Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) +


DEHIDRASI RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA +
CEREBRAL PALSY

OLEH:
WAN HESTI
NIM I11109088

PEMBIMBING:
Dr.Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp.A., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS KARTIKA HUSADA PONTIANAK
2016

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul:

GASTROENETERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) + DEHIDRASI


RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA ( ) + CEREBRAL PALSY ( )

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Mayor Ilmu Kesehatan Anak

Pontianak, Februari 2016

Pembimbing kasus,

Disusun oleh,

dr.Hilmi K.Riskawa, Sp.A., M.Kes

Wan Hesti
I11109088

LAPORAN KASUS
OLEH

: WAN HESTI

PEMBIMBING

: DR. HILMI KURNIAWAN RISKAWA, Sp.A, M.Kes

BULAN / TAHUN

: FEBRUARI/ 2016

GASTROENTERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) + DEHIDRASI


RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA (D64.9) + CEREBRAL PALSY (G89)

A. Identitas Pasien
A, anak laki-laki berusia 1 tahun 8 bulan dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit (RS)
Kartika Husada Kubu Raya no RM : 092122, selama 10 hari dari tanggal 2 Februari 2016
pukul 12.30 WIB sampai 12 Februari 2016 pukul 06.00 WIB.
B. Alloanamnesis pada Ibu Pasien pada tanggal 3 Februari 2016
Keluhan Utama

: Buang air besar cair

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). BAB mencapai > 10 kali dalam satu hari, kurang lebih
setengah gelas belimbing setiap BAB. BAB cair ini diserta lendir tetapi masih dengan
ampas, warna kuning kehijauan, bau khas seperti kotoran, tidak ada darah. Keluhan BAB
cair ini juga disertai dengan muntah dan demam, pasien muntah > 5 kali kurang lebih 1
gelas belimbing setiap muntahan. Muntahan, berisi makanan dan minuman. Demam pada
pasien timbul secara mendadak 2 hari SMRS, demam perlahan lahan tinggi, BAB pada
pasien juga tidak disertai ada gejala batuk, pilek, kejang dan penuruan kesadaran, oleh
ayah pasien kemudian diberikan obat sirup paracetamol, demam sempat turun, sedangkan
BAB cair pada pasien tidak berkurang, buang air kecil (BAK) terakhir pukul 06.00 WIB
pagi, Menurut ibu pasien, anaknya tampak kehausan, sehingga minum air putih dan susu
formula banyak, namun nafsu makan menurun dari biasanya. Keadaan pasien yang
terlihat semakin lama semakin rewel, sehingga ayah dan ibu pasien cemas dan membawa
pasien ke UGD rumah sakit tingkat II kartika husada

