Anda di halaman 1dari 13

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI ASAM LAKTAT

ASAL FESES ORANGUTAN (Pongo pygmaeus) SEBAGAI KANDIDAT PROBIOTIK


ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF LACTIC ACID BACTERIA FROM
ORANGUTANS (Pongo Pygmaeus) FECES AS PROBIOTICS CANDIDATE
Isma Prasthani H.P, Masdiana C. Padaga, Dyah A. Oktavianie
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya
Email : ismaprasthani@gmail.com;
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi, mengkarakterisasi dan mengetahui potensi probiotik
BAL pada feses orangutan (Pongo pygmaeus). Sampel feses diisolasi dari 3 orangutan berusia lebih
kurang 2 tahun yang diambil dari Taman Safari Indonesia II. Karakterisasi BAL berdasarkan sifat
fenotip dan profil protein menggunakan SDS-PAGE. Kemampuan BAL sebagai probiotik
berdasarkan ketahanan isolat pada kondisi saluran pencernaan menggunakan model cairan lambung
pH 2,5 dan cairan getah empedu (Oxgall 0,3%). Hasil isolasi feses orangutan ditemukan kisaran
7
7
jumlah BAL dengan rerata 5,091,74 10 cfu/ml yang ditumbuhkan secara aerobic dan 5,862,15x10
cfu/ml yang ditumbuhkan secara anaerobic. Dari 14 isolat BAL menunjukkan 2 isolat berbentuk
kokus dan 12 isolat berbentuk batang yang berhasil diisolasi dari feses orangutan. 14 isolat BAL hasil
karakterisasi fenotip berhasil dilakukan pendugaan isolat mendekati genus Lactobacillus sp,
Pedicoccus sp, Aerococcus sp dan Enterococcus sp. Berdasarkan hasil SDS-PAGE menunjukkan
sebagian besar isolat BAL memiliki pita protein fungsional yang sama dengan berat molekul 111,6
kDa dan 99,96 kDa yang diduga merupakan protein bile salt hidrolase dan pita protein dengan berat
molekul 33,25 kDa dan 31,47 kDa yang diduga merupakan protein bacteriocins. Hasil uji potensi
BAL sebagai kandidat probiotik menunjukkan bahwa 14 isolat BAL mempunyai kemampuan tumbuh
yang tinggi pada media asam (pH 2,5) dan garam empedu (Oxgall 0,3 %). Dapat disimpulkan bahwa
Isolat BAL hasil isolasi dari feses orangutan (Pongo pygmaeus) memiliki potensi untuk
dikembangkan sebagai probiotik.
Kata kunci : Orangutan, BAL, Karakterisasi, Probiotik
ABSTRACT
This study was aimed to isolate, characterize and discovered a potency of probiotics from
orangutan (Pongo pygmaeus) feces. Feces samples were used from 3 orangutans approximately 2
years old, which were taken from Taman Safari Indonesia II. LAB characterization based on
phenotype and protein profile was conducted by SDS-PAGE. Pottential assay of LAB as probiotic
candidate was discovered by isolates resistance in gastrointestinal with pH of gastric fluid was 2.5 and
bile fluid (Oxgall) was 0,3 %. The result of isolation LAB from orangutan feces was found LAB with
7
7
average 5.09 1.74 10 cfu / ml in aerobic condition and 5.86 2.15 x10 cfu / ml in anaerobic
condition. The results showed from 14 isolates of LAB there were 2 isolates with cocci form and 12
isolates with rods form. From phenotypic characterization of 14 LAB isolates can be predicted that
the isolates have similiarity with Lactobacillus sp, Pedicoccus sp, Aerococcus sp and Enterococcus
sp. Based on the results of SDS-PAGE, the majority of LAB isolates has a functional protein bands
with a molecular weight of 111.6 kDa and 99.96 kDa which suspected as bile salt hydrolase protein
and the protein bands with molecular weight 33.25 kDa and 31.47 kDa which suspected as
bacteriocins protein. The conclusion showed that the 14 LAB isolates from the orangutan (Pongo
pygmaeus) feces have a potency as a probiotic candidates.
Key words: Orangutan, LAB, Characterization, Probiotics

PENDAHULUAN
1

Pemanfaatan probiotik terbukti telah


meningkatkan kesehatan saluran pencernaan.
Sesuai yang disampaikan Schrezenmeir & de

