Anda di halaman 1dari 9

JIWA

YANG TERUSIK

Di Meksiko, realitas kehidupan sehari-hari yang keras telah memunculkan para dewa
nirkudus, yang sekarang hadir berdampingan dengan berbagai ikon tradisional.

Oleh GUILLERMOPRIETO
Foto oleh SHAUL SCHWARZ

Narapidana yang dikenal sebagai El Niño, atau Si Bocah Lelaki, masuk ke Center for
Enforcement of the Legal Consequences sembilan setengah tahun yang lalu. Dengan perawakan
yang tinggi dan kurus, dengan senyum kekanak-kanakan yang lugu, dia seperti tidak pernah
tumbuh dewasa, meskipun kisah lama tentang sepak terjangnya bisa membuat kita mendadak
tua dan beruban. Dia diterlantarkan ayahnya saat berusia tujuh tahun dan kemudian dia
dibesarkan oleh kakek dan neneknya dari pihak ibu. Saat berusia 20 tahun, dia melakukan
pembunuhan yang menyebabkannya dijebloskan ke dalam penjara di bagian utara Meksiko ini.
Teman dekatnya, Antonio, yang berpakaian rapi, selalu waspada, gerakannya gesit, dan bermata
bulat, dijejalkan ke sel tahanan sementara yang sama, dengan tuduhan penculikan. "Sejak saat
itu kami berteman," kata yang seorang, sementara yang lainnya membenarkan.
Tidak seorang pun tahu kapan dia dapat meninggalkan penjara, tetapi El Niño
mempunyai alasan untuk terus berharap: Dia mengandalkan dewi pelindung yang diyakininya
telah menyebabkan para sipir penjara tidak berhasil menemukan beberapa benda miliknya yang
terlarang keras dan bisa meningkatkan hukumannya beberapa puluh tahun. "Para sipir itu tidak
melihat apa-apa, walaupun bendanya ada di situ," katanya. Sosok gaib ini melindunginya ketika
musuh-musuhnya berada di sekelilingnya—dan sang dewi tetap setia menemani, seperti kata
Antonio yang mendukung keyakinan temannya, meskipun semua teman sudah melupakan kita,
dan seperti kata pepatah Meksiko, bahkan ketika anjing pun tidak lagi menyalaki kita.
Pembawa mukjizat ini, pelindung orang-orang yang paling tidak berdaya dan para pendosa
besar, adalah La Santa Muerte, Dewi Kematian.
Ia hanyalah salah satu di antara beberapa tokoh dunia-lain yang menjadi panutan warga
Meksiko di saat negara mereka telah kewalahan menghadapi segala macam kesulitan—
kekeringan, wabah flu babi yang diikuti oleh hancurnya industri pariwisata, mengeringnya
cadangan minyak yang merupakan komoditas ekspor utama, krisis ekonomi, dan yang paling
menyengsarakan, kutukan berupa perdagangan narkoba dan kekerasan yang menyertainya yang
begitu sering diberitakan. Meskipun jumlah kasus pembunuhan di Meksiko sebenarnya terus
menurun selama dua dasawarsa terakhir, kejahatan bertubi-tubi yang dilakukan para pengedar
narkoba sungguh mengerikan dan telah memporak-porandakan supremasi hukum sehingga
rakyat Meksiko sering bersuara dengan lantang, mempertanyakan apakah las mafia telah
memenangi perang melawan pemerintahan Meksiko.
"Tekanan emosional dan ketegangan hidup di saat krisis menyebabkan orang mencari
tokoh simbolis yang dapat membantu mereka menghadapi bahaya," kata José Luis González,
seorang guru besar di National School of Anthropology and History Meksiko yang
mengkhususkan diri mengkaji agama-agama populer. Di antara para tokoh penolong ini
terdapat para dewa Kuba asal Afrika yang belum lama ini menyebar ke kawasan lain dan para
penjahat berubah menjadi dewa keajaiban, seperti bandit mitos dari Meksiko utara yang
dijuluki Jesús Malverde. Bahkan ada orang-orang saleh dari Perjanjian Baru yang tugasnya
ditata-ulang bukan untuk mencapai keselamatan, melainkan meraih sukses. Dalam dunia
spiritual yang terus meluas ini, pemujaan sosok kerangka berjubah panjang dan membawa
sabit—La Santa Muerte—mungkin sosok yang paling cepat merebak dan, setidaknya pada
pandangan pertama, sosok yang penampilannya paling menonjol di antara tokoh-tokoh pujaan
baru itu. "Jika kita melihatnya dari sudut pandang sebuah negara yang selama sepuluh tahun
terakhir ini akrab dengan kematian dengan cara yang berbahaya," kata González, "bisa
dimengerti bahwa kerangka ini merupakan lambang yang sangat nyata dan jelas tentang situasi
negara saat ini.”