Sebelumnya pasien rutin fisioterpi di RSUD Soedarso karena psien mengalami


keterlambatan perkembangan. Pasien mulai fisioterapi umur 1 tahun, Ibu pasien
megatakan sebelum fisioteapi pasien tidak bisa merespon, tersenyum, bahkan bergerak,
lalu ibu pasien membawa ke RS soedarso dan di sarankan fisioterpi. Setelah 1 bulan rutin
fisioterapi (1 minggu 2 kali) pasien mengalami perubahan, pasien sudah bisa merespon
dan bergerak, bahkan di usia pasien 1,4 bulan pasien sudah bisa mengatakan papa,
Pasien juga sering kejang saat berusia 2 bulan, 8 bulan dan 1,1 tahun. Pasien belum
pernah mengalami BAB cair sebelumnya. Riwayat bersin-bersin pagi hari atau akibat
debu, nafas berbunyi mengi saat cuaca dingin, gatal-gatal saat minum obat tertentu atau
makan makanan tertentu seperti udang, ikan, cumi, dan telur disangkal. Tidak ada
keluarga yang mengalami keluhan yang sama sekarang maupun sebelumnya, riwayat
alergi disangkal, riwayat asma dan tuberkulosis (TBC) disangkal.
Pasien lahir dari ibu kandungnya dengan P1A0, pada usia cukup bulan, ditolong
oleh dokter spesialis obgyn secara operasi dan tidak langsung menangis berat badan lahir
2700 gram, panjang badan dan lingkar kepala ibu pasien tidak tahu. Warna air ketuban
ibu pasein juga tidak tahu. Diakui ibu saat persalinan ibu kesakitan lama dan bayi tidak
keluar dan akhirnya di lakukan operasi. Pasien mendapat imunisasi dasar lengkap . Pasien
mulai tumbuh gigi pertama saat berusia 9 bulan, tengkurap saat umur 1,6 bulan, duduk
belum bisa, berjalan belum bisa, dan mulai bicara mengucapkan pa-pa saat berusia 1,4
bulan.
Pasien hanya mendapat ASI sampai usia sekarang, pasien tidak pernah di berikan
susu formula, pasien juga mulai bisa makan PASI usia 1,5 bulan sampai sekarang
frekuensi makan 3 x sehari, sebelumnya ibu pasien sudah mencoba memberikan PASI
paa usia 1 tahun tetapi pasien tidak bisa menelan dan di muntahkan. Kebiasaan minum air
putih 1gelas sehari di suapin meggunakan sendok. Ibu pasien mengaku botol susu
biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih dan tidak
meggunakan alat pencuci botol.
Pasien anak pertama dan tinggal serumah dengan orang tua, dan neneknya. Ayah
pasien bekerja diperusahaan sawit di wajok ibu pasien ibu rumah tangga. Lingkungan
rumah pasien memiliki kakus sendiri dirumah yang tertutup dan menggunakan air
sungai , air minum menggunakan air hujan yang dimasak. Ibu mengaku suhu tubuh

pasien sering panas jika sudah siang hari setiap hari, dan ibu pasien juga mengaku kaki
dan tangan kiri pasien sering kaku dibandingkan yang kanan.
Pemeriksaan fisik :

Keadaan Umum

: Sakit sedang, tampak lemah

Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda Vital

Suhu

: 37,6 oC

Nadi

: 110 x/menit

Pernapasan

: 30x/menit

Status Antropometri (WCGS, 2007)


-

Berat badan
Berat badan sehat
Panjang badan
Berat badan/umur
Panjang badan/umur
Berat/Panjang badan
Status gizi

: 7,8 kg
: - kg
: 83 cm
: 0 SD s.d -1 SD
: 0 SD s.d -1 SD
: 0 SD s.d -1 SD
: Buruk

Status Generalis
Kepala

Bentuk

: Normosepal.

Mata

: kelopak mata cekung, konjungtiva anemis (+), sklera tidak

ikterik, air mata tidak keluar

Hidung

: tidak ada sekret, tidak ada keluar darah,

Telinga

: tidak ada secret sekret , tidak ada serumen

Mulut

: Mukosa mulut dan lidah masih basah

Leher

: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening

Thorax

Pulmo

Inspeksi

: Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada

bekas luka, tidak ada benjolan,

Palpasi

: fremitus taktil dalam batas normal

Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan,

tidak terdengar suara ronkhi dan wheezing.

Cor

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di interkostal 4 linea midklavikula

sinistra.

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak

ada gallop.
Abdomen

Inspeksi

: Supel, datar.

