Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) + DEHIDRASI


RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA (D64.9) + CEREBRAL PALSY (G89)

OLEH:
WAN HESTI
NIM I11109088

PEMBIMBING:
Dr.Hilmi Kurniawan Riskawa, Sp.A., M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RS KARTIKA HUSADA PONTIANAK
2016

LEMBAR PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Kasus dengan judul:

GASTROENETERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) + DEHIDRASI


RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA (D64.9) + CEREBRAL PALSY (G89)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Kepaniteraan Klinik Mayor Ilmu Kesehatan Anak

Pontianak, Februari 2016

Pembimbing kasus,

Disusun oleh,

dr.Hilmi K.Riskawa, Sp.A., M.Kes

Wan Hesti
I11109088

LAPORAN KASUS
OLEH

: WAN HESTI

PEMBIMBING

: DR. HILMI KURNIAWAN RISKAWA, Sp.A, M.Kes

BULAN / TAHUN

: FEBRUARI/ 2016

GASTROENTERITIS AKUT NON DISENTRIFORM (A09) + DEHIDRASI


RINGAN/SEDANG (E86) + ANEMIA (D64.9) + CEREBRAL PALSY (G89)

A. Identitas Pasien
A, anak laki-laki berusia 1 tahun 8 bulan dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit (RS)
Kartika Husada Kubu Raya no RM : 092122, selama 10 hari dari tanggal 2 Februari 2016
pukul 12.30 WIB sampai 11 Februari 2016 pukul 06.00 WIB.
B. Alloanamnesis pada Ibu Pasien pada tanggal 3 Februari 2016
Keluhan Utama

: Buang air besar cair

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan buang air besar (BAB) cair sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit (SMRS). BAB mencapai > 10 kali dalam satu hari, setengah gelas
belimbing setiap BAB. BAB cair ini diserta lendir tetapi masih dengan ampas, warna
kuning kehijauan, bau khas seperti kotoran, tidak ada darah. Keluhan BAB cair ini juga
disertai dengan muntah dan demam, pasien muntah > 5 kali kurang lebih 1 gelas
belimbing setiap muntahan. Muntahan, berisi makanan dan minuman. Demam pada
pasien timbul secara mendadak tinggi 2 hari SMRS, demam naik turun , BAB pada
pasien juga tidak disertai ada gejala batuk, pilek, kejang dan penuruan kesadaran, oleh
Ibu pasien kemudian diberikan obat sirup paracetamol, demam sempat turun, sedangkan
BAB cair pada pasien tidak berkurang, buang air kecil (BAK) terakhir pukul 06.00 WIB
pagi 4 jam SMRS, Menurut ibu pasien, anaknya tampak kehausan, sehingga minum air
putih dan ASI banyak, namun nafsu makan menurun dari biasanya. Keadaan pasien yang
terlihat semakin lama semakin rewel dan lemah, sehingga ayah dan ibu pasien cemas dan
membawa pasien ke UGD rumah sakit tingkat II kartika husada
Sebelumnya pasien rutin fisioterpi di RSUD Soedarso karena menurut orang tua
pasien mengalami keterlambatan perkembangan. Pasien mulai fisioterapi umur 1 tahun,

Ibu pasien mengatakan sebelum fisioterapi pasien tidak bisa merespon, tersenyum,
bahkan bergerak, pasien tampak lemah dan lemah, lalu ibu pasien membawa ke RS
soedarso dikatakan pasien mengalami gangguan di otak pada saat dilahirkan dan di
sarankan fisioterpi. Setelah 1 bulan rutin fisioterapi (1 minggu 1 kali) pasien mengalami
perubahan, 1 bulan setelah fisioterapi pasien sudah bisa berespon dan bergerak, di usia
pasien 1,3 tahun pasien bisa mengangkat kepala, umur 1,5 tahun, pasien sudah bisa
bubling, umur 1,6 tahun tengkurap, sampai saat ini pasien belum bisa berguling, merayap,
duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Penurut ibu, pasien sering mengalami kejang,
saat berusia 2 bulan, 8 bulan dan 1,1 tahun. Kejang biasanya di dahului demam.
Keseharian pasien ibu pasien mengatakan bahwa suhu tubuh pasien sering naik turun,
dalam 1 hari bisa panas 2 kali siang dan malam hari, tetapi suhu tubuhnya turun sendiri
tanpa di berikan penurun panas. Pasien belum pernah mengalami BAB cair sebelumnya.
Riwayat bersin-bersin pagi hari atau akibat debu, nafas berbunyi mengi saat cuaca dingin,
gatal-gatal saat minum obat tertentu atau makan makanan tertentu seperti udang, ikan,
cumi, dan telur disangkal. Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
sekarang maupun sebelumnya, riwayat alergi disangkal, riwayat asma dan tuberkulosis
(TBC) disangkal.
Pasien lahir dari ibu kandungnya usia 23 tahun dengan P1A0, pada usia cukup
bulan, ditolong oleh dokter spesialis obgyn secara operasi dan tidak langsung menangis,
berat badan lahir 2700 gram, panjang badan dan lingkar kepala ibu pasien tidak tahu.
Warna air ketuban ibu pasein juga tidak tahu. Diakui saat persalinan ibu kesakitan lama
dan bayi tidak keluar dan akhirnya di lakukan operasi. Pasien mendapat imunisasi dasar
lengkap . Pasien mulai tumbuh gigi pertama saat berusia 9 bulan, tengkurap saat umur 1,6
bulan, duduk belum bisa, berjalan belum bisa, dan mulai bicara mengucapkan pa-pa saat
berusia 1,4 bulan. Pada kehamilan pasien rutin memeriksa kandungannya ke bidan sejak
umur kandungan 1 bulan, pada saat hamil ibu pasien mengaku sering sakit-sakitan
demam batuk dan pilek sejak usia kandungan >6 bulan, jatuh (-), perdarahan (-).
Pasien hanya mendapat ASI sampai usia sekarang, pasien tidak pernah di berikan
susu formula, pasien juga mulai bisa makan MPASI usia 1,5 bulan sampai sekarang
frekuensi makan 3 x sehari, sebelumnya ibu pasien sudah mencoba memberikan MPASI
pada usia 1 tahun tetapi pasien tidak bisa menelan dan di muntahkan. Kebiasaan minum