Vrese (2008) bahwa probiotik merupakan


mikroorganisme hidup non patogen yang
berpengaruh positif bagi kesehatan hewan
dengan cara memperbaiki keseimbangan
mikroflora indigenous dalam saluran
pencernaan. Probiotik bermanfaat untuk
kesehatan antara lain: meningkatkan
ketahanan terhadap penyakit infeksi terutama
diare, menurunkan resiko lactose intolerance
dan
meningkatkan
sistem
imunitas
(Roberfroid, 2000). Penelitian mengenai
bakteri asam laktat (BAL) yang berpotensi
probiotik untuk kesehatan telah banyak
dilakukan seperti pemanfaatan probiotik
dalam penanggulangan penyakit infeksi
saluran pencernaan (Laudanno, 2006;
Savadogo, 2006). Beberapa spesies BAL
yang umum digunakan sebagai probiotik
adalah lactobacillus, enterococcus dan
lactococcus (Gibson, 2000).
Orangutan merupakan satwa liar yang
rentan terserang penyakit infeksi saluran
pencernaan. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Taman Safari
tahun 2003-2004
penyakit yang sering menyerang orangutan
adalah diare yang merupakan tanda
terjadinya enteritis (Tilley & Smith, 1980;
Lestari, 2004). Data tersebut didukung oleh
studi yang dilakukan Minarwanto (2008)
bahwa kasus penyakit pada orangutan
sebagian besar berupa gangguan pencernaan
seperti enteritis, gastritis dan lactose
intolerance. Penggunaan bakteri probiotik
dari saluran pencernaan orangutan mampu
menurunkan resiko gangguan pencernaan
karena lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungannya
sehingga
keseimbangan
mikroflora dengan cepat dapat diperoleh.
Penelitian terdahulu mengenai isolasi
dan karakterisasi BAL sebagai kandidat
probiotik telah dilakukan oleh Beasly, 2004;
Lengkey, 2009; Azhari, 2011 yang
melakukan
isolasi,
identifikasi
dan
eksploitasi BAL dari mikrobiota manusia

TSI II Prigen-Pasuruan. Pengambilan sampel


diambil dilakukan 2 kali ulangan dan sampel
yang diambil pada setiap ulangan dilakukan
duplo sebanyak 1 gram secara aseptis2

daging ayam mentah dan minuman


tradisional yogurt.
Namun demikian, penelitian tentang
BAL pada wild animal terutama orangutan
untuk mendapat isolat indigenous belum
pernah dilakukan sebelumnya dan perlu
penelitian lebih lanjut agar BAL dapat
berperan sebagai probiotik. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi
dan
mengkarakterisasi
BAL
serta
mengetahui potensi BAL sebagai kandidat
probiotik yang diisolasi dari feses orangutan
(Pongo pygmaeus).
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan adalah
seperangkat alat steril pengambilan sampel,
glass ware, vortex (Maxi Mix II), Laminar
Air Flow (LAF) (Nuaire Labgard Class II),
inkubator (MMM Medcenter), mikroskop
cahaya (Olympus TL2), foto digital
mikroskopik (Olympus CX41), anerobic jar
(OXOID), spektrofotometer (Genesys 20),
sentrifugasi, Ultrasonic clearer (Branson
200), power pac basic (Bio-Rad), cetakan gel
3
20x16x1 cm , elektroforesis chamber.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan
adalah Peptone (HIMEDIA REF RM 001500G), MRS Agar (De Man,Rogosa And
Sharpe 1.10660.0500), MRS broth (Merck),
beef ekstrak, Oksidase stick, OF Basal
medium (MERCK 1.10282), H2O2 3 %,
Oksidase kit, NaCl 6,5%, 10%, dan 18%,
pewarna gram, perwarna spora, cairan
empedu (Oxgall) 0,3%, HCl, NaOH, Gel
Polyacrylamide, inhibitor protease 1 mM
PSMF, cell-lytic B-II-Bactreial solution, 0,3
% Tris, 1,44% glycine, 0,1% SDS,
Coomassie blue R-250 (MP001), 50%
TM
methanol, 10 % acetic acid, Page Ruler
Prestained Protein Ladder Plus (SM1811).
Prosedur Penelitian
Preparasi Sampel Feses
Penelitian ini menggunakan sampel
feses yang berasal dari tiga orangutan yang
berusia lebih kurang 2 tahun diambil dari
menggunakan cotton swab yang dimasukan
kedalam botol sampel steril dan disimpan
o
pada suhu 5 C.

Isolasi Bakteri Asam Laktat


Isolasi bakteri dilakukan sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) ISO 68871: 2012. Sampel feses yang telah dikoleksi
dilakukan pengenceran secara berseri (10
1
-2
-3
-4
-5
-6
,10 , 10 , 10 ,10 dan 10 ) menggunakan
-2
pepton water steril. Hasil pengenceran 10 ,
-4
-6
10 , dan 10 ditanam menggunakan metode
pour plate pada media selektif MRS agar
(MRSA) (steril, diinkubasi secara anerobic
dalam 5% CO2 pada suhu 37C selama 48
jam.
Pemurnian
bakteri
dengan
menggunakan teknik penggoresan kuadran
pada media MRSA. Target pemurnian adalah
koloni yang memiliki morfologi koloni
berbeda, bersifat katalase negatif dan
termasuk kedalam bakteri Gram positif.
Selanjutnya, dipilih 3 jenis koloni dominan
untuk dilakukan karakterisasi koloni dan
bakteri. Setiap koloni dibuat triplo sehingga
diperoleh 54 isolat yang berasal dari
orangutan A, orangutan B dan orangutan C.
Karakterisasi Fenotip Bakteri Asam Laktat
Karakterisasi isolat BAL berpedoman
pada buku Cowan and Steels Manual for the
identification of medical bacteria (Barrow &
Feltham, 1993). Sifat morfologi yang diamati
meliputi morfologi koloni dan morfologi sel.
Pengamatan fisiologis yang meliputi
motilitas, uji kemampuan tumbuh pada suhu
15C, 37C, dan 45C, pada MRS broth
dengan konsentrasi NaCl 6,5%, 10%, dan
18%
Sedangkan
karakterisasi
secara
biokimiawi yang dilakukan antara lain : uji
katalase, oksidase, Indole, reduksi nitrat,
hidrolisis pati, oksidatif-fermentatif (OF) dan
uji fermentasi glukosa. Pendugaan isolat
BAL berdasarkan nilai uji similaritas yang
menggunakan metode UPGMA (Unwighted

dan penanaman 1 ml isolat ke dalam media


MRSA dengan metode pourplate yang
o
kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama
3

pair group
averages).