Sosok kematian yang baru belakangan ini dikenal oleh kebanyakan warga Meksiko menyerupai
sosok malaikat maut abad pertengahan, tetapi pada dasarnya berbeda dengan kerangka jenaka
yang ditampilkan pada Hari Orang Mati—hari ketika arwah orang-orang terkasih warga
Meksiko muncul untuk ikut berpesta dan saling mengenang selama beberapa jam bersama
warga yang masih hidup. Altar sang malaikat maut ini sekarang dapat ditemukan di seluruh
Meksiko, di sudut jalan dan di rumah orang-orang miskin. Perempuan dan laki-laki sama-sama
menjadi pengikutnya. Di jantung Mexico City, di lingkungan yang selalu kasar dan menantang,
Enriqueta Romero memimpin acara doa untuk menghormati kerangka itu setiap tanggal 1 di
awal bulan. Dengan menampilkan sikap ketus, mengucapkan kata-kata kotor, namun sekaligus
keibuan, Romero termasuk di antara para penyebar propaganda yang pertama dan paling efektif
dari sebuah kultus yang diyakini sebagian orang dimulai di kota-kota di sepanjang Teluk
Meksiko, tetapi sekarang sudah mencakup seluruh negara. Di California dan juga Amerika
Tengah, anak-anak muda menyalakan lilin untuk menghormati La Santa Muerte dan
menatahkan tato berupa sosok Sang Dewi pada kulit dengan ukuran kecil hingga sangat besar.
Beberapa tahun yang lalu, Kementerian Dalam Negeri membatalkan pendaftaran La Santa
Muerte sebagai agama yang sah, namun ternyata tidak berpengaruh apa-apa. Gerai koran
menjual video berisi petunjuk cara berdoa kepada sang dewi, dan bahkan para cendekiawan
mulai mengatakan bahwa cara pemujaan ini muy auténtico, sangat autentik.
Bukan hanya krisis, tetapi berbagai jenis masalah yang dihadapi orang belakangan inilah
yang juga memicu merebaknya pemujaan tersebut. Katakanlah, misalnya, kita tinggal di salah
satu kota di sepanjang perbatasan yang sudah dikuasai perdagangan narkoba dan hiruk pikuk
tembakan senapan mesin terdengar setiap malam, membuat kita ngeri karena takut terkena
peluru nyasar. Bukankah masuk akal bahwa kita berdoa meminta perlindungan kepada sosok
bandit dewa narkoba Jesús Malverde, yang dipuja para pengedar narkoba? Warga Meksiko yang
mempertahankan hubungan yang kuat dengan agama Katolik Roma mungkin berpaling kepada
St. Yudas Tadeus. Pada saat menghadapi situasi yang membuat orang tidak berdaya, santo yang
satu ini semakin populer dan hanya bisa ditandingi oleh La Santa Muerte, mungkin karena dia
dikenal dalam Gereja Katolik sebagai santo pelindung orang-orang yang putus asa.
Lima belas tahun yang lalu, seorang laki-laki yang kulitnya terbakar matahari, bernama
Daniel Bucio, mula-mula berdoa kepada St. Yudas, dan enam tahun yang lalu, katanya, St.
Yudas mengabulkan doanya dengan membebaskan ibunya dari penyakit menyakitkan yang
sudah lama dideritanya. Sekarang setiap bulan Bucio datang ke gereja peninggalan zaman
kolonial bernama San Hipólito yang lokasinya tepat di belakang koridor wisata utama di pusat
kota Mexico City untuk mengucapkan syukur kepada patung ajaib St. Yudas yang
disumbangkan ke gereja itu sekitar 30 tahun yang lalu. (Sejarawan yang mengkaji perdagangan
narkoba mungkin akan terkesima oleh faktor kebetulan ini: Sekitar 30 tahun yang lalulah para
pengedar narkoba dari Medellín, Kolombia, yang terkenal setia kepada St. Yudas, pertama kali
menjalin hubungan dagang dengan mitranya dari Meksiko.) Festival resmi St. Yudas jatuh pada
tanggal 28 Oktober, dan ribuan pengikutnya terinspirasi untuk datang dan berdoa kepadanya
pada tanggal itu setiap bulan. Enam belas kali misa diselenggarakan di paroki sejak fajar hingga
malam, dan para jemaat beringsut-ingsut berjalan sambil berlutut menghampiri patung St.