Auskultasi

: Bising usus meningkat (+)

Palpasi

: Tidak ada Nyeri pada epigastrium, turgor kulit melambat

Perkusi

: Timpani pada keempat kuadran abdomen

Ekstremitas :

Akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

10.200/mm
4,39/juta
8,8 g/dl
28,8 %
295.000/mm3

Nilai Normal
4000-12.000/mm3
3,5-5,5 juta/ mm3
11,5-14,5 g/dl
33-43%
150.000-400.000 /mm3

MCV

65,7 fl

75,0 -100,0 fl

MCH

20,2 fl

25,0-35,0 fl

MCHC
%Limfosit
%Granulosit

30,7 fl
56,0%
31,0%

31,0 -38,0 fl
15-50%
35-80%

Diagnosis banding

Gastroeneteritis akut ec non disentriform + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec

defesiensi Fe, infeksi + Cerebral Palsy


Gastroenteritis akut ec disentriform + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec
Defesiensi Fe, Infeksi + Cerebral Palsy

Gastroenteritis akut ec parasit

Defensiensi Fe, Infeksi + Cerebral Palsy


Gastroenteritis akut ec amoeba + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec

+ dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec

Defesiensi Fe, Infeksi + Cerebral Palsy


Diagnosa Kerja
Gastroenteritis akut + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec defesiensi Fe +
Cerebral Palsy
Penatalaksanaan:
Nonmedikamentosa:
Menghindari transmisi fecal oral
Medikamentosa :

Infus ringer laktat 60 tetes per menit (tpm) mikro

Infus Paracetamol 3 x 100 mg

Injeksi Ampicilin 4 x 400 mg

Injeksi Ondansetron 3 x 1,5 mg

Injeksi Ranitidine 2 x 10 mg

Zinc sirup 1 x 1 cth per oral

Probiotik1x1 sachet per oral

C. Pemantuan
Senin / 4 Januari 2016 (perawatan hari ke-2, hari sakit ke-3, dirawat di ruang biasa)
S : BAB cair masih sering ,frekuensi 9 kali dalam satu hari, konsistensi masih cair
tapi ada ampas, lendir (+) darah (-) warna kehijauan , ayah pasien mengaku BAB nya
ada warna kemerahan, mual (+), muntah (+) 3 kali air, demam (+) saat malam, batuk
(-), pilek (-). Nafsu makan pasien masih menurun, minum air putih dan minum susu
masih mau.
O : keadaan umum: tampak sakit sedang
HR : 110 x/m, RR: 30x/m, T: 38 C, BB: 10,6 kg (BB sakit: 10 kg)
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata masih tampak cekung, air mata masih ada
Mulut
: mukosa bibir dan lidah basah
Abdomen : supel, datar, bising usus meningkat, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : terdapat ruam eritem disekitar tepi anus
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2

A:
Gastroenteritis non disentriform + dehidrasi ringan/sedang
Gastroenteritis disentriform + dehidrasi ringan/sedang
Kolera + dehidrasi ringan/sedang
P:
- Infus Ringer Laktat 60 tpm mikro
- Injeksi Ampicilin 4x500 mg
- Injeksi Ondansentron 3x1 mg
- Injeksi Ranitidine 2x10 mg
- Injeki Paracetamol 3x100 mg
- Zinc kid sirup 1x1 cth
- Probiotik 1x1 sachet
- Ganti susu low lactose milk plus (LLM plus)
- Observasi tanda dehidrasi
Saran cek feses pada pasien
Hasil pemeriksaan feses Tgl 4/1/2016
Makroskopi

Mikroskopi

Warna : kuning kehijauan

Leukosit : (+) 4-6

/lpb

Konsistensi : lembek

Eritrosit : (+) 1-2

/lpb

Amoeba : (-)

/lpb

Darah : (-)
Lendir : (+)

Telur cacing : Ascaris : (-)

Nanah : (-)

Ancy/necator : (-)

Parasit : (-)

Trichuris : (-)

Bau : biasa

Oxyuris : (-)

Selasa / 5 Januari 2016 (perawatan hari ke-3, hari sakit ke-4, dirawat di ruang biasa)
S : Buang air besar cair berkurang, frekuensi BAB hanya 6 kali dalam satu hari,
konsistensi masih cair tapi ada ampas sedikit, lendir (-) , makan dan minum mau,
muntah disangkal, demam disangkal.
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 100x/m, RR: 24x/m, T: 36,8 C, BB: 10,6 kg (BB sakit 10 kg)
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus meningkat, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat

Perianal : ruam eritem berkurang


Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec viral infection + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 60 tpm mikro
- Injeksi Cefotaxime 3x500 mg
- Injeksi Ondansentron 3x2 mg
- Injeksi Ranitidine 2x10mg
- Zinc kid sirup 1x1 cth
- Probiotik 1x1 sachet
- Observasi tanda dehidrasi
Rabu / 6 Januari 2016 (perawatan hari ke-4, hari sakit ke-5, dirawat di ruang biasa)
S : BAB cair sudah berkurang, frekuensi 4 kali dalam satu hari, konsistensi lembek
dan banyak ampas,lendir (-), tidak ada muntah dan demam, tidak ada batuk dan pilek.
Pasien sudah mau makan, minum air putih banyak namun minum susu masih kurang
dibanding biasanya.
O : keadaan umum: sakit sedang
HR: 142 x/m, RR: 24x/m, T: 36,3 C, BB: 10,6 kg (BB sakit: 10,3 kg)
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata masih banyak
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak lembab
Abdomen : supel, datar, bising usus baik, tidak nyeri tekan , turgor kulit kembali
cepat
Perianal : tidak terdapat ruam eritem
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus lepas ganti terapi oral
- Cefixime sirup 3x1cth
- Paracetamol sirup 3x1cth
- Zinc kid sirup 1x1 cth
- Probiotik 1x1 sachet
- Obs tanda dehidrasi 1 hari lagi
Kamis / 7 Januari 2016 (perawatan hari ke-5, hari sakit ke-6, dirawat di ruang biasa)
S : Buang air besar cair berkurang, frekuensi BAB hanya 2 kali dalam satu hari,
konsistensi sudah mulai padat, makan dan minum mau, tidak ada muntah dan demam
O : Keadaan umum: baik
HR: 100x/m, RR: 24x/m, T: 36,8 C, BB: 10,6 kg (BB sakit 10,5 kg)
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata masih ada
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah

Abdomen : supel, datar, bising usus baik, biasa, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal :tidak terdapat ruam eritem
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : diare akut ec viral infection + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Cefixime sirup 3x1cth
- Paracetamol sirup 3x1cth
- Zinc kid sirup 1x1 cth
- Probiotik 1x1 sachet
- Pasien BLPL
Diberikan terapi oral :
Cefixime sirup 3x1cth
Paracetamol sirup 3x1cth
Probiotik 1x1sachet
Zinc kid sirup 1x2cth
Prognosis

Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanactionam

: ad Bonam
: ad Bonam
: ad malam

E. RESUME:
An. A usia 1 thn 10 bulan, diare sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. diare
10x/hari, diare cair ini diserta lendir tetapi masih dengan ampas, warna kuning
kehijauan terkadang juga berwarna hitam, bau biasa, tidak ada darah, Keluhan diare
ini juga disertai dengan nausea, vomitus dan anorexia namun pasien masih mampu
minum dan tampak kehausan. Pasien juga mengeluhkan febris yang timbul mendadak
1 hari SMRS. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sakit sedang, tampak
rewel, kelopak mata cekung, mukosa bibir masih basah, turgor kulit melambat, bising
usus meningkat dan didapatkan defisit kehilangan cairan sebesar 6 persen. Pada
pemeriksaan antropometri didapatkan status gizi baik. Hasil pemeriksaan darah
didapatkan dalam batas normal. Hasil pemeriksaan feses didapatkan lendir dan
leukosit, Keadaan pasien selama perawatan semakin membaik. Pasien didiagnosis
menderita gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringan/sedang. Selama
dirawat 5 hari, pasien mendapat terapi Rehidrasi dengan infus RL, antibiotik,
antipiretik, antiemetik, antagonis reseptor histamin H2, zinc, probiotik. Pasien

