up. Hal ini berarti bahwa pembangunan nasional, selain harus tetap dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia, juga akan memberi konsekuensi lebih berorientasi pada kebutuhan pembangunan
daerah. Artinya, daerah atau pemerintah daerah mempunyai kewenangan penuh dalam pengambilan
keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dengan menggali dan memanfaatkan potensi sumber
daya dan sumber dana secara optimal.
Dengan demikian, daerah akan memutuskan sendiri pola dan bentuk kawasan yang akan diandalkan
untuk
dikembangkannya,
maupun
sektor
atau
produk-produk
potensi
daerah
yang
akan
www.bappenas.go.id
Masyarakat atau rakyat sebagai pelaku utama dalam pengelolaan dan pengambilan manfaatnya.
Masyarakat atau rakyat sebagai pengambil keputusan dan menentukan sistem pengusahaan dan
pengelolaan yang tepat.
Dengan disahkannya UU No. 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, maka kewenangan dan kewajiban
pengembangan kawasan, sekarang ini berada pada Pemerintah Kabupaten/Kota. Peran Pemerintah
Pusat adalah menyusun Norma, Standar, Pedoman dan Manual; disamping memfasilitasi dan
meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah. Sedangkan kewenangan pemerintah daerah
dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan adalah sangat luas, antara lain adalah:
Menetapkan tahap dan langkah pembangunan kawasan dan kedaerahan, sesuai dengan potensi
yang dimilikinya;
satu sama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
system), dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya (ecosystem). Setiap sistem ini memiliki
tujuannya masing masing. Secara umum, tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya;
2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan;
3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat;
4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi disparitas antar daerah;
5. Meningkatkan
kualitas
sumberdaya
manusia
dan
konservasi
sumberdaya
alam
demi
4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumberdaya bahan
pangan dan hortikultura, kelembagaan, dan budaya lokal.
5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelakunya sesuai
dengan semangat otonomi daerah.
6. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah,
khususnya para petaninya, dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak.
7. Memaksimalkan
peran
pemerintah
sebagai
fasilitator
dan
pemantau
seluruh
kegiatan
pembangunan di daerah.
Lebih lanjut, selain tujuan-tujuan tersebut diatas, dipandang dari segi kepentingan daerah,
pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk:
1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan dan kapasitas ekonomi dan sosial
masyarakat pedesaan.
2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat atau rakyat sekitar kawasan yang memiliki tanggung
jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.
3. Meningkatkan mutu, produktivitas dan keamanan kawasan.
4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha dan meningkatkan pendapatan
negara dan pendapatan masyarakat atau rakyat.
5. Mendorong
dan
mempercepat
pengembangan
wilayah
demi
mencapai
kemajuan
dan
kemandirian daerah.
Terkait dengan pengembangan Jambi Agro Industrial Park (JAIP), maka di masa mendatang,
diharapkan akan tercapai kawsan pengembangan industri yang berhasil, dengan kriteria-kriteria
antara lain:
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah;
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu medorong kegiatan ekonomi sektor lain
dalam kawasan itu sendiri maupun di kawasan sekitarnya;
3. Memiliki keterkaitan kedepan (memiliki daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan)
maupun ke belakang (mendapat suplai kebutuhan komponen produksinya dari daerah belakang)
dengan beberapa daerah pendukung.
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara SDA sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan
dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh
masyarakat.
dan
gandum
cenderung
menurun.
(DR.
Ir.
Rachmat
Setiadi,
MS.
http://203.77.237.21/kawasan/rachmat-jabar.pdf)
c.
Agroindustri yang dimaksud di sini adalah kegiatan produksi/pengolahan bahan baku berbasis
pertanian menjadi produk yang bernilai ekonomi, baik produk jadi maupun produk setengah jadi.
Pertanian yang dimaksud di sini adalah pertanian dalam arti luas mencakup pertanian, perikanan,
peternakan, perkebunan dan kehutanan (www.brawijaya.ac.id)
d. Agribisnis adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan subsistem input, subsistem produksi,
subsistem pengolahan (agro-industri), subsistem pemasaran hasil dan sub sistem penunjang.
Agro-industri adalah usaha yang berkaitan dengan pengolahan yang melibatkan kegiatan
pengolahan, pengawetan, penyimpanan, dan pengepakan hasil pertanian khususnya hasil
budidaya pesisir dan laut (Ngangi, E.L.A. 2001)
4.2.2
Pengembangan
agroindustri
sebagai
pilihan
model
modernisasi
pedesaan
haruslah
dapat
meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan petani. Untuk itu perumusan perencanaan
pembangunan pertanian, perlu disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan ketersediaan teknologi
tepat guna. Sehingga alokasi sumberdaya dan dana yang terbatas, dapat menghasilkan output yang
optimal, yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Agar
model pembangunan pedesaan yang berkelanjutan dapat terwujud diperlukan pedoman pengelolaan
sumberdaya melalui pemahaman wawasan agroekosistem secara bijak, yaitu pemanfaatan asset-aset
untuk kegiatan ekonomi tanpa mengesampingkan aspek-aspek pelestarian lingkungan.
pertanian
Sasaran Agroindustri
Meningkatkan nilai tambah produk usaha pengolahan hasil tanaman pangan dan hortikultura
Ketersediaan bahan baku yang tidak mencukupi dan tidak memenuhi standar mutu
Keterkaitan antara petani produsen, pengumpul hasil tani, agroindustri, pedagang distributor dan
pasar agroindustri masih bersifat terpisah-pisah tanpa memiliki keterkaitan yang terpadu satu
sama lainnya.
Merupakan penghasilan produk non-migas untuk konsumsi pasar dunia, terutama pada negaranegara yang sedang berkembang seperti Indonesia. (www.pascaunhas.net)
On desk study (Studi Literatur), sebagai bentuk pemahaman terhadap teori, konsep, wilayah
kajian dan akan menjadi dasar dalam penetapan indikator kelayakan dan pelaksanaan analisis,
survei lapangan dan pengumpulan data.
2.
3.
4.
5.
DISKUSI/SEMINAR/
KONSULTASI
Tahapan-tahapan pekerjaan ini merupakan tahapan yang bersifat kontinyu, yaitu pekerjaan yang
dapat diselesaikan setelah hasil pekerjaan tahapan yang lainnya, sehingga perhitungan waktu dalam
pengerjaannya harus tepat. Penyedia jasa akan menggunakan metodologi dan pendekatan tertentu
untuk mencapai tahapan-tahapan pekerjaan tersebut. Metodologi pekerjaan secara keseluruhan dapat
dilihat pada gambar 4.3 . Uraian masing-masing pentahapan dan metodologi serta pendekatannya,
dapat dilihat dari uraian dibawah ini:
4.4.1
Kegiatan persiapan dalam penyusunan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP)adalah berupa:
1. Me-mobilisasi tenaga-tenaga ahli yang dilibatkan dan penyiapan perangkat-perangkat
pekerjaan yang mendukung, seperti: perangkat komputer dan perangkat kantor.
2. Pada bagian ini juga menguraikan isu-isu mengenai Kawasan, baik isu yang menguatkan dan
isu yang bersifat melemahkan perencanaan kawasan dan juga identifikasi permasalahan
kawasan.
3. Isu dan permasalahan diperoleh dengan metode kajian dan review literatur terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi, RTRW Kabupaten Tanjung Jabung,
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Kebijakan-kebijakan Daerah.
4. Mengkaji dan me-review literatur-literatur tersebut dilakukan dengan bersama-sama oleh semua
anggota tim dengan metode desk study dan stake holder approach untuk mencapai
kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan.
5. Selain itu, penyamaan persepsi juga dilakukan untuk desain pengerjaan; jadual pengerjaan;
metodologi; delineasi dan luas kawasan; dan sistematika pengerjaan.
Gambar 4.2 Kerangka Penyusunan Masterplan Kawasan Agro Industri Jambi (JAIP)
4.4.2
Arah pengembangan industri agro menurut Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan hasil Hutan,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia adalah :
a.