Yudas, lalu berdoa meminta pertolongan, perlindungan, dan untuk kelangsungan hidup.
Jumlah jemaat begitu banyak sehingga polisi harus menutup beberapa lajur jalan di luar gereja.
Daniel Bucio mencintai romerías atau festival keagamaan ini yang dijejali banyak orang
yang berdesakan serta makanan di tepi jalan dan parade panjang yang mengelu-elukan patung
St. Yudas—ada yang begitu besar yang beratnya menguras tenaga pembawanya, ada yang kecil
tapi dihiasi dengan sangat indah, seperti kepunyaannya, yang demi ketaatan terhadap tradisi
agama kuno kota kelahirannya didandani dengan jubah panjang semata kaki yang gemerlap dan
hiasan kepala berbulu yang biasa dikenakan para kaisar Aztec. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, kegembiraan Bucio dalam mengikuti acara ziarah bulanan itu terganggu oleh semakin
banyaknya kerumunan pria dan wanita muda tanpa senyum yang badannya dihiasi tato dan
membawa-bawa rantai, yang datang berkelompok dan menjejalkan diri menerobos kerumunan
orang, sering bertukar benda yang tampak seperti permen kecil dibungkus dalam transaksi yang
berlangsung cepat. Bucio tahu apa yang mereka lakukan.
"Sayang sekali, banyak anak-anak muda itu berdatangan ke sini," katanya. "Mereka
menodai nama Tuhan dan St. Yudas—yang tidak ada hubungannya dengan narcotráfico ini.
Kalau semua orang datang ke sini dengan niat pengabdian yang tulus, kita tidak akan melihat
orang-orang seperti ini."
Romo Jesús García, anggota Ordo Claretian berperawakan kecil dan berpenampilan
ceria yang sering memimpin Misa untuk menghormati St. Yudas ini sadar bahwa orang-orang
tertentu yang terlihat seolah-olah mereka berharap bisa mendapatkan banyak uang dengan
cepat berdatangan ke gereja ini untuk berdoa kepada St. Yudas. Namun, dia berhati-hati ketika
mengemukakan bahwa jemaat baru St. Yudas meliputi semua lapisan masyarakat dan berasal
dari berbagai profesi. "Beberapa hari yang lalu, seorang politisi datang ke sini memintaku untuk
ikut membantunya berdoa agar bisa meraih kemenangan dalam pemilu. Coba bayangkan! "dia
berseru dengan geli, berupaya menepiskan pandangan yang mengatakan bahwa St. Yudas
mungkin sosok dewa narkoba. "Ada yang mengatakan bahwa ketika patung San Juditas
menunjukkan dia membawa sesuatu di tangan kirinya, itu berarti dia bekerja untuk pengedar
narkoba, dan omong kosong lainnya yang seperti itu." Romo Jesús lebih suka memusatkan
perhatiannya kepada sejumlah besar jemaat baru yang memiliki kesalehan sejati.
Jika diperhatikan dari luar, para pengedar narkoba Meksiko adalah satu-satunya
kelompok orang yang tidak memiliki alasan untuk merasa putus asa dalam krisis yang saat ini
sedang menerpa rekan-rekan mereka. Para pengedar narkoba Meksiko, yang secara ideal
ditempatkan di berbagai lokasi untuk mengirimkan hampir semua kokain yang dikonsumsi
orang-orang di utara perbatasan, juga menanam dan menyelundupkan sebagian besar ganja
dan zat kimia stimulan yang persentasenya semakin tinggi yang disukai konsumen AS. Mereka
menggunakan kekerasan sebagai alat yang sangat efektif untuk berkomunikasi, merusak badan
korban mereka secara mengerikan dan memajang mayat mereka agar semua orang bisa
melihatnya dan tahu seberapa besar kekuasaan para juragan narkoba ini dan menimbulkan
ketakutan kepada mereka.