air putih 1gelas sehari di suapin meggunakan sendok. Ibu pasien mengaku botol susu
biasanya hanya dicuci dengan menggunakan air biasa bukan air mendidih dan tidak
meggunakan alat pencuci botol. Pasien mengangkat kepala umur 1,3 tahun,
Pasien anak pertama dan tinggal serumah dengan orang tua, dan neneknya. Ayah
pasien bekerja diperusahaan karet di wajok ibu pasien ibu rumah tangga. Lingkungan
rumah pasien memiliki kakus sendiri dirumah yang tertutup dan menggunakan air
sungai , air minum menggunakan air hujan yang dimasak
Pemeriksaan fisik :

Keadaan Umum

: Sakit sedang, tampak lemah

Kesadaran

: Kompos mentis

Tanda Vital

Suhu

: 37,6 oC

Nadi

: 110 x/menit

Pernapasan

: 30x/menit

Status Antropometri (WCGS, 2007)


-

Berat badan
Berat badan sehat
Panjang badan
Berat badan/umur
Panjang badan/umur
Berat/Panjang badan
Lingkar kepala
Status gizi

: 7,8 kg
: - kg
: 83 cm
: <-3 SD
: -0 SD s.d -2 SD
: < -3
: 39 cm <-3 SD
: Buruk

Status Generalis
Kepala

Bentuk

: Normocephal.

Mata

: kelopak mata cekung (+/+), konjungtiva anemis (+), sklera tidak

ikterik, air mata tidak keluar

Hidung

: tidak ada sekret, tidak ada keluar darah,

Telinga

: tidak ada secret sekret , tidak ada serumen

Mulut

: Mukosa mulut dan lidah masih basah

Leher

: Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening

Thorax

Pulmo

Inspeksi

: Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada

bekas luka, tidak ada benjolan,

Palpasi

: fremitus taktil dalam batas normal

Perkusi

: Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan

Auskultasi

: Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan,

tidak terdengar suara ronkhi dan wheezing.

Cor

Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di interkostal 4 linea midklavikula

sinistra.

Auskultasi

: Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur, tidak

ada gallop.
Abdomen

Inspeksi

: Supel, datar.

Auskultasi

: Bising usus meningkat (+) meningkat

Palpasi

: Tidak ada Nyeri pada epigastrium, turgor kulit melambat

Perkusi

: Timpani pada keempat kuadran abdomen

Ekstremitas :

Akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2

Status Neurologis :
o Refleks Fisiologis

ekstremitas kanan (+) normal, ekstremitas kiri (+)

meningkat
o Refleks Patologis : Babinski (+)
o Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk (-),

Brudzinski 1 dan 2 (-)


o Pemeriksaan Khusus
a.

Inspeksi (pada posisi terlentang di kasur)


-

Bentuk fisik : kepala nampak kecil tidak sesuai dengan proporsi tubuh dan
usia, retraksi shoulder, elbow fleksi, tangan menggenggam, hip semifleksi dan
adduksi, knee semifleksi dan ankle plantar fleksi.

b.

Pola gerakan : lambat tetapi tiba-tiba cepat dan dan kaku


Palpasi
Tonus Postural : tinggi

c.

