PENGARUH
WAKTU
CELUP
DAN
PENDINGINAN PROSES COPPERISING PLAIN
CARBON STEEL TERHADAP STRUKTUR MIKRO
DAN SIFAT MEKANIK
ADHA ISORI HARTATA DALIMONTHE
NRP. 2711100116
Dosen Pembimibing
Sutarsis, S.T., M.Sc.
Dr. Agung Purniawan, S.T., M.Eng.
Advisor
Sutarsis, S.T., M.Sc.
Dr. Agung Purniawan, S.T., M.Eng.
Oleh :
ADHA ISORI HARTATA DALIMONTHE
NRP 2711100116
Surabaya,
Juli 2015
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha
Esa atas segala anugerah dan karunia-Nya sehingga penulis
mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul :
Pengaruh Waktu Celup dan Pendinginan Proses Copperising
Plain Carbon Steel terhadap Strutur Mikro dan Sifat
Mekanik
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) Jurusan Teknik
Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat ,kesehatan, kekuatan, dan
penyertaan Nya;
2. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu mendoakan dan
menyemangati serta memberikan dukungan kepada saya;
3. Bapak Sutarsis S.T., M.Sc selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir;
4. Bapak Dr. Agung Purniawan, S.T., M.Eng selaku copembimbing Tugas Akhir;
5. Bapak Dr. Sungging Pintowantoro selaku Ketua Jurusan
Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS;
6. Dosen Tim Penguji seminar dan sidang, serta seluruh dosen
dan staff Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI ITS;
7. Kepada para petugas dan karyawan Laboratorium Teknik
Material dan Metalurgi;
8. Ibu Hariyati Purwaningsih selaku dosen wali di kampus;
9. Seluruh teman-teman MT 13 yang selalu disekeliling saya
terutama Teddy, Kevin, Hafiz, dan Rakhman sebagai rekan
kerja.
10. Dan kepada Agung, Panji, Benny dan Leo yang selalu
mendukung saya selama mengerjakan Tugas Akhir ini.
vii
Penulis
viii
ABSTRAK
Tembaga merupakan salah satu logam yang kerap dipadukan
dengan baja. Metode brazing menjadi salah satu cara dalam
proses pemaduan ini. Fenomena penetrasi tembaga ke dalam baja
juga merupakan salah satu hal yang umum ditemui di proses
brazing. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh waktu
celup dan pendinginan proses copperising plain carbon steel
terhadap struktur mikro dan sifat mekanik. Penambahan Cu pada
plain carbon steel kali ini menggunakan proses copperising,
Proses ini dilakukan dengan memanaskan baja pada temperatur
9000C kemudian dicelupkan ke dalam tembaga cair untuk
kemudian divariasikan pendinginan dan waktu celupnya.
Pengujian yang dilakukan antara lain uji tarik, uji SEM/EDX dan
pengamatan struktur mikro. Hasil copperising menunjukkan
adanya perubahan pada batas butir dari baja dibandingkan dengan
kondisi awal baja, hal ini disebabkan pengaruh pendinginan.
Hasil mapping EDX menunjukkan terjadi difusi tembaga ke
dalam baja. Namun, belum ditemukan pengaruh dari Cu terhadap
peningkatan sifat mekanik baja.
