HALAMAN JUDUL
NEONATUS PRETERM, LAHIR SPONTAN ATAS INDIKASI KPD
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti
Ujian Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak
Pembimbing
dr. Woro Triaksiwi W, M.Sc, Sp.A
Disusun oleh
Nor Farikhah
NIM : 20100310158
HALAMAN PENGESAHAN
LONGCASE
NEONATUS PRETERM, LAHIR SPONTAN ATAS INDIKASI KPD
BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Tidar Magelang
Disusun Oleh
Nor Farikhah
20100310158
ii
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas limpahan karunia Tuhan Yang Maha ESA,
penulis telah menyelesaikan Long Case yang berjudul BBLR. Penulis berharap
semoga tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi teman-teman
sejawat yang sedang menempuh pendidikan kepanitraan umum. Tidak lupa
penulis ucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Anto Artsanto, Sp.A yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat selama penulis mengikuti kepaniteraan umum.
2. dr. Chrisna Hendrawati, Msi.Med, Sp.A yang telah memberikan
bimbingan dan ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti
kepaniteraan umum.
3. dr. Woro Triaksiwi W, M.Sc, Sp.A yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu yang bermanfaat selama penulis mengikuti kepaniteraan umum.
4. Keluarga yang mendukung dengan doa
5. Kolega bagian kesehatan anak di RSUD Tidar Magelang & RSB Budi
Rahayu atas bimbingannya.
6. Pihak-pihak lain yang membantu, namun tidak bisa disebutkan satu
persatu.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.........................................................................................
A.
LATAR BELAKANG.........................................................................1
B.
TUJUAN......................................................................................... 1
C.
1.
Tujuan Umum................................................................................ 1
2.
Tujuan Khusus............................................................................... 1
LAPORAN KASUS........................................................................... 2
D.FOLLOW UP....................................................................................... 8
E. KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)...............................................14
BAB II................................................................................................... 16
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 16
A. Definisi............................................................................................ 16
B. Klasifikasi Berdasarkan Berat Badan.......................................................16
C. Penyebab Terjadinya Prematuritas...........................................................16
D. Tanda Bayi Prematur...........................................................................17
E. Masalah Yang Dapat Terjadi..................................................................18
F. Perawatan Bayi Prematur di Rumah Sakit..................................................19
G. Persiapan Perawatan Bayi Prematur di Rumah............................................25
BAB III................................................................................................... 27
KESIMPULAN......................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) angka kematian bayi
menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak dan
setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di
Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal.
Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir
rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi
lain dan kelainan kongenital (Wiknjosastro, 2008).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup.
Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal,
setiap lima menit terdapat satu neonatus yang meninggal. Adapun
penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia
yaitu sebesar 27% yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru
lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Depkes RI, 2008).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Long case ini dibuat untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian
kepaniteraan klinik program pendidikan profesi di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta di Rumah Sakit Umum Tidar Magelang.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi dan
faktor
resiko,
patogenesis,
gambaran
klinis,
diagnosis,
C. LAPORAN KASUS
1. ANAMNESIS
Tanggal Anamnesis
Macam Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
a. Identitas Pasien
Nama
Tempat, tanggal lahir
Jenis kelamin
Nama Ayah
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Nama Ibu
Usia
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Agama
Alamat
Tanggal masuk RS
bayi, ayah pasien bersenggama dengan ibu pasien sehingga ibu pasien
muncul kenceng-kenceng dan keluar air ketuban. Ayah pasien khawatir
dan segera membawa ibu pasien ke bidan terdekat. Dari pemeriksaan
bidan telah terjadi pembukaan 3 cm. Sang bidanpun merujuk pasien ke
rumah sakit. 3 jam setelah masuk rumah sakit telah terjadi pembukaan
lengkap sehingga terjadi proses persalinan. Bayi diterima diruang bayi dan
diperiksa dalam keadaan tampak kebiruan, menangis merintih, tonus otot
sedang dengan APGAR SCORE 7-8-8. Terdapat lendir dari hidung dan
mulut disertai darah. pada pukul 14.00 bayi sempat tidak bernafas. Hasil
pemeriksaan Gula Darah Sewaktu 54 g/dl.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Alergi
- Riwayat Kejang di keluarga
- Riwayat Hipertensi
- Riwayat DM
- Riwayat Penyakit Jantung
- Riwayat Merokok
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
d. Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak pertama dengan riwayat kehamilan ibu G1
P1 A0. Ibu pasien rutin melakukan ANC di puskesmas sebanyak 4x selama
masa kehamilan. Selama ANC ibu diberi vit B kompleks, kalsium, tablet
Fe dan asam folat. Imunisasi TT diberikan 1x di bidan. Berat badan ibu
saat hamil mengalami penurunan. Berat badan ibu sebelum hamil 45 kg
dan selama hamil berat badan ibu menjadi 42 kg. Tekanan darah ibu saat
hamil cukup stabil pada 100/70 mmHg. Selama hamil ibu sempat
keputihan berwarna kuning, banyak, dan berbau khas. Keputihan sempat
diberobatkan di dokter Sp.OG dan diberi obat amoksisilin tablet.