menunjukkan perbaikan, dan pasien boleh pulang, lanjut rawat jalan dengan
membawa surat kontrol ke poli.
BAB II
PEMBAHASAN
Permasalahan pada kasus ini adalah penegakan diagnosis, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis. Pada pasien an. A, usia 1 tahun 10 bulan ini didiagnosis gastroenteritis
ditandai dengan gejala utamanya yaitu diare, muntah, mual dan kadang disertai demam
dan nyeri abdomen akut. Gastroenteritis atau diare akut yang mana diketahui diare akut
adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari 1 minggu. Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada anak dengan
diare akut adalah keadaan umum gelisah atau cengeng atau lemah, letargi atau koma, rasa
haus, turgor kulit abdomen menurun atau melambat. Tanda tambahan berupa tanda-tanda
dehidrasi seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata berkurang, mukosa
mulut dan bibir kering.1
Pada anak ini diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir
dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri
seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta
mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare
disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar
tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada anak ini didapatkan BAB cair terdapat lendir tanpa darah sehingga
pasien dicurigai karena ada rangsangan atau radang pada dinding usus yang
menyebabkan lendir pada pasien9, serta keluhan abdomen juga minimal, sehingga pasien
ini dapat di katakan sebagai gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringansedang. Pada pasien ini tinja tidak mengandung darah sehingga diagnosis disentri dengan
penyebab diare berdarah lainnya dapat disingkirkan2,3,4

Pada anak ini juga didiagnosis banding dengan kolera yang mana diketahui bahwa
kolera didiagnosis karena sebagian besar infeksi disebabkan V.cholerae ini asimptomatik
atau terjadi diare ringan dan pasien tetap ambulatoir. Masa inkubasi selama 1-4 hari
sampai timbul gejala, gejala kolera yang khas dimulai dengan munculnya diare yang
encer dan berlimpah, tanpa didahului oleh rasa mulas dan tanpa adanya tenesmus, kram
perut. Dalam waktu yang singkat tinja yang semula berwarna dan berbau feses berubah
menjadi cairan putih keruh yang mirip air cucian beras ( rice water stool ). Cairan ini
mengandung mukus, sel epitel dan sejumlah besar vibrio. Muntah timbul kemudian
setelah diare diikuti gejala mual. Penderita akan kehilangan cairan dan elektrolit dengan
cepat yang dapat mengarah pada dehidrasi dan syok. Diagnosis laboratorium dimana
dilakukan pemeriksaan kultur, pemeriksaan mukus atau tinja dan muntahan, serta uji
spesifik yang mana pemeriksaan ini semua tidak bisa dilakukan karena pemeriksaan ini
tidak ditanggung oleh BPJS. Pada anak ini tidak muncul gejala seperti kolera sehingga
diagnosis kolera disingkirkan.
Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium,
kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila
hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga timbullah
kekurangan cairan dan elektrolit5. Pada anak ini pemeriksaan untuk mengetahui
elektrolitnya tidak dilakukan dikarenakan kondisi ekonomi pasien yang menengah bawah
serta pasien ditanggung BPJS golongan kelas 3 yang tidak ditanggung oleh BPJS.
Pada pasien anak ini didapatkan keluhan demam sebelum pasien dirawat di RS.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas
badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Pada pasien juga
didapatkan mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan tetapi muntah
mungkin disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna bagian atas
seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,