method

using

arithmetic

Uji Potensi Bakteri Asam Laktat sebagai


Kandidat Probiotik (Lin et al., 2006)
Uji potensi isolat BAL sebagai
probiotik meliputi uji ketahanan BAL
terhadap cairan asam lambung (pH 2,5) dan
uji ketahanan terhadap sekresi garam
empedu (Oxgall 0,3%) dengan menggunakan
media MRS broth dengan menginokulasi
isolat bakteri pada populasi awal minimal
8
10 cfu/ml kedalam media uji.
a) Uji ketahanan BAL terhadap asam
lambung
Isolat BAL diinokulasikan kedalam
medium selektif MRS broth
yang
ditambahkan HCL 2 N sehingga pH
mencapai 2,5-3 (disesuaikan dengan pH
lambung). Selanjutnya isolat diinkubasi pada
o
suhu 37 C selama 3-4 jam. Pengamatan
pertumbuhan isolat dinyatakan dengan
tingkat
kekeruhan
menggunakan
spektrofotometer berdasarkan nilai OD
(optical dencity) pada = 660 nm dan
penanaman 1 ml isolat ke dalam media
MRSA dengan metode pourplate yang
o
kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama
24 jam. Intepretasi hasil positif akan terlihat
dengan peningkatan nilai OD dan
pertumbuhan isolat pada media MRSA
setelah inkubasi.
b) Uji ketahanan BAL terhadap garam
empedu
ketahanan BAL terhadap getah empedu
disesuaikan dengan kadar garam empedu
pada saluran pencernaan yaitu dengan
menggunakan oxgall sebanyak 0,3 % w/v
dalam media MRS broth dengan pH 7,2.
Pengujian pada konsentrasi garam empedu
0,3 % mengacu pada Marteu et al., (1997).
Kultur kerja isolat BAL diinokulasikan ke
dalam medium selektif MRS broth yang
ditambahkan
garam
empedu
0,3%.
o
Selanjutnya isolat diinkubasi pada suhu 37 C
selama 3-4 jam. Pengamatan pertumbuhan
isolat dinyatakan dengan tingkat kekeruhan
menggunakan spektrofotometer berdasarkan
nilai OD (optical dencity) pada = 660 nm
24 jam. Intepretasi hasil yang menandakan
positif akan terlihat dengan peningkatan nilai
OD dan pertumbuhan isolat pada media
MRSA setelah inkubasi.

Analisa Profil Protein BAL menggunakan


SDS-PAGE (Ghazi et al., 2009)
Hanya 9 isolat representatif dipilih
berdasarkan nilai uji similaritas terdekat
untuk diketahui profil proteinnya. Preparasi
sampel protein menggunakan fresh culture
isolat BAL dalam media MRS broth yang

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah Bakteri Asam Laktat Pada Feses
Orangutan

ditambahkan 5 ml phospat buffer 0,1 M


(pH7,4). Sel bakteri didapat setelah
dilakukan sentifugasi pada kecepatan 6000
rpm selama 15 menit. Sel bakteri
sebelumnya dilakukan sonifikasi selama 10
menit. Pellet ditambahkan etanol 96 %
dengan rasio (1:1) kemudian di inkubasi
o
pada suhu dingin -20 C selama 24 jam dan di
sentifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 10 menit. Pellet yang dihasilkan
selanjutnya di tambahkan Tris Hcl dengan
rasio (1:1). Protein marker yang digunakan
dalam penelitian ini PageRuler Prestained
Protein Ladder Plus (10 hingga 250 kDa).
Rerata jumlah BAL (cfu/ml) pada
sampel feses tiga orangutan usia lebih
kurang 2 tahun di TSI II dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Rerata Jumlah BAL pada Feses Orangutan di TSI II


Kode Sampel
Rerata Jumlah Koloni BAL
7
(10 cfu/ml)*
Aerobic
Anaerobic
A
3,201,33
3,471,68
B
6,821,11
7,671,28
C
5,250,11
6.450,41
Rerata
5,091,74
5,862,15
Pada penelitian ini BAL memiliki
jumlah yang cukup besar pada populasi
mikroflora dalam feses orangutan dapat
dilihat pada Tabel 1. Menurut Salminen
(1998) saluran pencernaan orangutan
diperkirakan mengandung flora normal
12
mencapai 10 bakteri per gram isi saluran
cerna dan lebih kurang 500 spesies
merupakan BAL. Penelitian terdahulu pernah
dilakukan oleh Pertiwi (2008) yang berhasil
mengisolasi BAL dari feses tikus dengan
9
rerata jumlah BAL berkisar 9,12 x10 cfu/ml.
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa
sampel feses orangutan yang di inkubasi
secara anaerobic memiliki kisaran jumlah
7
BAL dengan rerata 5,862,15x10 cfu/ml.
Nilai ini lebih tinggi dibandingkan sampel
feses yang diinkubasi secara aerobic yang
memiliki kisaran jumlah BAL dengan rerata