Movement
Terlentang (diposisikan terlentang)
-

Retraksi shoulder

Kedua elbow fleksi

Jari-jari tangan menggenggam

Hiperekstensi trunk

Kedua hip semifleksi dan adduksi

Kedua knee semifleksi

Kedua ankle plantar fleksi

Jari-jari kaki fleksi

Merangkak (tidak bisa merangkak, diposisikan merangkak)


-

Ankle plantar fleksi

Berdiri (tidak bisa berdiri, diposisikan berdiri)


-

Fiksasi pada hip

Shoulder retraksi

Elbow fleksi

Jari-jari tangan menggenggam

Hip adduksi dan semifleksi

Knee semifleksi

Ankle plantar fleksi

Berjalan (tidak bisa berjalan, diposisikan berjalan)

d.

Fiksasi pada hip

Stimulasi pada hip namun tidak ada reaksi melangkah

Pemeriksaan Tonus

Inspeksi
elbow

: (posisi terlentang) anak terlihat spastis dengan ciri-ciri


flexi,

plantar

flexi

wrist,

tangan

mengenggam,

hip

semifleksi,adduksi,dan endorotasi, lutut semifleksi, ankle plantar fleksi


dan saat melakukan gerakan ada tremor di tungkai kanan.

Palpasi : tonus postural tinggi pada ekstremitas kiri

Movement

Pemeriksaan Spastisitas: Asworth Scale


Sendi elbow dextra dan sinistra : nilai 2
Sendi knee dextra dan sinistra : nilai 2
Keterangan : nilai 2 artinya peningkatan tonus hampir nyata di seluruh
LGS, ada tahanan saat awal hingga akhir gerakan, masih bisa digerakkan ,
full ROM.

e.

Tes Khusus
1

Pemeriksaan 7 Refleks Primitif


-

ATNR(-)

= 0 (normal)

STNR(-)

= 0 (normal)

Moro(-)

= 1 (normal)

Ekstensor Thrust(-)

= 0 (normal)

Neck Righting(-)

= 0 (normal)

Parachute(-)

= 1 (abnormal)

Foot Placement(-)

= 1 (abnormal)

Total Score

Keterangan : total score 2 (abnormal>2)


Prognosis berjalan
2

: masih ada kemungkinan bisa berjalan

Pemeriksaan Fungsi bermain

- Visus : melihat mainan (+)


- Auditory : mengikuti sumber bunyi (+)
- meraih mainan (+)
- menggenggam mainan (+)
- melepas mainan (-)
- memainkan mainan (-)
3

Pemeriksaan Biopsikososial
Kognitif

:Os belum mampu berkomunikasi


Interpersonal :Os mampu berinteraksi dengan terapis dan
mampu berinteraksi dengan ibunya

Intrapersonal

:Os mampu berinteraksi dengan lingkungan

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 02/02/2016
Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

10.200/mm3
4,39/juta
8,8 g/dl
28,8 %
295.000/mm3

Nilai Normal
4000-12.000/mm3
3,5-5,5 juta/ mm3
11,5-14,5 g/dl
33-43%
150.000-400.000 /mm3

MCV

65,7 fl

75,0 -100,0 fl

MCH

20,2 fl

25,0-35,0 fl

MCHC

30,7 fl

31,0 -38,0 fl

%Limfosit
%Granulosit

56,0%
31,0%

15-50%
35-80%

Diagnosis banding
-Gastroeneteritis Akut ec non disentriform, rotavirus, dosentriform, parasit, amoeba,
intoleransi lactose + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec defisiensi Fe, infeksi +
Cerebral Palsy
Diagnosa Kerja
-Gastroenteritis akut + dehidrasi ringan/sedang + Anemia ec defisiensi Fe + Cerebral
Palsy
Penatalaksanaan:
Nonmedikamentosa:
-Menghindari transmisi fecal oral
-Memperbanyak konsumsi air
-fisioterapi
Medikamentosa :

Infus ringer laktat 40 tetes per menit (tpm) mikro

Infus Paracetamol 3 x 100 mg iv

Injeksi Ampicilin 4 x 400 mg iv

Injeksi Ondansetron 3 x 1,5 mg iv

Injeksi Ranitidine 2 x 10 mg iv

P.O

Zinc sirup 1 x 1 cth per oral

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

C. Pemantuan
Selasa / 2 februari 2016 (perawatan hari ke-1, hari sakit ke-5, dirawat di ruang
Dahlia )

S : BAB cair (+), malam 9 kali pagi 4 kali konsistensi masih cair tapi ada ampas,
lendir (+) darah (-) warna kuning kehijauan , mual (+), muntah (-), demam (+), batuk
(-), pilek (-). Nafsu makan pasien masih menurun, minum air putih dan minum susu
masih mau.
O : keadaan umum: tampak sakit sedang
HR : 100 x/m, RR: 24x/m, T: 38,5 C, BB: 7,8 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata masih tampak cekung, air mata masih ada
Mulut
: mukosa bibir dan lidah basah
Abdomen : supel, datar, bising usus meningkat, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem (-)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A:
-Gastroenteritis non disentriform + dehidrasi ringan/sedang + anemia + CP
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
- Injeksi Ampicilin 4x400 mg
- Injeki Paracetamol 3x100 mg
-