Sinkronisasi pengembangan agroindustri dan produk hasil pertanian dalam menghadapi pasaran
internasional
b.
c.
d.
Setelah mencapai kesepakatan atau penyamaan persepsi terhadap isu-isu dan permasalahan kawasan
perencanaan, desain pengerjaan, jadual pengerjaan, metodologi dan sistematika pengerjaan maka
akan dilakukan:
1. Perumusan masalah rinci tentang pengembangan Kawasan Agroindustri sebagai
masukan dalam menentukan tingkat urgensi atau prioritas atau keterdesakan penanganan
Kawasan Agroindustri. Pada tahapan ini, masalah-masalah dan isu-isu kawasan akan dianalisis
dengan metode desk study untuk merumuskan gambaran awal kawasan, sehingga akan
diketahui tingkat keterdesakan kebutuhan perencanaan. Tingkat keterdesakan ini sangat
mempengaruhi arah pengembangan Kawasan Agroindustri yang kemudian diterjemahkan pada
desain survei. Desain survey ini merupakan format data sesuai dgn kebutuhan analisis yang
telah disepakati.
2. Memperkuat arah pengembangan Kawasan Agroindustri melalui penajaman gambaran
permasalahan dengan mengumpulkan informasi-informasi kawasan melalui metode survei
dengan menggunakan alat-alat survei, seperti: kuesioner dan alat-alat visualisasi lapangan.
Kegiatan identifikasi atau survei akan memasukkan kegiatan-kegiatan dibawah ini:
Telaah dokumen atau survei sekunder: teknik ini berupa perekaman atau pencatatan
data sekunder dari instansi/ lembaga terkait, dan media masa. Survei ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data dan informasi yang telah terdokumentasikan dalam buku, laporan dan
statistik yang umumnya terdapat di instansi terkait. Disela-sela survei ini, dilakukan diskusi
yang melibatkan aparat pemerintah daerah yang terkait dengan pengembangan Kawasan
Agroindustri untuk saling bertukar informasi dan pengetahuan tentang kondisi aktual
kawasan. Selain itu, kepada aparat pemerintah daerah juga akan dibekali metode dan
tahapan
dalam
penyusunan
Rencana
Kawasan
Agroindustri
sebagai
peningkatan
kapasitasnya.
Observasi atau visualisasi lapangan atau survei primer: teknik ini digunakan untuk
mengumpulkan data primer dan melengkapi teknik telaah dokumen, terutama untuk
mendapatkan gambaran yang utuh tentang daerah penelitian secara langsung di lapangan.
Observasi
yang
dilakukan
seperti:
melakukan
pencatatan
kondisi
lapangan
dan
mendokumentasikannya dalam visual dan digital. Survei ini dilakukan untuk mendapatkan
data terbaru/ terkini langsung dari lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini
sendiri akan dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan,
metode penyebaran kuesioner atau wawancara. Penetuan penggunaan kedua metode ini
dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun demikian ketiganya diharapkan
dapat saling menunjang pengumpulan informasi dan fakta yang diinginkan. Survei primer
yang akan dilakukan terdiri dari 4 tipe survei, yaitu:
Survei infrastruktur
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data infrastruktur dengan cara pengamatan lapangan
guna menangkap/ menginterpretasikan data-data sekunder lebih baik. Di samping itu survei
ini dilakukan untuk memperoleh masukan dari para stakeholders terkait mengenai
permasalahan dan kondisi infrastruktur kota yang bersangkutan. Masukan tersebut dapat
diperoleh melalui wawancara maupun penyebaran kuesioner.
Survei Transportasi
Survei ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai transportasi kota dengan
bentuk survei yang dilakukan adalah:
a. Pengamatan lapangan untuk mengamati kondisi dan permasalahan jaringan dan sistem
transportasi sehingga dapat menangkap/menginterpretasikan data-data sekunder lebih
baik
b. Traffic counting, untuk memperoleh data volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) pada
jalan-jalan utama dan persimpangan penting.
tenaga ahli untuk mengumpulkan informasi atau data-data primer, sekunder, kondisi
lapangan (visualisasi lapangan) dan juga mengidentifikasi stake holder (stake holder
mapping) sektor iindustri pertanian yang sudah terbentuk untuk mengetahui kondisi
perindustrian.
2) Data-data tersebut meliputi jumlah penduduk disekitar kawasan, sarana/prasarana
perhubungan dan penyuluhan pertanian, dll. Untuk menggambarkan kondisi kawasan
sekitar dan Kawasan Agroindustri Provinsi Jambi sehingga diharapkan rencana yang
dihasilkan nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan, maka dibutuhkan
data-data sebagai berikut:
Data biofisik adalah lebih bersifat pada keadaan sumberdaya alamnya yang antara lain:
Data iklim.
Data hidrologi.
Penggunaan Lahan
Data iklim dapat diperoleh dari instansi/stasiun iklim yang ada di wilayah DAS yang
bersangkutan atau stasiun terdekat.
Data dan informasi keadaan sosial-ekonomi penduduk dapat berupa data primer
maupun data sekunder (statistik).
Data sosial ekonomi diperoleh dari instansi/dinas yang terkait sampai pada tingkat
kabupaten. Data ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi penduduk
kawasan bersangkutan.
Mengidentifikasi stake holder (stake holder mapping) ini berfungsi sebagai analisis yang
didasarkan atas tuntutan pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan (Kawasan Agroindustri)
yang selanjutnya didukung keputusan strategis dari pemerintah daerah setempat untuk
pengembangannya. Selain itu, stake holder mapping ini berfungsi sebagai penemu-kenalan stake
holder-stake holder yang berkompeten dalam pengembangan Kawasan Agroindustri dan sebagai
embrio dalam pembentukan sistem kelembagaan terpadu yang mengelola Kawasan Agroindustri
yang bekerjasama dengan Badan Pengelola. Metode yang digunakan dalam stakeholder mapping
ini adalah metode stake holder approach dengan mengetahui fungsi dan peranan masingmasing stake holder dalam pengembangan Kawasan Agroindustri. Kepada stake holder akan
dosodorkan kuesioner atau wawancara yang menggali informasi seputar fungsi dan peran
serta keterlibatan dalam pengembangan Kawasan Agroindustri.
4.4.3
Tahapan ini merupakan tahapan analisis data-data yang sudah diperoleh melalui survei instansional
dan survei lapangan. Data-data hasil suvei tersebut kemudian ditabulasikan kedalam suatu format
data yang kemudian dianalisis menggunakan metode statistka (seperti proyeksi) dan meodemetode kuantitatif lainnya.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan data dan survai
kemudian di kompilasi. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini dilakukan dengan cara mentabulasi
dan mengsistematisasi data-data tersebut dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari
kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga mudah untuk
dianalisis.
Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga akan
mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu tahap analisis. Penyusunan data itu sendiri
akan dibagi atas dua bagian. Bagian pertama adalah data dan informasi mengenai kondisi sekitar
kawasan (kondisi makro) dan bagian kedua adalah data dan informasi mengenai kondisi lokal wilayah
kawasan (kondisi mikro).
Metoda pengolahan dan kompilasi data yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Mengelompokan data dan informasi menurut kategori aspek kajian seperti : data fisik dan
penggunaan lahan, data transportasi, data kependudukan dll
Menyortir data-data setiap aspek tersebut agar menjadi sederhana dan tidak duplikasi
Mendetailkan desain pengolahan dan kompilasi data dari desain studi awal sehingga tercipta
form-form isian berupa tabel-tabel, konsep isian, peta tematik dll
Mengisi dan memindahkan data yang telah tersortir ke dalam tabel-tabel isian dan peta isian
tematik
Melakukan pengolahan data berupa penjumlahan, pengalian, pembagian, prosentase dsb baik
bagi data primer maupun sekunder
Setelah seluruh tabel dan peta terisi, maka langkah selanjutnya adalah membuat uraian deskriptif
penjelasannya ke dalam suatu laporan yang sistematis per aspek kajian dan menuangkan informasi
kedalam analisis konsep-konsep pengembangan kawasan mikro dan makro. Termasuk dalam
laporan tersebut adalah uraian kebijaksanaan dan program setiap aspek.