5,091,74x10 cfu/ ml. Menurut Candra


(2006)
BAL
termasuk
kedalam
mikroorganisme bersifat anaerob facultatif
yang menggunakan proses fermentasi
sebagai
metabolisme
utama
dalam
menghasilkan energi, tergantung dari
ketersedian oksigen dalam lingkungan
pertumbuhannya. Pada Tabel 1. dapat dilihat
bahwa masing-masing individu orangutan
mempunyai rerata jumlah koloni
BAL
berbeda. Perbedaan jumlah koloni BAL pada
saluran pencernaan orangutan dipengaruhi
oleh kapasitas fermentasi pada colon yang
memungkinkan
bakteri
probiotik
berkembangbiak dengan jumlah yang
berbeda. Menurut Freitas et al., (2003)
keseimbangan jumlah BAL yang ada di
saluran pencernaan sangat bergantung pada
kebiasaan makan dan kemampuan orangutan

untuk memfermentasi serat dalam jumlah

yang signifikan.

Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat


Isolasi BAL asal feses orangutan murni dipilih berdasarkan kemampuan tubuh
(Pongo pygmaeus) diperoleh 54 koloni isolat dengan karakteristik yang disajikan
(Lampiran 5) setelah dilakukan pewarnaan dalam Tabel 2.
Gram dan Uji katalase di dapatkan 14 koloni
Tabel 2. Karakterisasi Isolat BAL
Karakteristik
fenotipe
Growth in air
Anaerobic
0
Suhu 37 C
0
Suhu 45 C
0
Suhu 15 C
NaCl 6,5%
NaCl 10 %
NaCl 18 %
Oksidase
Katalase
Motilitas
Indole
Reduksi nitrat
Hidrolisis pati
O/F
Galaktosa
Glukosa
Xylose
Arabinos
Fruktosa
Laktosa
Maltose
Sukrosa
Manitol
Ribose
Pendugaan
Genus

Kode Isolat
AA
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
-

AF
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
-

AG
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
-

BD
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
-

CI
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
-

+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
+
+

Pe
di
co
cc
us
sp

AJ

AK
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+

AL
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+

BM
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+

BN
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
-

BO
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+

CP
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
+

CQ
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
+

CR
+
+
+
+
+
+
+
+
F
+
+
+
+
+
+
+

La La La La La La Enteroco La La La La La
ccus sp\
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ct
ob ob ob ob ob ob Aerococ
ob ob ob ob ob
ac ac ac ac ac ac cus sp
ac ac ac ac ac
ill
ill
ill
ill
ill
ill
ill
ill
ill
ill
Lactoba ill
us us us us us us cillus sp us us us us us
sp sp sp sp sp sp
sp sp sp sp sp
Keterangan : O : Oksidatif; F: Fermentatif; (+): Reaksi positif; (-): Reaksi negatif.
Karakterisasi isolat berpedoman pada mengetahui jarak kedekatan antar isolat BAL
buku Cowan and Steel Manual of The hasil isolasi dengan isolat BAL acuan. Nilai
Identification of Medical Bacteria. Hasil similaritas mendekati 1 menunjukan bahwa
karakterisasi isolat dapat dilakukan Pendugaan ada kemungkinan isolat tersebut dari genus dan
isolat BAL mendekati genus Lactobacillus sp, spesies yang sama. Dari nilai similaritas
Pedicoccus
sp,
Aerococcus
sp
dan diperoleh
14
isolat
BAL
yang
Enterococcus sp berdasarkan nilai uji dikelompokkan kedalam 5 kelompok bakteri
similaritas
masing-masing isolat
yang yang memiliki
genus dan spesies berbeda
disajikan dalam bentuk fenogram untuk
seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengelompokan dugaan isolat BAL hasil karakterisasi berdasarkan nilai uji
similaritas dengan isolat acuan (Lactobacillus sp, Pedicoccus spp,
Aerococcus spp dan Enterococcus spp)
Kode
Sumber Isolat
Nilai
Dugaan isolat
Isolat
similaritas
CP
Orangutan C
0,919
Lactobacillus casei /plantarum
CQ
Orangutan C
0,919
Lactobacillus casei /plantarum
CR
Orangutan C
0,919
Lactobacillus casei /plantarum
BO
Orangutan B
1,000
Lactobacillus casei /plantarum
AL
Orangutan A
0,919
Lactobacillus casei/plantarum
AK
Orangutan A
0,919
Lactobacillus casei/plantarum
AJ
Orangutan A
1,000
Lactobacillus casei/plantarum
BN
Orangutan B
1,000
Lactobacillus acidophilus
AF
Orangutan A
0,944
Lactobacillus acidophilus
BD
Orangutan B
0,933
Lactobacillus delbrueckii /brevis
AG
Orangutan A
0,741
Lactobacillus delbrueckii /brevis
CI
Orangutan C
0,741
Lactobacillus delbrueckii /brevis
AA
Orangutan A
0,730
Pedicoccus sp
BM
Orangutan B
0,740
Aerococcus sp /Enterococcus sp
Berdasarkan Tabel 3 isolat BAL yang Enterococcus sp. Hasil karakterisasi isolat
terkoleksi dapat dikelompokkan menjadi 5 BAL asal feses orangutan didominasi oleh
kelompok isolat BAL yang mempunyai genus Lactobacillus sp. Menurut pendapat
genus dan spesies yang berbeda. Kelompok Dibner & Richard (2005); Carol et al.,
satu terdiri dari isolat CP, CR, CQ, BO, AL, (2011) bahwa koloni BAL genus Lactobacillus
AK dan AJ yang memiliki karakteristik banyak ditemukan pada saluran pencernaan
mendekati spesies Lactobacillus casei dan hewan.
Lactobacillus plantarum. Kelompok dua terdiri
dari isolat BN dan AF yang memiliki Uji Potensi BAL sebagai Kandidat
karakteristik mendekati spesies Lactobacillus Probiotik
acidophilus. Kelompok tiga terdiri dari isolat
Kondisi yang kritikal bagi BAL
BD, AG dan CI yang memiliki karakteristik
mendekati spesies Lactobacillus delbrueckii pertama kali pada saat bakteri memasuki
dan Lactobacillus brevis. Kelompok empat, saluran pencernaan, yakni terpapar pada cairan
isolat AA yang memiliki karakteristik asam lambung dan cairan garam empedu yang
mendekati genus Pedicoccus sp. Kelompok ada di usus. Menurut Havenaar et al., (1992)
lima, isolat BM yang memiliki karakteristik untuk mengembangkan galur probiotik baru
perlu dilakukan seleksi secara
mendekati genus Aerococcus sp dan
in vitro yang meliputi sensitivitas ketahanan hasil ketahanan isolat terhadap asam
terhadap cairan asam lambung (pH 2,5) dan lambung dan cairan garam empedu dapat
cairan garam empedu (Oxgall 0,3 %). Data
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.