KATA KUNCI : copperising, tembaga, struktur mikro, difusi
ix
xi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................vii
ABSTRAK..................................................................................ix
ABSTRACT................................................................................xi
DAFTAR ISI.............................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................xvii
DAFTAR TABEL......................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian..............................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................5
2.1 Baja...................................................................................5
2.1.1 Baja karbon rendah.......................................................6
2.1.2 Baja AISI 1006.............................................................7
2.2 Tembaga.............................................................................8
2.3 Pendinginan......................................................................10
2.3.1 Normalisasi.................................................................10
2.3.1 Anil Sempurna...........................................................11
2.3.3 Quenching...................................................................11
2.4 Pengaruh Cu pada Baja....................................................11
2.5 Carburising dan Nitriding..................................................12
xiii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Diagram Phase Fe-Fe3C (Avner, 1974)...................6
Gambar 2. 2 Struktur mikro tembaga murni...............................9
Gambar 2. 3 Diagram fasa Fe Cu...........................................12
Gambar 2. 4 Proses Copper Clad Steel Wire.............................14
Gambar 2. 5 (a) Kabel hasil copper clad steel (b) Gambar
SEM dari kabel hasil copper clad steel................15
Gambar 2. 6 Furnace yang digunakan untuk brazing...............16
Gambar 2. 7 (a) difusi tembaga ke dalam baja sepanjang
batas butir (b) citra x-ray dari daerah
pertemuan antara tembaga dan baja.....................17
Gambar 2. 8 Fasa logam cair yang terjebak diantara batas
butir ....................................................................17
Gambar 3. 1 Diagram alir Penelitian........................................ 21
Gambar 4. 1 Visual permukaan dan penampang melintang
dari sampel copperising (a) 3 menit
pendinginan normal (b) 5 menit pendinginan
normal (c) 3 menit pendinginan cepat media
air (d) 5 menit pendinginan cepat media air
(e) 3 menit pendinginan anealing. (f) 3 menit
pendinginan annealing..........................................28
Gambar 4. 2 Struktur mikro baja AISI 1006 tanpa perlakuan
dengan perbesaran (a) 100 kali (b) 200 kali.........29
Gambar 4. 3 Baja AISI 1006 hasil copperising dengan
waktu
celup selama 3 menit dengan pendinginan
normal (a) bagian tepi sampel perbesaran 50 kali
(b) 100 kali (c) bagian tengah sampel
perbesaran 50 kali (d) 100 kali.............................30
Gambar 4. 4 Baja AISI 1006 hasil copperising dengan
waktu
celup selama 5 menit dengan
pendinginan
normal (a) bagian tepi sampel perbesaran 50 kali
xvii
xix
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Komposisi Kimia dan Mechanical Properties AISI
1060 ...........................................................................7
Tabel 2. 2 Penggunaan Sifat-Sifat Tembaga dan Aplikasinya.......9
Tabel 3. 1 Komposisi kimia Plat baja ........................................ 22
Tabel 3. 2 Rancangan Percobaan................................................23
Tabel 4. 1 Komposisi Unsur Kimia Sampel Uji hasil
copperising 5 menit dengan pendinginan
normal........................................................................40
Tabel 4. 2 Komposisi Unsur Kimia Sampel Uji hasil
copperising 5 menit dengan pendinginan
cepat media air..........................................................42
Tabel 4. 3 Data Hasil Uji Tarik Baja AISI 1006 Tanpa
Perlakuan..................................................................44
Tabel 4. 4 Data Hasil Uji Tarik Copperising 3 menit
Baja
AISI 1006 Pendinginan Normal................................46
Tabel 4. 5 Data Hasil Uji Tarik Copperising 5 menit
Baja
AISI 1006 Pendinginan Normal................................48
Tabel 4. 6 Data Hasil Uji Tarik Copperising 3 Menit
dengan Pendinginan Cepat Media Air.......................49
Tabel 4. 7 Data Hasil Uji Tarik Copperising 5 Menit
dengan
Pendinginan Cepat Media Air...................................51
Tabel 4. 8 Data Perbandingan Hasil Uji Tarik Copperising
3
Menit dengan Seluruh Pendinginan..........................53
Tabel 4. 9 Data Perbandingan Hasil Uji Tarik Copperising
5 Menit dengan Seluruh Pendinginan.......................55
Tabel 4. 10 Tabel nilai kekerasan baja tanpa perlakuan
dan
hasil Copperising......................................................57
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tembaga merupakan salah satu unsur yang paling banyak
diaplikasikan dewasa ini. Dalam aplikasinya, tembaga menempati
urutan ketiga terbanyak digunakan sesudah besi dan aluminium.
Tembaga sendiri sudah menjadi bagian penting dalam sejarah
umat manusia sejak zaman dahulu kurang lebih sejak tahun 8000
SM (USGS, 2009). Untuk itu tidaklah heran jika produksi
tembaga setiap tahun terus meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah aplikasinya. Namun, tembaga terlalu lunak untuk aplikasi
langsung dalam bentuk murni, sehingga sering dipadukan dengan
logam lain. Paduan tersebut nantinya akan menambah nilai
ekonomis dari tembaga.
