Anda di halaman 1dari 35

PATIENT

SAFETY
Ratri Sonia Septiani
Swastika Sekar Astri

Pelayanan kesehatan untuk


menyelamatkan pasien.
Hipocrates : Primum, non nocere (First, do
no harm).
RS : berbagai obat, prosedur, alat, tenaga
profesi dan non profesi keberagaman
pelayanan dapat menimbulkan KTD.

Isu Global

RS di Utah, Colorado : KTD 2,9% dimana 6,6%


meninggal dunia.
New York : 3,7% dengan angka kematian
13,6%

Elemen peningkatan mutu RS :


1. Struktur
2. Proses
3. Outcome
. KTD sebagai salah satu tolak ukur
. KTD dikendalikan dengan program/disiplin Patient
Safety

Standar Akreditasi Rumah Sakit tahun 2011 dan


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 pasal 8 tentang
sasaran keselamatan pasien rumah sakit pada
ayat 1 dan 2 menyebutkan bahwa setiap rumah
sakit wajib mengupayakan pemenuhan
sasaran keselamatan pasien.

WHO
is the absence of preventable harm to a
patient during the process of health care.

Definisi

PERMENKES (NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011)


sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
- asesmen risiko
- identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
- pelaporan dan analisis insiden
- kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
- implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Definisi

Vision
Every patient receives safe health care, every time,
everywhere.
Mission
The mission of WHO Patient Safety is to coordinate,
facilitate and accelerate patient safety improvements
around the world.

Visi & Misi WHO Patient


Safety

PERMENKES (NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011)

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien
dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah
sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.

Tujuan

Hospital Patient Safety Standards (Joint Commision on


Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA, tahun
2002)
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan
evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standar Keselamatan
Pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan


pasien

PERMENKES (NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011)

1.
2.
3.
4.

Ketepatan identifikasi pasien;


Peningkatan komunikasi yang efektif;
Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien
operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan;
6. Pengurangan risiko pasien jatuh.

Sasaran Keselamatan
Pasien

Pendekatan untuk
memperbaiki/meningkatkan ketelitian
identifikasi pasien.
Kesalahan dapat terjadi terutama :
- Pasien dalam keadaan terbius/tersedasi
- Pasien disorientasi
- Pasien bertukar tempat tidur/kamar

Ketepatan identifikasi
pasien

2x pengecekan
- Identifikasi pasien sbg individu yg akan menerima
pelayanan/pengobatan
- Kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap
individu.
- Nomor kamar tidak dapat digunakan
- Nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang
identitas.

Gelang identitas
Biru: laki-laki
Pink: perempuan
Gelang penanda
Merah: alergi
Kuning: risiko jatuh
Ungu: do not resucitate

ELEMEN :
1. Identifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Identifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah,
pengambilan darah dan spesimen, pemberian pengobatan
dan tindak prosedur.
3. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi
yang konsisten pada semua situasi dan lokasi.

Meningkatkan efektivitas komunikasi


antar para pemberi layanan.
Tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan
dipahami oleh pasien mengurangi
kesalahan,meningkatkan keselamatan pasien.

Peningkatan Komunikasi
Efektif

Sering terjadi : pelaporan kembali hasil


pemeriksaan kritis : laboratorium ke unit
pelayanan.
Kebijakan lisan : mencatat perintah yang
lengkap atau hasil pemeriksaan oleh
penerima perintah, penerima membacakan
kembali, mengkonfirmasi.

ELEMEN :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah
atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi
keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten

Pendekatan untuk memperbaiki


keamanan obat-obat yang perlu
diwaspadai (high-alert)
Obat yang terlihat mirip dan terdengar mirip
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM)
Kebijakan : membuat daftar obat-obatan yang
perlu diwaspadai, pemberian label, cara
penyimpanan, membatasi akses.

Peningkatan keamanan obat


yang perlu diwaspadai

ELEMEN :
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses
identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan
elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali
jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien
harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi
ketat (restricted).

Pendekatan untuk memastikan


tepatlokasi, tepat-prosedur, dan tepatpasien.
Akibat dari komunikasi tidak efektif dan tidak
ada prosedur verifikasi.

Kepastian tepat lokasi, tepat


prosedur, tepat pasien operasi

Surgical Safety Checklist (WHO).


Time Out dilakukan tepat sebelum tindakan
dilakukan.
Penandaan lokasi operasi (site marking).

ELEMEN :
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam
proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan
tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
sebelum insisi/time-out tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur/tindakan pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses
yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang
dilaksanakan di luar kamar operasi.

Pendekatan untuk mengurangi risiko


infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Pencegahan dan pengendalian infeksi :
krusial
Infeksi dapat dijumpai pada semua bentuk
pelayanan kesehatan.

Pengurangan risiko infeksi


terkait pelayanan kesehatan

Infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam


proses perawatan di rumah sakit.
Apabila sebelum dirawat tidak ada tanda
klinik, dan muncul tanda infeksi yg timbul
sekurang2nya setelah 3x24 jam sejak mulai
perawatan.

Infeksi Nosokomial

9% dari 1,4 juta pasien di dunia


RS DKI Jakarta 9,8%, RSUP Dr, Sarjito 7,3%
(Puspitasari, 2012)
RSUP Haji Adam Malik : 5,6% dari 534 pasien
pasca operasi mengalami infeksi nosokomial
luka kelas bersih (Jeyamohan, 2010).

Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial : meningkatkan biaya


pelayanan kesehatan karena meningkatnya
lama rawat inap di rs.
Infeksi Saluran Kemih, infeksi saluran
pernafasan, blood stream infection.

Eliminasi mikroba : aseptik, desinfeksi,


sterilisasi.
Hand hygiene : pusat dari eliminasi infeksi
6 langkah 5 moment

ELEMEN (PERMENKES) :
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum
(al.dari WHO Patient Safety).
2. Rumah sakit menerapkan program hand
hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.

Pendekatan untuk mengurangi risiko pasien


dari cedera karena jatuh.
Jumlah kasus jatuh bermakna sbg penyebab
cedera pasien RI.
Evaluasi :
-

Riwayat jatuh
Obat dan alkohol
Gaya jalan dan keseimbangan
Alat bantu berjalan

Pengurangan risiko
pasien jatuh

ELEMEN (PERMENKES) :
1. Asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh
asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko
jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap
berisiko jatuh.
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari KTD.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien


Pimpin Dan Dukung Staf Anda
Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Kembangkan Sistem Pelaporan
Libatkan Dan Berkomunikasi Dengan Pasien
Belajar Dan Berbagi Pengalaman Tentang
Keselamatan Pasien

Langkah menuju keselamatan


pasien

PERMENKES (NOMOR 1691/MENKES/PER/VIII/2011)


WHO Patient Safety Guideline
PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN RUMAH
SAKIT (DEPKES RI)

Referensi

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai