IDENTITAS
Nama
: Busnar
: 65 tahun
: Islam
Alamat
Status
: Cerai mati
Pekerjaan
: Wiraswasta
: Hipertensi (+)
:-
ANAMNESA TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: Hipertensi
Traktus Respiratorius
Traktus Digestivus
: BAB (+)
Traktus Urogenitalis
: Tidak ada
Faktor Familier
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
ANAMNESA SOSIAL
Kelahiran dan Pertumbuhan :Normal
Imunisasi
: Tidak jelas
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
3. PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 80x/i
Frekuensi Nafas
: 20 x/i
Temperatur
: 36,7 oC
Persendian
: Normocephali, Medial
Pergerakan
Kelenjar Parotis
Desah
: Tidak ada
Dan lain-lain
: Tidak ada
Paru-paru
Inspeksi
: Simetriskanan = kiri
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
anterior
Perkusi
linea sternalis kanan ICS VI, batas kiri linea midclavicularis ICS VI
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Simetris, datar
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
GENITALIA
Toucher
4. STATUS NEUROLOGI
Bentuk
: normocephali
Fontanella
: Tertutup, keras
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Dalambatas normal
Kaku Kuduk
:-
Tanda Kernig
:-
Tanda Lasegue
:-
Tanda Brudzinski I
:-
Tanda Brudzinski II
:-
Muntah
:-
Sakit Kepala
:-
Kejang
:-
Normosmia
Anosmia
Parosmia
Hiposmia
NERVUS II
Visus
Lapangan Pandang
Normal
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma
Fundus Oculi
TDP
TDP
TDP
DBN
DBN
Nistagmus
Pupil
Lebar
3 mm
3 mm
Bentuk
bulat reguler
bulat reguler
Rima Palpebra
7mm
7mm
Deviasi Konjugate
Strabismus
NERVUS V
Kanan
Kiri
Motorik
Kekuatan gigitan
Sensorik
Kulit
DBN
DBN
Selaput lendir
TDP
TDP
Refleks kornea
Langsung
Tidak langsung
Refleks Masseter
Refleks Bersin
TDP
TDP
NERVUS VII
Kanan
Kiri
Motorik
Mimik
Simetris
Simetris
Kerut kening
TDP
TDP
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi :
Tertawa
Sensorik
TDP
TDP
DBN
DBN
Hiperakusis
sulit dinilai
sulit dinilai
Reflex stapedial
Kanan
Kiri
NERVUS VIII
Auditorius
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
sulit dinilai
sulit dinilai
Vertigo
Tinnitus
NERVUS IX, X
Pallatum mole
: sulit dinilai
Uvula
: Uvula medial
Disfagia
:-
Disartria
:+
Disfonia
:-
Refleks Muntah
:-
NERVUS XI
Mengangkat bahu
:+
NERVUS XII
Lidah
Tremor
:-
Atrofi
:-
Fasikulasi
6. SISTEM MOTORIK
Trofi
: Normotrofi
Tonus
Kekuatan Otot
Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring)
: Berbaring
Tremor
:-
Khorea
:-
Ballismus
:-
Mioklonus
:-
Ateotsis
:-
Distonia
:-
Spasme
:-
Tic
:-
Dan lain-lain
:-
TES SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Propioseptif
:+
Sterognosis
:+
Pengenalan 2 titik
:+
Grafestesia
:+
REFLEKS
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR
Strumple
Refleks Patologis
Kanan
Kiri
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaeffer
Hoffman Tromner :
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
KOORDINASI
Lenggang
: TDP
Menulis
:+
: Simetris
Test telunjuk-telunjuk : +
Tes Telunjuk-hidung : +
Diadokhinesia
:-
Tes tumit-lutut
:+
Tes Romberg
: TDP
VEGETATIF
Vasomotorik
Sudomotorik
Pilo erektor
: sulit dinilai
Miksi
Defekasi
: (+)
: TDP
VERTEBRA
Bentuk
Normal
: (+)
Scoliosis
:-
Hiperlordosis : Pergerakan
Leher
: DBN
Pinggang
: DBN
:-
Cross Laseque
:-
Tes Lhermitte
:-
Test Naffziger
:-
GEJALA-GEJALA SEREBELLAR
Afasia
:+
Disartria
:+
Tremor
:-
Nistagmus
:-
Fenomena Rebound
:-
Vertigo
Dan lain-lain
::-
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor
:-
Rigiditas
:-
:+