Pada umumnya tembaga dipadukan dengan timah, sehingga
didapat paduan yang kita kenal dengan sebutan perunggu. Selain
itu tembaga juga sering dipadukan dengan seng untuk
menghasilkan kuningan. Keuntungan dari paduan-paduan ini akan
meningkatkan sifat mekanik dari tembaga itu sendiri. Namun,
selain dengan kedua unsur diatas tembaga juga dipadukan dengan
baja selaku logam yang umum penggunaannya. Penggunaan
tembaga dalam pemaduan ini dapat meningkatkan kekuatan,
namun mempertahankan keuletannya, berbeda dengan karbida
dan nitrida (Takaki,dkk 2004). Penurunan keuletan ini umumnya
terjadi pada metode pengerasan yang biasa dilakukan, yaitu
penambahan karbon (carburising) atau pun penambahan nitrogen
(nitriding). Kedua proses ini dilakukan dengan memanaskan baja
sampai temperatur tinggi di lingkungan yang mengandung karbon
aktif dan nitrogen aktif, sehingga karbon dan nitrogen dapat
bedifusi ke dalam baja hingga mencapai kadar tertentu serta
kedalaman tertentu pula. Penambahan ini mengakibatkan
kekerasan meningkat, namun keuletannya menurun (Suherman,
2003). Akan tetapi, dengan penambahan unsur tembaga di dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Baja
Baja adalah paduan unsur Fe dan C, dengan kandungan
karbon kurang dari 2%. Terdapat ribuan jenis baja yang tersedia
di pasar, dimana berbeda komposisi kimia dan proses perlakuan
panasnya. Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu baja karbon (baja tanpa
paduan, plain carbon steel) dan baja paduan. Baja karbon masih
mengadung sejumlah unsur lain, tetapi masih dalam batas-batas
tertentu yang tidak banyak berpengaruh terhadap sifatnya. Unsurunsur ini biasanya merupakan ikutan yang berasal dari proses
pembuatan besi/baja, seperti mangan dan silicon, dan beberapa
unsur pengotor, seperti belerang , phosphor, oksigen, nitrogen dan
lain-lain yang biasanya ditekan sampai kadar yang sangat kecil
(Bondan T., 2011).
Sesuai klasifikasi paduan logam ferro , baja dapat di bagi
dalam dua golongan besar, yaitu baja paduan rendah (low alloy
steel) dan baja paduan tinggi (high alloy steel). Pada baja paduan
rendah, hanya terdapat sedikit unsur paduan selain karbondan
sedikit mangan, sementara pada baja paduan tinggi, secara
sengaja dimasukkan unsur-unsur lain untuk meningkatkan
karakteristik tertentu dari baja tersebut. Sifat mekanik baja sangat
sensitive terhadap kandungan karbon, dimana semakin tinggi
karbon, semakin tinggi kekuatan dan kekerasan baja tersebut
(Bondan T., 2011).
KOMPOSISI
0.08 % max
0.45% max
0.035 max
0.04 max
NILAI
7
95 HB
7.87 (g/cm3)
330 MPa
285 MPa
2.2 Tembaga
Tembaga ialah logam yang ulet dan dapat dituang.
Tembaga memiliki sifat konduktor terhadap listrik dan panas
yang sangat baik. Selain itu, tembaga memiliki ketahanan
korosi yang baik pula. Tembaga terdapat secara alami di
dalam lapisan atau kulit bumi (ICSG, 2012).
