Anda di halaman 1dari 55

4.

1 PENDEKATAN PENGEMBANGAN KAWASAN DALAM PROSES


PENYUSUNAN MASTERPLAN 1
Sejalan dengan diberlakukannya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
maka sejak saat itu di Indonesia telah terjadi perubahan yang gradual dalam konsep pembangunan
nasional. Perubahan paradigma pembangunan ini setidaknya terlihat dari aspek perencanaan, aspek
pengelolaan seluruh sumberdaya, dan aspek kelembagaannya. Dalam hal aspek perencanaan,
khususnya, telah terjadi perubahan pendekatan dari yang bersifat top-down menjadi bersifat bottom-

up. Hal ini berarti bahwa pembangunan nasional, selain harus tetap dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia, juga akan memberi konsekuensi lebih berorientasi pada kebutuhan pembangunan
daerah. Artinya, daerah atau pemerintah daerah mempunyai kewenangan penuh dalam pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber
daya dan sumber dana secara optimal.
Dengan demikian, daerah akan memutuskan sendiri pola dan bentuk kawasan yang akan diandalkan
untuk

dikembangkannya,

maupun

sektor

atau

produk-produk

potensi

daerah

yang

akan

diunggulkannya untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah.


Perubahan paradigma pembangunan dari sentralistik ke desentralistik tersebut di atas, juga akan
memberikan implikasi bahwa Pemerintah Daerah harus mampu mengelola seluruh sumber dana untuk
membiayai pembangunan daerahnya. Peran Pemerintah Pusat yang semula bersifat sektoral secara

www.bappenas.go.id

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 1

bertahap beralih ke Pemerintah Daerah, khususnya kabupaten/kota, dengan pendekatan regional


yang lebih bersifat lintas sektoral. Dalam hal ini, kelembagaan lokal dalam pembangunan ekonomi
daerah akan semakin penting dan diakui keberadaannya.
Desentralisasi menuntut pembangunan dikelola berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

Masyarakat atau rakyat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan pengambilan manfaatnya.

Masyarakat atau rakyat sebagai pengambil keputusan dan menentukan sistem pengusahaan dan
pengelolaan yang tepat.

Pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau kegiatan.

Kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak.

Kelembagaan pengusahaan ditentukan oleh masyarakat atau rakyat.

Pendekatan pengusahaan didasarkan pada keanekaragaman hayati dan keanekaragaman


budaya.

Dengan disahkannya UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, maka kewenangan dan kewajiban
pengembangan kawasan, sekarang ini berada pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Peran Pemerintah
Pusat adalah menyusun Norma, Standar, Pedoman dan Manual; disamping memfasilitasi dan
meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah. Sedangkan kewenangan pemerintah daerah
dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan adalah sangat luas, antara lain adalah:

Menetapkan target pertumbuhan;

Menetapkan tahap dan langkah pembangunan kawasan dan kedaerahan, sesuai dengan potensi
yang dimilikinya;

Menetapkan persetujuan kerjasama regional di bidang perdagangan yang berlandaskan pada


produksi lokal yang dihasilkan oleh sentra-sentra komoditas tertentu;

Melakukan berbagai macam negosiasi yang bertujuan mewujudkan konsepsi pertumbuhan


ekonomi regional;

Menetapkan institusi-institusi pendukung kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi regional;

Mengembangkan sistem informasi untuk promosi kegiatan-kegiatan ekonomi regional.

4.1.1 Pengertian Kawasan


Terkait dengan konteks pengembangan kawasan industri, maka konsep kawasan adalah wilayah yang
berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 2

satu sama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

Kawasan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai fungsi tertentu,


dimana kegiatan ekonominya, sektor dan produk unggulannya, mempunyai
potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan ini
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama membentuk suatu klaster. Klaster
dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan
ekonomi yang dominan dalam kawasan itu.

4.1.2 Tujuan Pengembangan Kawasan


Pembangunan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan
kesalingtergantungan dan interaksi atara sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social

system), dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya (ecosystem). Setiap sistem ini memiliki
tujuannya masing masing. Secara umum, tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya;
2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan;
3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat;
4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi disparitas antar daerah;
5. Meningkatkan

kualitas

sumberdaya

manusia

dan

konservasi

sumberdaya

alam

demi

kesinambungan pembangunan daerah.


6. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan.
Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang sesuai dengan arah
kebijakan ekonomi nasional, yaitu:
1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang
berkeadilan.
2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global, sesuai dengan kemajuan teknologi,
dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan di setiap
daerah.
3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi, agar mampu bekerjasama secara
efektif, efisien dan berdaya saing global.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 3

4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan
pangan dan hortikultura, kelembagaan, dan budaya lokal.
5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelakunya sesuai
dengan semangat otonomi daerah.
6. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah,
khususnya para petaninya, dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak.
7. Memaksimalkan

peran

pemerintah

sebagai

fasilitator

dan

pemantau

seluruh

kegiatan

pembangunan di daerah.
Lebih lanjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi kepentingan daerah,
pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial
masyarakat pedesaan.
2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat atau rakyat sekitar kawasan yang memiliki tanggung
jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.
3. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan.
4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan
negara dan pendapatan masyarakat atau rakyat.
5. Mendorong

dan

mempercepat

pengembangan

wilayah

demi

mencapai

kemajuan

dan

kemandirian daerah.
Terkait dengan pengembangan Jambi Agro Industrial Park (JAIP), maka di masa mendatang,
diharapkan akan tercapai kawsan pengembangan industri yang berhasil, dengan kriteria-kriteria
antara lain:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah;
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu medorong kegiatan ekonomi sektor lain
dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya;
3. Memiliki keterkaitan kedepan (memiliki daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (mendapat suplai kebutuhan komponen produksinya dari daerah belakang)
dengan beberapa daerah pendukung.
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara SDA sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh
masyarakat.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 4

4.2 PENDEKATAN AGRO INDUSTRI


Pendekatan lain yang ditempuh dalam penyusunan Feasibility Study Jambi Agro Industrial Park (FSJAIP) Provinsi Jambi adalah melalui pendekatam agro industri.

4.2.1 Pengertian Agro Industri


a. Agroindustri adalah industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas
termasuk hasil laut, hasilk hutan, peternakan dan perikanan (Handito Hadi Joewono)
b. Agroindustri adalah kegiatan industri berbasis agro, salah satu tujuannya adalah meningkatkan
nilai tambah komoditas agro. Komoditas agro dalam bentuk bahan mentah,seperti daging, gula,
tembakau,

dan

gandum

cenderung

menurun.

(DR.

Ir.

Rachmat

Setiadi,

MS.

http://203.77.237.21/kawasan/rachmat-jabar.pdf)
c.

Agroindustri yang dimaksud di sini adalah kegiatan produksi/pengolahan bahan baku berbasis
pertanian menjadi produk yang bernilai ekonomi, baik produk jadi maupun produk setengah jadi.
Pertanian yang dimaksud di sini adalah pertanian dalam arti luas mencakup pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan dan kehutanan (www.brawijaya.ac.id)

d. Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem produksi,
subsistem pengolahan (agro-industri), subsistem pemasaran hasil dan sub sistem penunjang.
Agro-industri adalah usaha yang berkaitan dengan pengolahan yang melibatkan kegiatan
pengolahan, pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan hasil pertanian khususnya hasil
budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A. 2001)

4.2.2

Prinsip-prinsip Agro industri

Wibowo (1997) mengemukakan perlunya pengembangan agroindustri di pedesaan dengan


memperhatikan prinsip-prinsip dasar diantaranya:
1) Memacu keunggulan kompetitif produk/komoditi serta komparatif setiap wilayah,
2) Memacu peningkatan kemampuan suberdaya manusia dan menumbuhkan agroindustri yang
sesuai dan mampu dilakukan di wilayah yang dikembangkan,
3) Memperluas wilayah sentra-sentra agribisnis komoditas unggulan yang nantinya akan berfungsi
sebagai penyandang bahan baku yang berkelanjutan,
4) Memacu pertumbuhan agribisnis wilayah dengan menghadirkan subsistem-subsitem agribisnis,
5) Menghadirkan berbagai saran pendukung berkembangnya industri pedesaan.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 5

Pengembangan

agroindustri

sebagai

pilihan

model

modernisasi

pedesaan

haruslah

dapat

meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk itu perumusan perencanaan
pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi
tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas, dapat menghasilkan output yang
optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Agar
model pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dapat terwujud diperlukan pedoman pengelolaan
sumberdaya melalui pemahaman wawasan agroekosistem secara bijak, yaitu pemanfaatan asset-aset
untuk kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek-aspek pelestarian lingkungan.

4.2.3 Tujuan dan sasaran Agro industri


Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan agroindustri perdesaan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui upaya peningkatan nilai tambah dan dayasaing hasil
pertanian. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pengembangan agroindustri perdesaan diarahkan
untuk: (a) mengembangkan kluster industri, yakni industri pengolahan yang terintegrasi dengan
sentra-sentra produksi bahan baku serta sarana penunjangnya, (b) mengembangkan industri
pengolahan skala rumah tangga dan kecil yang didukung oleh industri pengolahan skala menengah
dan besar, dan (c) mengembangkan industri pengolahan yang punya dayasaing tinggi untuk
meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri (www.litbang.deptan.go.id)
Tujuan Agroindustri:

Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pelaku usaha pengolahan melalui peningkatan


efisiensi dan perolehan nilai tambah usaha-usaha pengolahan

Menciptakan lapangan kerja melalui penumbuhkembangan usaha pengolahan hasil

pertanian

Penganekaragaman produk (www.pempropsu.go.id)

Sasaran Agroindustri

Meningkatkan nilai tambah produk usaha pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura

Meningkatkan efisiensi pengolahan hasil

Tumbuh dan berkembangnya usaha pengolahan hasil pertanian

Meningkatkan efisiensi agribisnis hilir

Tumbuhnya wirausaha dibidang pengolahan hasil

Tumbuhnya industri agribisnis di pedesaan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 6

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agro industri

Masih ada agroindustri yang tergantung terhadap input import

Ketersediaan bahan baku yang tidak mencukupi dan tidak memenuhi standar mutu

Keterkaitan antara petani produsen, pengumpul hasil tani, agroindustri, pedagang distributor dan
pasar agroindustri masih bersifat terpisah-pisah tanpa memiliki keterkaitan yang terpadu satu
sama lainnya.

Agro industri merupakan faktor penting dalam perekonomian sebab:

Agroindustri langsung berhubungan dengan kegiatan produksi untuk memenuhi kebutuhan


primer umat manusia, yaitu kebutuhan akan pangan dan sandang,

Membuka lapangan kerja diluar usahatani,

Meningkat-kan nilai tambah produk pertanian,

Meningkatkan penghasilan petani, dan

Merupakan penghasilan produk non-migas untuk konsumsi pasar dunia, terutama pada negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. (www.pascaunhas.net)

4.3 PROSES BERPIKIR PELAKSANAAN PEKERJAAN


Penerapan pendekatan yang digunakan dalam pekerjaan ini perlu didukung oleh alur proses
pelaksanaan yang runtut, jelas, efektif, dan efisien. Secara garis besar, pendekatan pelaksanaan
pekerjaan akan dibagi atas:
1.

On desk study (Studi Literatur), sebagai bentuk pemahaman terhadap teori, konsep, wilayah
kajian dan akan menjadi dasar dalam penetapan indikator kelayakan dan pelaksanaan analisis,
survei lapangan dan pengumpulan data.

2.

Survei lapangan dan pengumpulan data.

3.

Deskripsi dan analisis kelayakan berdasarkan indikator-indikator kelayakan, yang dilakukan


terhadap data dan informasi yang telah diperoleh selama survei dan pengumpulan data.

4.

Penyusunan kesimpulan studi kelayakan beserta saran dan rekomendasi.

5.

Media seminar/diskusi, Asistensi, dan konsultasi.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 7

Gambar 4.1 Alur Proses Pelaksanaan Pekerjaan

STUDI LITERATUR DAN


PENYEPAKATAN KAWASAN

SURVEI DAN PENGUMPULAN


DATA

DISKUSI/SEMINAR/
KONSULTASI

DESKRIPSI DAN ANALISIS


KAWASAN

KESIMPULAN USULAN DAN


REKOMENDASI

4.4 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pekerjaan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP) terdiri dari 5 pentahapan pekerjaan besar
sebagai fasilitasi penyusunan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP), yaitu:

Persiapan dan identifikasi isu pelaksanaan pembangunan kawasan.

Penentuan arah pengembangan kawasan.

Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan.