e. Riwayat natal
Ibu melahirkan secara spontan pada usia kehamilan 34 minggu
lahir bayi laki-laki ditolong oleh bidan dengan berat badan lahir 2000 gr
dengan panjang badan 44 cm, menangis merintih, warna kebiruan dan
tonus otot sedang dan APGAR SCORE 7-8-8.
f. Riwayat postnatal
(+), reflek
mengenyut(+)
Kaput suksedaneum: (-)
Sutura
: tak melebar
Sefal hematom : (-)
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
isokor,
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
:-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:-
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Genital
Anus
Kulit
teraba
: Akral dingin, kebiruan
: Testis belum turun
: paten
: Turgor kulit baik, ikterik (-)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah Rutin
Parameter
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Angka Trombosit
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
RDW-CV
RDW-SD
P-LCR
MCV
MCH
MCHC
Hasil
17.7 H
23.5
4.8 L
52,1 H
177
42
44
11 H
2
2H
17,1 H
66,1 H
30,4 H
107,9 H
36,6 H
34.0 H
Satuan
g/dl
10^3/ul
10^6/ul
%
10^3/ul
%
%
%
%
%
%
fL
%
fL
Pg
g/dl
b. Diagnosis Kerja
Neonatus preterm lahir spontan atas indikasi ketuban pecah dini,
BBLR, Sianosis
c. Manajemen
-
Inj. Vit K 1 x 1 mg
5
D.FOLLOW UP
Tanggal 1 Desember 2014
Tonus : sedang
: 37 C
Tangis: merintih
: 100x/menit
APGAR : 7-8-8
BB ; 2000 gr
Bising (-)
PB: 44 cm
LK :29 cm
LD :26 cm
GDS
GDS : 54 g/dl
: 85 g/dl
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
S : Warna: kemerahan
S : Warna: kemerahan
Tonus : sedang
Tonus : sedang
Tangis: merintih
Tangis: merintih
Retraksi (+)
: 87 g/dl
Sianosis (-)
Takipneu (+)
GDS
: 85 g/dl
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
Sukralfat 3x2mg iv
S : Warna: kemerahan
S : Warna: kemerahan
Tonus : sedang
Tonus : sedang
Tangis: merintih
Tangis: kuat
Retraksi (+)
Retraksi (+)
Sianosis (-)
Sianosis (-)
Takipneu (+)
Takipneu (+)
: 92 g/dl
SaO2 89 %
GDS
Bising (-)
: 85 g/dl
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
Sukralfat 3x2mg iv
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
Pasang CPAP PEEP 7FO240%
Sukralfat 3x2mg iv
S : Warna: kemerahan
S : Warna: ikterik
Tonus : sedang
Tonus : sedang
Tangis: kuat
Tangis: kuat
Retraksi (+)
Retraksi (+)
Sianosis (-)
Sianosis (-)
Takipneu (+)
Takipneu (+)
: 113 g/dl
SaO2 89 %
GDS
: 85 g/dl
Bising (-)
Abdomen:
Supel,
datar,
BU
(+),
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
Inj gentamisin 2x 5 mg iv
Sukralfat 3x2mg iv
Sukralfat 3x2mg iv
Terpasang O2 1lpm
10
S : Warna: kemerahan
S : Warna: ikterik
Tonus : sedang
Tonus : sedang
Tangis: kuat
Tangis: kuat
Sianosis (-)
Sianosis (-)
: 81 g/dl
SaO2 89 %
GDS
: 93 g/dl
Bising (-)
P : cefadroxil 2x0,7ml
Isopropyl myristat salp
11
S : Warna: ikterik
S : Warna: ikterik
Tonus : sedang
Tonus : sedang
Tangis: kuat
Tangis: kuat
: 81 g/dl
SaO2 89 %
GDS
: 93 g/dl
Bising (-)
Abdomen: Supel, datar, BU (+),
P : cefadroxil 2x0,7ml
cek bilirubin
12
: 81 g/dl
diberobatkan di dokter Sp.OG dan diberi obat amoxilin tablet. Ibu pasien
mengaku sebelum kelahiran anaknya sempat melakukan hubungan suami
istri dengan suami.