4.4.3.1
Pendekatan perencanaan yang menyeluruh dan terpadu didasarkan pada potensi dan permasalahan
yang ada, baik dalam wilayah perencanaan maupun dalam konstelasi dengan kawasan sekitarnya,
supaya terjadi integrasi perencanaan. Pendekatan menyeluruh memberi arti bahwa peninjauan
permasalahan bukan hanya didasarkan pada kepentingan wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi
ditinjau dan dikaji pula kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterlandnya
yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi. Secara terpadu mengartikan bahwa dalam
menyelesaikan permasalahan tidak hanya dipecahkan sektor per sektor saja tetapi didasarkan kepada
kerangka perencanaan terpadu antar tiap-tiap sektor, di mana dalam perwujudannya dapat berbentuk
koordinasi dan sinkronisasi antar sektor.
Perkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan kawasan makro didasarkan atas hasil analisis di
sekitar kawsan Agroindustri, seperti: kependudukan, sektor/kegiatan potensial, daya dukung
lingkungan, kebutuhan prasarana dan sarana lingkungan, sasaran pembangunan kawasan yang
hendak dicapai, dan pertimbangan efisiensi pelayanan. Keseluruhan analisis kawasan makro
dituangkan kedalam konsep pengembangan kawasan secara makro dengan kawasan sekitarnya.
Perkiraan kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan pembangunan kawasan perencanaan yang
terpadu dengan kawasan sekitarnya.
4.4.3.2
Selain perkiraan kebutuhan yang bersifat kebutuhan pengembangan yang terpadu dengan kawasan
sekitarnya, pada tahap ini juga akan memperkiraan kebutuhan pelaksanaan pembangunan Kawasan
Agroindustri (mikro) yang meliputi kompilasi dan pengolahan data dan informasi serta analisis teknis
kawasan Agroindustri; analisis atas pelaksanaan kebijakan teknis pengembangan permukiman
kawasan skala besar; perkiraan kebutuhan rumah dan ketersediaan rumah eksisting serta
kemampuan daerah dalam menyediakan rumah. Keseluruhan analisis tersebut dituangkan kedalam
konsep pengembangan kawasan mikro yang menggambarkan hubungan antar komponen dalam
kawasan.
Weakness, Opportunity, and Threatness) yaitu suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan
kendala yang dimiliki kawasan Agroindustri, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah
yang akan dilakukan di masa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap :
Kekuatan-kekuatan (strengthness) yang dimiliki kawasan Agroindustri, yang dapat memacu dan
mendukung
perkembangan
kawasan
Agroindustri,
misalnya
kebijaksanaan-kebijaksanaan
pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan ruang yang masing tersedia;
Ancaman-ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak sehat dalam penanaman
investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang
dapat mematikan kelangsungan kegiatan strategis kota yang telah ada.
Dalam penyusunan Masterplan Kawasan Agroindustri Jambi (JAIP) ini dibutuhkan beberapa metoda
analisis yang pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi data dan informasi yang akan
diperoleh. Walaupun demikian pada usulan teknis ini disajikan beberapa gagasan mengenai teknik
proyeksi, model dan formula analisis yang umum dan banyak dipergunakan dalam suatu kegiatan
analisis perencanaan yang kemungkinan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik analisis.
Analisis teknis Kawasan Agroindustri memasukkan persyaratan-persyaratan teknis perencanaan
Kawasan Agroindustri, seperti:
Jaringan primer dan sekunder prasaran lingkungan yang telah berfungsi minimal 25 % dari luas
Kawasan Agroindustri.
Tersedianya data: luas tanah, batas dan kepemilikan tanah sesuai dengan tahapan
pengembangan
Pada Kawasan Agroindustri harus tersedia jaringan primer dan sekunder berupa jalan, saluran
pembuangan air hujan dan limbah yang terintegrasi dengan kawasan sekitar yang terhubung
dengan sungai, danau, kolam atau laut
Tersedia pelayanan air bersih dari sumber PDAM, mata air, air tanah yang mampu memenuhi
kebutuhan di Kawasan Agroindustri
Jika memungkinkan tersedianya pelayanan gas yang terintegrasi dengan pelayanan gas di
kawasan sekitar
Tersedia fasilitas perbelanjaan seperti ; warung, pertokoan, pusat perbelanjaan lingkungan sesuai
dengan kebutuhan
Kriteria
Standar :
Rencana Teknik Prasarana Lingkungan
Rencana Persampahan
4.4.4
Indikator
Besaran ;
Jaringan jalan primer dan sekunder terdiri dari badan jalan,
trotoar dan saluran air hujan
Lebar jaringan primer dan sekunder sekurangnya 20 meter
Ketentuan radius, tempat pertemuan jalan harus mengikuti
standar perencanaan geomtri jalan
Jaringan primer dan sekunder harus mempunyai daya
tampung yang cukup
Bisa dilakukan dengan sistem terbuka maupun tertutup
Memperhatikan elevasi dasar saluran atau sungai yang ada
untuk mengevaluasi kapasitas sistem drainase
System pembuangan air limbah harus mempunyai daya
tampung yang cukup
Bisa membuat system septic tank dan bidang resapan
bersama (terpadu) jika untuk tiap rumah tidak
memungkinkan dengan jarang antara septic tank dan
resapan minimum 10 meter
Dalam pemilihan tempat perlu memperhatikan faktor ; bau,
pengendalian penyebaran penyakit, pengendalian kebakaran
sampah dan menjaga estetika lingkungan
Alternatif system pengelolaan ; control landfill, sanitary
landfill
Air bersih ; perlu memperhatikan sumber air bersih,
kebutuhan air bersih, kualitas air bersih dan teknologi
pengolahan air bersih jika diperlukan
Kran kebakaran ; perlu dipasang di Kawasan Agroindustri
dan komersial kawasan, penempatan setiap 100 meter untuk
daerah komersial dan 200 meter daerah perumahan
Listrik ; sumber listrik dari jaringan PLN dan sumber daya
yang diusahakan sendiri, jarang tinang rata-rata 40 meter
Telepon ; jaringan telepon terintegrasi dengan jaringan
telepon regional
kebijakan yang mengatur pembangunan-pembangunan pada kawasan tersebut. Selain itu juga
akan dilakukan analisis kebijakan antara kawasan perencanaan dengan kebijakan yang
berlaku pada kawasan sekitar untuk memperoleh titik temu dan menghindari kebijakan-kebijakan
yang tumpang tindih. Pendekatan analisis kebijakan dilakukan dengan metode stake holder
4.4.5
Setelah disempurnakan melalui forum seminar dan diskusi, hasil rencana menjadi masukan dalam
Surat Keputusan Bupati dalam hal Masterplan Kawasan Agroindustri sebagai wilayah perencanaan. SK
Bupati ini merupakan kebijakan teknis Pengembangan Kawasan. Selain itu, ditetapkan juga sistem
kelembagaan yang berfungsi sebagai pengawasan, pemantauan dan pengendalian program serta
stake holder yang dilibatkan dan pembiayaan pengembangan.
Kebijakan-kebijakan teknis yang dihasilkan dalam hasil rencana
Kebijakan-kebijakan teknis yang diperoleh dari Masterplan Kawasan Agroindustri merupakan hasil
perencanaan yang bertujuan untuk pembangunan lingkungan dan massa bangunan yang
dirumuskan sesuai dengan permasalahan dan arahan kebijakan berdasarkan urgensi/keterdesakan
penanganan lingkungan tersebut. Materi teknis yang dihasilkan adalah rencana tapak pemanfaatan
ruang lingkungan perkotaan yang mengkomparasikan Ketentuan Letak dan Penampang (Pra
Rencana Teknik) Bangunan Gedung dan Bukan Gedung, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra
Rencana Teknik) Jaringan Jalan, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan
Utilitas, Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas, dan Pedoman
pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan. Metode yang digunakan dalam
perencanaan kebijakan-kebijakan teknis ini adalah metode desk study penyempurnaan rencana yang
dibarengi dengan pendekatan stake holder approach dalam penetapan hasil rencana finalnya.