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Tambahan :
-

Cek feses rutin

Fisioterapi lanjut

Hasil pemeriksaan feses Tgl 03/02/2016


Makroskopi

Mikroskopi

Warna : kuning muda

Leukosit : (+) 1-2 /lpb

Konsistensi : cair
Darah : (-)
Lendir : (+)

Eritrosit : (+) 0-1 /lpb


Amoeba : (-)

/lpb

Telur cacing : Ascaris : (-)

Nanah : (-)

Ancy/necator : (-)

Parasit : (-)

Trichuris : (-)

Bau : biasa

Oxyuris : (-)

Rabu / 3 februari 2016 (perawatan hari ke-2, hari sakit ke-6, dirawat di ruang
Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)
S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 5 kali malam, 7 kali pagi, konsistensi
masih cair tapi ampas (-), lendir (+) , makan berkurang, minum kuat, muntah (+) > 5
kali isi air dan makanan, demam (+).
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 108x/m, RR: 26x/m, T: 38,8 C, BB: 7,9kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus meningkat, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem (-)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec non disentri + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
- Injeksi Ampicilin 4x400 mg
- Injeki Paracetamol 3x100 mg
-

Injeksi ondansentron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2 x 1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral


Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

Injeksi metronidazole loading dose 120 mg lanjut 3 x 60 mg

Periksa ulang DL , Widal

Laboratorium tanggal 04/02/2016


Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

6. 900/mm3
3,61/juta
7,3 g/dl
23,0 %
124.000/mm3

Nilai Normal
4000-12.000/mm3
3,5-5,5 juta/ mm3
11,5-14,5 g/dl
33-43%
150.000-400.000 /mm3

MCV

63,7 fl

75,0 -100,0 fl

MCH

20,2 fl

25,0-35,0 fl

MCHC
%Limfosit
%Granulosit

31,7 fl
58,0%
33,0%

31,0 -38,0 fl
15-50%
35-80%

Widal H

(+) 1/200

Widal O

(+) 1/100

Kamis

/ 4 februari 2016 (perawatan hari ke-3, hari sakit ke-6, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 3kali malam, 2 kali pagi, konsistensi
masih cair tapi ada ampas sedikit, lendir (+) , makan berkurang, minum kuat, muntah
(+) > 3 kali isi air dan makanan, demam (+), kemerahan di selangkangan (+)
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 100x/m, RR: 24x/m, T: 38,4 C, BB: 7,9kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus meningkat, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec non disentri + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
- Injeksi Ampicilin 4x400 mg
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral


Fisioterpi lanjut
Tambahan :

Jumat

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue


/ 5 februari 2016 (perawatan hari ke-4, hari sakit ke-7, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 1 kali malam, 1 kali pagi, konsistensi
masih cair tapi ada ampas sedikit, lendir (-) , makan berkurang, minum kuat, muntah
(-) , demam (+), kemerahan di selangkangan (+)
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 98x/m, RR: 26x/m, T: 37,9 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
- Injeksi Ampicilin 4x400 mg
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

Periksa DL ulang

Injeksi Amphicillin ganti Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

HB < 7 transfusi

Laboratorium tanggal 06/02/2016


Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

9. 400/mm
3,94/juta
8,0 g/dl
24,0 %
209.000/mm3

Nilai Normal
4000-12.000/mm3
3,5-5,5 juta/ mm3
11,5-14,5 g/dl
33-43%
150.000-400.000 /mm3

MCV

62,4 fl

75,0 -100,0 fl

MCH

20,4 fl

25,0-35,0 fl

MCHC
%Limfosit
%Granulosit

32,7 fl
64,0%
25,0%

31,0 -38,0 fl
15-50%
35-80%

Sabtu

/ 6 februari 2016 (perawatan hari ke-5, hari sakit ke-8, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 4 kali pagi, td malam (-), konsistensi
masih cair tapi ada ampas sedikit, lendir (-) , nafsu makan membaik, minum kuat,
muntah (-) , demam (+) sore, kemerahan di selangkangan (+) berkurang.
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 98x/m, RR: 26x/m, T: 37,9 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah

Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec non disentri + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
Terapi lanjut

Minggu

/ 7 februari 2016 (perawatan hari ke-6, hari sakit ke-9, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 3 kali malam, td pagi (-), konsistensi
masih cair tapi ada ampas (+) lendir (-) , makan membaik, minum kuat, muntah (-) ,
demam (-) td malam masih demam , kemerahan di selangkangan (+) berkurang
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 100x/m, RR: 24x/m, T: 36,7 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah

Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
Terapi lanjut

Senin

/ 8 februari 2016 (perawatan hari ke-7, hari sakit ke-10, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 1 kali malam, tadi (-), konsistensi masih
cair tapi ada ampas banyak, lendir (-) , makan sudah baik, minum kuat, muntah (-) ,
demam (+), kemerahan di selangkangan (+) berkurang
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 110x/m, RR: 28x/m, T: 38 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah

Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

Selasa

Terapi lanjut
/ 9 februari 2016 (perawatan hari ke-8, hari sakit ke-11, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (-), BAB normal 1 kali pagi, makan berkurang, minum kuat,
muntah (-) , demam (+) , kemerahan di selangkangan (+) berkurang
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 90x/m, RR: 24x/m, T: 37,9 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)

Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2


A : Diare akut ec non disentri + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

Injeksi fluconazole loading dose 60 mg lanjut 2 x 30 mg

Combantrain 1 x cth ( 3 hari ) p.o

Rabu

/ 10 februari 2016 (perawatan hari ke-9, hari sakit ke-13, dirawat di ruang

Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (+), frekuensi BAB 1kali malam normal, nafsu makan baik,
minum kuat, muntah (-) , demam (-) td malam masih demam , kemerahan di
selangkangan (+)
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 98x/m, RR: 26x/m, T: 37,9 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2

A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)


P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeksi fluconazole 2 x 30 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansentron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Combantrin 1 x cth ( H+2)

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

Injeksi meropenem 2 x 175 mg

Periksa ulang DL, SGOT, SGPT

Laboratorium tanggal 11/02/2016


Hematologi
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombosit

8. 900/mm
4,62/juta
9,6 g/dl
31,0 %
262.000/mm3

Nilai Normal
4000-12.000/mm3
3,5-5,5 juta/ mm3
11,5-14,5 g/dl
33-43%
150.000-400.000 /mm3

MCV

67,2 fl

75,0 -100,0 fl

MCH

20,8 fl

25,0-35,0 fl

MCHC
%Limfosit
%Granulosit

30,9 fl
5,4 %
2,6 %

31,0 -38,0 fl
15-50%
35-80%

SGOT

39 u/l

40 u/l

SGPT

21 u/l

41 u/l

Kamis

/ 11 februari 2016 (perawatan hari ke-10, hari sakit ke-14, dirawat di

ruang Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (-), frekuensi BAB 1kali malam normal, nafsu makan
membaik, minum kuat, muntah (-) , demam (-) td malam masih demam , kemerahan
di selangkangan (+) berkurang
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 100x/m, RR: 26x/m, T: 36,6 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (+)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut

Tambahan :
Terapi lanjut

Jumat

/ 12 februari 2016 (perawatan hari ke-11, hari sakit ke-15, dirawat di

ruang Dahlia kelas 2 RS kartika Husada)


S : Buang air besar cair (-), BAB (-) nafsu makan membaik, minum kuat, muntah (-) ,
demam (-) , kemerahan di selangkangan (-), mual (-), muntah (-). BAK (+) normal
O : Keadaan umum: sakit sedang
HR: 100x/m, RR: 26x/m, T: 36,6 C, BB: 8,3 kg
Kepala
: normosepal
Mata
: kelopak mata tidak cekung , air mata banyak,
Mulut
: mukosa bibir dan lidah tampak basah
Abdomen : supel, datar, bising usus (+) normal, tidak nyeri tekan, turgor kulit
kembali cepat
Perianal : ruam eritem di sekitar anus (-)
Extremitas : akral hangat, capillary refill time (CRT) < 2
A : Diare akut ec amoeba + dehidrasi ringan-sedang (perbaikan)
P:
- Infus Ringer Laktat 30 tpm mikro
-