Setelah keluar dari rumah sakit, pasien selalu menangis kuat,
minum asi setiap 2-3 jam sekali. Diare dan batuk pilek tidak dikeluhkan.
Pasien selalu diletakkan didalam inkubator karena orang tua khawatir
dengan kondisi di daerahnya.
Hasil pemeriksaan:
Warna : kemerahan
Tonus : sedang
Tangis : Kuat
Nadi 120 x/menit
t : 36,7 C
Kepala : CA -/-, SI -/Thorax : SDV +/+, RH -/-, WH -/Abdomen : supel, BU (+), H/L tak teraba
Akral : hangat, udem (-)
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (Musbikin, 2005)
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan berat kurang dari 2500
gr, kapan pun bayi itu dilahirkan, baik pada minggu ke 32, 36, atau 39
(prawirohardjo, 2010).
Menurut WHO bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup sebelum usia
kehamilan 37 minggu (dihitung dari hari pertama haid terakhir) tanpa
memperhatikan berat badan (Berhman, 2000)
15
efektif, dan tangisannya lemah, .jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat
pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang, verniks kaseosa tidak ada
atau sedikit(Berhman, 2000).
17
18
tidak
melebihi
konsentrasi
30%,
kecuali
dokter
dengan menempatkan lampu pijardekat keranjang atau tempat tidur bayi pada tiga
sisi dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dimatikan dan dinyalakan
secara terpisah.
Ketiga, yaitu pencegahan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi sangat
penting karena infeksi akan memperburuk kedaan bayi yang sudah bermasalah.
Bayi prematur akan mudah menderita sakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah infeksi :petugas dan orangtua yang mengunjungi bayi harus cuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, petugas yang berpenyakit infeksi
tidak boleh memasuki unit perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh,
setiap orang yang memasuki unit perawatan bayi harus memakai pakaian bersih
dan pakaian penutup khusus yang disediakan, setiap bayi menggunakan alat
perawatan individual. Peralatan yang digunakan dibersihlan secara teratur sesuai
ketentuan yang berlaku. Setiap bayi yang masuk kembali dari rumah atau bayi
dengan proses kelahiran yang tidak steril harus diisolasi secara fisik dari bayi
prematur.
Keempat yaitu pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi. Kebutuhan bayi
untuk pertumbuhan yang cepat dan pemeliharaan harian harus disesuaikan dengan
tingkat kematangan anatomi san fisiologi.Koordinasi mekanisme mengisap san
menelan belum sepenuhnya baik pada usia kehamilan 36-37 minggu. Kapasitas
lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen
yang dapat mempengaruhi pernapasan. Pada hari-hari pertama, pengosongan
lambung bayi prematur lebih lambat, pengosongan akan lebih cepat pada hari
ketiga dan seterusnya. Pemberian cairan yang cukup sangat penting untuk bayi
prematur, karena kadar air ekstra sel pada bayi prematur lebih tinggi daripada bayi
normal (70% pada bayi normal, 90 % pada bayi prematur). Pemantauan yang
perlu dilakukansetiap hari asalah berat badan, jumlah pengeluaran air kemih, berat
jenis urine, serta kadar nitrogen urea serum dan elektrolit. Kehilangan cairan yang
meningkat akan menyebabkan bayi menjadi dehidrasi karena ginjal tidak sanggup
menahan air dan dan elektrolit yang keluar. Sebaliknya, jumlah cairan yang
berlebihan memudahkan terjadinya edema, gagal jantung dan ductus arteriosus
paten.
