Risiko (R)
R = jumlah skor P + K + R + D
Psikologi
Kesehatan
Reliabilitas
Dukungan
sosial
21
isolasi sosial
Efikasi
Skor total
=D+I+R+E
Keterangan:
Skor 7-13: tidak sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
Skor 14-21: sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
d. Manajemen level 2
i. meliputi rujukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri
dan rehabilitasinya atau pembedahan (sebagai ganti stimulator
spinal atau infus intratekal).
ii. Indikasi: pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif /
manajemen level 1.
iii. Biasanya rujukan dilakukan setelah 4-8 minggu tidak ada
perbaikan dengan manajemen level 1. 9
Berikut adalah algoritma asesmen dan manajemen nyeri kronik:
22
Asesmen$nyeri$
$
Anamnesis!
Pemeriksaan!fisik!!
Pemeriksaan!fungsi
!
Pasien!dapat!mengalami!
jenis!nyeri!dan!faktor!yan
g!
mempengaruhi!yang!
Tentukan!mekanisme!nye
ri!
Nyeri$neuropatik$
!
Perifer!(sindrom!nyeri!
regional!kompleks,!
neuropati!HIV,!ganggua
n!
metabolik)!
Sentral!(Parkinson,!multi
Nyeri$otot$
!
Nyeri!miofasial!
ple%
beragam!
Nyeri$inflamasi$
!
Artropati!inflamasi
!
(rematoid!artritis)!
Nyeri$mekanis/kompres
i$
!
Nyeri!punggung!bawah
!
Infeksi!
Nyeri!pascaXopara
si!
Nyeri!leher!
Nyeri!musculoskeletal!
(bahu,!siku)!
Cedera!jaringan!
Nyeri!viseral!
sclerosis,!mielopati,!nye
ri!
pascaXstroke,!sindrom!
tidak!
Apakah!nyeri!kronik?!
Pantau!dan!observasi!
fibromyalgia)!
ya!
Apakah!etiologinya!da
23
Atasi!etiologi!nyeri!sesuai
ya! !
pat!
dikoreksi!/!diatasi?!
tida
k!
Asesmen$lainnya$
$
Masalah!pekerjaan!dan!disabilitas!
indikasi!
Asesmen!psikologi!dan!spiritual!
Faktor!yang!mempengaruhi!dan!
hambatan!
Algoritma$Manajemen$
Nyeri$
Kronik!
24
Manajemen$level$1:$
Nyeri$neuropatik$
Manajemen$level$1:$$
Nyeri$otot$
Manajemen$level$1:$
Nyeri$inflamasi$
Manajemen$level$1:$
Nyeri$mekanis/kompresi$
Manajemen$level$1$lainnya$
$
Farmakologi!(skor!DIRE)!
Intervensi!
Pelengkap!/!tambahan!
Layanan!primer!untuk!mengukur!
pencapaian!tujuan!dan!meninjau!
ulang!rencana!perawatan!
Tujuan!terpenuhi
?!
Fungsi!
Manajemen$level$2
tidak
$
!
Telah!melakukan! ya!
$
manajemen!level!
1!
Kenyamanan!
dengan!adekuat?!
hambatan!
ya!
manajemen!nyeri!
perawatan$selanjutnya
$
Rencana$
Rujuk!ke!tim!
interdisiplin,!atau!
Rujuk!ke!klinik!khusu
s!
tidak!
oleh$pasien!
Asesmen$hasil!
25
Lakukan!pemeriksaan!medis!dan!penunjang!yang!sesuai!
Evaluasi!kemungkinan!adanya!keterlibatan!mekanisme!
nosiseptif!dan!neuropatik!
Kajilah!faktor!yang!mempengaruhi!nyeri!pada!anak!
Kumpulkan!gejalaXgejala!fisik!yang!ada!
Pikirkan!faktor!emosional,!kognitif,!dan!perilaku!
Analgesik!
Analgesik!adjuvant!
NonEobat$
$
Kognitif!
Fisik!
anestesi!
perilaku!
Berikan!rencana!manajemen!yang!rasional!dan!terintegrasi!
Asesmen!ulang!nyeri!pada!anak!secara!rutin!
26
Evaluasi!efektifitas!rencana!manajemen!nyeri!
Revisi!rencana!jika!diperlukan!
27
5. Pemberian analgesik:
a. By the ladder: pemberian analgesik secara bertahap sesuai dengan
level nyeri anak (ringan, sedang, berat).
i. Awalnya, berikan analgesik ringan-sedang (level 1).
ii. Jika nyeri menetap dengan pemberian analgesik level 1, naiklah
ke level 2 (pemberian analgesik yang lebih poten).
iii. Pada
Kategori:
Analgesik multi-tujuan: antidepressant, agonis
adrenergic
alfa-2,
kortikosteroid,
anestesi
topical.
Analgesik untuk nyeri neuropatik: antidepressant,
antikonvulsan, agonis GABA, anestesi orallokal
Analgesik untuk nyeri musculoskeletal: relaksan
otot,
benzodiazepine,
inhibitor
osteoklas,
radiofarmaka.
b. By the clock: mengacu pada waktu pemberian analgesik.
i. Pemberian haruslah teratur, misalnya: setiap 4-6 jam
(disesuaikan dengan masa kerja obat dan derajat keparahan
nyeri pasien), tidak boleh prn (jika perlu) kecuali episode nyeri
pasien benar-benar intermiten dan tidak dapat diprediksi.
28
penundaan/keterlambatan
pemberian
obat,
29
Dosis
Ibuprofen
Keterangan
hematologi minimal
Naproksen
Diklofenak
10-20mg/kgBB/hari oral,
1mg/kgBB oral, setiap 8-12 Efek antiinflamasi. Efek samping sama dengan
jam
30
iii. Jika diperlukan >6 kali opioid kerja singkat prn dalam 24 jam,
naikkan dosis infus IV per-jam kontinu sejumlah: total dosis
31
3.3.
33
DOKUMENTASI.
Semua pasien dilakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri,
termasuk
lokasi,karakteristik,onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,atau
beratnya nyeri dan faktor presipitasi pada saat assesment awal dan assesmen
ulang, dilakukan implementasi, dievaluasi dan semua hasil pengkajian,
implementasi dan evaluasi didokumentasikan dalam rekam medis pasien
35
REFERENSI
36