Anda di halaman 1dari 2

Teori Dasar

Spektrofotometri ultraviolet yaitu metode pengukuran berdasarkan interaksi serapan radiasi


elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia yang diserap pada 190-380 nm (Ditjen
POM, 1995). Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang
kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk
mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar, 1990).
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik aromatik, molekul yang
mengandung elektron- terkonyugasi dan atau atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi
elektron di orbital terluarnya dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron tereksitasi lebih
tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi
sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004). Spektrum ultraviolet adalah
gambar antara panjang gelombang atau frekuensi serapan lawan intensitas serapan (transmitasi atau
absorbansi). Sering juga data ditunjukkan sebagai gambar grafik atau tabel yang menyatakan panjang
gelombang lawan serapan molar atau log dari serapan molar, E max atau log E max (Sastrohamidjojo,
2001).
Pemanfaatan metode adisi standar sangat membantu terutama untuk senyawa yang kadarnya kecil
(Ramette, 1981). Metode adisi standar dapat juga digunakan untuk mengatasi adanya perbandingan
respon atau konsentrasi antara sampel dan larutan standar yang tidak sama karena adanya matriks atau
komposisi yang berbeda antara sampel dan standar. Metode ini dilakukan dengan menambahkan sejumlah
sampel dengan volume bervariasi ke dalam larutan standar yang konsentrasinya telah diketahui dengan
pasti kemudian diencerkan hingga volumenya sama. Dengan demikian maka matriks sampel atau pun
larutan standar akan sama, yang berbeda hanyalah konsentrasi standar yang ditambahkan pada sampel
(Wiryawan, 2010).
Vitamin C adalah vitamin yang berbentuk kristal putih agak kuning, tidak berbau, mudah larut
dalam air, terasa asam, mencair suhu 190C-192C, merupakan suatu asam organik, dan mudah rusak oleh
oksidasi yang dipercepat pada suhu tinggi, pemanasan yang terlalu lama, pengeringan dan lama
penyimpanan tetapi dalam bentuk larutan vitamin C mudah rusak karena oksidasioleh oksigen dari udara.
Rumus molekul vitamin C adalah C6H8O6dan berat molekulnya adalah 176,13. Vitamin C mempunyai
dua bentuk molekul aktif yaitu bentuk tereduksi (asam askorbat) dan bentuk teroksidasi (asam dehidro
askorbat). Bila asam dehidroaskorbat teroksidasi lebih lanjut akan berubah menjadi asam diketoglukonat
yang tidak aktif secara biologis (Andarwulan Nuri,1992). Peranan utama vitamin C adalah dalam
pembentukan kolagen interseluler, dalam berbagai fungsi yang melibatkan respirasi sel dan kerja enzim
yang mekanismenya belum sepenuhnya dimengerti, dalam pembentukan hormon steroid dan kolesterol
(Winarno,2004).
Andarwulan Nuri, Sutrisno Kaswari. 1992. Kimia Vitamin Edisi Pertama. Rajawali Press. Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Penerjemah A. Saptoraharjo. Cetakan Pertama.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ramette, R.W. 1981. Chemical Equilibrium and Analysis. Addison Wesley Publishing Company. London.
Sastrohamidjojo, Hardjono.2001. Kimia Dasar. UGM Press.Yogyakarta.
Satiadarma, K.2004. Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Airlangga
University Press. Surabaya.
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Wiryawan,
Adam.
2010.
Metode
Adisi
Standar.
Tersedia
di
http://www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/spektrofotometri-serapan-atom/metode-adisi-standar/ [diakses 3
Mei 2015 15:55]
Pembahasan

Larutan standar adisi dipersiapkan dalam 5 labu ukur berukuran 50 ml dengan konsentrasi
masing-masingnya yaitu 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm. Metode standar adisi dilakukan dengan melakukan
penambahan larutan baku ke dalam sampel yang bertujuan untuk meminimalkan kesalahan
respon/absorbansi alat karena adanya perbedaan matriks pada larutan baku dan sampel juga untuk
meningkatkan absorbansi larutan sampel dengan konsentrasi sangat kecil sehingga dapat terdeteksi oleh
instrument spektrofotometri. Oleh karena itu dalam pembuatan larutan standar adisi ini dimasukkan 0,25
ml larutan sampel ke dalam seluruh labu ukur kemudian ditambahkan larutan baku sebanyak 0; 2,5; 5;
7,5; 10 ml ke dalam labu ukur I; II; III; IV; V secara berurutan lalu ditambahkan aquades hingga
mencapai 50 ml pada seluruh labu ukur.

Anda mungkin juga menyukai