Hasil-hasil rencana final tersebut sudah memasukkan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Rencana Tapak Pemanfaatan Ruang Lingkungan berupa Perpetakan Bangunan; Penggunaan dan
Massa Bangunan; dan Jaringan pergerakan dan jaringan utilitas menurut penggunaannya.
2. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Gedung berupa Penampang
dan koordinat/letak bangunan gedung
3. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Bangunan Bukan Gedung berupa
Geometris pra detail engineering design bangunan bukan gedung pada setiap petak
peruntukannya
4. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Jalan berupa Penampang dan
letak koordinat jaringan jalan untuk setiap ruas jalan
5. Ketentuan Letak dan Penampang (Pra Rencana Teknik) Jaringan Utilitas berupa Penampang dan
letak koordinat jaringan utilitas
6. Pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan lingkungan perkotaan, yang meliputi:
Mekanisme pelaporan, pemantauan, dan evaluasi program (baik yang dilakukan oleh instansi
yang berwenang maupun keterlibatan masyarakat dalam pengawasan), serta pengenaan
sanksi (berupa teguran, pencabutan ijin, perdata maupun pidana).
Program kebutuhan umum yang akan ditampung dalam Kawasan Agroindustri ini antara lain adalah :
Kantor pengelola
Gedung serbaguna
Terminal Agro
Pasar Agro
Besaran ruang yang dibutuhkan oleh masing-masing tersebut di atas diatur oleh ketentuan serta
syarat-syarat teknis. Program kebutuhan fasilitas umum yang ada di Kawasan Agroindustri ini
mengacu kepada standar kebutuhan sarana berdasarkan jumlah tenaga kerja, lokasi, luas lahan dan
radius pencapaian.
4.5.2
Pendekatan analisis tapak harus menyatakan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Dalam
menemukan sifat dan mengandalkannya untuk mengilhami tata guna tanah yang semestinya, analisis
tapak harus mempertimbangkan dan merekam hal-hal yang terkait dengan tata guna tanah,
topografi, drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang ada serta ciri khusus (Chiara dan Koppelman,
1978).
Ketentuan:
% kapling
Sarana
Prasarana
Standar
Teknis
ANALISIS TAPAK (Sifat,
struktur & potensi tapak):
Tata Guna tanah
Topografi
Drainase
Tanah
Vegetasi Iklim
Kondisi yang ada
Ciri Khusus
Gambar 4.3
ANALISIS KEBUTUHAN
LAHAN
ANALISIS DAYA
DUKUNG TAPAK
RENCANA KONSEP:
Struktur Sirkulasi
Kapling Komersial
Sarana Penunjang Teknis
Prasarana bagi Kaw Industri
PENYUSUNAN
RENCANA TAPAK
KAWASAN
PENYUSUNAN
RENCANA TAPAK
KAPLING
Analisis tapak ini biasanya dilakukan pada peta topografi dengan skala 1:1000. Peta ini harus
mencakup tidak hanya daerah kawasan industri tetapi juga kawasan disekitarnya. Hal-hal yang harus
dianalisis dapat diterangkan pada bagian dibawah ini:
secara
komprehensif.
Proses
analisis
dilakukan
untuk
Uraian analisis
1.
dibagi dalam 3
bagian besar, yaitu
permasalahan,
analisis eksternal,
dan analisis internal
2.
Analisis eksternal
Analisis eksternal dilakukan dengan tujuan memperoleh
gambaran
mengenai
kondisi
dan
kecenderungan
i.
direncanakan
dengan
kebijakan
yang
telah
kesesuaian
fungsional
tapak
yang
ii.
dilakukan
karena
berkaitan
dengan
upaya
tapak
(lokasi
gerbang
masuk
tapak,
3.
Analisis Internal
Analisis internal tapak ditujukan untuk memperoleh informasi
kebutuhan pematangan lahan serta perancangan tapak, yang
nantinya akan terkait pula dengan penyusunan rencana
anggaran biaya dalam pembangunan tapak.
Dalam
analisa
internal
tapak,
dilakukan
pengumpulan
serta
pemetaan
bentuk
fisik
tapak
guna
akan dikembangkan.
Beberapa point
analisis yang harus
Gambar 4.4.
untuk:
diperhatikan sebagai
dasar bagi
Menghindarkan
terutama
penyusunan konsep
atau
dalam
mengecialkan
masyarakat
dampak
akibat
negatif
pengembangan
kawasan.
penataan kawasan
Agroindustri
Merumuskan
kebijaksanaan
pengembangan
Kawasan
Agroindustri.
Gambar 4.5.
f
Melihat
potensi,
kendala
dan
permasalahan
untuk
Merumuskan
rencana
pemanfaatan
ruang,
struktur
jaringan
utilitas,
dan
arahan
pengaturan
penggunaan bangunan.
f
Gambar 4.6.
penentuan
Melakukan
prioritas
analisa
pengembangan
untuk
tahap
mendukung
awal,
dan
untuk :
Merekomendasi
kegiatan
pengembangan
sebagai
Bangunan
perancangan
bangunan.
Hasil
analisis
ini
akan
menjadi
dasar
Perletakan ruang
Desain bangunan :
perumusan
konsep rencana
pembangunan
dan
sesuai
dengan
blok
5> Tahap
penyusunan
bentuk program yang lebih operasional dan terukur (volume dan waktu)
program
pembangunan
6> Tahap
pengembangan
pengembangan
kawasan.
digital
gambaran
dimensi
Simulasi-simulasi
(ruang)
terhadap
tersebut
kondisi
memberikan
komponen
4.5.3
Hasil rancangan dapat mencerminkan pola interaksi antara zona-zona fungsi yang beragam
Pendekatan perencanaan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah pendekatan dari segi pemanfaatan
daya dukung lahan yang didasarkan pada hubungan antara fungsi-fungsi yang akan dikembangkan.
Tujuan yang ingin dicapai dari pendekatan ini adalah mendapatkan hasil rancangan yang dapat
mencerminkan pola interaksi antara zona-zona fungsi yang beragam dan jelas dirasakan oleh
pemakainya.
Proses perencanaan, baik master plan maupun siteplan (rencana tapak) dimulai dengan pengumpulan
data dasar yang berkaitan secara khusus dengan tapak tersebut dan daerah sekitarnya. Data ini harus
meliputi hal-hal seperti rencana induk dan penelaahannya, peraturan penzonaan, peta dasar, survai,
data topografi, informasi geologi, hidrologi dari daerah tersebut, tipe tanah, vegetasi dan ruang
terbuka yang ada.
Setelah semua informasi yang ada diperoleh, maka informasi tersebut harus diperiksa dan dianalisis.
Salah satu sasarannya adalah untuk menetapkan keunggulan serta keterbatasan tapak tersebut sesuai
dengan kegunaan yang direncanakan. Apabila ternyata sesuai, maka data tersebut harus dianalisis
lebih lanjut untuk menetapkan parameter khusus lainnya dari tapak itu. Ini termasuk penentuan
daerah yang terbaik untuk lokasi suatu bangunan karena kondisi tanahnya sesuai, daerah yang harus
dihindari karena lerengnya curam, daerah yang mempunyai masalah erosi karena pola drainasenya
atau daerah yang harus dilestarikan sesuai dengan kondisi alamiahnya karena vegetasi.
1.
Program Aktivitas
Aktifitas yang akan ditampung di kawasan ini dapat dibedakan dalam dua kelompok besar yang saling
terkait, yaitu :
Penghuni :
Aktifitas utama yang dilakukan adalah kegiatan sosial kemasyarakatan. Yaitu kegiatan bermasyarakat,
bersosialisasi dan aktifitas sehari-hari yang rutin.
Pengelola;
Kegiatan yang dilakukan adalah mengelola, mengatur dan memelihara keberlanjutan dari kegiatan
industri di kawasan ini. Pengelolaan sangat penting pada saat proses pembangunan sedanga berjalan.
Selain mengelola secara manajerial terhadap seluruh kegiatan yang ada, juga berkewajiban
mengelola, memberi fasilitas dan memelihara lingkungan yang ada setelah pembangunan selesai.
2.
Program aktifitas tersebut di atas menjadi dasar dalam penyusunan kebutuhan ruang yang akan
diwadahi di kawasan agro industri ini. Tabel di bawah ini menguraikan keterkaitan antara aktifitas
dengan kebutuhan ruang :
PELAKU
AKTIFITAS
KEBUTUHAN
Penghuni
Bermasyarakat
Bekerja
Berdagang
Rumah tinggal
Fasilitas umum
Terminal Agro
Pasar Agro
Ruang terbuka
Pengelola
Kegiatan administrasi
Melayani kebutuhan seluruh penghuni
Keamanan lingkungan
Pemeliharaan lIngkungan
Kantor pengelola
Gedung serba guna
Pos jaga
Service area
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No.50 Tahun 1997, kriteria teknis
kawasan industri adalah:
1. kavling-kavling industri seluias minimum 70% luas kawasan (BCR atau koefisien dasar bangunan
disesuaikan dengan Perda setempat)
2. ruang terbuka hijau dan daerah penyengga minimum 10% luas kawasan
3. prasarana dan sarana penunjang teknis seluas 20% luas kawasan, dimana kavling saluran
drainase 8 14% dan fasilitas penunjang 6 12% (lihat tabel).
JENIS PENGGUNA
Kapling Industri
Maksimal 70%
KETERANGAN
Setiap
kapling
harus
mengikuti
kententuan BCR sesuai dengan Perda
JENIS PENGGUNA
KETERANGAN
8 12%
Minimal 10%
Fasilitas penunjang
6 12%
Komposisi penggunaan lahan kawasan industri tidak seragam untuk setiap kawasan industri.
Perbedaan tersebut ditentukan oleh luas lahan yang tercakup dalam kawasan industri tersebut (lihat
tabel dibawah ini).
Ruang terbuka
hijau (%)
Luas
kawasan
industri (ha)
Kapling
industr (%)
Kapling
komersial (%)
Kapling
perumahan (%)
10 -20
65 - 70
Maks 10
Maks 10
Sesuai kebutuhan
Min 10
> 20 50
65 - 70
Maks 10
Maks 10
Sesuai kebutuhan
Min 10
> 50 - 100
60 - 70
Maks 12,5
Maks 15
Sesuai kebutuhan
Min 10
> 100
200
50 - 70
Maks 15
Maks 20
Sesuai kebutuhan
Min 10
> 200
500
45 70
Maks 17,5
10 -25
Sesuai kebutuhan
Min 10
40 - 70
Maks 20
10 - 30
Sesuai kebutuhan
Min 10
> 500
4.5.4
Perancangan Tapak
Chiara dan Koppel (1978) menyatakan dalarn penyusunan rencana tapak setelah dilakukan analisis
tapak selanjutnya dilakukan penyusunan rencana konsep, rencana skernatik, dan rencana tapak
pendahuluan. Pada tahap rencana konsep, berisi berbagai kebutuhan kegiatan yang dikaitkan dengan
struktur fisik tapak.
Dalam perencanaan tapak terdapat tiga hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : (1) perihal tapak
yang meliputi pola pergerakan, skala kegiatan, bentuk, bahan, dan susunan; (2) program mencakup
segi keuangan, logistik dan kebutuhan pemakai; dan (3) tapak itu sendiri yang terdiri dari topografi,
vegetasi, orientasi dan bentLik. Rencana tapak biasanya digambarkan dalam gambar-gambar
aksonometri yang menerangkan ketinggian bangunan atau gambar sketsa perspektif (Catanese dan
Snyder, 1996).
Unsur-unsur yang harus ada dalam suatu rencana tapak kawasan industri mungkin dapat dianalogikan
dengan Unsur-unsur yang ada dalam rencana teknis ruang perkotaan. Dengan analogi tersebut, maka
unsur-unsur yang harus terdapat dalam rencana tapak industri adalah
1. Rencana tapak pemanfaatan ruang, berisi :
Rencana perpetakan,
Sempadan bangunan, koefien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, koefisien daerah
hijau, koefisien tapak basement,
Sempadan jalan, daerah milik jalan, daerah manfaat jalan, daerah pengawasan jalan. ,
Elevasi
Bentuk dasar jaringan
Daerah milik utilitas
Daerah manfaat utilitas
RUANG USAHA
KOPERASI
4.00
RUANG UPDT
RUANG KORDINASI
RUANG USAHA
KANTIN F.COPY DLL
R. PERTEMUAN
MENENGAH
4.00
1.50
1.50
1.00
4.00
1.50
1.50
RUANG LIFT
1.00
1.50
1.50
P + 16.00
Subag
Perencanaan
1.80
ENTRANCE
2.00
1.00
R.PAMER
ALAT- ALAT
7.20
7.20
2.40
16.40
2.80
16.80
7.20
7.20
6.00
26.40
7.20
20.40
63.60
B'
POTONGAN C - C
SUBDIN
PRODUKSI.
KA.SUBDIN HAYATI
DAN KELAUTAN
KA SUBDIN
MUSHOLA PRIA
KA.SUBDIN
BINA KOP.
SUBDIN
BINA KOPERASI
R.UPDT
KORDINASI
UPTD
R.SUBDIN
KES. HEWAN
KA.SUBDIN
R.SUBDIN
U.PETERNAKAN
R.SUBDIN
PRODUKSI
KA SUB
RUANG UPDT
RUANG KORDINASI
R. DINAS
PERIKANAN
4.00
4.00
1.00
1.50
1.50
1.00
1.50
1.50
Letak koordinat
R. DINAS
KOPERASI
2.00
4.00
1.00
1.50
1.50
Elevasi
1.80
7.20
7.20
7.20
R.WAKIL
7.20
7.20
R.SEKRETARIS
7.20
R. DINAS
PETERNAKAN
7.20
7.20
50.40
57.60
POTONGAN D - D
Gambar 4.3.
sebagai berikut :
Penempatan tempat parker karyawan non bus dipersiapkan dalam kavling pabrik
Dipersiapkan areal bongkar muat dalam kavling pabrik
Penyediaan bus karyawan atau container bahan baku dalam kavling dan diupayakan tidak
terjadi penumpukan kendaraan pada bahu jalan kawasan industri
Gambar 4.4.
Polusi udara
Tingkat kebisingan
Tingkat getaran
URUGAN / FILL
KUPASAN /
CUT
Gambar di atas memperlihatkan salahsatu bentuk perekayasaan yang dilakukan pada kondisi topografi
yang berkontur variatif. Sistem pembajakan tanah (terracing) menjadi pilihan rekayasa teknik dalam
perancangan tapak.
Upaya ini dilakukan untuk mencapai beberapa sasaran dalam melakukan perekayasaan elevasi tanah
(grading plan), yaitu:
Memberikan pencapaian yang aman, nyaman dan fungsional ke seluruh tapak, untuk
penggunaan dan pemeliharaan.
Membagi limpasan permukaan dari tapak tanpa mengakibatkan erosi dan sedimentasi, atau
mengumpulkannya untuk keperluan ciri air, cekungan lumpur atau irigasi.
Membagi aliran air permukaan maupun air bawah permukaan menjauhi bangunan dan
perkerasan trotoar untuk menghindari kejenuhan lapisan dasar, yang dapat merusak struktur
bangunan atau melemahkan perkerasan.
Mempertahankan sifat alamiah dari tapak dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
bentuk permukaan tanah dan untuk menentukan peil yang sesuai dalam mempertahankan
pepohonan yang ada.
Mendapatkan perimbangan kupasan dan urugan (cut & fill) yang optimum pada tapak,
menimbun untuk menggunakan kemballi tanah pucuk yang memadai bagi pemantapan
lapisan penutup atau penanaman.
Menghindari daerah urugan yang akan berakibat penambahan kedalaman atau ketidakstabilan
pondasi bangunan atau lapisan dasar suatu perkerasan.