Kemampuan hidup isolat BAL pada pH 2,5 dan Oxgall 0,3 % diukur
menggunakan spektrofotometer = 660nm dengan satuan Optical density
(OD)
Kode
Nilai Optical dencity (OD) isolat pada jam keIsolat
pH 2,5
Oxgall 0,3 %

AA
BD
AF

t0
0,444
0,439
0,369

t4
0,569
0,546
0,383

t0
0,404
0,402
0,316

t4
0,888
0,678
0,510

AG
0,521
0,677
0,521
CI
0,464
0,588
0,441
AJ
0,504
0,529
0,457
AK
0,428
0,508
0,365
AL
0.490
0,538
0,435
BM
0,476
0,539
0,414
BN
0,459
0,501
0,499
BO
0,537
0,618
0,497
CP
0,401
0,575
0,491
CQ
0,501
0,593
0,504
CR
0,455
0,567
0,438
Keterangan : t0 : sebelum inkubasi; t4: setelah 4 jam inkubasi
Hasil kemampuan tumbuh isolat BAL
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai
OD dari sebelum inkubasi (t0) dan setelah
inkubasi (t4). Peningkatan nilai OD
menunjukkan isolat BAL yang diisolasi dari
feses orangutan mempunyai ketahanan cukup
tinggi terhadap cairan asam lambung dan
garam empedu.
Isolat CP merupakan isolat BAL
berbentuk batang yang memiliki ketahanan
terhadap cairan asam lambung (pH 2,5)
paling tinggi diantara isolat yang berbentuk
batang. Isolat AA merupakan isolat BAL
berbentuk
kokus
memiliki
ketahanan
terhadap cairan asam lambung (pH 2,5)
paling tinggi diantara isolat yang berbentuk
kokus. Hal ini menunjukkkan bahwa Isolat
BAL yang di uji mampu melewati saluran
lambung yang bersifat asam. Isolat BAL
bahwa Isolat BAL yang di uji mampu
melewati saluran pencernaan terutama usus
tempat
disekresikannya
cairan
garam
empedu.
Hasil
penelitian
terdahulu
(Kusumawati, 2002; Ngatriah et al., 2000;
Wijayanto, 2009) menunjukan bahwa BAL
memiliki ketahanan terhadap cairan garam
empedu yang beragam. Menurut Smet et al.,
(1995) beberapa jenis BAL memiliki enzim
bile salt hydrolase dengan aktivitas untuk
menghidrolisis garam empedu yang mampu
mengubah kemampuan fisik dari kimia
garam empedu sehingga tidak bersifat racun

0,874
0,870
0,696
0,482
0,658
0,678
0,660
0,949
0,722
0,865
0,714

mempunyai ketahanan untuk beradaptasi


pada cairan asam lambung (pH 2,5) karena
kemampuannya dalam mempertahankan pH
sitoplasma melalui translokasi protein yang
dibantu oleh enzim. Enzim-enzim yang
berperan dalam ketahanan BAL terhadap
cairan asam lambung (pH 2,5) adalah enzim
histidin
dekarboksilase,
enzim
arginin
deiminase dan enzim protease (De Angelis
et al., 2002; Casiano-Colon & Marquis
1998).
Isolat AA merupakan isolat BAL
berbentuk
kokus
memiliki
ketahanan
terhadap cairan garam empedu (Oxgall 0,3
%) paling tinggi diantara isolat yang berbentuk
kokus. Isolat BO merupakan isolat BAL
berbentuk batang memiliki ketahanan terhadap
cairan garam empedu (Oxgall 0,3
%) paling tinggi diantara isolat yang berbentuk
batang. Hal ini menunjukkkan
bagi BAL. Hal ini yang menyebabkan isolat
BAL mempu bertahan pada kondisi kritikal
ketika terpapar pada cairan garam empedu
yang ada di usus.
Penanaman
pada
media
MRSA
merupakan pengujian tahap lanjut terhadap
isolat BAL yang terlebih dahulu telah
ditumbuhkan pada pH 2,5 dan Oxgall 0,3 %.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa isolat
BAL mampu tumbuh dengan baik setelah
o
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam
(Gambar 1).