Perumusan rencana teknis ruang kawasan.

Penetapan rencana teknik ruang kawasan.

Tahapan-tahapan pekerjaan ini merupakan tahapan yang bersifat kontinyu, yaitu pekerjaan yang
dapat diselesaikan setelah hasil pekerjaan tahapan yang lainnya, sehingga perhitungan waktu dalam
pengerjaannya harus tepat. Penyedia jasa akan menggunakan metodologi dan pendekatan tertentu
untuk mencapai tahapan-tahapan pekerjaan tersebut. Metodologi pekerjaan secara keseluruhan dapat
dilihat pada gambar 4.3 . Uraian masing-masing pentahapan dan metodologi serta pendekatannya,
dapat dilihat dari uraian dibawah ini:

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 8

4.4.1

Persiapan dan identifikasi isu pelaksanaan pembangunan Kawasan

Kegiatan persiapan dalam penyusunan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP)adalah berupa:
1. Me-mobilisasi tenaga-tenaga ahli yang dilibatkan dan penyiapan perangkat-perangkat
pekerjaan yang mendukung, seperti: perangkat komputer dan perangkat kantor.
2. Pada bagian ini juga menguraikan isu-isu mengenai Kawasan, baik isu yang menguatkan dan
isu yang bersifat melemahkan perencanaan kawasan dan juga identifikasi permasalahan
kawasan.
3. Isu dan permasalahan diperoleh dengan metode kajian dan review literatur terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi, RTRW Kabupaten Tanjung Jabung,
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Kebijakan-kebijakan Daerah.
4. Mengkaji dan me-review literatur-literatur tersebut dilakukan dengan bersama-sama oleh semua
anggota tim dengan metode desk study dan stake holder approach untuk mencapai
kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan.
5. Selain itu, penyamaan persepsi juga dilakukan untuk desain pengerjaan; jadual pengerjaan;
metodologi; delineasi dan luas kawasan; dan sistematika pengerjaan.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 9

Gambar 4.2 Kerangka Penyusunan Masterplan Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP)

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 10

4.4.2

Penentuan arah pengembangan Kawasan

Arah pengembangan industri agro menurut Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia adalah :
a.

Sinkronisasi pengembangan agroindustri dan produk hasil pertanian dalam menghadapi pasaran
internasional

b.

Meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan wilayah produksi bahan baku


agroindustri

c.

Meningkatkan partisipasi aktif dalam mendorong berputarnya kembali roda perekonomian


nasional yang mengakar di masyarakat

d.

Mengupayakan ketersediaan kebutuhan pokok yang terjangkau daya beli masyarakat

Setelah mencapai kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan, desain pengerjaan, jadual pengerjaan, metodologi dan sistematika pengerjaan maka
akan dilakukan:
1. Perumusan masalah rinci tentang pengembangan Kawasan Agroindustri sebagai
masukan dalam menentukan tingkat urgensi atau prioritas atau keterdesakan penanganan
Kawasan Agroindustri. Pada tahapan ini, masalah-masalah dan isu-isu kawasan akan dianalisis
dengan metode desk study untuk merumuskan gambaran awal kawasan, sehingga akan
diketahui tingkat keterdesakan kebutuhan perencanaan. Tingkat keterdesakan ini sangat
mempengaruhi arah pengembangan Kawasan Agroindustri yang kemudian diterjemahkan pada
desain survei. Desain survey ini merupakan format data sesuai dgn kebutuhan analisis yang
telah disepakati.
2. Memperkuat arah pengembangan Kawasan Agroindustri melalui penajaman gambaran
permasalahan dengan mengumpulkan informasi-informasi kawasan melalui metode survei
dengan menggunakan alat-alat survei, seperti: kuesioner dan alat-alat visualisasi lapangan.
Kegiatan identifikasi atau survei akan memasukkan kegiatan-kegiatan dibawah ini:

Telaah dokumen atau survei sekunder: teknik ini berupa perekaman atau pencatatan
data sekunder dari instansi/ lembaga terkait, dan media masa. Survei ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan
statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait. Disela-sela survei ini, dilakukan diskusi
yang melibatkan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan pengembangan Kawasan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 11

Agroindustri untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan tentang kondisi aktual
kawasan. Selain itu, kepada aparat pemerintah daerah juga akan dibekali metode dan
tahapan

dalam

penyusunan

Rencana

Kawasan

Agroindustri

sebagai

peningkatan

kapasitasnya.

Observasi atau visualisasi lapangan atau survei primer: teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data primer dan melengkapi teknik telaah dokumen, terutama untuk
mendapatkan gambaran yang utuh tentang daerah penelitian secara langsung di lapangan.
Observasi

yang

dilakukan

seperti:

melakukan

pencatatan

kondisi

lapangan

dan

mendokumentasikannya dalam visual dan digital. Survei ini dilakukan untuk mendapatkan
data terbaru/ terkini langsung dari lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini
sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan,
metode penyebaran kuesioner atau wawancara. Penetuan penggunaan kedua metode ini
dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun demikian ketiganya diharapkan
dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang diinginkan. Survei primer
yang akan dilakukan terdiri dari 4 tipe survei, yaitu:

Survei land use dan bangunan


Survei yang dilakukan adalah pengecekan di lapangan mengenai guna lahan eksisting serta
bangunan penting yang ada di wilayah perencanaan. Data-data yang diperoleh dari survei ini
digunakan untuk menganalisis struktur ruang eksisting dan kemudian menetapkan struktur
tata ruang dan penggunaan lahan pada tahun yang direncanakan.

Survei infrastruktur
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dengan cara pengamatan lapangan
guna menangkap/ menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik. Di samping itu survei
ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari para stakeholders terkait mengenai
permasalahan dan kondisi infrastruktur kota yang bersangkutan. Masukan tersebut dapat
diperoleh melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.

Survei Transportasi
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai transportasi kota dengan
bentuk survei yang dilakukan adalah:

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 12

a. Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan dan sistem
transportasi sehingga dapat menangkap/menginterpretasikan data-data sekunder lebih
baik
b. Traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada
jalan-jalan utama dan persimpangan penting.

Survei Pelaku ekonomi


Data dan informasi yang ingin didapat dari kegiatan survei ini adalah data pelaku, lokasi,
kecenderungan dan potensi pasar, rencana, permasalahan dan keinginan para pelaku
tersebut.
Wawancara terstruktur dan dengan informan kunci atau stake holder: teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data primer secara langsung yang berguna untuk mempertajam
analisis. Wawancara dilakukan terhadap responden-responden kunci yang paham akan
kondisi, dinamika dan permasalahan-permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi
kewenangannya serta menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang
sedang dan akan dilakukan.

Survei stake holder


Gambar 4.1.

Survei dilakukan selama 2 minggu dengan metode melibatkan surveyor dan

tenaga ahli untuk mengumpulkan informasi atau data-data primer, sekunder, kondisi
lapangan (visualisasi lapangan) dan juga mengidentifikasi stake holder (stake holder

mapping) sektor iindustri pertanian yang sudah terbentuk untuk mengetahui kondisi
perindustrian.
2) Data-data tersebut meliputi jumlah penduduk disekitar kawasan, sarana/prasarana
perhubungan dan penyuluhan pertanian, dll. Untuk menggambarkan kondisi kawasan
sekitar dan Kawasan Agroindustri Provinsi Jambi sehingga diharapkan rencana yang
dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan, maka dibutuhkan
data-data sebagai berikut:
Data biofisik adalah lebih bersifat pada keadaan sumberdaya alamnya yang antara lain:

Topografi dan kemiringan lereng

Geologi, tanah dan geomorfologi

Data iklim.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 13

Data hidrologi.

Keadaan penutupan lahan (hutan, perkebunan, belukar, alang-alang dan lain-lain).

Penggunaan Lahan

Kondisi liputan lahan

Data lainnya yang diperlukan (banjir, kekeringan, dan sebagainya).

Teknik Pengumpulan Data Bio-Fisik:

Pengumpulan data bio-fisik dilaksanakan dengan mewawancarai/ mencatat informasi


yang tersedia pada instansi/dinas yang berkompetan atau langsung di stasiun-stasiun
yang bersangkutan atau dengan menganalisa/interpretasi peta atau citra/foto udara
yang tersedia.

Data iklim dapat diperoleh dari instansi/stasiun iklim yang ada di wilayah DAS yang
bersangkutan atau stasiun terdekat.

Data hidrologi dan prasarana pengairan diperoleh dari Instansi/Dinas Kimpraswil


setempat atau instansi lain.

Keadaan penggunaan lahan perkebunan diperoleh dari instansi/Dinas.

Data Sosial ekonomi yang diperlukan antara lain:

Kependudukan disekitar kawasan

Perekonomian penduduk disekitar kawasan

Sarana/prasarana sosial ekonomi disekitar kawasan

Teknik pengumpulan data sosial ekonomi:

Data dan informasi keadaan sosial-ekonomi penduduk dapat berupa data primer
maupun data sekunder (statistik).

Data sosial ekonomi diperoleh dari instansi/dinas yang terkait sampai pada tingkat
kabupaten. Data ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk
kawasan bersangkutan.

Mengidentifikasi stake holder (stake holder mapping) ini berfungsi sebagai analisis yang
didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan (Kawasan Agroindustri)
yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk
pengembangannya. Selain itu, stake holder mapping ini berfungsi sebagai penemu-kenalan stake
holder-stake holder yang berkompeten dalam pengembangan Kawasan Agroindustri dan sebagai

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 14

embrio dalam pembentukan sistem kelembagaan terpadu yang mengelola Kawasan Agroindustri
yang bekerjasama dengan Badan Pengelola. Metode yang digunakan dalam stakeholder mapping
ini adalah metode stake holder approach dengan mengetahui fungsi dan peranan masingmasing stake holder dalam pengembangan Kawasan Agroindustri. Kepada stake holder akan
dosodorkan kuesioner atau wawancara yang menggali informasi seputar fungsi dan peran
serta keterlibatan dalam pengembangan Kawasan Agroindustri.

4.4.3

Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan Kawasan

Tahapan ini merupakan tahapan analisis data-data yang sudah diperoleh melalui survei instansional
dan survei lapangan. Data-data hasil suvei tersebut kemudian ditabulasikan kedalam suatu format
data yang kemudian dianalisis menggunakan metode statistka (seperti proyeksi) dan meodemetode kuantitatif lainnya.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan data dan survai
kemudian di kompilasi. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi
dan mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari
kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga mudah untuk
dianalisis.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan
mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Penyusunan data itu sendiri
akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi mengenai kondisi sekitar
kawasan (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data dan informasi mengenai kondisi lokal wilayah
kawasan (kondisi mikro).
Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti : data fisik dan
penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll

Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak duplikasi

Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal sehingga tercipta
form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik dll

Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel isian dan peta isian
tematik

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 15

Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian, prosentase dsb baik
bagi data primer maupun sekunder

Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian deskriptif
penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian dan menuangkan informasi
kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan mikro dan makro. Termasuk dalam
laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek.

4.4.3.1

Metodologi Perkiraan kebutuhan (need assessement) kawasan menyeluruh


(makro)

Pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu didasarkan pada potensi dan permasalahan
yang ada, baik dalam wilayah perencanaan maupun dalam konstelasi dengan kawasan sekitarnya,
supaya terjadi integrasi perencanaan. Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan
permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi
ditinjau dan dikaji pula kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterlandnya
yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi. Secara terpadu mengartikan bahwa dalam
menyelesaikan permasalahan tidak hanya dipecahkan sektor per sektor saja tetapi didasarkan kepada
kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor, di mana dalam perwujudannya dapat berbentuk
koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan makro didasarkan atas hasil analisis di
sekitar kawsan Agroindustri, seperti: kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung
lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang
hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Keseluruhan analisis kawasan makro
dituangkan kedalam konsep pengembangan kawasan secara makro dengan kawasan sekitarnya.
Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan pembangunan kawasan perencanaan yang
terpadu dengan kawasan sekitarnya.

4.4.3.2

Perkiraan kebutuhan Kawasan (Mikro)

Selain perkiraan kebutuhan yang bersifat kebutuhan pengembangan yang terpadu dengan kawasan
sekitarnya, pada tahap ini juga akan memperkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan Kawasan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 16

Agroindustri (mikro) yang meliputi kompilasi dan pengolahan data dan informasi serta analisis teknis
kawasan Agroindustri; analisis atas pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan permukiman
kawasan skala besar; perkiraan kebutuhan rumah dan ketersediaan rumah eksisting serta
kemampuan daerah dalam menyediakan rumah. Keseluruhan analisis tersebut dituangkan kedalam
konsep pengembangan kawasan mikro yang menggambarkan hubungan antar komponen dalam
kawasan.