Injeksi metronidazole 3x 60 mg

Injeksi ceftriaxone 2 x 300 mg

Injeki Paracetamol 3x100 mg

Injeksi ondansemtron 3 x 1,5 mg

P.O
-

Zinc sirup 1x1 cth

Asam valproat 2x1,4 cc drop per oral

Probiotik 1x1 sachet per oral

Fe 3x1 ml drop per oral

Daktarin Diaper 3 x 1 sue

Fisioterpi lanjut
Tambahan :
-

BLPL

Azitromicin syr 2 x cth p.o

Metronidazole syr 3 x cth p.o

Zink 1 x 1 cth p.o

L-bio 1 x 1 sach p.o

Asam valproat 2 x 1,4 cc

Drop fe 3x 1 ml p.o

Prognosis

Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanactionam

: ad Bonam
: ad Bonam
: ad malam

E. RESUME:
An. A usia 1 thn 8 bulan, diare sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. diare
10x/hari, diare cair ini diserta lendir tetapi masih dengan ampas, warna kuning
kehijauan terkadang juga berwarna hitam, bau biasa, tidak ada darah, Keluhan diare
ini juga disertai dengan nausea, vomitus dan anorexia namun pasien masih mampu
minum dan tampak kehausan. Pasien juga mengeluhkan febris yang timbul mendadak
tinggi 2 hari SMRS. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak sakit sedang,
tampak rewel, kelopak mata cekung, mukosa bibir masih basah, turgor kulit
melambat, bising usus meningkat dan didapatkan defisit kehilangan cairan sebesar 6
persen. Pada pemeriksaan antropometri didapatkan status gizi buruk. Hasil
pemeriksaan darah didapatkan dalam leukosit sedikit meningkat , hemomglobin
rendah. Hasil pemeriksaan feses didapatkan lender tidak ada leukosit. Keadaan pasien
selama perawatan semakin membaik. Hanya saja suhu tubuh pasien tidak sabil bisa
karena keadaanpasien yang mengalami cerebral palsy. Pasien didiagnosis menderita
gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringan/sedang + cerebral palsy.
Selama dirawat 10 hari, pasien mendapat terapi Rehidrasi dengan infus RL,
antibiotik, antipiretik, antiemetik, antagonis reseptor histamin H2, zinc, probiotik.
Pasien menunjukkan perbaikan, dan pasien boleh pulang, lanjut rawat jalan dengan
membawa surat kontrol ke poli.

BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Permasalahan pada kasus ini adalah penegakan diagnosis, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis.
Gastroenteritis akut atau diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam
24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Pemeriksaan fisik
yang didapatkan pada anak dengan diare akut adalah keadaan umum gelisah atau cengeng
atau lemah, letargi atau koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan
berupa tanda-tanda dehidrasi seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata
berkurang, mukosa mulut dan bibir kering. 1 Pada pemeriksaan fisik yang penting
dilakukan adalah mengukur berat badan saat sakit untuk mengukur derajat dehidrasi.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala diare yaitu BAB
dengan konsistensi cair dengan frekuensi lebih dari 10x, muntah dan kondisi umum
lemah, mata cekung, mukosa bibir tampak kering, turgor kembali lambat, pasien tampak
kehausan, pasien minum kuat.
Diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,5% pada anak usia 14 tahun. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk
sindroma malabsorpsi. Di negara-negara maju terutama pada anak-anak (<5 tahun),

sering merupakan akibat dari infeksi virus enterik (terutama kelompok A rotavirus).
Kelompok penyebab diare kedua yang paling umum adalah infeksi bakteri Salmonella
spp, Campylobacter spp, Shigella spp, dan Escherichia coli. Pada negara berkembang,
infeksi bakteri lebih predominan daripada infeksi virus (rotavirus). Bakteri patogen yang
sering di isolasi adalah E. Coli, Shigella spp, Salmonella spp, dan Vibrio Cholerae.2
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare
non inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan
sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir
dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri
seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta
mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare
disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar
tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat
cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit. Pada
pasien ini tidak ditemukan keluhan diare yang disertai darah dan juga pada pemeriksaan
tinja tidak didapatkan peningkatan leukosit pada peneriksaan mikroskopis, keluhan
abdomen juga minimal, sehingga pasien ini dapat diklasifikasikan sebagai diare noninflamasi atau diare non-disentriform.2,3,4
Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang
harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat
diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.2
Diare pada anak, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium,
kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila
hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga timbulah
kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala

dan tanda yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Rejimen rehidrasi dipilih
sesuai dengan derajat dehidrasi yang ada.5
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif
yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan
menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan lain-lain dapat
dilihat pada tabel berikut.2,5

Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi WHO5


Klasifikasi

Tanda-tanda atau gejala

Pengobatan

Dehidrasi berat

Terdapat dua atau lebih dari tanda


dibawah ini:

Beri cairan untuk diare dengan


dehidrasi berat (Rencana terapi C
untuk diare di rumah sakit)

Dehidrasi
sedang

ringan

Letargis/tidak sadar
Mata Cekung
Tidak bisa minum atau malas
minum
Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat (2 detik)

Terdapat dua atau lebih tanda di


bawah ini:

Rewel, gelisah
Mata cekung
Minum dengan lahap, haus
Cubitan kulit kembali lambat

Tanpa Dehidrasi

Tidak terdapat cukup tanda untuk


diklasifikasikan sebagai dehidrasi
ringan atau berat

Beri anak cairan dan makanan


untuk
dehidrasi
ringan
(Rencana terapi B)
Setelah rehidrasi, nasihati ibu
untuk penanganan di rumah
dan kapan harus kembali
segera
Kunjungan
ulang
dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik
Beri cairan dan makanan
untuk menangani diare di
rumah (Rencana Terapi A)
Nasihati ibu kapan kembali
segera
Kunjungan
ulang
dalam
waktu 5 hari jika tidak
membaik