Ingatan Lama
:+
Orientasi
Diri
: DBN
Tempat
Waktu
: DBN
Situasi
: DBN
Intelegensia
: DBN
Daya pertimbangan
: baik
Reaksi emosi
: normal
Ekspresif
: (+)
Represif
: baik
: DBN
Afasia
Apraksia
Agnosia visual
:-
Agnosia jari-jari
:-
Akalkulia
:-
Disorientasi Kanan-kiri: -
Agnosia
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemoglobin
15.7
g/dl
12-16
Hitung Eritrosit
5.6
106 /L
3.9-5,6
Hitung Leukosit
15.100
/L
4000-11000
Hematokrit
47.9
36-47
Hitung Trombosit
248.000
/L
150.000-450.000
A. Hematologi
Darah Rutin
Index Eritrosit
80-96
MCV
85.5
Fl
27-31
MCH
27.9
pg
30-34
MCHC
32.7
1-3
Basofil
0-1
N. Stab
2-6
N. Seg
84
53-75
Limfosit
20-45
Monosit
4-6
Cholesterol total
155
mg/dL
<200
Cholesterol HDL
43
mg/dL
>55
Cholesterol LDL
91
mg/dL
<190
Trigliserida
104
mg/dL
50-170
Kimia Klinik
Lemak
CT SCAN HEAD
Infratentorial cerrebellum, pons dan ventrikel 4 tidak tampak kelainan.
Supratentorial tampak gambaran lesi hypodens di thalamus kiri. Tidak tmapak
midline shift.
Cortical sulci di perietal kiri dan ventrikuler lateral kiri prominent
Kesimpulan:
Kesan : Cerebral infark di temporo occipital kiri disertai focal cerebral
atropi kiri
DIAGNOSA
DIAGNOSIS FUNGSIONAL
dextra
DIAGNOSIS ETIOLOGI
: embolus
DIAGNOSIS ANATOMIK
: cerebral infark
DIAGNOSIS KERJA
Definisi Stroke
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih
dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan di- sebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena
trauma maupun infeksi (WHO ). Stroke dengan defisit neurologik yang terjadi
tiba-tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau perdarahan otak.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, terdapat 4 juta penderita stroke dan lebih dari 750.000 ada
penderita stroke yang baru. Resiko stroke meningkat sesuai umur, dengan
insidensi stroke yang tinggi pada orang-orang diatas 65 tahun (Frtzsimmons,
2007). Insidensi serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk per
tahun. Insidensi stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Konsekuensinya,
dengan semakin panjangnya angka harapan hidup, termasuk di Indonesia, akan
semakin banyak pula kasus stroke yang dijumpai. Perbandingan antara penderita
pria dan wanita hampir sama (Hankey, 2002). Stroke meliputi tiga penyekit
serebrovaskular utama, yaitu stroke iskemik, perdarahan intraserebral primer, dan
perdarahan subaraknoid. Stroke iskemik atau serebral infark, adalah yang paling
sering, yaitu 70-80% dari semua kejadian stroke (Frtzsimmons, 2007).
Faktor Resiko
Non modifable risk factor
Usia
Jenis kelamin
Herediter
Ras
Genetik
Modifable risk factor
Mayor
Minor
Termasuk faktor resiko mayor yang dapat di modikasi :
Penyakit jantung
Infark miokard
Elektrokardiogram abnormal disritmia, hipertrofi bilik kiri
Penyakit katup jantung
Gagal jantung kongestif
Diabetes melitus
Polisitemia
Merokok
Kegemukan
Fibronogen tinggi
Klasifikasi
I Berdasarkan Patologi Anatomi dan Penyebabnya :
a. Stroke Non Hemoragik ( Iskemik )
Thrombosis serebri
Emboli serebri
Hipoperfusion Sistemik
b. Stroke Hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarakhnoid
Stroke in evolution
Completed stroke
Sistem karotis
Sistem vertebro
basiler
Stroke hemoragik
Mendadak
Sedang aktif
+++
+
+
+++
Stroke iskemik
Mendadak
Saat istirahat
+
+
+
masih
reversibel. Jika aliran darah ke otak turun sampai <10 mL/100 gram jaringan
otak per menit, akan terjadi rangkai- an perubahan biokimiawi sel dan
membran yang ireversibel membentuk daerah infark.