4.4.3.3 Metodologi Analisis Teknis Kawasan


Ada empat hal utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu :
1. Analisis keadaan dasar yaitu menilai kondisi eksisting pada saat sekarang; Termasuk kedalam
analisis keadaan dasar adalah review Rencana Tata Ruang dengan kondisi eksisting yang ada
untuk selanjutnya ditentukan tipologi dari revisi rencana tata ruang yang akan ditempuh.
2. Analisis kecenderungan perkembangan yaitu menilai kecenderungan sejak masa lalu sampai
sekarang dan kemungkinan-kemungkinannya di masa depan, terutama pengaruh tumbuhnya
fungsi baru khususnya pada pelayanan kabupaten;
3. Analisis sistem serta kebutuhan ruang yaitu menilai hubungan ketergantungan antar sub sistem
atau antar fungsi, dan pengaruhnya apabila sub sistem atau fungsi baru itu berkembang, serta
perhitungan ruang dalam kabupaten sebagai akibat perkembangan di masa depan;
4. Analisis kemampuan pengelolaan pembangunan, yaitu menilai kondisi keuangan Daerah,
organisasi pelaksana dan pengawasan pembangunan, personalia, baik pada saat sekarang
maupun yang diperlukan di masa depan.
Dalam pekerjaan ini analisis yang dilakukan menggunakan model pendekatan SWOT (Strengthness,

Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan
kendala yang dimiliki kawasan Agroindustri, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah
yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap :

Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki kawasan Agroindustri, yang dapat memacu dan
mendukung

perkembangan

kawasan

Agroindustri,

misalnya

kebijaksanaan-kebijaksanaan

pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masing tersedia;

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 17

Kelemahan-kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat pengembangan kawasan


Agroindustri, baik hambatan dan kendala fisik kota maupun non fisik, misalnya kemampuan
sumber daya manusia, aspek lokasi, keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/
ketidakteraturan ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;

Peluang-peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan pengembangan kawasan


Agroindustri, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis;

Ancaman-ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman
investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang
dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis kota yang telah ada.

Dalam penyusunan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP) ini dibutuhkan beberapa metoda
analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data dan informasi yang akan
diperoleh. Walaupun demikian pada usulan teknis ini disajikan beberapa gagasan mengenai teknik
proyeksi, model dan formula analisis yang umum dan banyak dipergunakan dalam suatu kegiatan
analisis perencanaan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik analisis.
Analisis teknis Kawasan Agroindustri memasukkan persyaratan-persyaratan teknis perencanaan
Kawasan Agroindustri, seperti:

Jaringan primer dan sekunder prasaran lingkungan yang telah berfungsi minimal 25 % dari luas
Kawasan Agroindustri.

Tersedianya data: luas tanah, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan tahapan
pengembangan

Pada Kawasan Agroindustri harus tersedia jaringan primer dan sekunder berupa jalan, saluran
pembuangan air hujan dan limbah yang terintegrasi dengan kawasan sekitar yang terhubung
dengan sungai, danau, kolam atau laut

Tersedia pelayanan air bersih dari sumber PDAM, mata air, air tanah yang mampu memenuhi
kebutuhan di Kawasan Agroindustri

Tersedia pelayanan listrik yang cukup di Kawasan Agroindustri

Tersedia pelayanan jaringan telepon

Jika memungkinkan tersedianya pelayanan gas yang terintegrasi dengan pelayanan gas di
kawasan sekitar

Tersedianya sistem pembuangan sampah yang terintegrasi dengan kawasan sekitar

Tersedia fasilitas pelatihan sesuai kebutuhan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 18

Tersedia fasilitas kesehatan seperti: praktek dokter dan apotik

Tersedia fasilitas perbelanjaan seperti ; warung, pertokoan, pusat perbelanjaan lingkungan sesuai
dengan kebutuhan

TABEL 4.1. MUATAN RENCANA KAWASAN AGROINDUSTRI


Komponen
Muatan Rencana Teknik
yang harus dimiliki oleh
Kawasan Agroindustri

Kriteria
Standar :
Rencana Teknik Prasarana Lingkungan

Rencana Teknik Jaringan Primer dan Sekunder Darinase

Rencana Pengelolaan Air Limbah

Rencana Persampahan

Rencana Utilitas Umum

4.4.4

Indikator
Besaran ;
Jaringan jalan primer dan sekunder terdiri dari badan jalan,
trotoar dan saluran air hujan
Lebar jaringan primer dan sekunder sekurangnya 20 meter
Ketentuan radius, tempat pertemuan jalan harus mengikuti
standar perencanaan geomtri jalan
Jaringan primer dan sekunder harus mempunyai daya
tampung yang cukup
Bisa dilakukan dengan sistem terbuka maupun tertutup
Memperhatikan elevasi dasar saluran atau sungai yang ada
untuk mengevaluasi kapasitas sistem drainase
System pembuangan air limbah harus mempunyai daya
tampung yang cukup
Bisa membuat system septic tank dan bidang resapan
bersama (terpadu) jika untuk tiap rumah tidak
memungkinkan dengan jarang antara septic tank dan
resapan minimum 10 meter
Dalam pemilihan tempat perlu memperhatikan faktor ; bau,
pengendalian penyebaran penyakit, pengendalian kebakaran
sampah dan menjaga estetika lingkungan
Alternatif system pengelolaan ; control landfill, sanitary
landfill
Air bersih ; perlu memperhatikan sumber air bersih,
kebutuhan air bersih, kualitas air bersih dan teknologi
pengolahan air bersih jika diperlukan
Kran kebakaran ; perlu dipasang di Kawasan Agroindustri
dan komersial kawasan, penempatan setiap 100 meter untuk
daerah komersial dan 200 meter daerah perumahan
Listrik ; sumber listrik dari jaringan PLN dan sumber daya
yang diusahakan sendiri, jarang tinang rata-rata 40 meter
Telepon ; jaringan telepon terintegrasi dengan jaringan
telepon regional

Perumusan rencana teknis ruang Kawasan Industri

Pada tahapan ini terdapat 2 (dua) kegiatan besar yaitu:

Menyusun kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang Kawasan Agroindustri.

Menyusun kebutuhan bangunan Kawasan Agroindustri

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 19

Metodologi Menyusun kebutuhan pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan ruang


Kawasan Agroindustri
Berdasarkan hasil-hasil analisis kebutuhan ruang dan daya dukung lingkungan akan ditentukan
pemanfaatan ruang untuk Kawasan Agroindustri, berupa:
1. Rencana tapak pemanfaatan ruang lingkungan Kawasan Agroindustri. Rencana tapak ini
berisi panduan dalam perencanaan fisik mengenai tata letak bangunan gedung dan bukan
bangunan gedung, utilitas, jaringan pergerakan, dan ruang hijau. Dalam penentuan perencanaan
fisik adalah menuangkan hasil-hasil analisis tentang kebutuhan pemanfaatan ruang kedalam peta
dengan kedalaman 1:1.000 yang memuat wilayah perencanaan dan wilayah sekitarnya dengan
metode digitasi peta dengan program komputer Auto Cad. Sumber peta dasar diperoleh dari
pengukuran yang menggunakan foto udara atau peta-peta yang diperoleh melalui penginderaan
jauh melalui satelit. Pada tata letak komponen kawasan terdapat keterkaitan antar kompnen
dalam kawasan dan luar kawasan dengan menggunakan metode superimpose peta-peta
analisis.
Rencana tapak pemanfaatan ruang merupakan pengembangan site plan melalui simulasi-simulasi
digital (artist impression) di atas Peta Dasar dari komponen-komponen pengembangan kawasan.
Simulasi-simulasi tersebut memberikan gambaran 3 dimensi (ruang) terhadap kondisi komponen
pengembangan yang akan dibangun. Lebih jauh, hasil pengembangan model ini kemudian akan
dikembangkan menjadi alat untuk sosialisasi, marketing kit (bagi investor yang berminat) dan
media promosi pengembangan Kawasan Agroindustri.
2. Arahan pelaksanaan pembangunan lingkungan Kawasan Agroindustri yang berupa
ketentuan-ketentuan yang mengatur letak dan penampang bangunan gedung, bangunan bukan
gedung, jaringan pergerakan, jaringan utilitas dan sempadan bangunan. Letak dan penampang
yang diatur dalam ketentuan-ketentuan bangunan gedung adalah: Ketinggian bangunan;
Elevasi/Peil bangunan; Orientasi bangunan; Bentuk dasar bangunan; Selubung bangunan;
Arsitektur bangunan dan lingkungan; Pertandaan. Sedangkan ketentuan yang diatur pada
bangunan bukan gedung adalah: Penampang tiga dimensi bangunan bukan gedung; Letak
koordinat bangunan bukan gedung; Ketinggian bangunan bukan gedung; Elevasi bangunan
bukan gedung; Bentuk dasar bangunan bukan gedung. Ketentuan yang diatur dalam jaringan
pergerakan dan utilitas adalah: Penampang tiga dimensi; Letak koordinat; Elevasi; Bentuk dasar
jaringan; Daerah Milik Jalan/utilitas; Daerah Manfaat Jalan/utilitas; Daerah Pengawasan Jalan/
utilitas. Arahan pelasanaan pembangunan ini merupakan sebagai masukan dalam menetapkan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 20

kebijakan yang mengatur pembangunan-pembangunan pada kawasan tersebut. Selain itu juga
akan dilakukan analisis kebijakan antara kawasan perencanaan dengan kebijakan yang
berlaku pada kawasan sekitar untuk memperoleh titik temu dan menghindari kebijakan-kebijakan
yang tumpang tindih. Pendekatan analisis kebijakan dilakukan dengan metode stake holder

approach yang bersifat konsultatif.

4.4.5

Penetapan rencana ruang Kawasan

Setelah disempurnakan melalui forum seminar dan diskusi, hasil rencana menjadi masukan dalam
Surat Keputusan Bupati dalam hal Masterplan Kawasan Agroindustri sebagai wilayah perencanaan. SK

Bupati ini merupakan kebijakan teknis Pengembangan Kawasan. Selain itu, ditetapkan juga sistem
kelembagaan yang berfungsi sebagai pengawasan, pemantauan dan pengendalian program serta
stake holder yang dilibatkan dan pembiayaan pengembangan.
Kebijakan-kebijakan teknis yang dihasilkan dalam hasil rencana
Kebijakan-kebijakan teknis yang diperoleh dari Masterplan Kawasan Agroindustri merupakan hasil
perencanaan yang bertujuan untuk pembangunan lingkungan dan massa bangunan yang
dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan
penanganan lingkungan tersebut. Materi teknis yang dihasilkan adalah rencana tapak pemanfaatan
ruang lingkungan perkotaan yang mengkomparasikan Ketentuan Letak dan Penampang (Pra
Rencana Teknik) Bangunan Gedung dan Bukan Gedung, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra
Rencana Teknik) Jaringan Jalan, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan
Utilitas, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas, dan Pedoman
pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan. Metode yang digunakan dalam
perencanaan kebijakan-kebijakan teknis ini adalah metode desk study penyempurnaan rencana yang
dibarengi dengan pendekatan stake holder approach dalam penetapan hasil rencana finalnya.
Hasil-hasil rencana final tersebut sudah memasukkan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang Lingkungan berupa Perpetakan Bangunan; Penggunaan dan
Massa Bangunan; dan Jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaannya.
2. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Gedung berupa Penampang
dan koordinat/letak bangunan gedung

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 21

3. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Bukan Gedung berupa
Geometris pra detail engineering design bangunan bukan gedung pada setiap petak
peruntukannya
4. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Jalan berupa Penampang dan
letak koordinat jaringan jalan untuk setiap ruas jalan
5. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas berupa Penampang dan
letak koordinat jaringan utilitas
6. Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi:

Ketentuan administrasi pengendalian pelaksanaan rencana dan program, misalnya melalui


mekanisme perijinan mendirikan bangunan;

Ketentuan pengaturan operasionalisasi penerapan pola insentif, dis-insentif, hak pengalihan


intensitas bangunan, hak bangunan di atas tanah / di bawah tanah;

Arahan pengendalian pelaksanaan berupa ketentuan penatalaksanaan / manajemen


pelaksanaan bangunan;

Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi
yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan
sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana).