4.5.5
Perataan / grading dan drainase dalam kawasan perencanaan menjadi suatu bagian fungsional dan
estetik yang tak dapat dipisahkan dan terintegrasi dengan tapak, ruang serta struktur yang ada.
Walaupun terdapat bagian tanah dalam kawasan perencanaan yang relatif datar, sehingga seakanakan kondisi topografi tidak menentukan perencanaan tapak, tetap dilakukan proses analisis terhadap
pengelompokkan untuk menciptakan sistem drainase yang baik.
Tapak curam atau tak teratur pada
kawasan
perencanaan
menyebabkan
Oleh
karena
itu
selain
untuk
mengurangi
biaya
Pada lokasi yang elevasinya ekstrem / berlereng, maka dilakukan penyesuaian rencana tapak
terhadap topografi yang ada untuk menekan biaya pembangunan awal dan pemeliharaan yang
ekonomis, terutama untuk saluran air selokan dan drainase. Hasil analisis memberikan beberapa
pilihan perekayasaan, salahsatu yang diambil untuk digunakan di kawasan perencanaan ini adalah
sistem terracing (pembajakan kontur) untuk mengurangi besarnya kelandaian yang ada, hal ini
dilakukan untuk memperoleh bagian tapak yang lebih banyak untuk digunakan.
4.5.6
Pada dasarnya pola sirkulasi secara keseluruhan mengarah ke pusat lingkungan sebagai orientasi
kawasan, dan menyebar ke semua zona fungsional dalam kawasan. Dengan pertimbangan alasan
keamanan dan kejelasan mobilitas pergerakan kendaraan, maka sistem sirkulasi dalam kawasan
menggunakan sistem loop, yaitu kendaraan yang datang dan keluar hanya melalui satu pintu masuk
(pintu gerbang).
Pencapaian ke tapak dan bangunan-bangunan dibedakan atas:
pencapaian kendaraan, dibedakan atas: kendaraan pribadi, kendaraan umum yang dibatasi
sampai bagian luar kompleks (gerbang kawasan)
4.5.7
kendaraan pengunjung
Kebutuhan luas lahan untuk rumah tinggal yang mencapai 70% dari total luas lahan, menjadi
pendekatan perencanaan pola komposisi ruang yang mempengaruhi pola jaringan jalan. Pola jaringan
jalan yang akan dikembangkan pada kawasan Agroindustri adalah pola grid yang membagi habis
seluruh blok peruntukkan ke dalam struktur jaringan jalan. Pola grid ini sangat efisien dalam Terdapat
sumbu utama jalan, yaitu membentang dari pintu masuk kawasan terus ke arah belakang, dan
melingkar lagi kembali ke pintu masuk kawasan.
Rencana keruangan jalan didasarkan pada PP 26/1985, dimana secara prinsip bahwa jalan memiliki
jalur lalu-lintas yang lebarnya tergantung pada klas jalan. Rencana jalan yang akan dikembangkan di
kawasan ini ada 3 jenis :
1. Jalan Arteri, berupa boulevard dengan lebar 6 meter satu arah, dengan median jalan di tengah
selebar 2m. Ditempatkan di gerbang utama dan di dalam kawasan sebagai pengarah / orientasi
dan batas pembagi pengelompokkan perumahan
2. Jalan kolektor, sebagai jalan yang menghubungkan jalan arteri dengan jalan lingkungan.
Penempatan di sekitar pusat orientasi / pusat kawasan dengan lebar sekitar 8m dilalui oleh 2 arah
kendaraan.
3. Jalan lingkungan, dengan lebar 6 meter adalah jalan yang secara langsung melalui kelompok
rumah tinggal yang tersebar di kawan ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
LAHAN
LAHAN
50
50
100
MEDIAN
100
100
600
200
600
100
50
LAHAN
LAHAN
DRAINASE
TROTOAR
MEDIAN JALAN
LAHAN
50
TROTOAR
4.5.8
Sistem sirkulasi pejalan kaki di dalam kawasan direncanakan menggunakan pedestrian (trotoar),
karena penggunaan lahan yang ada mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Sirkulasi pejalan
kaki pada kawasan tesebar pada seluruh koridor jalan. Untuk dapat menciptakan fasilitas pedestrian
yang optimal, maka berbagai kelengkapan pedestrian seperti lansekap lampu jalan, trotoar dan
sebagainya harus disiapkan dengan baik. Jalur pejalan ini mendorong pergerakan manusia yang
terpisah dari kendaraan, ataupun dari suatu titik ke titik lainnya.
Trotoar ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi luar jalur lalu lintas dan diletakan pada sisi
dalam saluran drainase terbuka atau di atas saluran drainase tertutup dengan plat beton yang
memenuhi syarat.
Adapun dimensi trotoar yang direncanakan adalah sebagai berikut :
Tinggi bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas trotoar tidak kurang dari satu
meter dari permukaan trotoar. Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0,3 meter.
Lebar trotoar
Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Oleh karena itu, lebar trotoar harus
disesuaikan dengan potensi pergerakan pejalan kaki masing-masing guna lahan. Ketentuan lebar
trotoar yang ditetapkan pada kawasan perencanaan adalah sebesar 1 meter.
4.5.9
Penghijauan / Landscaping
Landscaping berkaitan erat dengan pembentukan ruang. Konsep penghijauan / landscaping yang
direncanakan di kawasan ini bertujuan untuk membentuk ruang luar menjadi suatu kesatuan dengan
fungsi yang akan diwujudkan di kawasan ini.
Penataan landscape ini ditujukan pada cara pengaturan ruang dan massa bangunan di alam terbuka
dengan mengkomposisikan elemen-elemen landscape alami / eksisting dengan elemen-elemen buatan
/ tambahan. Beberapa faktor yang ikut menentukan dalam proses pembentukan landscape dan
lingkungan antara lain adalah topografi, hidrologi, iklim dan cuaca serta desain landscape itu sendiri.
Konsep dasar penataan landscape adalah :
Penataan landscape harus sejalan dengan rencana penggunaan tanah untuk menambah dan
mempertinggi daya guna tanah
Penataan landscape tidak sekedar menciptakan lingkungan yang indah, tetapi juga erat kaitannya
dengan usaha menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan
Penataan landscape pada ruang luar bangunan, harus dapat menunjang bentuk arsitektur dan
ruang antar bangunan pada lingkungannya, serta memberi nilai tambah pada desain bangunan.
Zona formal, tata hijau yang membentuk ruang luar dan mengarahkan sirkulasi pada kelompok
bangunan formal, yang berfungsi sebagai pengarah dan peneduh. Vegetasi yang digunakan
adalah jenis pohon yang mempunyai bentuk tinggi (mis: palm raja) atau yang berkarakter kuat
mengarahkan pergerakan dan bersifat formal, yang divariasikan dengan pohon perdu yang
rindang, yang ditata secara teratur untuk menciptakan kesan formal.
Zona peralihan / transisi, tata hijau yang berada di pusat kawasan yang dan berfungsi sebagai
peneduh dan pengarah sirkulasi
Zona fungsional, tata hijau yang membentuk ruang-ruang luar pada kelompok rumah hunian
TEKNIS PELAYANAN
KAPASITAS PELAYANAN
Luas lahan
usaha
0,3 5 Ha
Jaringan Jalan
perunit
KETERANGAN
Rerata industri manufaktur butuh lahan
1,34 Ha. Perbandingan lebar panjang :
lebar 2:3 atau 1:2 dengan lebar
minimum 18 m diluar GSB
Ketentuan KDB, KLB GSJ & GSB
disesuaikan
dengan
Perda
yang
bersangkutan
Jalan utama
Jalan lingkungan
Saluran drainase
Sesuai debit
Saluran severage
Sesuai debit
Saluran tertutup
saluran dranase
yang
terpisah
dari
TEKNIS PELAYANAN
KAPASITAS PELAYANAN
KETERANGAN
Air Bersih
Listrik
Telekomunikasi
4 5 SST/ Ha
Tenaga kerja
90 110 TK/ ha
10
Kebutuhan hunian
11
Bangkitan transportasi
12
12
Kebutuhan
komersial
Sesuai
kebutuhan
dengan maksimum 20%
luas lahan
fasilitas
Standar influent:
BOD: 400 600 mg/ l
COD : 600 800 mg/ l
TSS : 400 600 mg/ l
Ph : 4 - 10
Standar teknis untuk perusahaan industri pengolahan dalam kawasan industri adalah (lihat tabel
diatas):
1. wajib melengkapi kavling industrinya dengan sarana pengendalian limbah (cair, gas, dll) yang
dikeluarkan kegiatan industrinya.