20
Pemberian cairan intrevena pada bayi dapat diberikan melalui vena, cairan
tersebut dialirkan melalui pompa infus, yang dapat mengalirkan cairan dengan
volume sangat kecil pada tingkat aliran yang sudah ditentukan. Prinsip utama
pemberian makan bayi prematur adalah sedikit demi sedikit secara perlahan dan
hati-hati. Saat pemberian minum harus dicegah terjadinya kelelahan, regurgitasi
dan aspirasi.
Minuman atau makanan terbaik yang diberikan pasa bayi adalah ASI, bila
ASI tidak ada karena ibu sakit, meninggal, produksi ASI tidak ada atau hal lain,
diberikan susu formula khusus bayi prematur atau sesuai anjuran. Minuman
pertama yang diberikan adalah larutan glukosa 5%. Cara pemberian minum yaitu
menyusu, minum melalui botol, dan minum melalui selang
Menyusu
Bayi prematur yang tampak aktif dengan refleks mengisap dan
menelanyang baik dapat minum dengan cara menyusu langsung pada ibumya.
Bayi dapat dicoba menyusu pada ibunya bila berat badan minimal 2000 gram,
suhu tubuh bayi dapat tetap stabil di luar inkubator, refleks menghisap dan
menelan baik, tidak sianosis atau menunjukkan tanda gangguan pernapaan selama
menyusu.
Minum melalui botol susu
Bayi yang aktif secara refleks sapat mengisap dan menelan dengan baik.
Akan tetapi, bayi yang belum atau tidak dapat menyusus pada ibu dapat diberi
minum melalui botol. Lubang dot hrus memberi aliran tetesan yng lancar bukan
mengeluarkan arus susu dengan deras. Saat minum, kepala dan bahu bayi lebih
tinggi 30 derajat dari badan degan meletakkan kepala bayi di atas lipatan selimut,
atau bayi deletakkan di atas lengan perawat. Bayi prematur minum lebih lambat
dan membutuhkan periode istirahat yang sering.
Jika bayi membutuhkan waktu lebih dari 20 menit untuk menghabiskan
jatah 1 kali minum, pemberian minumnya perlu dipertimbangkan karena mungkin
bayi belum cukup kuat untuk minum melalui botol. Selanjutnya, perlu
dipertimbangkan cara pemberian minum melalui pipa lambung atau melalui cara
lain sesuai kondisi bayi.
21
Setelah digunakan jika perlu dibilas dengan air steril karena bahan tersebut bisa
menimbulkan iritasi dan luka.
Plester yang digunakan untuk melekatkan alat monitor, fiksasi infus, dan
pipa lambung, waktu dilepas dapat membuat kulit terkelupas terbawa oleh plester
atau selotip sehingga kulit terpisah dari struktur di bawahnya.
Bagian tubuh yang sering tertekan terutama tumit, bokong, bahu, siku dan
bagian belakang kepala harus selalu dibersihkan, kemudian diberi bedak bayi.
Begitu juga daerah lipatan kulit yaitu leher, ketiak, lipat paha, lutut. Posisi tidur
harus diubah setiap 1-2 jam, secara bergantian miring ke kiri atau ke kanan, untuk
mencegah iskemia dan nekrosis pada bagian yang tertekan.
Ketujuh yaitu pemberian obat. Mekanisme detoksifikasi bayi prematur
belum matang, sehingga tidak atau kurang memiliki kemapuan untuk
menunjukkan gejala keracunan. Kondisi ini menghasuskan perawat untuk
waspada terhadap tanda reaksi yang berlawanan. Pemberian obat-obatan, salep,
cairan intravena dan oksigen membutuhkan perhatian dan penangan yang teliti.
Dosis obat dan pengencerannya harus dihitung dengan cermat, cara dan waktu
pemberian harus tepat, etiket dibaca dengan teliti.
Kedelapan yaitu pemantauan data fisiologis. Bayi yang memerlukan
pemantauan intensif ditempatkan dalam lingkungan dengan suhu yang terkontrol
dan dipantau aktifitas pernapasan, frekuensi denyut jantung, dan suhu tubuh.