4.5 METODOLOGI YANG DIGUNAKAN DALAM PENYUSUNAN


MASTERPLAN
4.5.1

Metode Pemenuhan Kebutuhan Pendukung Umum Kawasan

Program kebutuhan umum yang akan ditampung dalam Kawasan Agroindustri ini antara lain adalah :

Kantor pengelola

Area komersial (perdagangan dan jasa)

Gedung serbaguna

Terminal Agro

Pasar Agro

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 22

Gedung Informasi Agro, dll

Besaran ruang yang dibutuhkan oleh masing-masing tersebut di atas diatur oleh ketentuan serta
syarat-syarat teknis. Program kebutuhan fasilitas umum yang ada di Kawasan Agroindustri ini
mengacu kepada standar kebutuhan sarana berdasarkan jumlah tenaga kerja, lokasi, luas lahan dan
radius pencapaian.

4.5.2

Metode Analisis Tapak

Pendekatan analisis tapak harus menyatakan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Dalam
menemukan sifat dan mengandalkannya untuk mengilhami tata guna tanah yang semestinya, analisis
tapak harus mempertimbangkan dan merekam hal-hal yang terkait dengan tata guna tanah,
topografi, drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang ada serta ciri khusus (Chiara dan Koppelman,
1978).

Ketentuan:
% kapling
Sarana
Prasarana
Standar
Teknis
ANALISIS TAPAK (Sifat,
struktur & potensi tapak):
Tata Guna tanah
Topografi
Drainase
Tanah
Vegetasi Iklim
Kondisi yang ada
Ciri Khusus

Gambar 4.3

ANALISIS KEBUTUHAN
LAHAN

ANALISIS DAYA
DUKUNG TAPAK

RENCANA KONSEP:
Struktur Sirkulasi
Kapling Komersial
Sarana Penunjang Teknis
Prasarana bagi Kaw Industri

PENYUSUNAN
RENCANA TAPAK
KAWASAN

PENYUSUNAN
RENCANA TAPAK
KAPLING

Diagram alir Rencana Tapak Kawasan Industri (Sumber: Chiara dan


Kopplemen, 1978)

Analisis tapak ini biasanya dilakukan pada peta topografi dengan skala 1:1000. Peta ini harus
mencakup tidak hanya daerah kawasan industri tetapi juga kawasan disekitarnya. Hal-hal yang harus
dianalisis dapat diterangkan pada bagian dibawah ini:

1> Analisis Tapak

Dalam menganalisis kawasan diperlukan suatu analisis eksternal dan


analisis internal agar diketahui potensi dan kendala yang dimiliki
kawasan

secara

komprehensif.

Proses

analisis

dilakukan

untuk

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 23

mendasari pembuatan konsep pengembangan kawasan yang dapat


mengatasi permasalahan eksisting, mengantisipasi kebutuhan di masa
depan serta mewadahi kepentingan semua pihak yang terlibat. Uraian
analisis dibagi dalam 3 bagian besar, yaitu permasalahan, analisis
eksternal, dan analisis internal di kawasan perencanaan.

Uraian analisis

1.

Permasalahan di Kawasan Perencanaan

dibagi dalam 3
bagian besar, yaitu
permasalahan,
analisis eksternal,
dan analisis internal

2.

Permasalahan Fisik Dasar Kawasan

Pola Peruntukkan Lahan

Permasalahan Lingkungan perumahan

Permasalahan Sarana dan Prasarana Lingkungan

Permasalahan Sosial- Ekonomi- Budaya

Analisis eksternal
Analisis eksternal dilakukan dengan tujuan memperoleh
gambaran

mengenai

kondisi

dan

kecenderungan

perkembangan wilayah di sekitar tapak. Secara umum analisis


eksternal dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisa
data-data dasar seperti:

i.

Kebijakan pengembangan wilayah


Dalam upaya pengembangan tapak, perlu diketahui
sebelumnya bagaimana kaitan antara peruntukan tapak
yang

direncanakan

dengan

kebijakan

yang

telah

ditetapkan. Analisa kebijakan dilakukan dengan sasaran:


1. mengetahui

kesesuaian

fungsional

tapak

yang

direncanakan dalam payung kebijakan tata ruang dan


pengembangan wilayah, agar upaya pengembangan
tapak secara lebih lanjut memperoleh dukungan dari

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 24

stakeholder terkait di wilayah sekitar tapak


2. memperoleh informasi berbagai kegiatan fungsional
serta arahan pengembangan sistem kota (sistem
kegiatan fungsional & transportasi), agar rencana
pengembangan tapak dalam jangka panjang dapat
disesuaikan dengan arahan pengembangan dimasa
datang

ii.

Kondisi fisik dan perkembangan wilayah sekitar tapak


Memahami kondisi dan perkembangan fisik sekitar tapak
perlu

dilakukan

karena

berkaitan

dengan

upaya

perancangan tapak, khususnya dalam menentukan sistem


transportasi

tapak

(lokasi

gerbang

masuk

tapak,

pengaturan arus pergerakan, dll.), serta perancangan fisik


di dalam tapak nantinya (arah muka bangunan, estetika
desain bangunan, dll)

3.

Analisis Internal
Analisis internal tapak ditujukan untuk memperoleh informasi
kebutuhan pematangan lahan serta perancangan tapak, yang
nantinya akan terkait pula dengan penyusunan rencana
anggaran biaya dalam pembangunan tapak.
Dalam

analisa

internal

tapak,

dilakukan

pengumpulan

informasi dan analisa seputar fisik lingkungan, menyangkut


topografi tapak, iklimatisasi, drainase alami, keberadaan
berbagai penanda alam (batuan, kubangan, dll), maupun
jenis tanah dan bebatuan yang nantinya akan menjadi fondasi
dasar tapak.
Selain analisa kondisi fisik pendukung di atas, perlu pula
dilakukan pengukuran internal guna mengetahui luasan tapak
sebenarnya,

serta

pemetaan

bentuk

fisik

tapak

guna

memperoleh gambaran kawasan perencanaan tapak yang

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 25

akan dikembangkan.

Beberapa point
analisis yang harus

Gambar 4.4.
untuk:

diperhatikan sebagai
dasar bagi

Menghindarkan
terutama

penyusunan konsep

atau

dalam

mengecialkan

masyarakat

dampak

akibat

negatif

pengembangan

kawasan.

penataan kawasan
Agroindustri

Analisis sosial ekonomi masyarakat bertujuan

Merumuskan

kebijaksanaan

pengembangan

Kawasan

Agroindustri.
Gambar 4.5.
f

Analisis Pengembangan Fisik betujuan :

Menganalisis tingkat kebutuhan pengembangan Kawasan


Agroindustri

Melihat

potensi,

kendala

dan

permasalahan

untuk

memperkirakan arahan perkembangan kawasan dengan


periode yang ditentukan.
f

Merumuskan

rencana

pemanfaatan

ruang,

struktur

tingkat pelayanan, rencana sistem jaringan pergerakan,


rencana

jaringan

utilitas,

dan

arahan

pengaturan

penggunaan bangunan.
f

Memperkirakan bagaimana strategi pencapaian dalam


tahapan pelaksanaan.

Gambar 4.6.
penentuan

Melakukan
prioritas

analisa

pengembangan

untuk
tahap

mendukung
awal,

dan

mendukung pembuatan rencana kawasan pengembangan


tahap awal dalam tahap selanjutnya.
Gambar 4.7.

Analisis kemungkinan implementasi, bertujuan

untuk :

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 26

Merumuskan potensi dan kendala dalam implementasi

Merekomendasi

kegiatan

pengembangan

sebagai

implementasi awal dari rencana yang disusun dan sebagai


bahan evaluasi bagi penyempurnaan rencana pada tahap
berikutnya.
2> Analisis

Tahap analisis bangunan sangat penting sebagai bahan masukan dalam

Bangunan

perancangan

bangunan.

Hasil

analisis

ini

akan

menjadi

dasar

pertimbangan dalam menentukan karakter dan fungsi bangunan.


Beberapa unsur yang dianalisis antara lain :

Programming, adalah proses kolektif data sebagai langkah awal


penyusunan rencana, yaitu :

Aktifitas dan jumlah penghuni yang akan ditampung

Kebutuhan ruang dan luasannya

Zoning fungsi dan pola hubungan ruang

Perletakan ruang

Unsur alamiah, adalah unsur yang mempengaruhi bentuk arsitektur


bangunan:

Klimatologi : suhu udara, arah angin, arah matahari

Visual orientation ; arah bukaan muka bangunan terhadap


lingkungannya

Kondisi dasar topografi; bentuk kontur, jenis tanah, kelayakan


tanah

Desain bangunan :

Bentuk dasar massa bangunan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 27

Pola perletakan dan orientasi

Material dan struktur yang digunakan

Sistem utilitas bangunan, untuk bangunan akan mempunyai aturan

dan spesifikasi teknis tertentu yang harus diperhitungkan

Sistem ekonomi bangunan, termasuk didalamnya adalah sistem

pengelolaan dan pemerliharaan bangunan setelah selesai dibangun


dan selama digunakan
Unsur-unsur tadi saling terkait erat dalam suatu proses perencanaan
yang terintegrasi untuk menghasilkan perencanaan dan perancangan
yang dituju.
3> Tahap

Secara garis besar beberapa langkah yang akan dilakukan bertujuan

perumusan

untuk menyusun strategi dasar penanganan Kawasan Agroindustri yang

konsep rencana

dianggap paling sesuai dan paling efektif untuk diterapkan, yaitu :


f

Skenario dan strategi program penataan Kawasan Agroindustri


berdasarkan hasil kesepakatan antara Pemberi Kerja dengan Tim
Konsultan yang dituangkan dalam bentuk Siteplan Kawasan
Agroindustri.

Siteplan terbagi atas blok plan yang menunjukkan proses


pentahapan

pembangunan

dan

sesuai

dengan

blok

peruntukannya. Tahap Pengembangan untuk setiap blok plan


harus sesuai dengan Rencana Konsep rencana
4> Tahap
penyusunan
Rencana

Rencana pemanfaatan ruang, berupa :

Rencana peruntukan ruang;


Besaran ruang untuk setiap blok pelayanan kegiatan, berupa
hubungan tata jenjang antara fungsi-fungsi pelayanan lingkungan
dalam kawasan perencanaan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 28

Rencana sistem jaringan pergerakan;


Rencana sistem jaringan ajalan dan

utilitas kawasan eksternal,

berupa arahan pola jaringan primer, sekunder, dan tersier untuk


sistem jaringan air bersih, drainase, dan air limbah

Rencana kepadatan bangunan lingkungan;


Rencana perpetakan bangunan dan rencana aturan membangun

5> Tahap

Merupakan penjabaran rencana tapak pengembangan kawasan kedalam

penyusunan

bentuk program yang lebih operasional dan terukur (volume dan waktu)

program

berdasarkan prioritas program.

pembangunan

Tujuan dari tahap ini adalah melakukan penyusunan dan menyiapkan


perangkat lunak program (penyusunan digitasi site plan) pelaksanaan
penataan Kawasan Agroindustri sehingga terbentuk tata pelaksanaan
yang jelas, mudah dan dapat dilaksanakan, dengan menyiapkan
mekanisme/prosedur pelaksanaan yang disepakati berbagai pihak,
koordinasi program, penyiapan pelaku pembangunan sebagai subyek
pembangunan dan mekanisme pendanaan.

6> Tahap

Merupakan pengembangan site plan melalui simulasi-simulasi digital

pengembangan

(artist impression) di atas peta dasar dari komponen-komponen

model site plan

pengembangan

kawasan.

digital

gambaran

dimensi

Simulasi-simulasi
(ruang)

terhadap

tersebut
kondisi

memberikan
komponen

pengembangan yang akan dibangun. Lebih jauh, hasil pengembangan


model ini kemudian akan dikembangkan menjadi alat untuk sosialisasi,
marketing kit (bagi investor yang berminat) dan media promosi
pengembangan Kawasan Agroindustri.

4.5.3

Pendekatan Perencanaan Tapak

Hasil rancangan dapat mencerminkan pola interaksi antara zona-zona fungsi yang beragam
Pendekatan perencanaan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah pendekatan dari segi pemanfaatan
daya dukung lahan yang didasarkan pada hubungan antara fungsi-fungsi yang akan dikembangkan.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 29

Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah mendapatkan hasil rancangan yang dapat
mencerminkan pola interaksi antara zona-zona fungsi yang beragam dan jelas dirasakan oleh
pemakainya.
Proses perencanaan, baik master plan maupun siteplan (rencana tapak) dimulai dengan pengumpulan
data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah sekitarnya. Data ini harus
meliputi hal-hal seperti rencana induk dan penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar, survai,
data topografi, informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang
terbuka yang ada.
Setelah semua informasi yang ada diperoleh, maka informasi tersebut harus diperiksa dan dianalisis.
Salah satu sasarannya adalah untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak tersebut sesuai
dengan kegunaan yang direncanakan. Apabila ternyata sesuai, maka data tersebut harus dianalisis
lebih lanjut untuk menetapkan parameter khusus lainnya dari tapak itu. Ini termasuk penentuan
daerah yang terbaik untuk lokasi suatu bangunan karena kondisi tanahnya sesuai, daerah yang harus
dihindari karena lerengnya curam, daerah yang mempunyai masalah erosi karena pola drainasenya
atau daerah yang harus dilestarikan sesuai dengan kondisi alamiahnya karena vegetasi.