Giardia, dan

Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya
penderita tidak panas atau hanya subfebris, nyeri perut periumbilikal tidak berat, watery
diare, menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terkena. Oleh karena pasien
immunocompromise

memerlukan

perhatian

khusus,

informasi

tentang

adanya

imunodefisiensi atau penyakit kronis sangat penting, sehingga pada pasien diberikan
paracetamol untuk mengatasi demam yang cukup tinggi. Diberikan paracetamol secara
IV dengan dosis 10-15 mg/kgBB.
Pada anak ini diberikan antibiotik ampicillin dan cefotaxime dimana keduanya
biasa digunakan untuk mengobati infeksi dari E. Coli yang merupakan salah satu bakteri
patogen penyebab diare, selain itu ampicillin dapat digunakan pada bakteri E. Faecalis
dan Streptococcus grup B dan cefotaxime dapat digunakan juga untuk pencegahan infeksi
nosokomial. Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut
karena sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited
dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC (Entero
Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang pada umumnya baru
diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan baru datang setelah diare
berhenti10
Pada anak ini untuk mengurangi lama dan beratnya diare serta mengembalikan ,
nafsu makan anak, diberikan zinc yang mana penggunaan zinc ini memang popular
beberapa tahun terakhir karena memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian
telah membuktikannya pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari
ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut,
ditemukan bahwa pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan
durasi dan jumlah tinja/cairan yang dikeluarkan.2,6
Pengobatan zinc yang mana zinc pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan
elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan
jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat
pembersihan patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negaranegara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya
kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya
imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi dan volume
buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosis zinc untuk anak-anak:

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari


Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari
diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau
oralit.
Pada anak ini didapatkan gejala berupa muntah setiap makan dan minum. Hal ini
harus segera diatasi karena dikhawatirkan dehidrasi pada anak akan semakin berat karena
kurangnya asupan cairan dan nutrisi sehingga diperlukan obat yang dapat mengurangi
muntah, sehingga pada pasien diberikan ondansentron yang merupakan antagonis
serotonin selektif

yang merupakan anti emesis yang kuat dengan melawan refleks

muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ yang disebabkan oleh serotonin. Pada pasien
juga diberikan ranitidin untuk membantu pengendalian muntah yang diakibatkan oleh
asam lambung dimana ranitidin merupakan antagonis H2-reseptor yang secara selektif
menempati reseptor histamin H2 di permukaan sel-sel parietal sehingga sekresi asam
lambung dan pepsin sangat dikurangi.
Pada anak ini diberikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila
dikonsumsi dalam jumlah yang adekuat sebagai bagian dari makanan akan memberikan
dampak menguntungkan pada kesehatan pejamu. Mekanisme kerja probiotik adalah
berkompetisi untuk berlekatan pada enterosit usus, sehingga enterosit yang telah jenuh
dengan probiotik tidak dapat lagi berlekatan dengan bakteri lain sehingga menghambat
pertumbuhan kuman patogen selain berkompetisi dengan patogen untuk mendapatkan
tempat dan nutrisi. Probiotik juga menghasilkan substansi anti mikroba seperti asam
organik (laktat dan asetat), bakteriosin, reuterin, H 2O2 dan enzim saluran cerna. Pengaruh
probiotik terhadap sistem imunitas non spesifik adalah meningkatkan produksi musin,
aktivitas sel natural killer (NK), aktivasi makrofag dan fagositosis. Probiotik juga
mempengaruhi imunitas spesifik dengan meningkatkan produksi sitokin, seperti IL-2, IL6, TNF-, dan kadar sIgA. Dosis yang efektif pada diare akut adalah >1010 cfu/hari dan
sangat efektif jika diberikan pada awal terjadinya diare (<48 jam), dengan rerata lama
pemberian probiotik 5 hari.7,8

