Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya
defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai
dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara
klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan
diare persisten.
Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya
tiga kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
B. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi
bakteri, infeksi virus (enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno
virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris,
trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia
lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
2) Infeksi parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA) ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur
dibawah dua (2) tahun.
b. Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
c. Faktor makanan
d. Faktor psikologis

C. Jenis Jenis diare


a. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari
(umumnya kurang dari tujuh hari).
b. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
c. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari
secara terus menerus.
d. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
D. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare pula.
E. Manifestasi Klinis
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila
ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis ocialc, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan
keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang
terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi
hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat dehidrasinya
oci tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
F. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, ocialc atau hipertonik)


2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia(dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram)
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi ocial protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik)..
G. Penatalaksanaan
a.

Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah

tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
Bila penderita tidak oci minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui ocial.
b.

Zinc
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan

tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi


volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera
saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
1)

Umur <6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

2)

Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matangatau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
c.

Pemberian ASI/makanan

d.

Pemberian antibiotika hanya atas indikasi


Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian

diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat

10

pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
H. Pencegahan
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi.
I. Epidemilogi
Menurut data World Health Organization(WHO) pada tahun 2009, diare
adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Secara global setiap
tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1.5 juta
pertahun. Pada negara berkembang, anak-anak usia dibawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare
merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak (WHO, 2009).
Deserpkes RI memantau dari tahun 2000-2010 kasus diare meningkat tiapa
tahunnya. Pada tahun 2000 kasus diare 301 perseribu penduduk 2003 kasus diare
374 perseribu penduduk tahun 2006 kasus diare 423 perseribu penduduk tahun
2010 kasus diare 411 perseribu penduduk. Kasus diare paling tinggi terjadi di
provensi nangro aceh Darussalam dan yang paling rendah diyogyakarta.
J. Penyebab Feses Berdarah
Penyebebnya adalah karena bakteri yang menyerang pada usus parah
sehingga menimbulkan peradangan dan bisa sampai menjadi luka sehingga ketika
feses keluar bisa menimbulkan darah serta berlendir.
K. Hospitalisasi Pada Anak
Sebenarnya tujuan dari hospitalisasi ini adalah untuk menghilangkan atau
mengurangi rasa takut atau rasa cemas pada anak, yang bisa kita lakukan sebagai
perawat adalah :
1. Berikan kenyamanan pada anak
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
3. Ajak bermain dan berbicara pada anak sebanyak mungkin

11

4. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat


perkembangan anak dan kondisinya.
L. ASKEP
1. Pengkajian
a. Pola Nurtrisi dan Metabolik = tidak nafsu makan (status gizi), badan
panas
b. Pola Penatalaksanaan Kesehatan / Persepsi Sehat
c. Pola Eliminasi = BAB > 5 kali
d. Pola Latihan dan Aktivitas= sangat rewel
e. Pola Istirahat Tidur
f. Pola Kognitif
g. Pola Persepsi Konsep Diri
h. Pola Peran dan Tanggung Jawab
i. Pola Seksual Reproduksi
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
k. Pola Keyakinan dan Nilai
2. Askep
No
.
1.

Data
Ds : BAB >

Dx
Diare b.d proses infeksi

5X / hari
Do : -

NOC

Bowel

elemination
Fluid balance
hydration

NIC
management diare
-monitor tanda dan
gejala diare
-ukur pengeluaran BAB
-Kolaborasi :
Pemeriksaan
laboratorium serum
elektrolit (Na, K, Ca,
BUN)
-Kolaborasi : Cairan
parenteral ( IV line )

2.

Ds : badan

Hipertermi b.d proses

panas
Do : -

penyakit

sesuai dengan umur


Termoregulation Fever Treatment
- Monitor warna dan
-

suhu kulit
Kolaborasi dengan
tim medis untuk

3.

Ds : tidak

Ketidak seimbangan

mau makan

nutrisi kurang dari

Nutritional
status : food ana

pemberian obat
Nutrition manajement
- Kaji adanya alergi

12

Do : -

kebutuhan tubuh b.d

intake nutrisi kurang serta

fluid intake
Nutritional

ketidakmampuan

status : nutrien

ahli gizi untuk

mengabsorpsi makanan

intake

menentukan jumlah

makanan.
Kolaborasi dengan

kalori dan nutrisi


yang dibutuhkan
-

pasien.
Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi kepada orang

tua pasien.
Nutrition monitoring
- BB pasien dalam
-

batas normal
Monitor adanya
penuruna berat

4.

Ds : anak

Kecemasan b.d

rewel
Do : -

perubahan lingkungan
( hospitalisasi )

Tingkat
kecemasan

badan
Penurunan kecemasan
-Menjelaskan prosedur
tiap kali melakukan
tindakan
-Memberikan waktu
istirahat untuk
meningkatkan
keamanan dan
mengurangi
ketakutan
-Meminta keluarga
untuk mendampingi
anak selama
tindakan
-Berikan pujian jika
anak mau diberikan
tindakan perawatan
dan pengobatan

13

5.

Ds : BAB >

Resiko kekurangan

5X / hari
Do : -

volume cairan dengan

Fluid balance
Hydration

Fluid management
-Monitor status hidrasi

faktor resiko

(kelembaban

kehilanganvolume cairan

membran mukosa,

aktif

tekanan nadi
adekuat)
-Monitor TTV
-Tawarkan snack
-Kolaborasi dengan
dokter

Anda mungkin juga menyukai