Pendekatan perencanaan Bangunan


Pada dasarnya pendekatan perencanaan bangunan lebih ditekankan pada aspek-aspek teknis, yang
dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosio kultural lingkungannya, untuk dituangkan dalam suatu
bentuk rencana dan rancangan bangunan yang mewadahi semua aspek tersebut.
Unsur-unsur yang ditinjau untuk pendekatan perencanaan bangunan adalah sebagai berikut :

1.

Program Aktivitas

Aktifitas yang akan ditampung di kawasan ini dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yang saling
terkait, yaitu :

Penghuni :

Aktifitas utama yang dilakukan adalah kegiatan sosial kemasyarakatan. Yaitu kegiatan bermasyarakat,
bersosialisasi dan aktifitas sehari-hari yang rutin.

Pengelola;

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 30

Kegiatan yang dilakukan adalah mengelola, mengatur dan memelihara keberlanjutan dari kegiatan
industri di kawasan ini. Pengelolaan sangat penting pada saat proses pembangunan sedanga berjalan.
Selain mengelola secara manajerial terhadap seluruh kegiatan yang ada, juga berkewajiban
mengelola, memberi fasilitas dan memelihara lingkungan yang ada setelah pembangunan selesai.

2.

Program Kebutuhan Ruang

Program aktifitas tersebut di atas menjadi dasar dalam penyusunan kebutuhan ruang yang akan
diwadahi di kawasan agro industri ini. Tabel di bawah ini menguraikan keterkaitan antara aktifitas
dengan kebutuhan ruang :

TABEL 4.2. PROGRAM KEBUTUHAN RUANG


No.

PELAKU

AKTIFITAS

KEBUTUHAN

Penghuni

Bermasyarakat
Bekerja
Berdagang

Rumah tinggal
Fasilitas umum
Terminal Agro
Pasar Agro
Ruang terbuka

Pengelola

Kegiatan administrasi
Melayani kebutuhan seluruh penghuni
Keamanan lingkungan
Pemeliharaan lIngkungan

Kantor pengelola
Gedung serba guna
Pos jaga
Service area

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No.50 Tahun 1997, kriteria teknis
kawasan industri adalah:
1. kavling-kavling industri seluias minimum 70% luas kawasan (BCR atau koefisien dasar bangunan
disesuaikan dengan Perda setempat)
2. ruang terbuka hijau dan daerah penyengga minimum 10% luas kawasan
3. prasarana dan sarana penunjang teknis seluas 20% luas kawasan, dimana kavling saluran
drainase 8 14% dan fasilitas penunjang 6 12% (lihat tabel).

TABEL 4.3. POLA PENGGUNAAN LAHAN


No.

JENIS PENGGUNA

Kapling Industri

STRUKTUR PENGGUNAAN (%)

Maksimal 70%

KETERANGAN

Setiap
kapling
harus
mengikuti
kententuan BCR sesuai dengan Perda

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 31

TABEL 4.3. POLA PENGGUNAAN LAHAN


No.

JENIS PENGGUNA

STRUKTUR PENGGUNAAN (%)

KETERANGAN

setempat (60 : 40)


Untuk
tercapainya
aksesibilitas
dimana ada jalan primer dan jalan
sekunder (pelayanan)
Tekanan gandar primer sebaiknya
minimal 8 ton dan sekunder minimal
5 ton
Perkerasan jalan minimal 7 m

Jalan dan Saluran

8 12%

Ruang terbuka hijau

Minimal 10%

Dapat berupa jaluir hijau (green belt),


taman, dan perimeter

Fasilitas penunjang

6 12%

Dapat berupa kantin, guest house,


tempat ibadah, fasilitas olahraga, PMK,
WWTP, GI, Rumah Telkom, dsb

Komposisi penggunaan lahan kawasan industri tidak seragam untuk setiap kawasan industri.
Perbedaan tersebut ditentukan oleh luas lahan yang tercakup dalam kawasan industri tersebut (lihat
tabel dibawah ini).

TABEL 4.4. ALOKASI PERUNTUKAN LAHAN KAWASAN INDUSTRI


Luas lahan dapat dijual (maksimum 70%)
Jalan dan sarana
penunjang lainnya

Ruang terbuka
hijau (%)

Luas
kawasan
industri (ha)

Kapling
industr (%)

Kapling
komersial (%)

Kapling
perumahan (%)

10 -20

65 - 70

Maks 10

Maks 10

Sesuai kebutuhan

Min 10

> 20 50

65 - 70

Maks 10

Maks 10

Sesuai kebutuhan

Min 10

> 50 - 100

60 - 70

Maks 12,5

Maks 15

Sesuai kebutuhan

Min 10

> 100
200

50 - 70

Maks 15

Maks 20

Sesuai kebutuhan

Min 10

> 200
500

45 70

Maks 17,5

10 -25

Sesuai kebutuhan

Min 10

40 - 70

Maks 20

10 - 30

Sesuai kebutuhan

Min 10

> 500

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 32

4.5.4

Perancangan Tapak

Chiara dan Koppel (1978) menyatakan dalarn penyusunan rencana tapak setelah dilakukan analisis
tapak selanjutnya dilakukan penyusunan rencana konsep, rencana skernatik, dan rencana tapak
pendahuluan. Pada tahap rencana konsep, berisi berbagai kebutuhan kegiatan yang dikaitkan dengan
struktur fisik tapak.
Dalam perencanaan tapak terdapat tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : (1) perihal tapak
yang meliputi pola pergerakan, skala kegiatan, bentuk, bahan, dan susunan; (2) program mencakup
segi keuangan, logistik dan kebutuhan pemakai; dan (3) tapak itu sendiri yang terdiri dari topografi,
vegetasi, orientasi dan bentLik. Rencana tapak biasanya digambarkan dalam gambar-gambar
aksonometri yang menerangkan ketinggian bangunan atau gambar sketsa perspektif (Catanese dan
Snyder, 1996).
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu rencana tapak kawasan industri mungkin dapat dianalogikan
dengan Unsur-unsur yang ada dalam rencana teknis ruang perkotaan. Dengan analogi tersebut, maka
unsur-unsur yang harus terdapat dalam rencana tapak industri adalah
1. Rencana tapak pemanfaatan ruang, berisi :

Rencana perpetakan,

Tata letak bangunan dan pemanfaatannya,

Tata letak jaringan utilitas,

Sempadan bangunan, koefien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah
hijau, koefisien tapak basement,

Sempadan jalan, daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan. ,

Daerah milik utilitas, daerah pengawasan utilitas.

2. Rencana Pemanfaatan Ruang Dalam Blok-Blok Peruntukan Berisi :


Penampang Tiga Dimensi Bangunan Gedung
Ketinggian Bangunan Gedung
Elevasi/ Sudut Bangunan Gedung
Orientasi Bangunan Gedung
Bentuk Dasar Bangunan Gedung
Selubung Bangunan Gedung
Arsitektur Bangunan dan Lingkungan

GAMBAR 4.4 CONTOH RENCANA TAPAK

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 33

3. Pra Rencana Teknis Bangunan Bukan Gedung, Berisi :


Penampang Tiga Dimensi Bangunan Bukan Gedung
Letak koordinat Bangunan Bukan Gedung
Ketinggian Bangunan Bukan Gedung
Elevasi Bangunan Bukan Gedung
Bentuk Dasar Bangunan Bukarencana teknisn Gedung
4. Pra Rencana Teknis Jaringan Utilitas :
Penampang tiga dimensi jaringan utilitas
Letak koordinat

GAMBAR 4.5 CONTOH PRA RENCANA TEKNIS

Elevasi
Bentuk dasar jaringan
Daerah milik utilitas
Daerah manfaat utilitas

RUANG USAHA
KOPERASI

4.00

RUANG UPDT
RUANG KORDINASI

RUANG USAHA
KANTIN F.COPY DLL

R. PERTEMUAN
MENENGAH

4.00

1.50

1.50

1.00

4.00

1.50

1.50

RUANG LIFT

1.00

Daerah pengawas utilitas

1.50

1.50

P + 16.00

Subag
Perencanaan

1.80

5. Pra Rencana Teknis Jaringan Jalan :

ENTRANCE

2.00

1.00

R.PAMER
ALAT- ALAT

7.20

7.20

2.40

16.40

2.80

16.80

7.20

7.20

6.00

26.40

7.20

20.40
63.60

B'

POTONGAN C - C

Penampang tiga dimensi jalan


SUBDIN TEKNIK
PERANAN NELAYAN

SUBDIN
PRODUKSI.

KA.SUBDIN HAYATI
DAN KELAUTAN

KA SUBDIN

MUSHOLA PRIA

KA.SUBDIN
BINA KOP.

SUBDIN
BINA KOPERASI

R.UPDT

KORDINASI
UPTD

R.SUBDIN
KES. HEWAN

KA.SUBDIN

R.SUBDIN
U.PETERNAKAN

R.SUBDIN
PRODUKSI

KA SUB

RUANG UPDT
RUANG KORDINASI

R. DINAS
PERIKANAN

4.00
4.00

1.00

1.50

1.50

1.00

1.50

1.50

Letak koordinat

R. DINAS
KOPERASI

2.00

4.00
1.00

1.50

1.50

Elevasi

1.80

Bangunan dasar jaringan

7.20

7.20

7.20

R.WAKIL

7.20

7.20

R.SEKRETARIS

7.20

R. DINAS
PETERNAKAN

7.20

7.20

50.40
57.60

POTONGAN D - D

Daerah milik jalan


Daerah manfaat jalan
Daerahpengawas jalan
6. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan :
Penampang tiga dimensi bangunan bukan gedung
Ketinggian bangunan gedung
Elevasi bangunan gedung
Orientasi bangunan gedung
Bentuk dasar bangunan gedung
Selubung bangunan gedung
Arsitek bangunan dan lingkungan

GAMBAR 4.6 CONTOH RENCANA TATA BANGUNAN

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 34

Pembuatan Siteplan kawasan industry harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


Gambar 4.1.

Ukuran Kavling dengan pertimbangan :

Perbandingan lebar dan panjang diupayakan 2 : 3 atau 1 : 2


Lebar Kavling Minimal di luar ketentuan GSB kiri dan Kanan adalah kelipatan 18 m
Gambar 4.2.

Penempatan Pintu Keluar Masuk

Gambar 4.3.

Penempatan Tempat Parkir dan Bongkar Muat, dengan memperhatikan hal-hal

sebagai berikut :
Penempatan tempat parker karyawan non bus dipersiapkan dalam kavling pabrik
Dipersiapkan areal bongkar muat dalam kavling pabrik
Penyediaan bus karyawan atau container bahan baku dalam kavling dan diupayakan tidak
terjadi penumpukan kendaraan pada bahu jalan kawasan industri
Gambar 4.4.

Zonasi/ Blok Kegiatan Industri agar tercapai hal-hal sebagai berikut:

Tercapainya efisiensi dan efektifitas penyediaan infrastruktur dan utilitas


Tercapainya efisiensi dalam pemeliharaan infrastruktur dan utilitas
Tercapainya produksi yang optimum karena terkurangi gangguan-gangguan yang ditimbulkan
oleh kegiatan industry lainnya
Pertimbangan- Pertimbangan yang dapat digunakan dalam penyusunan bliok-blok kegiatan di
kawasan industry antara lain adalah (Balitbang Deperindag 2001)

Jumlah Limbanh yang dihasilkan

Ukuran Produksi yang bersifat bulky/ heavy

Polusi udara

Tingkat kebisingan

Tingkat getaran

Hubungan antar jenis industri

Konsep Perencanaan Topografi


Berdasarkan karakter fisik tapak yang ada, maka untuk mendapatkan lahan matang yang dapat
digunakan sebagai kawasan perumahan harus dilakukan perekayasaan terhadap tanah, dengan cara
melakukan pengurugan dan pengupasan (cut & fill), terutama untuk kawasan yang memiliki kontur
lereng (variatif) dan tanah berawa.
Alasan utama dilakukan kegiatan ini adalah untuk menyediakan lintasan-lintasan drainase yang akan
menjaga air yang tidak diinginkan tidak merusak atau membahayakan elemen-elemen tapak,
menyediakan jalan penghubung, untuk membuat lebih banyak bagian tapak terpakai, untuk

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 35

mengurangi kegiatan pemeliharaan dan untuk mempertahankan keistimewaan-keistimewaan yang


dimiliki tapak. Disamping alasan yang murni fungsional tadi, proses cut&fill dapat menghasilkan
kegunaan yang spesifik atau untuk meningkatkan kualitas estetika tapak.
Mengacu kepada konsep perumahan yang ramah lingkungan, maka usaha-usaha teknik yang akan
dilakukan harus seminimal mungkin merubah atau merekayasa kondisi awalnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari biaya konstruksi yang mahal dan mendayagunakan bentuk permukaan tanah.