Pada pasien anak ini tanda yang menunjukan derajat dehidrasi ringan-sedang
adalah keadaan umum lemah, rewel, mata cekung, mukosa bibir tampak kering, turgor
kulit agak melambat, dan pasien tampak kehausan dan minum banyak. Manifestasi defisit
volume larutan adalah kehilangan berat badan (% berat badan); defisit volume larutan
ringan (2%); defisit volume larutan sedang (5-10%); defisit volume larutan berat (>10%).
Pada pasien ini terjadi defisit cairan hingga 6%. Oleh karena itu, pasien ini tergolong ke
dalam dehidrasi ringan/sedang. Penanganan defisit volume larutan adalah mengganti
larutan. Biasanya larutan elektrolit isotonik dipakai untuk mengganti larutan yang
hilang.5 Pada pasien ini diberikan Rehidrasi dengan infus Ringer Laktat. Pada anak
didapatkan defisit 6% sehingga diberikan cairan dengan kecepatan 6 cc/kgBB/jam dan
didapatkan pemberian dengan kecepatan 60 tpm mikro.
Pada anak ini komplikasi yang juga sering terjadi akibat diare adalah kehilangan
cairan dari tubuh atau yang disebut dengan dehidrasi, selain dehidrasi diare juga dapat
menimbulkan muntah, apabila pencegahan tidak secepatnya dilakukan komplikasi
terberat yaitu kematian. Penangan komplikasi seperti kondisi takutnya terjadi gangguan
elektrolit bisa diatasi dengan pemberian cairan infus ringer laktat, meskipun pemeriksaan
elektrolit belum dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan elektrolit dari
diare dan muntah yang terjadi11
Angka kesakitan dan kematian pada diare gastroenteritis akut non disentriform +
dehidrasi ringan/sedang dapat dikatakan tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan
diare akut dengan dehidrasi berat. Di laboratorium ilmu kesehatan anak RSUD
Dr.Soetomo pada tahun 1999 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan
dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1% dan dehidrasi berat 23%.

Angka

kekambuhan bergantung pada tingkat hygiene pasien dimana peran orang tua dalam
mengawasi pola makan dan kebersihan makanan anak sangat berpengaruh. Pada anak ini
prognosis secara vitam dan fungsionam adalah ad bonam sedangkan sanationam ad
malam11,12,
Pada anak ini di simpulkan diagnosis akhir pasien didiagnosis menderita
gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringan-sedang. Selama dirawat 5 hari,
pasien mendapat terapi Rehidrasi dengan infus RL, antibiotik, antipiretik, antiemetik,

antagonis reseptor histamin H2, zinc, probiotik. Pasien menunjukkan perbaikan, dan
pasien boleh pulang, lanjut rawat jalan dengan membawa surat kontrol ke poli.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. h.
183-8.
2. Subagyo, Bambang dan Nurtjhajo Budi Santoso, Diare Akut, Buku Ajar
Gastroenterologi Hepatologi. Jilid 1. Jakarta. UKK Gastroenterologi Hepatologi
IDAI. 2009. Hal 142 - 152.
3. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry
NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68.

4. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New
York: Lange Medical Books, 2003. 131 - 50.
5. World Health Organization Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, 2005, hal 131
6. Artama, W Dharma et al., Peran Suplementasi Mineral Mikro Seng Terhadap
Kesembuhan Diare, Sari Pediatri, Vol.7, No.1, 2005: 15-18
7. Alasiry, Ema; Nassir Abbas, dan Dasril Daud, Khasiat Klinik Pemberian Probiotik
pada Diare Akut nonspesifik Bayi dan Anak. Sari Pediatri, Vol.8, No.3, 2007: 3641
8. Shinta, Ken; Hartantyo, dan Noor Wijayahadi, Pengaruh Probiotik pada Diare
Akut: Penelitian dengan 3 preparat probiotik, Sari Pediatri, 2011;13(2):89-95
9. Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V,
Lippincott Philadelphia, New York, 1998; 254-276.
10. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,
Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 446.
11. Berhman RE, Kliegman, Jenson. Gastroenteritis dalam Nelson Text book of
Pediatrics 17th Edition. W.B Saunders Company, Philadelphia. 2004
12. Hardiono P, Hadinegoro SR, Fimanda D, dkk. Standar Pelayanan Medis

Kesehatan Anak. IDAI. Edisi: 1. Jakarta: 2004.

Anda mungkin juga menyukai