Dulu, para pengedar narkoba yang pertama adalah sekelompok kecil orang yang
dipersatukan oleh hubungan keluarga, berasal dari negara bagian kecil Sinaloa di Meksiko
utara. Berlokasi di antara Teluk California dan Sierra Madre Occidental, setidaknya 480
kilometer dari perbatasan Amerika Serikat, dan sebagian besar berupa lahan pertanian dan
kawasan miskin, Sinaloa merupakan lokasi yang ideal untuk perdagangan gelap yang memasok
pasar A.S. Kegiatan awal para pengedar narkoba ini dulu dibatasi terutama untuk menanam
ganja di pegunungan atau membelinya dari para petani di sepanjang pesisir Pasifik, kemudian
menyelundupkannya ke AS. untuk mendapatkan keuntungan yang mulus. Selama puluhan
tahun kegiatan ini boleh dikatakan berisiko rendah dan berskala kecil, dan kekerasan hanya
terjadi di dalam dunia mereka sendiri, dunia narkoba.
Pada tahun 1970-an, pemerintah Meksiko yang bekerja sama dengan Amerika Serikat
melancarkan serangkaian serangan terhadap para pengedar narkoba dari Sinaloa. Namun, ini
ibarat berusaha menghilangkan virus dengan menggelontorkannya ke dalam aliran darah.
Sejumlah kecil "prajurit kaki," begitulah mereka mulai dijuluki, dijebloskan ke dalam penjara
atau tewas, namun sebagian besar pemimpin mereka berhasil melarikan diri dari Sinaloa tanpa
terluka dan melancarkan operasi di beberapa negara tetangga dan di sejumlah kota besar di
sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Setiap kali digempur serangan militer baru, para pengedar
narkoba itu menyelinap ke wilayah baru dan bahkan menjadi semakin kuat. Dengan semakin
luasnya perdagangan narkoba ini, semakin canggih pula persenjataan dan jumlah pelakunya,
dan di setiap kota dan daerah baru mereka menyuap semakin banyak politisi dan polisi. Tidak
ada yang bisa menghentikan perdagangan narkoba itu sendiri, karena kegiatan tersebut
dijalankan sesuai dengan rumus yang sempurna: Menjual barang haram dengan harga yang
digelembungkan kepada konsumen yang punya uang, dan merekrut tenaga kerja terutama dari
kalangan anak muda yang tidak punya uang maupun masa depan, yang sangat ingin terlihat
keren, bertindak kejam, dan merasa berkuasa. Pada tahun 1980-an, sebuah tatanan baru
muncul. Para juragan narkoba menguasai dunia bawah tanah dan orang-orang penting yang
mengelola keamanan di kota seperti Guadalajara, Tijuana, dan Juárez. Dalam perjanjian
perdamaian yang rapuh yang berlangsung selama bertahun-tahun, para juragan narkoba
membagi-bagi setiap kota untuk menjadi jatah keluarga tertentu.
Pada tahun 1990-an, perdamaian yang rapuh di antara keluarga-keluarga Sinaloa yang
tercerai berai itu akhirnya hancur berantakan. Mereka berperang satu sama lain untuk
menguasai sejumlah titik transit yang penting di daerah perbatasan dan kemudian mulai
berseteru dengan, dan kadang-kadang melawan, kelompok pengedar narkoba pemula yang
bukan berasal dari Sinaloa. Kelompok ini adalah Cartel del Golfo yang menentukan aturan main
sendiri, berasal dari pantai Teluk, negara bagian Tamaulipas. Cabang kelompok ini adalah
Zetas, sepasukan personil militer berandalan yang pada awalnya dilatih sebagai pasukan elit
antinarkoba. Pada September 2006, warga Meksiko menyaksikan tanda-tanda pertama tentang
seberapa jauh lebih ganasnya kekerasan narkoba kelak, ketika sekelompok orang berpakaian
hitam memasuki sebuah diskotek di pinggir jalan di negara bagian Michoacán dan
menumpahkan isi kantong sampah plastik ke lantai. Lima kepala orang menggelinding keluar.
Era baru telah tiba, dan para prajurit kaki dalam perang narkoba yang semakin
memanas, yang menghadapi prospek kematian yang mengerikan seperti itu, semakin berpaling
kepada kematian itu sendiri untuk meminta perlindungan. Pada saat kampanye pertama
antinarkoba itulah mitos Jesús Malverde, dewa narkoba yang asli, menyebar melampaui
perbatasan Sinaloa. Konon, Malverde adalah penjahat abad ke-19 yang merampok para
hartawan dan hasil rampokannya diberikan kepada kaum miskin, yang menjalani hukum
gantung karena dosa-dosanya, dan kemudian menciptakan mukjizat dari kuburannya.