Gambar 4.7 Konsep Pekerjaan Pengupasan dan Pengurugan

URUGAN / FILL

KUPASAN /
CUT

Gambar di atas memperlihatkan salahsatu bentuk perekayasaan yang dilakukan pada kondisi topografi
yang berkontur variatif. Sistem pembajakan tanah (terracing) menjadi pilihan rekayasa teknik dalam
perancangan tapak.
Upaya ini dilakukan untuk mencapai beberapa sasaran dalam melakukan perekayasaan elevasi tanah
(grading plan), yaitu:

Mengembangkan tapak bangunan yang menarik, sesuai dan ekonomis

Memberikan pencapaian yang aman, nyaman dan fungsional ke seluruh tapak, untuk
penggunaan dan pemeliharaan.

Membagi limpasan permukaan dari tapak tanpa mengakibatkan erosi dan sedimentasi, atau
mengumpulkannya untuk keperluan ciri air, cekungan lumpur atau irigasi.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 36

Membagi aliran air permukaan maupun air bawah permukaan menjauhi bangunan dan
perkerasan trotoar untuk menghindari kejenuhan lapisan dasar, yang dapat merusak struktur
bangunan atau melemahkan perkerasan.

Mempertahankan sifat alamiah dari tapak dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
bentuk permukaan tanah dan untuk menentukan peil yang sesuai dalam mempertahankan
pepohonan yang ada.

Mendapatkan perimbangan kupasan dan urugan (cut & fill) yang optimum pada tapak,
menimbun untuk menggunakan kemballi tanah pucuk yang memadai bagi pemantapan
lapisan penutup atau penanaman.

Menghindari daerah urugan yang akan berakibat penambahan kedalaman atau ketidakstabilan
pondasi bangunan atau lapisan dasar suatu perkerasan.

Menghindari timbulnya penampang bergelombang untuk jalan, trotoar dan perkerasan


lainnya.

4.5.5

Perencanaan Jaringan Drainase

Perataan / grading dan drainase dalam kawasan perencanaan menjadi suatu bagian fungsional dan
estetik yang tak dapat dipisahkan dan terintegrasi dengan tapak, ruang serta struktur yang ada.
Walaupun terdapat bagian tanah dalam kawasan perencanaan yang relatif datar, sehingga seakanakan kondisi topografi tidak menentukan perencanaan tapak, tetap dilakukan proses analisis terhadap
pengelompokkan untuk menciptakan sistem drainase yang baik.
Tapak curam atau tak teratur pada
kawasan

perencanaan

menyebabkan

biaya pembangunan tidak ekonomis


lagi.

Oleh

karena

itu

selain

perekayasaan terhadap elevasi tanah


(cut&fill) juga dilakukan perancangan
tata letak bangunan sejajar dengan
kontur

untuk

mengurangi

biaya

konstruksi, pelandaian dan urugan yang


tinggi.

GAMBAR 4.8 CONTOH PENANGGULANGAN KAWASAN SISTEM

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 37

Pada lokasi yang elevasinya ekstrem / berlereng, maka dilakukan penyesuaian rencana tapak
terhadap topografi yang ada untuk menekan biaya pembangunan awal dan pemeliharaan yang
ekonomis, terutama untuk saluran air selokan dan drainase. Hasil analisis memberikan beberapa
pilihan perekayasaan, salahsatu yang diambil untuk digunakan di kawasan perencanaan ini adalah
sistem terracing (pembajakan kontur) untuk mengurangi besarnya kelandaian yang ada, hal ini
dilakukan untuk memperoleh bagian tapak yang lebih banyak untuk digunakan.

4.5.6

Pola Sirkulasi / Pergerakan

Pada dasarnya pola sirkulasi secara keseluruhan mengarah ke pusat lingkungan sebagai orientasi
kawasan, dan menyebar ke semua zona fungsional dalam kawasan. Dengan pertimbangan alasan
keamanan dan kejelasan mobilitas pergerakan kendaraan, maka sistem sirkulasi dalam kawasan
menggunakan sistem loop, yaitu kendaraan yang datang dan keluar hanya melalui satu pintu masuk
(pintu gerbang).
Pencapaian ke tapak dan bangunan-bangunan dibedakan atas:

pencapaian manusia, dibagi atas: penghuni, pengunjung/tamu

pencapaian kendaraan, dibedakan atas: kendaraan pribadi, kendaraan umum yang dibatasi
sampai bagian luar kompleks (gerbang kawasan)

4.5.7

kendaraan pengunjung

Rencana Jaringan Jalan

Kebutuhan luas lahan untuk rumah tinggal yang mencapai 70% dari total luas lahan, menjadi
pendekatan perencanaan pola komposisi ruang yang mempengaruhi pola jaringan jalan. Pola jaringan
jalan yang akan dikembangkan pada kawasan Agroindustri adalah pola grid yang membagi habis
seluruh blok peruntukkan ke dalam struktur jaringan jalan. Pola grid ini sangat efisien dalam Terdapat
sumbu utama jalan, yaitu membentang dari pintu masuk kawasan terus ke arah belakang, dan
melingkar lagi kembali ke pintu masuk kawasan.
Rencana keruangan jalan didasarkan pada PP 26/1985, dimana secara prinsip bahwa jalan memiliki
jalur lalu-lintas yang lebarnya tergantung pada klas jalan. Rencana jalan yang akan dikembangkan di
kawasan ini ada 3 jenis :
1. Jalan Arteri, berupa boulevard dengan lebar 6 meter satu arah, dengan median jalan di tengah
selebar 2m. Ditempatkan di gerbang utama dan di dalam kawasan sebagai pengarah / orientasi
dan batas pembagi pengelompokkan perumahan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 38

2. Jalan kolektor, sebagai jalan yang menghubungkan jalan arteri dengan jalan lingkungan.
Penempatan di sekitar pusat orientasi / pusat kawasan dengan lebar sekitar 8m dilalui oleh 2 arah
kendaraan.
3. Jalan lingkungan, dengan lebar 6 meter adalah jalan yang secara langsung melalui kelompok
rumah tinggal yang tersebar di kawan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.

LAHAN

LAHAN

50

50

100

JALAN SATU ARAH

MEDIAN

JALAN SATU ARAH

100

100

600

200

600

100

50

LAHAN

LAHAN

DRAINASE

TROTOAR
MEDIAN JALAN
LAHAN

50

TROTOAR

JALAN SATU ARAH

GAMBAR 4.9 CONTOH POTONGAN JALAN DAN PENDUKUNGNYA

4.5.8

Rencana Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki

Sistem sirkulasi pejalan kaki di dalam kawasan direncanakan menggunakan pedestrian (trotoar),
karena penggunaan lahan yang ada mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Sirkulasi pejalan
kaki pada kawasan tesebar pada seluruh koridor jalan. Untuk dapat menciptakan fasilitas pedestrian
yang optimal, maka berbagai kelengkapan pedestrian seperti lansekap lampu jalan, trotoar dan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 39

sebagainya harus disiapkan dengan baik. Jalur pejalan ini mendorong pergerakan manusia yang
terpisah dari kendaraan, ataupun dari suatu titik ke titik lainnya.
Trotoar ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas dan diletakan pada sisi
dalam saluran drainase terbuka atau di atas saluran drainase tertutup dengan plat beton yang
memenuhi syarat.
Adapun dimensi trotoar yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Ruang bebas trotoar

Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari satu
meter dari permukaan trotoar. Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0,3 meter.

Lebar trotoar

Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Oleh karena itu, lebar trotoar harus
disesuaikan dengan potensi pergerakan pejalan kaki masing-masing guna lahan. Ketentuan lebar
trotoar yang ditetapkan pada kawasan perencanaan adalah sebesar 1 meter.

4.5.9

Penghijauan / Landscaping

Landscaping berkaitan erat dengan pembentukan ruang. Konsep penghijauan / landscaping yang
direncanakan di kawasan ini bertujuan untuk membentuk ruang luar menjadi suatu kesatuan dengan
fungsi yang akan diwujudkan di kawasan ini.
Penataan landscape ini ditujukan pada cara pengaturan ruang dan massa bangunan di alam terbuka
dengan mengkomposisikan elemen-elemen landscape alami / eksisting dengan elemen-elemen buatan
/ tambahan. Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses pembentukan landscape dan
lingkungan antara lain adalah topografi, hidrologi, iklim dan cuaca serta desain landscape itu sendiri.
Konsep dasar penataan landscape adalah :

Penataan landscape harus sejalan dengan rencana penggunaan tanah untuk menambah dan
mempertinggi daya guna tanah

Penataan landscape tidak sekedar menciptakan lingkungan yang indah, tetapi juga erat kaitannya
dengan usaha menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 40

Penataan landscape pada ruang luar bangunan, harus dapat menunjang bentuk arsitektur dan
ruang antar bangunan pada lingkungannya, serta memberi nilai tambah pada desain bangunan.

Konsep landscaping ini meliputi :

Zona formal, tata hijau yang membentuk ruang luar dan mengarahkan sirkulasi pada kelompok
bangunan formal, yang berfungsi sebagai pengarah dan peneduh. Vegetasi yang digunakan
adalah jenis pohon yang mempunyai bentuk tinggi (mis: palm raja) atau yang berkarakter kuat
mengarahkan pergerakan dan bersifat formal, yang divariasikan dengan pohon perdu yang
rindang, yang ditata secara teratur untuk menciptakan kesan formal.

Zona peralihan / transisi, tata hijau yang berada di pusat kawasan yang dan berfungsi sebagai
peneduh dan pengarah sirkulasi

Zona fungsional, tata hijau yang membentuk ruang-ruang luar pada kelompok rumah hunian

Gambar 4.10 contoh penggunaan pohon sebagai penanggulangan iklim


mikro polder lingkungan bangunan

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 41

4.5.10 Sistim Jaringan Utilitas


Jaringan utilitas yang direncanakan di kawasan ini terdiri dari jaringan telpon, listrik, air bersih, air
kotor (buangan rumah tangga) dan sistem persampahan lingkungan. Semua kebutuhan jaringan
utilitas ini menjadi faktor penting dalam menjalankan aktifitas sebuah kawasan perumahan baru.