Gambar 1. Isolat BAL yang mempunyai kemampuan tumbuh paling tinggi pada media
MRSA setelah ditumbuhkan pada pH 2,5 dan Oxgall 0,3 %.
Menurut Zavaglia et al., (1998) dan mendukung hasil karakteristik fenotip isolat
Jacobsen et al., (1999), bakteri yang berhasil BAL.
Dari
hasil
running
dengan
hidup setelah ditumbuhkan dalam media elektroforesis menggunakan acuan protein
selektif MRS yang ditambahkan oxgall 0,3
marker PageRuler Prestained Protein
% dan pH asam dinyatakan bersifat tahan Ladder Plus (10 hingga 250 kDa) dapat
terhadap garam empedu dan tahan terhadap terdeteksi berat molekul isolat BAL dengan
asam lambung.
kisaran 12, 34 kDa hingga 155,26 kDa, berat
molekul protein dan jumlah pita masingAnalisa Profil Protein BAL
masing isolat BAL dapat dilihat pada (Gambar
2).
Analisa profil protein isolat akan
mendukung dari hasil karakterisasi isolat BAL.
Sesuai dengan pendapat Ghazi et al., (2009)
yang menyatakan metode analisa SDSPAGE dengan ekspresi profil protein yang
berbeda dapat digunakan untuk

Marker

K (1)

K (2)

K (3)

K (4)

K (5)

Gambar 2. Profil Pita Protein Isolat BAL berdasarkan kelompok


Keterangan : K(1): kelompok isolat bakteri 1
K(2): kelompok isolat bakteri 2
K(3): kelompok isolat bakteri 3
K(4): kelompok isolat bakteri 4
K(5): kelompok isolat bakteri 5
Dari hasil SDS-PAGE dapat dilihat
karakteristik profil pita protein masingmasing isolat yang memperlihatkan jumlah
profil pita protein yang terdeteksi beserta
berat molekul protein terdeteksi. Isolat CR,
AJ dan BO memiliki karakteristik yang sama
ditunjukkan dengan adanya profil pita
protein dengan berat molekul 64,36 kDa
yang dimiliki ketiga isolat tersebut, antara AJ
dan BO memiliki kemiripan karakteristik
yang lebih tinggi dengan adanya 3 pita
protein yang sama dengan berat molekul
berturut-turut 111,6 kDa, 71,85kDa dan
64,36 kDa. Isolat BN dan AF memiliki
karakteristik sama ditunjukkan dengan pita
protein yang memiliki berat molekul sama
yakni 64,36 kDa. Selain itu, isolat AG dan
BD memiliki tingkat kemiripan karakteristik
yang tinggi ditunjukkan dengan banyaknya
pita protein yang sama dengan berat molekul
111,6 kDa, 94,6 kDa, 71,8 kDa dan 20,2
kDa. Sesuai Tabel 5.6 hasil karakterisasi
dan 99,96 kDa diduga jenis protein bile salt
hidrolase (BSH) yang dimiliki oleh BAL.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan Lundeen & Savage (1992) berhasil
mendeteksi berat molekul protein BSH dari
Lactobacillus.sp dengan kisaran berat
molekul 80,00 sampai 115,00 kDa. Bile salt

pita protein Isolat AA dan BM mampu


terdeteksi berturut-turut sebanyak 17 dan 7
pita protein. Hal tersebut sesuai dengan
karakteristik fenotip isolat BAL yang
mengkelompokan isolat BAL kedalam genus
yang sama. Hasil penelitian ini didukung
oleh Sanchez et al., 2003; Ghazi et al., 2009
yang menyebutkan adanya profil protein
yang terlihat pada karakterisasi profil protein
menggunakan SDS-PAGE akan mendukung
hasil karakterisasi fenotip isolat.
Bakteri asam laktat mempunyai profil
protein
yang
menunjukkan
protein
fungsional. Hasil analisa profil protein
terlihat adanya kesamaan beberapa profil
protein dari sebagian besar isolat BAL (AJ,
BO, BN, AG, BD, AA dan BM) dengan
berat molekul 111,6 kDa dan 99,96 kDa
yang diduga protein tersebut merupakan
protein fungsional yang dimiliki oleh
sebagian besar isolat BAL. Profil protein
yang menunjukkan berat molekul 111,6 kDa
hidrolase adalah enzim untuk menghidrolisis
garam empedu yang mampu mengubah
kemampuan fisik dari kimia garam empedu
sehingga tidak bersifat racun bagi BAL dan
menyebabkan BAL mampu tahan terhadap
garam empedu. Hal ini mendukung hasil uji
potensi BAL sebagai probiotik yang

ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan


isolat BAL pada media yang telah
ditambahkan Oxgall 0,3 %. Pada isolat BAL
(AJ, BD, AG dan BO) mempunyai profil
protein dengan berat molekul berturut-turut
33,25 kDa dan 31,47 kDa yang diduga
merupakan berat molekul dari protein
bacteriocins.
Profil
protein
yang
menunjukkan berat molekul 33,25 kDa dan
31,47 kDa diduga jenis protein bacteriocins
yang dimiliki oleh BAL. Hasil tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan
Drider et al., (2006) telah berhasil
mengindentifikasi protein bacteriocins yang
memiliki berat molekul berkisar > 30 kDa
pada BAL. Bacteriocins merupakan salah
satu senyawa antimikroba yang dihasilkan
oleh BAL. Dari hasil running elektroforesis
telah terdeteksi pita-pita protein lain yang
belum diketahui jenis proteinnya, hal ini
dikarenakan hasil ekstraksi yang digunakan
adalah crude protein sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk purifikasi dan
identifikasi protein lain terutama yang
ditemukan pada beberapa isolat BAL.

fenotip mendekati genus Lactobacillus sp,


Pedicoccus sp, Aerococcus sp Enterococcus
sp. Bakteri asam laktat hasil isolasi feses
orangutan memiliki karakteristik profil
protein yang sama dan mempunyai pita
protein
yang
menunnjukkan
protein
fungsional BAL sebagai probiotik. Isolat
BAL hasil isolasi feses orangutan diketahui
mempunyai potensi tinggi sebagai probiotik
yang ditunjukkan dengan kemampuan
tumbuh yang cukup tinggi pada media yang
ditambahkan cairan asam lambung (pH 2,5)
dan cairan garam empedu (Oxgall 0,3 %).
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada direktorat
jenderal DIKTI yang telah memberikan
pembiayaan
penelitian
ini
sehingga
penelitian ini mampu selesai sesuai dengan
yang diharapkan. Terima kasih kepada pihak
Taman Safari Indonesia II yang telah
membantu dalam penyediaan sampel feses
orangutan.
Terima
kasih
kepada
Laboratorium Sentral Ilmu Hayati dan
Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya
yang telah menjadi tempat penelitian. Terima
kasih kepada dosen pembimbing serta rekanrekan peneliti atas dukungan serta bantuan
dalam
kerjasama
yang
baik
untuk
penyelesaian penelitian ini.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka
disimpulkan bahwa dari hasil isolasi BAL
asal feses orangutan didapatkan 14 isolat
BAL dengan rerata jumlah bakteri 5,091,74
7
10 cfu/ml yang ditumbuhkan secara aerobic
7
dan 5,862,15x10 cfu/ml yang ditumbuhkan DAFTAR PUSTAKA
secara anaerobic. Bakteri asam laktat hasil
isolasi feses orangutan memiliki karakteristik
Anonimus. 2012. Standar Nasional Indonesia
(SNI) ISO 6887-1: 2012. 2012.
Penyiapan Contoh Uji, Suspensi Awal,
Dan
Pengenceran
Awal
Untuk
Pengujian
Mikrobiologi.
Badan
Standarisasi Nasional Indonesia.
Azhari, Asmahan. 2011. Isolation and
Identification of LAB Isolated from
Traditional
Drinking
Yoghurt
in
Khartoum
State,
Sudan.
Current
Research in Bacteriology 4(1) :16-22.

rd

the identification of medical bacteria. 3


ed. Cambridge University Press: Great
Britain.

Barrow, G.I. and R. Feltham. 1993. Cowan


and
Steels
Manual
for
Beasley, Shea. 2004. Isolation, Identification
and Exploitation of LAB from Human
and Animal Microbiota. Academic
Dissertation in Microbiology, Faculty of

Agriculture and Forestry and Viikki


Graduate
School
in
Biosciences
University of Helsinki.Finland.
Candra,
Joddi.
2006.
Isolasi
dan
Karakterisasi Bakteri Asam Laktat dari
Produk Bekasam Ikan Bandeng (Chanos
Chanos). [Skripsi]. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institu Pertanian
Bogor.
Carol, A., V. Reene., and L.M.T. Dicks.
2011.
Horizontal
Gene
Transfer
Amongst Probiotic Lactic Acid Bacteria
and Other Intestinal Microbiota: What
Are The Possibilities?. Arch Microbiol.
193:157-168.
Casiano-Coln A, and R.E. Marquis. 1998.
Role of The Arginine Deiminase System
In Protecting Oral Bacteria and An
Enzymatic Basis for Acid Tolerance.
Appl Environ Microbiol. 54(6):1318
1324.

Drider, D., G. Fimlan., Y. Hechard., L. M.


McMullen and H. Prevost. 2006. The
Continuing
Story
of
Class
IIa
Bacteriocins. Microbiol Mol Biol Rev
70: 564582.
Freitas, M., E. Tavan., C. Cayuela., L. Diop.,
C. Sapin and G. Trugnan. 2003. HostPathogens
Cross-Talk.
Indigenous
Bacteria and Probiotics Also Play The
Game. Biology of the Cell 95 : 503506.
Ghazi, F., D. E. Henni., Z. Benmechernene
and M. Kihal. 2009. Phenotypic and
Whole Cell Protein Analysis by SDSPAGE for Identification of Dominants
Lactic Acid Bacteria Isolated from
Algerian Raw Milk. World Journal of
Dairy & Food Sciences 4 (1) : 78-87.
Havenaar, R and J.H.J. Huis int Veld. 1992.
Selection of Strains for Probiotic Use.
Dalam: Fuller, R. (ed.). Probiotics : The
Scientific Basic. London.209-224.

De Angelis, M., L. Mariotti., J. Rossi., M.