2. beban pengelolaan air limbah dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
memasang unit pengolahan limbah pendahuluan (pre treatement plan) apabila limbahnya
melampaui batas kemampuan unit pengelolaan limbah
3. perusahaan yang berada dalam kawasan industri tidak diperkenankan mengambil air tanah
untuk kegiatan industrinya.
Bahan mentah
Suplai air
Pasaran
Fasilitas transportasi
Pelopor dari segala Teori lokasi adalah Von Thunen yang buku pertamanya terbit dalam bahasa
Jerman pada tahun 1826, diperkenalkan pada tahun 1966 oleh Hall setelah dialih bahasakan ke
dalam bahasa Ingris. Pada tahun 1962 sempat pula diperkenalkan pokok-pokok isinya oleh
Chisholm, berupa penunjukannya secara sistematis pada gagasan tentang zone-zone tata guna
lahan yang secara konsentris melingkari titik-titik permukiman yang diperoleh dari aneka efek
akibat praktek transportasi berbagai jenis komoditas yang dapat diterapkan dalam skala luas di
berbagai lingkungan dan berbagai zaman.
Pentingnya gagasan Von Thunen yang asli dipahamai terletak pada fakta bahwa lokasi
mendapatkan inpirasi dari perumusannya yang logis terhadap masalah-masalah yang relevan
serta analisis marginal yang ekonomis ( R.O Huchinson, an essay on location, 1962 ). Pendekatan
analisis dalam geografi pertanian di dunia maju sekarang bercorak ekonomis, bermetodologi,
dengan pembuatan model. Sementara ini, model Von Thunen telah dikembangkan lebih lanjut,
juga tentang economic rent bermanfaat untuk menerangkan pola tata guna lahan. Namun ada
hal yang tak memuaskan, khususnya jika mau diterapkan pada pengambilan keputusan oleh pihak
petani dalam kaitannya dengan behavioral environment. Di dalam geografi pertanian yang
modern perhatian utama dicurahkan pada aspek-aspek variabilitas spatial dalam kegiatan bertani.
Tata guna lahan merupakan variabel spatial yang menonjol untuk dideskriptikan, juga untuk
pertanian di dunia ketiga model dari teori Von Thunen dapat dimanfaatkan.
Konsep Von Thunen bahwa sewa tanah sangat mempengaruhi jenis kegiatan yang mengambil
tempat pada lokasi tertentu masih tetap berlaku dan hal ini mendorong terjadinya konsentrasi
kegiatan tertentu pada lokasi tertentu. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam penentuan
suatu lokasi diantaranya adalah :
Tanah
Pada dasarnya penentuan lokasi industri berdasarkan sifat bahan baku dan produk jadinya dapat
dibagi menjadi :
a.
b.
c.
Jenis industri yang lokasinya berada pada suatu titik persimpangan jalan antara beberapa
daerah sumber (junction oriented) (Yenni Rostiani, 1979 : 4).
Lokasi industri tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan ongkos transport bahan baku dengan
produk jadi. Jika ongkos transport bahan baku perunit lebih kecil dibandingkan produk jadi, lokasi
ditentukan berdasarkan proses produksi yaitu apakah setelah proses terjadi penambahan berat
barang jadi, maka lokasi industri cenderung mendekati bahan baku (Emil Salim, 1977 : 64-68).
Jadi minimasi ongkos transport berpengaruh dalam penentuan lokasi industri.
Pada kenyataannya minimasi ongkos transport bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh
dalam penentuan lokasi industri. Suatu industri mungkin saja memilih lokasi pada suatu tempat
yang ongkosnya transportnya relatif besar asal tujuan akhir dapat dicapai semaksimal mungkin.
Faktor-faktor lain tersebut adalah : tenaga kerja, bahan baku untuk industri, fasilitas transpor,
pasar, fasilitas-fasilitas distribusi, energi, air. Dengan demikian dalam penentuan lokasi industri
pertanian perlu mempertimbangkan faktor-faktor yang telah diuraikan di atas.
Pendekatan Isard mengaitkan analisa lokasi yang berorientasi pada transportasi dengan teori
produksi tradisional. Dengan menerapkan masukan-masukan transpor dalam fungsi transformasi
perusahaan, hal ini berarti menambah dimensi tata ruang ke dalam teori produksi. Sumbangan
pemikiran Isard lainnya yaitu ia telah mengintroduksikan analisa kompleks industri (Industrial
Complex). Suatu kompleks industri didefinisikan sebagai suatu perangkar kegiatan-kegiatan pada
suatu spesifik yang mempunyai saling keterhubungan secara teknis dan produksi.
Indeterminate
or
Indillerent
or
depending
on
stopes
of
T.L
and P
RL
Pred (1969) menyatakan bahwa teori tempat sentral yang dikembangkan oleh Chirstaller memiliki
karakteristik yaitu fungsi dasar dari suatu tempat sentral, yaitu yang melayani wilayah terluar
yang disebut sebagai tempat sentral orde tertinggi, sedangkan tempat sentral yang melayani
wilayah yang lebih kecil disebut tempat sentral orde terendah. Tempat sentral dari berbagai orde
selanjutnya menyusun suatu hirarki.
maksimum yang mau ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan barang tertentu yang
ditawarkan pada suatu tempat. Konsep ini kemudian dikenal sebagai Maximum Range. Konsep di
atas lebih dipertegas oleh Khan (1972) yang menyatakan 2 (dua) hal penyebab barang dan
pelayanan tertentu ditawarkan di pusat, diantaranya adalah :
kenyamanan konsumen dalam menempuh jarak maksimum untuk mendapatkan barang atau
jasa tertentu.
Christaller mengembangkan modelnya untuk suatu wilayah abstrak dengan ciri-ciri berikut :
Wilayahnya adalah daratan tanpa roman, semua adalah datar dan sama.
Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata pada seluruh wilayah.
Dengan asumsi yang sama seperti Christaller, Lloyd melihat bahwa jangkauan/luas pasar dari setiap
komoditas itu ada batasnya yang dinamakan range dan ada batas minimal dari luas pasarnya agar
produsen bisa tetap bertahan hidup (berproduksi). Luas pasar minimal dinamakannya Threshold. Luas
pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada wilayah asumsi. Makin
tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah pemasaran minimal begitu juga sebaliknya. Dalam hal
ini misalnya wilayah pemasaran minimal itu adalah dengan radius 4 km. Wilayah pemasaran minimal
disebus threshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditas yang sama dalam ruang threshold
tersebut. Apabila ada, salah satu akan gulung tikar atau kedua-duanya akan gulung tikar dan
kemudian muncul pengusaha baru. Bentuk hubungan antara range dan threshold dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Range radius 8 km
Range radius 4 km
does not necessary create its own demand (diktuip dari tulisan Dude Hadar). Kegagalan dalam
usaha pegembangan industri ini sering disebabkan karena tidak adanya kesesuaian antara produk
industri yang dikeluarkan dengan permintaan (kebutuhan) pasar. Sedangkan kelancaran dalam
pemasaran
pada
gilirannya
akan
mendorong
untuk
memperbanyak
produksinya
dan
demand for the final product, while equally the processing enterprise must take account of raw
material supply (Rome : 15, 1976).