TABEL 4.5. STANDAR KEBUTUHAN UTILITAS KAWASAN AGROINDUSTRI


NO

TEKNIS PELAYANAN

KAPASITAS PELAYANAN

Luas lahan
usaha

0,3 5 Ha

Jaringan Jalan

perunit

KETERANGAN
Rerata industri manufaktur butuh lahan
1,34 Ha. Perbandingan lebar panjang :
lebar 2:3 atau 1:2 dengan lebar
minimum 18 m diluar GSB
Ketentuan KDB, KLB GSJ & GSB
disesuaikan
dengan
Perda
yang
bersangkutan

Jalan utama

2 jalur satua arah dengan lebar


perkerasan 2 x 7 m atau 1 jalur 2 arah
dengan lebar perkerasan minimal 8 m

Jalan lingkungan

2 arah dengan lebar perkerasan minimum


7m

Saluran drainase

Sesuai debit

Ditempatkan di kiri kanan jalan utama dan


jalan lingkungan

Saluran severage

Sesuai debit

Saluran tertutup
saluran dranase

yang

terpisah

dari

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 42

TABEL 4.5. STANDAR KEBUTUHAN UTILITAS KAWASAN AGROINDUSTRI


NO

TEKNIS PELAYANAN

KAPASITAS PELAYANAN

KETERANGAN

Air Bersih

0,55 0,75 l/det/ha

Air bersih dapat bersumber dari PDAM


maupun air tanah yang dikelola sendiri
oleh pengelola KI, sesuai dengan
peraturan yang berlaku

Listrik

0,15 0,2 MVA/ Ha

Bersumber dari listrik PLN maupun listrik


swasta

Telekomunikasi

4 5 SST/ Ha

Kapasitas Kelola IPAL

Tenaga kerja

90 110 TK/ ha

10

Kebutuhan hunian

1 5 TK/ unit hunian

11

Bangkitan transportasi

Eksport = 3,5 TEUs/ Ha/


Bln
Impor = 3 TEUs/ Ha/ bln

Belum termasuk angkutan buruh dan


karyawan

12

Prasarana dan sarana


sampah

1 bak sampah/ kapling


1 armada sampah/ ha
1 unit TPS/ 20 ha

Perkiraan limbah padat yang dihasilkan


adalah 4 m3/ ha/ hari

12

Kebutuhan
komersial

Sesuai
kebutuhan
dengan maksimum 20%
luas lahan

Dalam fasilitas komersial ini diperlukan


adanya suatu trade center sebagai
tempat untuk promosi dan pemasaran
kawasan serta produk-produk yang
dihasilkan di dalam kawasan
Kantor perijinan 1 atap

fasilitas

Standar influent:
BOD: 400 600 mg/ l
COD : 600 800 mg/ l
TSS : 400 600 mg/ l
Ph : 4 - 10

Termasuk faksimile/ telex


Telepon umum 1 SST/ 10 Ha
Kualitas parameter limbah cair yang
berada diatas standar influent yang
ditetapkan, wajib dikelola terlebih dahulu
oleh pabrik ybs

Hunian dapat berupa:


Rumah hunian
Mess karyawan

Standar teknis untuk perusahaan industri pengolahan dalam kawasan industri adalah (lihat tabel
diatas):
1. wajib melengkapi kavling industrinya dengan sarana pengendalian limbah (cair, gas, dll) yang
dikeluarkan kegiatan industrinya.
2. beban pengelolaan air limbah dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

peningkatan kemampuan unit pengolahan air limbah

memasang unit pengolahan limbah pendahuluan (pre treatement plan) apabila limbahnya
melampaui batas kemampuan unit pengelolaan limbah

3. perusahaan yang berada dalam kawasan industri tidak diperkenankan mengambil air tanah
untuk kegiatan industrinya.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 43

4.6 METODE DAN TEORI TERAPAN LAINNYA


Teori Lokasi Pertanian
Faktor yang menentukan dalam berdirinya suatu industri di suatu wilayah yang menyangkut
faktor ekonomis, historis, manusia, politis dan geografis (Drs. N. Daldjoeni, Geografi Baru)
diantaranya adalah :

Bahan mentah

Sumber daya tenaga (power resource)

Suplai tenaga kerja

Suplai air

Pasaran

Fasilitas transportasi

Pelopor dari segala Teori lokasi adalah Von Thunen yang buku pertamanya terbit dalam bahasa
Jerman pada tahun 1826, diperkenalkan pada tahun 1966 oleh Hall setelah dialih bahasakan ke
dalam bahasa Ingris. Pada tahun 1962 sempat pula diperkenalkan pokok-pokok isinya oleh

Chisholm, berupa penunjukannya secara sistematis pada gagasan tentang zone-zone tata guna
lahan yang secara konsentris melingkari titik-titik permukiman yang diperoleh dari aneka efek
akibat praktek transportasi berbagai jenis komoditas yang dapat diterapkan dalam skala luas di
berbagai lingkungan dan berbagai zaman.
Pentingnya gagasan Von Thunen yang asli dipahamai terletak pada fakta bahwa lokasi
mendapatkan inpirasi dari perumusannya yang logis terhadap masalah-masalah yang relevan
serta analisis marginal yang ekonomis ( R.O Huchinson, an essay on location, 1962 ). Pendekatan
analisis dalam geografi pertanian di dunia maju sekarang bercorak ekonomis, bermetodologi,
dengan pembuatan model. Sementara ini, model Von Thunen telah dikembangkan lebih lanjut,
juga tentang economic rent bermanfaat untuk menerangkan pola tata guna lahan. Namun ada
hal yang tak memuaskan, khususnya jika mau diterapkan pada pengambilan keputusan oleh pihak
petani dalam kaitannya dengan behavioral environment. Di dalam geografi pertanian yang
modern perhatian utama dicurahkan pada aspek-aspek variabilitas spatial dalam kegiatan bertani.
Tata guna lahan merupakan variabel spatial yang menonjol untuk dideskriptikan, juga untuk
pertanian di dunia ketiga model dari teori Von Thunen dapat dimanfaatkan.
Konsep Von Thunen bahwa sewa tanah sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang mengambil
tempat pada lokasi tertentu masih tetap berlaku dan hal ini mendorong terjadinya konsentrasi

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 44

kegiatan tertentu pada lokasi tertentu. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan
suatu lokasi diantaranya adalah :


Tanah

Modal, finansial dan alat

Material dan energi

Tenaga kerja dan management

Pasar dan harga

Transportasi dan biaya angkut

Aglomerasi, linkage dan eksternal economies

Public policy, perencanaan dan pemerintahan

Organisasi dan perilaku

Pada dasarnya penentuan lokasi industri berdasarkan sifat bahan baku dan produk jadinya dapat
dibagi menjadi :
a.

Jenis industri yang lokasinya mendekati bahan baku (raw mterial).

b.

Jenis industri yang lokasinya mendektai pasar (market oriented).

c.

Jenis industri yang lokasinya berada pada suatu titik persimpangan jalan antara beberapa
daerah sumber (junction oriented) (Yenni Rostiani, 1979 : 4).

Lokasi industri tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan ongkos transport bahan baku dengan
produk jadi. Jika ongkos transport bahan baku perunit lebih kecil dibandingkan produk jadi, lokasi
ditentukan berdasarkan proses produksi yaitu apakah setelah proses terjadi penambahan berat
barang jadi, maka lokasi industri cenderung mendekati bahan baku (Emil Salim, 1977 : 64-68).
Jadi minimasi ongkos transport berpengaruh dalam penentuan lokasi industri.
Pada kenyataannya minimasi ongkos transport bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh
dalam penentuan lokasi industri. Suatu industri mungkin saja memilih lokasi pada suatu tempat
yang ongkosnya transportnya relatif besar asal tujuan akhir dapat dicapai semaksimal mungkin.
Faktor-faktor lain tersebut adalah : tenaga kerja, bahan baku untuk industri, fasilitas transpor,
pasar, fasilitas-fasilitas distribusi, energi, air. Dengan demikian dalam penentuan lokasi industri
pertanian perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diuraikan di atas.
Pendekatan Isard mengaitkan analisa lokasi yang berorientasi pada transportasi dengan teori
produksi tradisional. Dengan menerapkan masukan-masukan transpor dalam fungsi transformasi
perusahaan, hal ini berarti menambah dimensi tata ruang ke dalam teori produksi. Sumbangan
pemikiran Isard lainnya yaitu ia telah mengintroduksikan analisa kompleks industri (Industrial

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 45

Complex). Suatu kompleks industri didefinisikan sebagai suatu perangkar kegiatan-kegiatan pada
suatu spesifik yang mempunyai saling keterhubungan secara teknis dan produksi.

Indeterminate

or

Indillerent

or

depending

on

stopes

of

T.L

and P

RL

Sumber : Teori Lokasi, Marsudi Djojodipuro, 1992

Gambar 4.11 Keseimbangan Lokalisasi

Teori Tempat Sentral


Pada hakekatnya lokasi yang dipilih untuk pembangunan ini tidak lepas dari pertimbangan tingkat
optimalitas. Yang dimaksud dengan lokasi yang optimal adalah lokasi yang mempunyai tingkat
kemudahan yang tinggi (most accesible). Menurut pendapat Chirstaller, lokasi yang optimum
tergantung wilayah yang akan dilayaninya. Teori yang dikembangkan Chirstaller ini dikenal
sebagai Teori tempat sentral ( Central Place Theory ) yang perkembangannya terutama atas
perilaku pengecer dan konsumen berdasarkan ruang dan waktu. Pengaturan tata ruang ini
dikehendaki agar terjadi distribusi barang secara optimal kepada penduduk. Selanjutnya Berry,

Pred (1969) menyatakan bahwa teori tempat sentral yang dikembangkan oleh Chirstaller memiliki
karakteristik yaitu fungsi dasar dari suatu tempat sentral, yaitu yang melayani wilayah terluar
yang disebut sebagai tempat sentral orde tertinggi, sedangkan tempat sentral yang melayani
wilayah yang lebih kecil disebut tempat sentral orde terendah. Tempat sentral dari berbagai orde
selanjutnya menyusun suatu hirarki.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 46

Dengan demikian menurut Christaller,

jarak merupakan faktor lokasi, yaitu sebagai jarak

maksimum yang mau ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan barang tertentu yang
ditawarkan pada suatu tempat. Konsep ini kemudian dikenal sebagai Maximum Range. Konsep di
atas lebih dipertegas oleh Khan (1972) yang menyatakan 2 (dua) hal penyebab barang dan
pelayanan tertentu ditawarkan di pusat, diantaranya adalah :


Adanya permintaan minimum; menyatakan bahwa minimum yang diperlukan untuk


menampung kelangsungan suatu kegiatan pelayanan yang diukur melalui kepadatan
penduduk dan tingkat pendapatan penduduk.

Adanya biaya pengangkutan dan penyimpanan;

penyusutan dan faktor waktu serta

kenyamanan konsumen dalam menempuh jarak maksimum untuk mendapatkan barang atau
jasa tertentu.

Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri berikut :

Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama.

Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah (isotropic surface).

Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.

Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya.

Dengan asumsi yang sama seperti Christaller, Lloyd melihat bahwa jangkauan/luas pasar dari setiap
komoditas itu ada batasnya yang dinamakan range dan ada batas minimal dari luas pasarnya agar
produsen bisa tetap bertahan hidup (berproduksi). Luas pasar minimal dinamakannya Threshold. Luas
pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah asumsi. Makin
tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah pemasaran minimal begitu juga sebaliknya. Dalam hal
ini misalnya wilayah pemasaran minimal itu adalah dengan radius 4 km. Wilayah pemasaran minimal
disebus threshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold
tersebut. Apabila ada, salah satu akan gulung tikar atau kedua-duanya akan gulung tikar dan
kemudian muncul pengusaha baru. Bentuk hubungan antara range dan threshold dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 47

Range radius 8 km

Range radius 4 km

Sumber : Teori Lokasi, Marsudi Djojodipuro, 1992

Gambar 4.12 Luas Jangkauan Range dan Threshold


Jadi ada komoditas yang jangkauan pemasarannya cukup luas, ada yang sedang dan ada yang kecil.
Untuk hierarki yang sama daerah pemasarannya tidak tumpang tindih, tetapi untuk hirarki yang
berbeda daerah pemasarannya akan tumpang tindih. Christaller mengatakan bahwa berbagai jenis
barang pada orde yang sama cenderung bergabung pada pusat dari wilayahnya sehingga pusat itu
menjadi lokasi konsentrasi.

Penentuan Lokasi Pusat Industri Pengolahan


Usaha Penentuan Lokasi Pusat Industri Pengolahan Produksi Pertanian di daerah studi dapat
direncanakan sebaik mungkin. Adapun dasar pertimbangan penggunaan ketiga faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Faktor pertama (Faktor Kapasitas Produksi Pertanian)
Memegang peranan penting, karena kelangsungan jalannya. Industri pengolahan produksi
pertanian akan sangat bergantung pada kapasitas bahan baku yang tersedia. Sebagai langkah
awal, adalah lebih ekonomis dibandingkan dengan sub sektor yang lainnya untuk meningkatkan
peranan dari jenis komoditi pertanian yang merupakan potensi daerah, dibandingkan dengan
mengembangkan jenis komoditi yang kurang/belum berpotensi di daerah tersebut.

b. Faktor kedua (Faktor Permintaan Pasar)


Memegang peranan penting, krena identifikasi permintaan pasar dapat memberi informasi akan
jenis produk industri yang akan dikembangkan. Hal ini sangat penting mengingat bahwa : Supply

does not necessary create its own demand (diktuip dari tulisan Dude Hadar). Kegagalan dalam
usaha pegembangan industri ini sering disebabkan karena tidak adanya kesesuaian antara produk

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 48

industri yang dikeluarkan dengan permintaan (kebutuhan) pasar. Sedangkan kelancaran dalam
pemasaran

pada

gilirannya

akan

mendorong

untuk

memperbanyak

produksinya

dan

mengembangkan kegiatan pengolahannya atau proses produksinya, yang selanjutnya akan


mendorong perkembangan sub sektor pertanian sebagai sektor penghasil bahan baku. Kaitan
antara kedua faktor tersebut di atas dalam penentuan pusat industri pengolahan produksi
pertanian diungkapkan oleh FAO sebagai berikut :
The production of the raw material can obviously be planned realistically only in the light of the

demand for the final product, while equally the processing enterprise must take account of raw
material supply (Rome : 15, 1976).
Produksi bahan baku atau bahan mentah jelas dapat direncanakan secara nyata hanya sedikit
dalam

permintaan

selama

produksi

berakhir,

selama

produksi

berlangsung

harus

memperhitungkan persediaan bahan baku.


c.