Pada pasien A, usia 1 tahun 8 bulan, tanda yang menunjukan derajat dehidrasi
ringan-sedang adalah keadaan umum lemah, rewel, mata cekung, mukosa bibir tampak
kering, turgor kulit agak melambat, dan pasien tampak kehausan dan minum banyak.
Manifestasi defisit volume larutan adalah kehilangan berat badan (% berat badan); defisit
volume larutan ringan (2%); defisit volume larutan sedang (5-10%); defisit volume
larutan berat (>10%). Pada pasien ini terjadi penurunan berat badan hingga 6%. Oleh
karena itu, pasien ini tergolong ke dalam dehidrasi ringan/sedang. Penanganan defisit
volume larutan adalah mengganti larutan. Biasanya larutan elektrolit isotonik dipakai
untuk mengganti larutan yang hilang.5
Pada pasien ini diberikan Rehidrasi dengan infus RL, antibiotik, antiemetik,
antagonis reseptor histamin H2, zink, probiotik. Pada anak didapatkan defisit 5%
sehingga diberikan cairan dengan kecepatan 5 cc/kgBB/jam dan didapatkan pemberian
dengan kecepatan 50 tpm mikro. Pemberian antibiotik cefotaxime diberikan karena
adanya peningkatan leukosit, sehingga dicurigai adanya infeksi bakteri flora normal usus,
terutama E.coli. Cefotaxime juga diberikan untuk mencegah infeksi nasokomial.
Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zink juga dapat mengembalikan nafsu
makan anak. Penggunaan zink ini memang popular beberapa tahun terakhir karena
memiliki evidence based yang bagus. Beberapa penelitian telah membuktikannya
pemberian zinc yang dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara
signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Lebih lanjut, ditemukan bahwa
pemberian zinc pada pasien anak penderita kolera dapat menurunkan durasi dan jumlah
tinja/cairan yang dikeluarkan.2,6
Dasar pemikiran penggunaan zink dalam pengobatan diare akut didasarkan pada
efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zink pada diare
dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan
regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan
respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Pemberian zink dapat
menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko
terjadinya dehidrasi pada anak.5 Dosis zink untuk anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg

(1/2 tablet) per hari dan anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari. Zinc
diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk
bayi, tablet zink dapat dilarutkan dengan air matang, ASI, atau oralit. Untuk anak-anak
yang lebih besar, zink dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.2,6
Probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah
yang adekuat sebagai bagian dari makanan akan memberikan dampak menguntungkan
pada kesehatan pejamu. Mekanisme kerja probiotik adalah berkompetisi untuk berlekatan
pada enterosit usus, sehingga enterosit yang telah jenuh dengan probiotik tidak dapat lagi
berlekatan dengan bakteri lain sehingga menghambat pertumbuhan kuman patogen selain
berkompetisi dengan patogen untuk mendapatkan tempat dan nutrisi. Probiotik juga
menghasilkan substansi anti mikroba seperti asam organik (laktat dan asetat), bakteriosin,
reuterin, H2O2 dan enzim saluran cerna. Pengaruh probiotik terhadap sistem imunitas non
spesifik adalah meningkatkan produksi musin, aktivitas sel natural killer (NK), aktivasi
makrofag dan fagositosis. Probiotik juga mempengaruhi imunitas spesifik dengan
meningkatkan produksi sitokin, seperti IL-2, IL-6, TNF-, dan kadar sIgA. Dosis yang
efektif pada diare akut adalah >1010 cfu/hari dan sangat efektif jika diberikan pada awal
terjadinya diare (<48 jam), dengan rerata lama pemberian probiotik 5 hari.7,8
Pada pasien diberikan ondansentron yang merupakan antagonis serotonin selektif
yang merupakan anti emesis yang kuat dengan melawan refleks muntah dari usus halus
dan stimulasi CTZ yang disebabkan oleh serotonin. Pada pasien juga diberikan ranitidin
untuk membantu pengendalian muntah yang diakibatkan oleh asam lambung dimana
ranitidin merupakan antagonis H2-reseptor yang secara selektif menempati reseptor
histamin H2 di permukaan sel-sel parietal sehingga sekresi asam lambung dan pepsin
sangat dikurangi.
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui
makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan
dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field). Faktor resiko yang dapat
meningkatkan penularan enteropatogen antara lain : tidak memberikan ASI secara penuh
untuk 4 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air bersih,

pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan
dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan
cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita
dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk,
imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus,
menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik. 2 Sehingga, pada keluarga
pasien dilakukan edukasi untuk mencegah transimisi fekal oral yaitu dengan cara
menjaga kebersihan diri, anak, lingkungan sekitar anak. Hal-hal yang bisa dilakukan
adalah dengan selalu memasak air minum hingga matang, mencuci bersih tangan setelah
membersihkan kotoran anak dengan menggunakan sabun sebelum menyentuh ataupun
memberi makan atau minum pada anak, mencuci bersih peralatan masak, botol susu serta
merebus atau direndam menggunakan air panas sebelum dipakai kembali.
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi
yang hilang. Pada diare nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan
menandakan fase kesembuhan.2
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita
dengan dehidrasi berat. Contoh: pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada
sepsis atau infeksi saluran kemih.2
Pada anak ini didiagnosis juga dengan anemia. Anemia adalah berkurangnya sel
darah merah atau konsentrasi hemonglobin ( Hb ) di bawah nilai normal sesuai usia dan
jenis kelamin. Diagnosis Anemia ditegakan berdasarkan temuan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan laboraturium yang mendukung. Anemia Menurut World Health Organisasion
(WHO) menurut usia anak 6 - < 5 tahun < 11 ( g/dl ), usia 5 tahun 14 tahun < 12 ( g/dl
). Anemia juga di diagnosis berdasarkan derajat berat dan ringannya, pada pasien ini HB
8,8 7,3 termasuk dalam derajat (sedang berat). Anemia defesiansi besi adalah
penyebab anemia tersering di Negara berkembang termasuk Indonesia. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defensiasi besi seharusnya dengan pemeriksaan fe TIBC