Tembaga (Cu) adalah salah satu logam yang mana
memiliki struktur kristal faced-centered cubic. Di awal
peradaban, tembaga dibentuk dengan ditempa menjadi
bentuk yang diinginkan atau dengan metode smelting dan
casting. Banyak jenis bijih tembaga seperti oxide (cuprite),
sulfide(chalcopyrite, bronite, chalconite, dan covellite),
carbonat (malachite dan auzurite), atau dalam bentuk silika
(chrysocolla). Banyak dari jenis jenis ore ini ditemukan pada
permukaan bumi yang tidak terlalu dalam. (Horath, 2001)
Tembaga memiliki konduktifitas panas dan listrik yang
tinggi. Konduktifitas termal dari tembaga 10 kali lebih tinggi
dari baja. Ini membuat tembaga lebih baik untuk chill,
casting molds, dan aplikasi aplikasi lain yang membutuhkan
perubahan cepat oleh panas. Titik lebur tembaga adalah
19810F (10850C). Namun oksida tebentuk ketika tembaga
terpapar oleh panas atau kondisi lingkungan periode yang
panjang. Surface treatments membantu memelihara
penampilan tembaga dalam hal ini. (Horath, 2001)
Aplikasi
Konstruksi bangunan
Produk-produk elektronik
Mesin dan peralatan industri
Peralatan transportasi
Barang-barang konsumer
2.3 Pendinginan
Perlakuan panas dapat diartikan sebagai suatu kombinasi
antara pemanasan, proses pendinginan dan waktu yang dilakukan
kepada logam atau paduannya dalam keadaan fasa solid dengan
tujuan merubah sifat mekaniknya. Umumnya proses perlakuan
panas yang dilakukan pada baja dilakukan dengan
mentransformasikan fasanya hingga menjadi fasa austenit
sebelum dilakuakan pendinginan. Adapun proses pendinginan
antara lain normalisasi, anil sempurna dan quenching.
2.3.1 Normalisasi
Normalisasi merupakan suatu proses perlakuan panas dimana
baja diapanaskan terlebih dahulu hingga kurang lebih diatas
temperatur kritis baja (A3 atau ACm) dan kemudian didinginkan di
udara hingga mencapai temperatur kamar. Tujuan dari proses
pendinginan ini umumnya untuk memperhalus butiran kristal dari
dan menaikkan sedikit kekuatan dari baja. Selain itu proses ini
juga digunakan untuk meningkatkan machinability dari baja.
Normalisasi biasanya dilakukan terhadap baja karbon atu
paduan rendah. Umumnya baja ini sangat lunak sehingga
machinability kurang baik. Dengan proses normalisasi ini selain
diperoleh butiran yang lebih halus struktur juga menjadi lebih
homogen. Hal ini membuat baja akan memberi respon lebih baik
terhadap proses pengerasan (Avner, 1974).
2.3.1 Anil Sempurna
Anil adalah nama umum dari proses perlakuan panas yang
dilakukan dengan memanaskan baja sampai temperatur austenit
untuk kemudain didinginkan secara perlahan. Umumnya
pendinginan perlahan tersebut dilakukan di dalam dapur atau
dalam bahan penyekat panas.
Anil sendiri bertujuan untuk menghaluskan butiran atau
memperbaiki machinability. Selain itu anil juga dapat
10
13
(a)
14
(b)
Gambar 2. 5 (a) Kabel hasil copper clad steel (b) Gambar SEM
dari kabel hasil copper clad steel
2.7 Furnace Brazing
Brazing merupakan suatu proses penyambunagn logam
menggunakan panas dan logam pengisi dengan temperatur di
atas 8400C. Proses brazing pada umumnya menggunakan
temperatur 11200C 11500C untuk membrazing stainless
steel dengan nikel atau baja karbon dengan tembaga. Untuk
brazing pada temperatur yang lebih tinggi dapat dijumpai
pada proses brazing molybdenum dengan nickel dan cobalt
dengan paduan cobalt lainnya (Apelian, 2001). Proses ini
cukup umum diaplikasikan pada material struktural seperti
baja karbon untuk bangunan kapal. Hal ini diaplikasikan
untuk memberikan sifat tambahan seperti ketahanan abrasi,
ketahanan korosi dan untuk konduktivitas serta panas yang
lebih baik.
Pelapisan menggunakan furnace brazing seperti gambar
2.6 pada umumnya dilakukan secara kontinyu. Based metal
yang akan dilapisi diletakkan di dalam furnace dan
dijalankan. Selama based metal dijalankan, logam pengisi
mulai dilekatkan pada permukaan based metal dengan diberi
pemanasan dengan temperatur yang tinggi, sehingga logam
pengisi melebur dan melapisi based metal itu sendiri
(Molleda, 2007).