Servili., P. F. Fox.,G. Rollan and
M.Gobbetti. 2002. Arginine Catabolism
By Sourdough Lactic Acid Bacteria:
Purification And Characterization Of
The Arginine Deiminase Pathway
Enzymes
From
Lactobacillus
Sanfranciscensis CB1. Applied And
Environmental Microbiology 68(12):
6193-6201.

Jacobsen, C.N., V.R. Nielsen., A.E.


Hayford.,
P.L.
Moller.,
K.F.
Michaelsen.,
A.P.
Erregard.,
B.
Sandstrom., M. Tvede and M. Jakobsen.
1999. Screening of Probiotic Activities
of Forty Seven Strains of Lactobacillus
spp. by In Vitro Techniques and
Evaluation of The Colonization Ability
of Five Selected Strains in Human. Appl.
Environ. Microbiol. 65 : 4949-4956.

Dibner, J.J. and J.D. Richards. 2005.


Antibiotic
growth
promoters
in
agriculture: History and mode of action.
Poul. Sci. 84: 634643.

Kusumawati, N. 2002. Seleksi Bakteri Asam


Laktat
Indigenus
sebagai
Galur
Probiotik
dengan
Kemampuan
Mempertahankan
Keseimbangan
Mikroflora Usus Feses dan Mereduksi
Kolesterol Serum Darah Tikus. [Tesis].
Program Studi Ilmu Pangan. Institut
Pertanian Bogor.

Subcutaneously with Live or Dead


Bacteria. Dig Dis Sci 51: 21802183
Lengkey, H.A.W., R. L. Balia., I. Togoe., B.

Laudanno, O. M., L. Vasconcelos., J.


Catalana and J.A. Cesolari. 2006.
Anti-Inflammatory Effect of Bioflora
Probiotic Administered Orally or
A. Tasbac and M. Ludog. 2009.
Isolation and Identification of Lactic
Acid Bacteria from Raw Poultry Meat.
Biotechnology in Animal Husbandry 25
(5-6): 1071-1077.

Lestari, R. 2004. Pengaruh umur, Pakan,


dan
Kesehatan
Terhadap
Kerontokan
Bulu
Orangutan
(Pongo pygmaeus) di Taman Safari
Cisarua Bogor. [Skripsi]. Fakultas
Kedokteran
Hewan.
Institut
Pertanian Bogor.
Lin W. H., C. F. Hwang, L. W. Chen and H.
Y. Tsen. 2006. Viable Counts,
Characteristic
Evaluation
for
Commercial Lactic Acid Bacteria
Products. J. Food Microbiol. 23: 74-81.
Lundeen, S.G and D. C. Savage. 1992.
Multiple Forms of Bile Salt Hydrolase
from Lactobacillus sp. Strain 100-100.
Journal of Bacreriology. 174(22): 72177220.
Minarwanto, Hendra. 2008. Studi Aktivitas
Harian Orangutan (Pongo pygmaeus
wurmbii, Grove, 2001) Di Orangutan
Care Center And Quarantine Pangkalan
Bun, Kalimantan Tengah. [skripsi].
Fakultas Kehutanan. Institu Pertanian
Bogor.
Ngatirah, A., E. S. Harmayanti dan T. Utami.
2000. Seleksi Bakteri Asam Laktat
Sebagai
Agensia
Probiotik
yang
Berpotensi Menurunkan Kolesterol.
Prosiding Seminar Nasional Industri
Pangan. PATPI (II) : 63-70.
Pertiwi, Widimartani. A. 2008.
Profil
Mikroflora Feses Dan Usus Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) Dengan Konsumsi
Daging Yang Difermentasi Oleh

Lactobacillus
Plantarum.[Skripsi].
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Salminen, S and A. V. Wright. 1998. Lactic
Acid Bacteria: Microbiology and
nd
Functional Aspecs 2
ed. Marcel
Dekker, Inc. New York.
Sanchez, I., S. Sesena and L. Palop. 2003.
Identification of lactic acid bacteria from
spontaneous fermentation of Almagro
eggplant by SDS-PAGE whole cell
protein fingerprinting. Int. J. Food
Microbiol. 2555: 181-189.
Savadogo, A., C. Ouattara., I. Bassol and S.
Traore. 2006. Review Bacteriocins
and lactic acid bacteria. African
Journal of Biotechnology 5 (9):
678-683
Schrezenmeir, J. M. and de Vrese . 2008.
Probiotics, Prebiotics, and Synbiotics.
Adv Biochem Engin/Biotechnol (111):
166.
Smet, I.D., L. van Hoorde, M.V. Woestyne,
H. Christiaens and W. Verstraete. 1995.
Significance of Bile Salt Hydrolytic
Activities of Lactobacilli. J. Appl.
Bacteriol. 79 : 292-301.
Tilley, L and P. Smith.1980.The 5-minute
veterinary Consult.
Wijayanto, Umar. 2009. Analisis In Vitro
Toleransi Isolat Bakteri Asam Laktat
Asal Daging Sapi Terhadap pH
Lambung, pH Usus dan Garam Empedu
sebagai Kandidat Probiotik. [Skripsi].
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Zavaglia, A. G., G. Kociubinski, P. Perez
and G. De Antoni. 1998. Isolation and
Characterization of Bifidobacterium
Strains for Probiotic Formulation. J.
Food Protect. 61(7) : 865-873.

13

Anda mungkin juga menyukai