karena keterbatasan fasilitas pada pasien tidak dilakukan. Tetapi tetap di diagnosis
dengan anemia defensiasi besi dan diberikan preparat besi untuk tatalaksannya.
Pemberat dari pasien ini adalah adanya gangguan perkembangan yang
diakibatkan oleh kondisi saat dilahirkan dengan asfiksia, pada saat dilahirkan tidak
langsung menangis. Riwayat kejang demam > 2kali. Keterlambatan perkembangan pada
pasien di diagnosis disini akibat dari cerebral palsy, dimana cerebral palsy bisa
didiagnosis dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada pasien
didapatkan anamnesis dari ibunya faktor-faktor resiko dari cerebral palsy sendiri yaitu
adanya asfiksia pada saat dilahirkan, dan juga pasien tidak ada perkembangan selama 1
tahun kehidupan, pasien tidak berespon dan tidak seperti anak seusianya. Setelah 3 bulan
mendapatkan fisioterapi pasien baru bisa memberi respon, sudak bisa melirik, melihat
bahkan mengangkat kepala lalu pasien perlahan sudah bisa dubling tetapi penjelasan ibu,
ekstremitas kiri pasien sering kaku dan sulit di gerakan. Lalu pada pemeriksaan fisik juga
didapat peningkatan reflek fisiologis pada ekstremitas kiri, Babinski (+/+) menandakan
adanya gangguan pada system saraf diotak sehingga reflex-reflek yang seharusnya tidak
ada seusia pasien tetapi ada pada pasien.dan juga peningkatan suhu tubuh sehari-hari
pada pasien juga di akibatkan oleh cerebral palsy. Pemeriksaan penunjang seperti ct-scan
atau pun EEG belum dilakukan pada pasien karena ketidaktahuan keluarga, tetapi sudah
disarankan. Tatalaksana untuk cerebral palsy itu sendiri adalah fisioterpi rutin dan
pemberian vitamin- vitamin untuk perkembangan otak.
Pada anak ini di simpulkan diagnosis akhir pasien didiagnosis menderita
gastroenteritis akut non disentriform + dehidrasi ringan-sedang + anemia defesiensi besi
+ cerebral palsy, Selama dirawat 10 hari, pasien mendapat terapi Rehidrasi dengan infus
RL, antibiotik, antipiretik, antiemetik, antagonis reseptor histamin H2, zinc, probiotik,
asam valprota, fisiterapi lanjut. Pasien menunjukkan perbaikan walaupun suhu badan
pasien yang relative tidak stabil tetatpi pada anak-anak cerebral palsy ataupun anak-anak
dengan gangguan perkembangan , dan pasien boleh pulang, lanjut rawat jalan dengan
membawa surat kontrol ke poli dan melanjtkan fisioterapi

DAFTAR PUSTAKA
1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Diare Akut. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009. h.
183-8.
2. Subagyo, Bambang dan Nurtjhajo Budi Santoso, Diare Akut, Buku Ajar
Gastroenterologi Hepatologi. Jilid 1. Jakarta. UKK Gastroenterologi Hepatologi
IDAI. 2009. Hal 142 - 152.
3. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry
NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2011. 225 - 68.
4. Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH,
editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New
5.
6.
7.

8.

York: Lange Medical Books, 2013. 131 - 50.


World Health Organization Indonesia, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, 2008, hal 131
Artama, W Dharma et al., Peran Suplementasi Mineral Mikro Seng Terhadap
Kesembuhan Diare, Sari Pediatri, Vol.7, No.1, 2005: 15-18
Alasiry, Ema; Nassir Abbas, dan Dasril Daud, Khasiat Klinik Pemberian Probiotik
pada Diare Akut nonspesifik Bayi dan Anak. Sari Pediatri, Vol.8, No.3, 2007: 3641
Shinta, Ken; Hartantyo, dan Noor Wijayahadi, Pengaruh Probiotik pada Diare
Akut: Penelitian dengan 3 preparat probiotik, Sari Pediatri, 2011;13(2):89-95

Anda mungkin juga menyukai