Pengkultusan dirinya mulai dikenal pada tahun 1970-an, setelah mantan pedagang kaki lima,
Eligio González, mulai berdoa kepadanya. Sambil duduk mantap, dengan santai dan tanpa
senyum di luar tempat suci Malverde di Culiacán, putra González yang masih muda, Jesús,
menceritakan kisah keajaiban itu kepadaku. Eligio telah bekerja sebagai sopir pada tahun 1976
ketika dia ditikam dan ditembak dalam sebuah perampokan bersenjata dan ditinggalkan begitu
saja karena diperkirakan akan mati. Dia berdoa kepada Malverde, di satu-satunya monumen
yang ada pada waktu itu, yakni tumpukan batu yang konon adalah kuburannya, berjanji akan
mendirikan sebuah kuil yang layak untuk menghormati Malverde jika bandit suci itu
menyelamatkan hidupnya. Ketika ternyata berhasil tetap hidup, dia pun menepati janjinya.
González tampaknya maklum bahwa orang akan bisa memahami pentingnya Malverde
secara nyata hanya jika ada gambar yang bisa mereka puja, tapi sayangnya tidak ada foto
Malverde—dan bahkan tidak ada bukti sama sekali bahwa dia pernah hidup. Pada tahun 1980-
an González meminta seorang seniman di lingkungan perumahannya untuk membuat patung
setengah badan: "Buat tampilannya mirip Pedro Infante dan Carlos Marisca." Infante adalah
bintang film terkenal dari Sinaloa, sementara Mariscal adalah politisi lokal.
Tempat suci Malverde berupa sebuah kuil darurat dari batu bata, berlokasi tepat di
seberang kompleks perkantoran pemerintah negara bagian Sinaloa, dan dinding dalam serta
dinding luarnya yang berwarna hijau dipenuhi testimoni yang dipasang oleh jemaatnya. Patung
setengah badan itu dipajang dalam sebuah kotak kaca dan dikelilingi oleh puluhan karangan
bunga, sebagian besar bunga plastik. Banyak foto yang menyertainya dan plakat terukir yang
menampilkan gambar tanaman ganja atau "tanduk kambing": senapan AK-47. Tidak seorang
pun pernah secara serius mempertikaikan status Malverde sebagai dewa narkoba—di Sinaloa
sudah menjadi kenyataan bahwa setiap kali ada pengedar narkoba besar ingin berdoa, seluruh
jalan ditutup, sehingga dia dapat berdoa dengan damai. Tetapi, sebagaimana yang dikatakan
oleh sipir penjara Culiacán, Malverde sekarang begitu populer di kalangan warga Sinaloa dalam
setiap aspek kehidupan sehingga dia benar-benar lebih dari sekadar lambang dewa atau tokoh
agama.
Di Mexico City, direktur penjara tidak mau menerima wartawan yang tidak bersedia
menandatangani pernyataan yang menjanjikan bahwa mereka tidak akan menulis "propaganda"
yang mendukung pemujaan La Santa Muerte. Sebaliknya, di Pusat Penegakan Konsekuensi
Hukum Kejahatan, direkturnya memperbolehkan aku melakukan wawancara tanpa prasyarat
dengan beberapa narapidana tentang keyakinan mereka. Dengan dikawal oleh sipir penjara
melewati serangkaian pemeriksaan dan lorong, aku terkejut ketika tiba di lorong panjang
terbuka yang dinding kirinya dihiasi gambar kartun ceria Snow White, Tweety Bird, SpongeBob
SquarePants, dan sebagainya. Gambar-gambar ini dilukis atas permintaan para narapidana,
demikian si sipir menjelaskan, sehingga anak-anak tidak merasa takut ketika mereka datang
untuk menghabiskan masa liburan bersama ayah mereka. Di seberang dinding bergambar
kartun itu terdapat pagar kawat yang tinggi dan di belakangnya terdapat beberapa bangunan
mirip hanggar yang dikelilingi rumput dan bahkan pepohonan.
Di sinilah Antonio, si terdakwa penculik, menulis corridos, atau lagu tentang para
pelanggar hukum, beberapa di antaranya bahkan sudah direkam. Dan di sini jugalah El Niño, si
terpidana pembunuh, menusukkan jarum ke beludru hitam dan melilitkan benang berwarna
cerah di sekitar jarum itu dengan pola rumit untuk membingkai potongan gambar Perawan
Guadalupe, Yesus Kristus, dan La Santa Muerte. Dia pertama kali mengenal sang Dewi
Kematian melalui televisi, yang mungkin tampak sebagai sumber yang tidak lazim bagi wahyu
rohani, tetapi itulah jalan yang terbuka baginya di balik jeruji penjara. Sekarang tidak ada yang
dapat mematahkan keimanannya terhadap pelindung barunya.
