Anda di halaman 1dari 13

EFEKTIVITAS ROM PASIF TERHADAP PARAMETER

HEMODINAMIK DAN NYERI PADA PASIEN YANG TERPASANG


VENTILATOR DI RUANG ICU RSUD ULIN BANJARMASIN

Bernadetta Germia Aridamayanti1, Eka Saraditha Safitri1, Siti


Rahimah1, Meta Adwinata Atmaja1, Fitria Sari1, Yongki Agustian1,
Rabiah1, Tomy Agus Iskandar1, Ifa Hafifah2, Lukmanul Hakim3
1
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung
Mangkurat, JL. A. Yani KM.36 Banjarbaru, 70714
2
Departemen Keperawatan Kritis, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
3
Supervasior ICCU,ICU dan PICU,RSUD Ulin Banjarmasin

Email: ners.a.reguler@gmail.com

ABSTRAK

Pasien dengan penurunan kesadaran yang menjalani perawatan di ICU memiliki


berbagai kondisi yang mengharuskan pasien untuk bed rest. Hal ini menyebabkan
pasien di ICU akan diidentikkan dengan kata pasif. Latihan ROM biasanya
dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri. Namun, tindakan ROM pada pasien dengan penurunan kesadaran
dapat menyebabkan nyeri pada bagian-bagian tertentu, hal ini biasanya ditandai
dengan adanya ekspresi wajah, gerakan dan tonus otot hingga peningkatan
hemodinamik pasien. Untuk mengevaluasi respon nyeri tersebut dengan skala
nyeri yang sesuai sehingga intervensi keperawatan untuk nyeri pada pasien dapat
tertangani dengan tetap melakukan ROM namun tidak merubah hemodinamik
pasien secara ekstreme. Melalui mini riset ini, peneliti ingin mengetahui
efektivitas ROM pasif terhadap parameter hemodinamik dan nyeri pada pasien
penurunan kesadarandi ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Penelitian ini
menggunakan metode observasional yang bersifat deskriftif eksploratif
nonhipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan
penurunan kesadaran di ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Sampel penelitian
diambil secara consecutive, yaitu pasien dengan GCS < 15 di RSUD Ulin
Banjarmasin. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar
observasi dan skala CPOT. Hasil penelitian, 7 responden mengalami nyeri pada
menit ke 5 dan 20 serta penurunan saturasi oksigen, tekanan darah sistolik dan
diastolik yang signifikan, rata-rata setelah menit ke 5 dan 20 dimana intervensi ini
dibandingkan dengan waktu 0 (sebelum intervensi), sementara setelah 60 menit
latihan (waktu 3), nilai rata-rata hampir sama dengan waktu 0 (sebelum
intervensi).

Kata Kunci: ROM, CPOT, Nyeri, Hemodinamik.


EFFECTIVENESS OF PASSIVE ROM TOWARDS HEMODINAMIC
PARAMETER AND PAIN TO PATIENT EQUIPPED WITH
VENTILATORIN ICU RSUD ULIN BANJARMASIN

Bernadetta Germia Aridamayanti1, Eka Saraditha Safitri1, Siti Rahimah1,


Meta Adwinata Atmaja1, Fitria Sari1, Yongki Agustian1, Rabiah1, Tomy
Agus Iskandar1, Ifa Hafifah2, Lukmanul Hakim3
1
Program Studi Profesi Ners, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat, JL.
A. Yani KM.36 Banjarbaru, 70714
2
Departemen Keperawatan Kritis, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
3
Supervasior ICCU,ICU dan PICU,RSUD Ulin Banjarmasin