Produksi bahan baku atau bahan mentah jelas dapat direncanakan secara nyata hanya sedikit
dalam
permintaan
selama
produksi
berakhir,
selama
produksi
berlangsung
harus
lain
yang
mempunyai
saling
ketergantungan
terhadapnya
Konsep Agroindustri
Industri kecil adalah badan usaha yang menjalankan proses produksi untuk menghasilkan barang
dan jasa dalam skala kecil. Apabila dilhat dari sifat dan bentuknya, maka industri kecil bercirikan :
(1) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan
memperkuat kemandirian (2) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu
mengembangkan sumberdaya manusia (3) menerapkan teknologi lokal (indigenous technology)
sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan oleh tenaga lokal dan (4) tersebar dalam jumlah
yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Bantacut dalam
Haeruman, 2001).
Departemen Perindustrian dalam Pelita VI menetapkan kriteria prioritas bagi Industri kecil yang
akan dikembangkan sebagai berikut:
a.
Industri yang ketersediaan bahan bakunya terjamin dan teknologi dasar untuk memproduksi
telah dikuasai serta nilai tambahnya dapat ditingkatkan.
b.
c.
Industri yang mempunyai keterkaitan luas, baik dengan industri besar/menengah maupun
dengan sektor ekonomi lain
d.
e.
f.
b.
UU No. 9 tahun 1995 tentang Usaha industri kecil memberikan dasar hukum bagi
pemberian fasilitas kemudahan dana, keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan kegiatan
usaha, dan pengadaan barang dan jasa untuk usaha industri kecil.
Sedangkan arah pengembangan industri agro menurut Direktorat Jenderal Industri Kimia, Agro dan
hasil Hutan, Departemen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia adalah :
1) Sinkronisasi pengembangan agroindustri dan produk hasil pertanian dalam menghadapi pasaran
internasional
2) Meningkatkan pendapatan daerah melalui pengembangan wilayah produksi bahan baku
agroindustri
3) Meningkatkan partisipasi aktif dalam mendorong berputarnya kembali roda perekonomian
nasional yang mengakar di masyarakat
4) Mengupayakan ketersediaan kebutuhan pokok yang terjangkau daya beli masyarakat
pengawetan, sampai yang punya value added tinggi di mana produk pertanian diekstrak
dan dikombinasi dengan produk lain seperti pada industri parfum (Joewono.H.H, 2001.)
Dari konsep industri kecil berbasis agro industri di atas, secara jelas menunjukkan keberadaan industri
kecil sebagai pelaku ekonomi di pedesaan yang perlu mendapat perhatian pemerintah untuk
diberdayakan dan dikembangkan.
Joewono, pada dasarnya nilai tambah bukan diukur dari apa yang sudah dilakukan termasuk
segala biaya yang harus dikeluarkan, tetapi diukur dari persepsi nilai di benak konsumen. Karena
nilai tambah diukur dengan persepsi konsumen, maka peran pemasaran termasuk brand menjadi
penting. Jadi kalau kita bisa memberi persepsi lebih tinggi melalui value creation dan dilengkapi
dengan aplikasi pemasaran yang benar, maka agroindustri akan memberi sumbangan lebih besar.
Selama ini komoditas pertanian sering didera gonjang-ganjing anjloknya harga karena pasokan
berlimpah. Agroindustri bisa menjadi sarana melepaskan diri dari situasi commodity-like-trap. Nilai
tambah bisa ditingkatkan melalui industri pengolahan. Hanya saja industri dalam konteks masa
kini tidak perlu memaksakan produksi barang yang sama secara masal. Ketika konsumen sudah
semakin demanding, industri harus bisa didesain dan menyesuaikan tuntutan customization
konsumen. Industri zaman sekarang harus sanggup menyediakan beragam produk sesuai
permintaan sekelompok kecil bahkan masing-masing konsumen.
Pemerintah telah menerapkan kebijakan fiskal, moneter, administratif dan riil berikut yang
ditujukan untuk memberikan pelayanan terhadap industri kecil (Bappenas, 1995) yaitu :
a.
Kebijakan fiskal diarahkan untuk mendorong pemakaian produk industri kecil dalam rangka
ekspor dan subkontrakting, mendorong pertumbuhan bisnis-inkubasi serta pengembangan
`ancillary industries' melalui keringanan perpajakan.
b.
Kebijakan moneter diarahkan untuk mendukung pembiayaan modal investasi dan modal
kerja melalui skema kredit khusus yang lebh fleksibel, pengembangan lembaga pembiayaan
(venture-capital, factoring dan lain-lain) serta kebijaksanaan suku bunga yang lebih rendah
dan jaminan perkreditan. Dalam kaitan tersebut perlu optimalisasi pemanfaatan dana 1-5%
dari laba bersih BUMN bagi pengembangan industri kecil.
c.
Kebijakan sektor riil meliputi regulasi yang mendorong berkembangnya usaha industri kecil,
pertanahan, kelautan, perdagangan, ekspor, impor dan ketenagakerjaan
d.
Dari hasil Content Analysis yang dilakukan terhadap program yang berkaitan dengan kebijakan
industri kecil di atas, terlihat bahwa secara umum pengembangan industri kecil selama ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Pemerintah berusaha terlibat dalam berbagai permasalahan yang dihadapi oleh IK-agro industri.
Banyak intervensi pemerintah tidak mempunyai justifikasi ekonomi, seperti : penyisihan laba
BUMN untuk membina industri kecil, pemberian fasilitas khusus bagi IK dengan argumen `IK
sebagai golongan lemah', himbauan bagi IB untuk menjual saham kepada koperasi.
Bantuan berupa subsidi, jaminan kredit atau penyertaan modal merupakan intervensi pemerintah
dalam perekonomian dan hanya efektif jika pemerintah mempunyai kemampuan dalam
menjalankannya.
2. Program Kemitraan
Kemitraan adalah jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. UU
No 9 Tahun 1995 menyebutkan bahwa kemitraan kerjasama usaha kecil dan usaha mengah atau
besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau besar.
Kemitraan didasarkan pada prinsip saling memperkuat. Kegiatan ini meliputi :
d. Pola Keagenan
Merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana industri kecil diberi hak khusus untuk
memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya yang
bertanggungjawab terhadap produk yang dihasilkan, sedangkan industri kecil diberi kewajiban
untuk memasarkan barang atau jasa tersebut, bahkan disertai dengan target yang harus
dipenuhi, sesuai denga ketentuan yang telah disepakati.
Agroindustri Park (JAIP). Selain itu, analisis ini digunakan untuk mengetahui produk unggulan
yang telah berkembang di Wilayah Studi yang dapat dikembangkan di dalam Jambi
Agroindustri Park (JAIP). Produk unggulan yang dikembangkan dalam Jambi Agroindustri
Park (JAIP) terdiri dari produk unggulan, produk andalan dan produk ciri khas serta produk
unggulan yang berasal dari Wilayah Studi yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam Jambi
Agroindustri Park (JAIP), karena dalam perkembangnnya kawasan industri tersebut lebih
memprioritaskan produk yang berasal dari daerah sekitar dengan alasan ongkos angkut bahan
baku lebih murah dan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku. Macro Screening adalah
suatu penguraian secara umum tentang gambaran suatu wilayah yang akan dijadikan objek
penelitian berdasarkan pada : data primer, data sekunder, pengamatan lapangan, dan analisa
prospek komoditas dari faktor pasar, teknologi, modal, sarana produksi, serta dukungan
pemerintah. Selanjutnya pada tahapan ini di list atau diidentifikasi komoditas-komoditas yang
sekiranya mempunyai potensi untuk dianalisa lebih lanjut.
Micro Screening adalah merupakan tahap akhir dari proses identifikasi komoditas di suatu wilayah,
pada tahap ini dilakukan pembobotan dan pemberian skor terhadap masing-masing komoditas
yang sudah ditetapkan pada masing-masing aspeknya. Hasil akhirnya didapat dari penjumlahan
hasil kali antara nilai skor dan bobot dari setiap aspek yang dikaji, nilai terbesar menunjukan
komoditas prioritas pengembangan dan begitu seterusnya. Tahapan analisis Micro Screening ini
dapat dilihat pada Tabel