Perdarahan Intraserebral
Kira-kira 10% strokedisebabkan oleh perdarah- an intraserebral. Hipertensi,
khususnya yang tidak terkontrol, merupakan penyebab utama. Penyebab lain
adalah pecahnya aneurisma, malformasi arterivena, angioma kavernosa,
alkoholisme, diskrasia darah, terapi antikoa- gulan, dan angiopati amiloid.
Perdarahan Subaraknoid
Sebagian besar kasus disebabkan oleh pecah-nya aneurisma pada
percabangan arteri-arteri besar. Penyebab lain adalah malformasi arteri-vena
atau tumor.
Etiologi
1. Emboli
Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau vertebralis akan tetapi
dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.(5)
a) Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat
berasal dari plaque athersclerotique yang berulserasi atau dari trombus
yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b) Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:
1) Penyakit jantung dengan shunt yang menghubungkan bagian
kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel;
2) Penyakit
jantung
rheumatoid
akut
atau
menahun
yang
oleh infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah
terjadinya infark miokard.(4)
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis
(ulserasi plak), dan perlengketan platelet.(4)
Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel,
defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan
vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang
menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke
trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).(4)
Klasifikasi Stroke Iskemik
1.
2.
3.
4.
5.
Lapisan inti yang sangat iskemik (ishcemic core) terlihat sangat pucat
karena CBF-nya paling rendah. Tampak degenerasi neuron, pelebaran
pembuluh darah tanpa aliran darah. Kadar asam laktat didaerah ini tinggi
dengan PO2 yang rendah. Daerah ini akan mengalami nekrosis.
menjadi functional paralysis. Pada daerah ini PO2 rendah, PCO2 tinggi
dan asam laktat meningkat.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan letak oklusi pembuluh darah :
a. arteri serebri media
Gangguan sensibilitas.
Gangguan mental.
Gangguan sensibilitas.
Inkontinensia
Rasa nyeri spontan atau hilangnya persepsi nyeri dan getar pada separuh
sisi tubuh.
d. sistem vertebrobasilaris
gangguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila mengenai lobus oksipital
gangguan nervus kranialis bila mengenai batang otak, gangguan motorik,
gangguan koordinasi, drop attack, gangguan sensorik dan gangguan kesadaran.
Selain itu juga dapat menyebabkan:
Kehilangan keseimbangan
Vertigo
Nistagmus
lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan sensorik
kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh, deviasi mata, hemiparese yang
disertai kejang.
lesi di subkortikal, akan timbul muka, lengan dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka
lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi,
ini berarti terdapat lesi pada kapsula interna
Skor Siriraj
Tatalaksana
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tiga tujuan:
(1) mencegah cedera otak akut dengan memuliihkan perfusi kedaerah iskemik
noninfark,
(2) membalikkan cedera saraf sedapat mungkin,
(3) mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel dari daerah
penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang glutamat.
Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi
paru-paru cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar
oksigen darah berkurang.
Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat. Udem otak dan kejang harus
dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat dari keadaan
penderta yang mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan
pemeriksaan funduskopi.
Blood
Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG.
Tekanan darah dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau
jangan sampai menurunkan perfusi otak.
Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan
drastis, lebih-lebih pada penderita dengan diabetes mellitus lama.
Keseimbangan elektrolit dijaga.
Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya
boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak
baik atau pasien tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik
Bladder
jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan
kateter intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7
hari diganti, disertai latihan buli-buli.
kepada
pasien
serta
memberikan
penjelasan
pada
Penatalaksanaan Khusus :
A. Hipertensi
Penurunan tekanan darah pada stroke fase akut hanya bila terdapat salah
satu di bawah ini:
Tekanan sitolik >220 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit
Tekanan diastolik >120 mmHg pada dua kali pengukuran selang 30
menit
B. Hipotensi
Harus dikontrol sampai normal dengan dopamin drips dan diobati
penyebabnya.
C. Hiperglikem
Harus diturunkan hingga GDS: 100-150 mg% dengan insulin subkutan selama
2-3 hari pertama.Hipoglikemi diatasi segera dengan dekstrose 40% iv sampai
normal dan penyebabnya diobati
D. Hiponatremia dikoreksi dengan larutan NaCl 3%.
Penatalaksanaan Spesifik :
Pencegahan