15
(a)
(b)
Gambar 2. 7 (a) difusi tembaga ke dalam baja sepanjang batas
butir (b) citra x-ray dari daerah pertemuan antara tembaga dan
baja (Molleda, 2007)
Pada proses brazing ini, penetrasi Cu ke dalam batas butir
dari austenit merupakan hal yang lumrah terjadi. Fenomena ini
terjadi akibat kontak antara fasa solid dan fasa cair pada sisi antar
16
17
18
BAB III
METODOLOGI
3.1 BAHAN
Bahan bahan yang digunakan antara lain :
1. Baja Plat AISI 1006
2. Tembaga murni
3. LPG 3Kg
4. Kawat baja
5. Metanol
6. HNO3
3.2 ALAT-ALAT PENELITIAN
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wadah kotak dokter
Digunakan sebagai wadah tembaga saat dileburkan di
dalam burner.
2.
Muffle Furnace
Alat ini digunakan untuk pemanasan sampel baja AISI
1006.
3.
Gergaji Mesin
Digunakan untuk memotong tembaga murni.
4.
Mesin Scrap
Digunakan untuk membentuk spesimen uji Tarik sesuai
standar JIZ Z 2201 No 13 B.
5.
Kertas Gosok
Digunakan untuk proses grinding sampel hasil hot-dip
sebagai preparasi uji mikrostruktur.
Cutting Tool
Digunakan untuk memotong baja AISI 1006 menjadi
spesimen uji hardness, uji mikrostruktur dan uji tarik.
7.
Blower
Digunakan sebagai sumber udara bertekanan dalam
proses peleburan tembaga di dalam burner.
8.
9.
Penjepit logam
Digunakan untuk mengambil sampel
dicelupkan ke dalam tembaga cair.
yang
telah
20
Meleburkan Cu
(Tm : 10850C)
Uji Struktur
Mikro:
Mikroskop optik
Uji Morfologi
Permukaan:
SEM/EDX
Pengumpulan Data
Analisis
Kesimpulann
Gambar 3. 1 Diagram alir Penelitian
21
Kesimpulan
Komposisi (%)
Fe
C
Si
Mn
Cu
S
Cr
Ni
Al
99.5
0.035
0.02
0.21
0.03
0.008
0.027
0.029
0.045
Dari hasil uji sampel Plat baja pada tabel 3.1 dapat
dikategorikan AISI 1006 sesuai dengan ASTM A830M.
3.4.2 Preparasi Sampel Uji Tarik, Hardness dan Mikro
Sebelum melakukan eksperimen, baja AISI 1006 dipotongpotong untuk sampel uji tarik dan sampel kekerasan beserta
struktur mikro. Spesimen uji tarik dipotong menjadi ukuran
16 x 3 cm, kemudian untuk spesimen uji kekerasan dan
struktur mikro dipotong menjadi ukuran 5 x 5 cm. Untuk
spesimen uji tarik setelah dipotong kemudian discrap, agar
didapatkan ukuran sesuai standar JIZ Z 2201 no. 13B.
22
3 menit
5 menit
Normalising
2 sampel
2 sampel
Quenching
2 sampel
2 sampel
Annealing
2 sampel
2 sampel
Pendinginan
23
24
25
26
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini dibahas tentang analisa dan pembahasan
dari data terkait penelitian yang telah dilakukan. Material uji
didapat dari hasil copperising beberapa sampel yang divariasikan
terhadap waktu tahan dan pendinginan. Pengujian yang dilakukan
terhadap material uji berupa metalografi, hardness test dan tensile
test guna mengetahui perubahan struktur mikro, kekerasan dan
kekuatan dari material.
