Anda di halaman 1dari 4

tobilier

Lesi pada kulit dapat terjadi pada penyakit hati, yang biasanya tidak
spesifik pada beberapa penyakit hati. Lesi kulit yang paling jelas terlihat, adalah
pada pasien dengan hepatitis kronik yang aktif atau pada pasien dengan penyakit
hati karena alkohol, tetapi kondisi ini juga dapat terjadi secara fisiologis, seperti
munculnya spider nevi pada perempuan hamil. Mungkin tidak terlihat adanya
perubahan kulit pada pasien dengan penyakit hati yang berat, dan bisa juga terjadi
sebaliknya, muncul manifestasi kulit yang hebat pada pasien dengan disfungsi
minimal dari hepar.
HEPATITIS DAN KULIT
Striae pada kulit dapat muncul pada pasien dengan hepatitis kronik,
apapaun penyebabnya dan bahkan pada pasien yang sudah menggunakan
pengobatan glukokortikoid. Pyoderma gangrenosum, urtikaria, vaskulitis, akne,
skleroderma, dan splinter nail hemorrhages dapat terjadi, bergantung pada
penyebab dari hepatitis.
Gambaran klinis infeksi jenis virus hepatotropik yang berbeda yang
menyebabkan hepatitis viral akut memiliki gambaran klinis yang serupa. Pada
fase pre-ikterik, malaise, letargi, nausea, dan nyeri abdomen dapat terjadi.
Makulopapular yang menyebar, urtikaria, ppetekie dapat terjadi pada kondisi ini,
dibarengi dengan artritis dan atralgia. Gejala ini dapat menjadi lebihb buruk
dengan munculnya jaundice, urine yang gelapp, dan feses yang pucat. Malasie dan
fatigue dapat bertahan sampai fase resolusi dari ppenyakit ini.
Hepatitis A

Penularan dari virus hepatitis A melaluio rute fekal-oral, walaupun terjadi


relaps, hepatitis A tidak dapat menjai hepatitis kronik.
Hepatitis B
Virus hepatitis B (HBV) ditularkan melalui rute perkutaneus dan per
mukosa. Penyakit ini endemik pada banyak negara, dan tenaga kesehatan berisiko
tertular penyakit ini. Vaksin DNA rekombinan sudah tersedia, tetapi vaksin ini
dihubungkan dengan efek samping pada kulit. Lima persen dari subjek yang
terinfeksi HBV akan menjadi karier, dan 90 persen bayi yang baru lahir dari ibu
yang terinfeksi akan mengalami infeksi kronik dari HBV.
Terdapat empat kondisi kulit utama yang terjadi akibat hepatitis B: (1)
sindroma serum sickness-like, (2) cryoglobulinemia, (3) polyarteritis nodosa, dan
(4) papular akrodermatitis yang terjadi pada masa kanak-kanak. Serum sicknesslike syndrome terjadi pada sekitar 10 persen pasien pada fase pre-ikterik dari
infeksi hepatits B akut. Urtikaria dapat lebih muncul dominan, tetpai biasanya
ditemani dengan adanya demam ringan, atralgia sendi perifer, proteinuria, dan
heamturia. Dan juga dapat terjadi vaskulitis pada kondisi ini.
Baik infeksi HBV dan hepatitis C virus (HCV) dihubungkan dengan
cryoglobulinemia, walaupun infeksi HCV lebih sering sering menyebabkan
cryoglobulinemia. Cryoglobulinemia campuran pada infeksi HCV biasanya
adalah yang tipe III, dan cryoglobulinemia mungkin mengindikasikan bahwa
adanya replikasi virus yang aktif. Pasien akan mengalami purpura yang rekuren,
akrocyanosis, atralgia, limfaenopati, neuroppati perifer, dan hepatosplenomegali.

Ginjal juga sering terserang oleh penyakit ini. Gambaran histopatologi, terdapat
vaskulitis yang mengalami nekrosis.
Polyarteritis nodosa dapat terjadi pada fase akut dari infeksi HBV, atau
polyarteritis nodosa tidak akan muncul selama beberapa tahun. Kompleks imun
yang bersirkulasi mengandung antigen permukaan dari hepatitis B dan
immunoglobulin. Pada polyarteritis nodosa dapat terjadi leukositosis vaskulitis.
Papular akrodermatitis (Gianotti-Crosti syndrome) biasanya menyerang
anak-anak. Gambaran monomorfik, papula eritem pada wajah dan tungkai
merupakan gejala dari penyakit ini. Erupsi ini dapat sembuh sendiri dan
asimtomatik pada kebanyakan lesi, dan dapat dibarengi dengan limfadenopati.
Agen infeksi lainnya dan imunisasi dapat menyebabkan papular akrodermatitis.
Sweet syndrome telah dilaporkan dapat terjadi pada infeksi HBV yang akut dan
kronik.
Hepatitis C
Mayoritas dari kasus hepatitis post tranfusi terjadi karena hepatitis C,
tetapi adanya skreening telah menurunkan jumlah kasus secara dramatis.
Manifestasi kulit dari infeksi HCV akut ataupun kronik diantaranya leukositosis
vaskulitis, biasanya karena cyroglobunemia (lihat Hepatitis B); kutaneus nekrosis;
pruritus, acquired angioedema; PCT; eritema nodosum; urtikaria; eritema
multiforme; dan polyarteritis nodosa.
Liken planus terjadi lebih sering pada pasein dengan infeksi HCV,
walaupun beberapa penelitian tidak setuju terhadap laporan insidensi ini.
Terdappat peningkatan frekuensi dari HLA-DR6 alel pada pasien di Italia dengan

oral liken planus akibat infeksi HCV, menandakan bahwa faktor dari host
memainkan peran dalam terjadinya Liken planus.
KELAINAN KULIT DAN HATI
Argininosuccinic aciduria merupakan kelainan autosomal resesif yang
jarang, dikarakteristikan dengan adanya ataksia, kejang, mental retardasi yang
berat, hepatomegali dengan disfungsi hati, dan rambut yang rontok.
Dermatomyositis dapat terjadi pada tumor primer maupun skeunder. Pada erupsi
neonatal angiomatosis , multipel angiomas dapat terjadi dimanapun diseluruh
permukaan kulit; lesi vaskular dapat terjadi pada organ internal, diantaranya di
hati. Baik pada fase akut dan kronik dari rekasi graft-versus-host memiliki efk
yang nyata pada kulit dan hati, kebanyakan pada pasien yang sedang menjalani
transplantasi sumsum tulang. Pada telangiektasis herediter, arteriovenus fistula
dapat menyebabkan adanya pintasan, dan sirosis (contoh, multiperl telagiektasis
pada pembuluh darah hepatik yang kecil) dapat terjadi . sejumlah histiosit,
diantaranya sel Langerhans histiosit dan malignan histiosit, dapat menyerang baik
kulit dan hepar. Kondisi imunodefisiensi dapat menyebabkan infeksi kulit dan
hepar yang multipel. Contohnya pada kelainan kongenital (contoh, ataksiatelangiektasis, Chediak Higasgi Syndroem, penyakit granulomatous kronik) dan
ppenyakit yang idapat (contoh acquired immunodefisiensi syndrome).
Hepatomegali terjadi pada mastositosis sistemik. Pada penyakit kawasaki,
anak-anak dapat mengalami nyeri abdomen bagian atas yang diakibatkkan oleh
hepatobiliary

Anda mungkin juga menyukai