Faktor ketiga (Faktor Lokasi)


Memegang peranan penting, karena masalah lokasi merupakan bagian dari suatu sistem yang
menyeluruh. Penentuan lokasi yang tepat akan dapat memberikan efesiensi bagi suatu kegiatan
tertentu, baik dilihat dari sudu kegiatan itu sendiri maupun kaitannya dengan kegiatan-kegiatan di
tempat-tempat

lain

yang

mempunyai

saling

ketergantungan

terhadapnya

(Ir. Myra P. Gunawan : 6).

Konsep Agroindustri
Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilhat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan :
(1) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan
memperkuat kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology)
sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah
yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Bantacut dalam

Haeruman, 2001).
Departemen Perindustrian dalam Pelita VI menetapkan kriteria prioritas bagi Industri kecil yang
akan dikembangkan sebagai berikut:

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 49

a.

Industri yang ketersediaan bahan bakunya terjamin dan teknologi dasar untuk memproduksi
telah dikuasai serta nilai tambahnya dapat ditingkatkan.

b.

Industri yang menunjang ekspor

c.

Industri yang mempunyai keterkaitan luas, baik dengan industri besar/menengah maupun
dengan sektor ekonomi lain

d.

Industri yang padat karya.

e.

Industri yang dapat menunjang pengembangan/pemerataan kegiatan ekonomi wilayah

f.

Industri yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya.


Adapun undang-undang yang mengatur industri kecil di Indonesia :
a.

UU No.5 tahun 1984 tentang Perindustrian menyebutkan bahwa (1) Pemerintah


menetapkan bidang usaha industri yang masuk ke dalam kelompok industri kecil yang
dapat diusahakan hanya oleh WNI dan (2) Pemerintah menetapkan jenis industri yang
khusus dicadangkan bagi kegiatan industri kecil yang dijalankanoleh masayarakat
pengusaha dari golongan ekonomi lemah.

b.

UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha industri kecil memberikan dasar hukum bagi
pemberian fasilitas kemudahan dana, keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan kegiatan
usaha, dan pengadaan barang dan jasa untuk usaha industri kecil.

Sedangkan arah pengembangan industri agro menurut Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan
hasil Hutan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia adalah :
1) Sinkronisasi pengembangan agroindustri dan produk hasil pertanian dalam menghadapi pasaran
internasional
2) Meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan wilayah produksi bahan baku
agroindustri
3) Meningkatkan partisipasi aktif dalam mendorong berputarnya kembali roda perekonomian
nasional yang mengakar di masyarakat
4) Mengupayakan ketersediaan kebutuhan pokok yang terjangkau daya beli masyarakat

Agroindustri merupakan solusi penting untuk menjembatani keinginan konsumen dan


karakteristik produk pertanian yang variatif dan tidak bisa disimpan. Agroindustri
mempunyai rentang pengertian yang amat lebar. Dari yang sangat soft berupa
pengolahan pasca-panen seperti pembuatan ikan asin yang cuma perlu teknologi

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 50

pengawetan, sampai yang punya value added tinggi di mana produk pertanian diekstrak
dan dikombinasi dengan produk lain seperti pada industri parfum (Joewono.H.H, 2001.)
Dari konsep industri kecil berbasis agro industri di atas, secara jelas menunjukkan keberadaan industri
kecil sebagai pelaku ekonomi di pedesaan yang perlu mendapat perhatian pemerintah untuk
diberdayakan dan dikembangkan.

Diagnosis Industri Kecil Berbasis Agroindustri


Upaya pengembangan bisnis industri kecil pada awalnya ditentukan oleh kemampuan untuk
mengidentifikasi / mendiagnosis faktor internal (kekuatan-kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang-ancaman) yang digunakan sebagai landasan untuk memformulasikan kegiatan dan
menentukan standar keberhasilan kegiatan (usaha). Faktor internal terdiri dari dimensi structure,
culture dan resources. Dan faktor eksternal terdiri dari dimensi competitor, community, dan
government. (Wheelen and Hunger, 1986). Teknik identifikasi ini biasa disebut SWOT analysis.
Dalam konteks industri kecil, pendekatan diagnosis yang komperhensif, terpadu dan dinamik
dapat didekati dengan PRE-COM (pre-commercialisation) atau refleksi pemasaran yang didukung
oleh perangkat analisis sistemik seperti analisis fungsional, analisis proses dan analisis strategi.
Program yang perlu dikembangkan, yaitu berupa pengembangan komoditas unggulan dan
andalan, peningkatan nilai tambah produk pertanian, pengembangan sistem pemasaran yang
tidak terdistorsi, penyediaan sarana transportasi dan distribusi produk, pengembangan kemitraan
dan restrukturisasi sistem dan kelembagaan pertanian dan agroindustri.(Kurniawaty, 2002)
Yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan nilai tambah produk pertanian. Menurut

Joewono, pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk
segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena
nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi
penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation dan dilengkapi
dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar.
Selama ini komoditas pertanian sering didera gonjang-ganjing anjloknya harga karena pasokan
berlimpah. Agroindustri bisa menjadi sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai
tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam konteks masa
kini tidak perlu memaksakan produksi barang yang sama secara masal. Ketika konsumen sudah
semakin demanding, industri harus bisa didesain dan menyesuaikan tuntutan customization

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 51

konsumen. Industri zaman sekarang harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai
permintaan sekelompok kecil bahkan masing-masing konsumen.
Pemerintah telah menerapkan kebijakan fiskal, moneter, administratif dan riil berikut yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan terhadap industri kecil (Bappenas, 1995) yaitu :
a.

Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendorong pemakaian produk industri kecil dalam rangka
ekspor dan subkontrakting, mendorong pertumbuhan bisnis-inkubasi serta pengembangan
`ancillary industries' melalui keringanan perpajakan.

b.

Kebijakan moneter diarahkan untuk mendukung pembiayaan modal investasi dan modal
kerja melalui skema kredit khusus yang lebh fleksibel, pengembangan lembaga pembiayaan
(venture-capital, factoring dan lain-lain) serta kebijaksanaan suku bunga yang lebih rendah
dan jaminan perkreditan. Dalam kaitan tersebut perlu optimalisasi pemanfaatan dana 1-5%
dari laba bersih BUMN bagi pengembangan industri kecil.

c.

Kebijakan sektor riil meliputi regulasi yang mendorong berkembangnya usaha industri kecil,
pertanahan, kelautan, perdagangan, ekspor, impor dan ketenagakerjaan

d.

Kebijakan administratif terutama diarahkan untuk penyederhanaan prosedur perijinan dan


investasi, prosedur impor-ekspor, pengembangan patungan dengan industri besar dalam
negeri maupun luar negeri, pelaksanaan UU Usaha Kecil, terutama dalam menata pola
perdagangan dan pola pembayaran melalui pencadangan pasar. Paket-paket deregulasi
diarahkan secara lebih adil bagi kepentingan kelompok industri kecil.

Dari hasil Content Analysis yang dilakukan terhadap program yang berkaitan dengan kebijakan
industri kecil di atas, terlihat bahwa secara umum pengembangan industri kecil selama ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Pemerintah berusaha terlibat dalam berbagai permasalahan yang dihadapi oleh IK-agro industri.

Banyak intervensi pemerintah tidak mempunyai justifikasi ekonomi, seperti : penyisihan laba
BUMN untuk membina industri kecil, pemberian fasilitas khusus bagi IK dengan argumen `IK
sebagai golongan lemah', himbauan bagi IB untuk menjual saham kepada koperasi.

Bantuan berupa subsidi, jaminan kredit atau penyertaan modal merupakan intervensi pemerintah
dalam perekonomian dan hanya efektif jika pemerintah mempunyai kemampuan dalam
menjalankannya.

Kebanyakan bantuan pemerintah adalah membantu mengkompensasi kelemahan internal


perusahaan IK, sedangkan masalah yang menyangkut lingkungan usaha, seperti persaingan yang
tidak sehat kurang diperhatikan. (Setiana, 2001)

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 52

2. Program Kemitraan
Kemitraan adalah jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. UU
No 9 Tahun 1995 menyebutkan bahwa kemitraan kerjasama usaha kecil dan usaha mengah atau
besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar.
Kemitraan didasarkan pada prinsip saling memperkuat. Kegiatan ini meliputi :

a. Pola Inti Plasma


Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha sebagai
plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana
produksi, bimbingan teknis dan manajemen, serta menampung, mengolah dan memasarkan hasil
produksi, disamping memproduksi kebutuhan perusahaan. Kelompok mitra usaha memenuhi
kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

b. Pola Dagang Umum


Merupakan hubungan kemitraan dalam memasarkan hasil usaha kelompok usaha yang
dibutuhkan perusahaan. Beberapa kegiatan agribisnis hortikultura menerapkan pola ini.
Kelompok tani bermitra dengan Toko Swalayan atau mitra usaha dagang lainnya. Pola yang sama
dan disebut "Contract Farming" untuk komoditas hortikultura banyak berhasil dikembangkan oleh
para pengusaha di Thailand. Kiat tersebut secara nyata dipraktekannya dalam membina petani
produsen mitra (contohnya bisnis terong), oleh Bob Sadino.
c.

Pola Sub Konrak


Pola hubungan kemitraan yang dibangun oleh perusahaan dengan kelompok mitra usaha yang
memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan sebagai bagian dari komponen
produksinya. Ciri khas dari bentuk sub kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang
mencantumkan volume, harga dan waktu. Pola ini mempunyai keuntungan yang dapat
mendorong terciptanya alih teknologi, modal dan ketrampilan serta menjamin produk kelompok
mitra usahanya.

d. Pola Keagenan
Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana industri kecil diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya yang
bertanggungjawab terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan industri kecil diberi kewajiban

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 53

untuk memasarkan barang atau jasa tersebut, bahkan disertai dengan target yang harus
dipenuhi, sesuai denga ketentuan yang telah disepakati.

Macro dan Micro Screening


Analisis Macro dan Micro Screening digunakan dengan tujuan untuk mengetahui produk pertanian
yang dihasilkan dan berkembang di wilayah studi yang akan dikembangkan dalam Jambi

Agroindustri Park (JAIP). Selain itu, analisis ini digunakan untuk mengetahui produk unggulan
yang telah berkembang di Wilayah Studi yang dapat dikembangkan di dalam Jambi

Agroindustri Park (JAIP). Produk unggulan yang dikembangkan dalam Jambi Agroindustri
Park (JAIP) terdiri dari produk unggulan, produk andalan dan produk ciri khas serta produk
unggulan yang berasal dari Wilayah Studi yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam Jambi

Agroindustri Park (JAIP), karena dalam perkembangnnya kawasan industri tersebut lebih
memprioritaskan produk yang berasal dari daerah sekitar dengan alasan ongkos angkut bahan
baku lebih murah dan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku. Macro Screening adalah
suatu penguraian secara umum tentang gambaran suatu wilayah yang akan dijadikan objek
penelitian berdasarkan pada : data primer, data sekunder, pengamatan lapangan, dan analisa
prospek komoditas dari faktor pasar, teknologi, modal, sarana produksi, serta dukungan
pemerintah. Selanjutnya pada tahapan ini di list atau diidentifikasi komoditas-komoditas yang
sekiranya mempunyai potensi untuk dianalisa lebih lanjut.

Micro Screening adalah merupakan tahap akhir dari proses identifikasi komoditas di suatu wilayah,
pada tahap ini dilakukan pembobotan dan pemberian skor terhadap masing-masing komoditas
yang sudah ditetapkan pada masing-masing aspeknya. Hasil akhirnya didapat dari penjumlahan
hasil kali antara nilai skor dan bobot dari setiap aspek yang dikaji, nilai terbesar menunjukan
komoditas prioritas pengembangan dan begitu seterusnya. Tahapan analisis Micro Screening ini
dapat dilihat pada Tabel

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 54

Tabel 4.6 Analisis Micro Screening

PENDEKATAN & METODOLOGI 4- 55

Anda mungkin juga menyukai