Kami mengobrol di bawah naungan pepohonan rindang di halaman penjara, beberapa di
antara kami duduk mengelilingi meja reyot yang dibawakan oleh beberapa orang narapidana
dan sudah digosok dengan hati-hati sampai bersih. Sejumlah besar narapidana lain yang pada
awalnya tampak seperti mengancam di sekitar kami akhirnya berdiri diam-diam, mengangguk
tanda setuju ketika Antonio menjelaskan apa yang membuat La Santa Muerte memiliki daya
tarik yang begitu besar: "La Muerte selalu berada di samping kami—bahkan meskipun hanya
berbentuk perangko kecil yang kami letakkan di atas tempat tidur, kami tahu bahwa dia tidak
akan bergerak, bahwa dia tidak akan pernah pergi."
Nenek El Niño berkata kepadanya bahwa jika nanti dia keluar dari penjara, dia (si
nenek) tidak ingin bertemu dengannya, dan tidak ingin putri El Niño melihatnya lagi, untuk
selamanya. Tetapi, tidak seperti darah dagingnya sendiri, La Muerte membutuhkan dia: "Jika
kita berjanji memberinya bunga putih, dan kita tidak membawakan bunga itu kepadanya,
kitalah yang merasa tidak enak," katanya. "La Muerte menangis, dan kita merasa tidak enak."
Jadi, dia mengucapkan janji yang dapat dipenuhinya kepada La Muerte.
Tengah hari datang menjelang, dan dengan cepat udara terasa semakin panas. Para
narapidana saling senggol, dan salah seorang di antara mereka pergi mengambil botol air dari
plastik yang sudah robek, yang disuguhkan dengan rasa hormat yang tak terduga kepada tamu
mereka yang tidak biasa. Aku bertanya tentang desas-desus yang mengatakan bahwa ritual
untuk La Santa—Dewi Santísima, Dewi Mungil Kurus, Dewi Putih—dilakukan dengan
menyediakan darah manusia dan bahkan dengan mengorbankan manusia. Seorang narapidana
di penjara lain, yang kondisinya jauh lebih buruk, bercerita kepadaku bahwa desas-desus itu
benar.

El Niño dan Antonio hanya mengatakan bahwa La Santa Muerte pasti mengabulkan doa—
tetapi, ada imbalannya, dan imbalan itu harus sebanding dengan seberapa besar keajaiban yang
diminta, dan hukuman bagi yang tidak memenuhi janji kepadanya sungguh mengerikan.
Aku dan para lelaki itu sudah agak lama mengobrol, dan meskipun suhu udara semakin
panas yang pasti membuat blok sel mereka seperti tungku api, ada sesuatu mengenai
keterbukaan di penjara itu, rumputnya, pepohonannya, bahkan cara mereka yang dengan penuh
persaudaraan memperlakukan satu-satunya penjaga yang sedang bertugas, membuat tempat itu
seakan-akan tempat yang boleh dikatakan cukup menyenangkan. ("Dia menghabiskan waktu 12
jam sehari di sini," kata Antonio. "Dia sudah seperti tahanan juga seperti kami.")
Ketika para lelaki itu sudah merasa semakin nyaman, cara mereka yang sopan
terhadapku bahkan membuat orang mungkin membayangkan bahwa mereka tidak bersalah
atas kejahatan mengerikan yang pernah mereka lakukan, bahwa keimanan mereka terhadap La
Santa Muerte hanyalah masalah preferensi dan bukan karena mereka sangat membutuhkannya.
Kemudian, kutanyakan kepada El Niño, kalau dia keluar nanti, apakah menurutnya dia akan
dapat menjalani kehidupan normal.
Wajahnya meringis, menampilkan senyuman getir. "Mengingat semua hal yang pernah
kulakukan?" katanya. "Akan ada orang menunggu untuk menghabisiku begitu aku berjalan ke
luar gerbang." Kami berjabatan tangan, dan dia serta Antonio mengucapkan terima kasih atas
kesempatan untuk mengobrol. Aku kembali ke kawasan Meksiko lain di luar penjara, yang juga
membutuhkan keimanan besar untuk bisa mempertahankan harapan.

Anda mungkin juga menyukai