Pemantauan dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan mekanis dan
monitor yang dilengkapi dengan sistem alarm yang dapat memberi tanda bila
terjadi penyimpangan tanda-tanda vital dari batas nilai normal.
Perawat harus teliti dan waspada mengamati adanya perubahan yang
samar dalam perilaku minum, warna kulit atau tanda vital karena dapat
merupakan gejala adanya masalah pada bayi. Mengontrol denyut jantung dan
membandingkan dengan data yang ada pada alat monitor, merupakan suatu
tindakan yang penting dilakukan.
23
tegak langsung ke kulit ibu, dan lihat apakah kepala bayi sudah terfiksasi pada
dada ibu.
Kemudian posisikan bayi dalam frog position yaitu fleksi pada siku san
tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak ekstensi.
Menutupi bayi dengan pakaian ibu ditambah selimut yang sudah dihangatkan
sebelumnya. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat menggunakan
handuk/kain (dilipat diagonal, dan difiksasi dengan ikatan atau peniti yang aman
di bahu ibu), kain lebar elastik,atau kantong yang dibuat sedemikian untuk
menjaga tubuh bayi. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari
badan ibu, bayi diletakkan diantara payudara ibu, baju ditangkupkan, kemudian
ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar bayi tidak terjatuh.
Dalam memantau bayi ibu harus tahu bagaimana kedaaan normal bayi
mengenai pola pernapasan dan warna kulit bayi normal. Mintalah pada ibu
wapada terhadap tanda yang tidak biasanya ditemui atau tidak normal. Jelaskan
pada ibu bahwa KMC penting agar pernapasan bayi baik dan mengurangi risiko
terjadinya apnea, dibanding bila bayi diletakkan di dalam boks. Mengajari ibu
cara menstimulasi bayi (mengelus dada atau punggung, atau menyentil kaki bayi)
bila bayi tampak biru di daerah lidah, bibir atau sekitar mulut atau napas berhenti
lama (Kisim, 2008).
25
BAB III
KESIMPULAN
Bayi prematur adalah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Berdasarkan
beratnya dibagi menjadi, Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1000 gram. Bayi berat
badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gram, Bayi berat badan lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan 1500-2500 gram.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kelahiran bayi
prematur dilihat dari faktor ibu, plasenta dan faktor janin. Tanda bayi
prematur dapat berupa tulang rawan daun telinga belum terbentuk
sempurna, telapak kaki halus,alat kelamin pada bayi laki-laki testis belum
turun dan pada bayi perempuan labia minora belum tertutup oleh labia
mayora,.tonus otot lemah, mengakibatkan refleks isap, menelan dan batuk
masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah, .jaringan kelenjar
mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih
kurang, verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
26
DAFTAR PUSTAKA
Berhman, K. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson (15 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Furdon, S. A. (2014, 9 15). Prematurity. Retrieved 1 13, 2015, from
http://emedicine.medscape.com/article/975909-overview.
Heni, N. (Jakarta). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. 2008: EGC.
Heni, NK; Siti,H. (2008). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Khasim, M. S. (2006). Gawat Darurat Neonatus pada Persalinan Preterm. Sari
pediatri , 7, 255-231.
Kisim, S. (2008). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: EGC.
Kosim MS (2010). Buku Ajar Neonatologi edisi 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia,.
Kymberly, L. G. (2011, 11 14). Prematur Infant. Retrieved 1 13, 2015, from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001562.htm.
Musbikin, I. (2005). Panduan bagi ibu hamil & melahirkan. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Prawihardjo, Sarwono (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo,
Puspitasari, D. (2011). HUBUNGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DENGAN
KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) di RSUD dr. ISKAK
KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011. Jurnal Ilmiah Kebidanan , 2123.
Suradi, R. (2009). Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator. Sari Pediatri ,
2, 29-32.
Surasmi. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.
Ward, C. (2007). Prevalence of maternal smoking and environmental tobacco
smoke exposure during pregnancy and impact on birth weight:retrospective study
using Millennium Cohort. BMC Public Health , 7, 1-7.
27