4.1 Analisis Data
4.1.1 Hasil Pengamatan Makro
Seluruh sampel hasil uji yang telah dicopperising, kemudian
difoto makro untuk melihat visual dari permukaan sampel dan
penampang melintangnya. Hasil foto makro dapat dilihat di
gambar 4.1 berikut ini.
a
substrat
Substrat
Lapisan tembaga
c
substrat
Lapisan tembaga
substrat
Lapisan tembaga
f
substrat
substrat
Lapisan tembaga
Lapisan tembaga
28
30
31
32
33
34
36
37
38
39
0.035
0.035
Fe
98.17
96.68
Cu
1.79
3.28
40
41
0.035
0.035
Fe
97.63
99.15
Cu
2.33
0.81
42
Yield (Mpa)
UTS (Mpa)
Elongasi (%)
Sampel 1
Sampel 2
223,787
225,847
263,896
282,72
12,3
14,15
Rata-rata
224,817
273,308
13,225
Quench
Control
237,713
321,065
15,98
45
Yield (Mpa)
UTS (Mpa)
158,867
133,174
146,0205
236,242
197,309
216,7755
Elongasi (%)
31,6
24,2
27,9
47
Yield (Mpa)
153,964
142,686
148,325
UTS (Mpa)
224,964
215,844
220,404
Elongasi (%)
37,78
34,45
36,11
48
b
Gambar 4. 22 Sampel baja AISI 1006 hasil proses copperising
dengan waktu celup 3 menit pendinginan cepat media air
(a) sebelum (b) sesudah diuji tarik.
Tabel 4. 6 Data Hasil Uji Tarik Copperising 3 Menit dengan
Pendinginan Cepat Media Air.
Sampel
Sampel 1
Yield (Mpa)
233,986
UTS (Mpa)
313,028
Elongasi (%)
13,41
49
50
Yield (Mpa)
235,457
UTS (Mpa)
315,087
Elongasi (%)
12,93
51
Yield (Mpa)
UTS (Mpa)
Elongasi (%)
Tanpa
Perlakuan
224,817
273,308
13,225
Quench
Control
237,713
321,065
15,98
Normalising
146,0205
216,7755
27,9
Quenching
233,986
313,028
13,41
53
Yield (Mpa)
UTS (Mpa)
Elongasi (%)
Tanpa
Perlakuan
224,817
273,308
13,225
Quench
Control
237,713
321,065
15,98
Normalising
148,325
220,404
36,11
Quenching
235,457
315,087
12,93
55
56
Kekerasan (HBN)
Rata-rata
Sampel Control
120
121
126
122,3
Sampel Normalising
3 menit
102
104
104
Sampel Normalising
5 menit
111
106
101
106
Sampel Quenching
3 menit
152
159
158
156,3
Sampel Quenching
5 menit
158
161
168
162,3
Sampel Annealing
85
83
103,3
81,6
57
77
Sampel Annealing
5 menit
86
94
83
87,6
58
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data yang telah
dilakukan dari pengaruh waktu celup dan pendinginan proses
copperising maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya, berikut beberapa saran yang
dapat diperhatikan :
62
DAFTAR PUSTAKA
______. ASTM International. 2000. Standard Specication for
Plates, Carbon Steel, Structural Quality, Furnished to
Chemical Composition Requirements In ASTM
A830M/A830M, Annual Book of ASTM Standards Vol
1 (p. 3). West Conshohoken: ASTM International.
Avner, S. H. (1974). Introduction to Physical Metallurgy. New
York: McGraw-Hill International Book Company.
Bondan, T. Sofyan. (2010). Pengantar Teknik Material. Jakarta:
Salemba Teknika
Davenport, W. G. (2002). Extractive Metallurgy of Copper, 4th
Edition. Tucson, Pergamon.
F. Molleda, J. (n.d.). Copper coating of carbon steel by a furnace
brazing process using brass as the braze. Material
Characterization, Volume 59 issue 5 , pp.613-617.
Klebl, W., Schatz, F., Staschewski, H., & Ziemek, G. (1975).
Patent No. 3894675. United States of America.
Kundig, K., Cowie, J. (2006). Copper an Copper Alloys.
Hoboken: John Wiley & Sons.
Moline, K., Scott, J., International, D., Lasseigne, A., & Liu, S.
(2002). Effect of Copper in High Strength Low Alloy
Steel. Colorado: School Of Mines
Sasaki, T., Barkey, M., Thompson, G., Syarif, Y., & Fox, D.
(2011). Microstructural evolution of copper clad steel