Email: ners.a.reguler@gmail.com

ABSTRACT

Patients with decreased consciousness that undergo a treatment in ICU have


various condition that make patient to do a bed rest. This also identic with the
word passive in patients in ICU. ROM training usually treat to patients with
semikoma and unconsciousness, patients with limit mobilization tidak can not do
some or all activityindependently , patients with full bed rest or patients with
total paralyzes extremities. However, ROM training to patients withdecreased
consciousnesscan develop pain to certain bodies, usually marked with change
facial expression, movement and tonus muscle also increased of patients
hemodinamic. To evaluate pain respond with suitable pain scale therefore nursing
intervention for pain patients can be handled with ROM treatment without change
patients hemodinamic extremely. With this mini research, researcher try to
determine effectiveness passive ROM toward hemodinamic parameters and pain
with patients with decreased consciousness in ICU RSUD Ulin Banjarmasin. In
this study, researcher used observation method with descriptive explorative
nonhypotecal.Population in this studywere all patients with decreased
consciousness in ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Sample was take with
consecutive, which is patients with GCS <15 in RSUD Ulin Banjarmasin.
Instruments that used in the study were observation sheets and CPOT scale.
Result of the study was 3 patients that had pain at minute 5 and 20 alsodecreased
oxygen saturation, change of cystolic and diastolic blood pressure significantly,
averageafter 5 and 20 which is intervention comparised with time 0 (before
intervention), after 60 minutes training (time 3), average value slightly same with
time0 (before intervention).

Keywords: ROM, CPOT, Pain, Hemodinamic.


PENDAHULUAN adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki
Pasien dengan penurunan tingkat kesempurnaan kemampuan
kesadaran yang menjalani perawatan menggerakan persendian secara
di ICU memiliki berbagai kondisi normal dan lengkap untuk
yang mengharuskan pasien untuk bed meningkatkan massa otot dan tonus
rest. Hal ini menyebabkan pasien di otot (Potter & Perry, 2005).Latihan
ICU akan diidentikkan dengan kata ROM biasanya dilakukan pada pasien
pasif. Stabilisasi kondisi semikoma dan tidak sadar, pasien
hemodinamik, pemasangan berbagai dengan keterbatasan mobilisasi tidak
alat monitoring maupun support mampu melakukan beberapa atau
kehidupan, pasien post operasi dan semua latihan rentang gerak dengan
penurunan status kesadaran baik mandiri, pasien tirah baring total atau
fisiologis maupun program sedasi pasien dengan paralisis ekstermitas
menjadi tantangan perawat untuk total. Namun, tindakan ROM pada
memobilisasi pasien kritis. pasien dengan penurunan kesadaran
Kompleksitas program terapi dan dapat menyebabkan nyeri pada
pemantuan pasien kritis menekankan bagian-bagian tertentu, hal ini
perawat untuk fokus terhadap biasanya ditandai dengan adanya
stabilisasi kondisi respirasi, sirkulasi, ekspresi wajah, gerakan dan tonus
dan status fisiologis lainnya untuk otot hingga peningkatan
mempertahankan kehidupan pasien. hemodinamik pasien seperti tekanan
Hal ini menyebabkan mobilisasi darah, nadi, laju nafas serta saturasi
terkadang terlewatkan oleh perawat. oksigen pasien (Perme et al., 2009)
Kondisi bed rest pasien kritis yang
terlalu lama dapat menimbulkan Peran perawat dalam perawatan
berbagai masalah, meningkatkan pasien di ruang ICU sangatlah
morbiditas, mortalitas, memperlama penting. Untuk mengevaluasi respon
waktu perawatan, dan menambah nyeri tersebut dengan skala nyeri
biaya perawatan (Perme et al., 2009). yang sesuai sehingga intervensi
keperawatan untuk nyeri pada pasien
Hasil studi meta-analisis dari 39 dapat tertangani dengan tetap
Randomized Control Trial tentang melakukan ROM namun tidak
efek dari bed rest pasien kritis merubah hemodinamik pasien secara
didapatkan bahwa bed rest memiliki ekstreme. Melalui mini riset ini,
dampak yang merugikan dan peneliti mencoba menerapkan
mungkin berkaitan dengan bahaya. perkembangan dunia keperawatan
Imobilisasi dalam jangka waktu lama yang ada dengan keadaan klinis di
akan mengakibatkan berbagai lapangan, yaitu ingin mengetahui
komplikasi, di antaranya atropi otot, efektivitas ROM pasif terhadap
dekubitus, atelektasis, dan parameter hemodinamik dan nyeri
demineralisasi tulang (Truong et al., pada pasien penurunan kesadarandi
2009). ruang ICU RSUD Ulin Banjarmasin.

Range of motion ( ROM ) METODE PENELITIAN


adalah gerakan dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang Pada penelitian ini peneliti
bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). menggunakan metode penelitian
Latihan range of motion (ROM)
observasional bersifat deskriftif Variabel bebas pada penelitian
eksploratif nonhipotesis. Populasi ini adalah Efektivitas ROM Pasif.
dalam penelitian ini adalah seluruh Variabel terikat pada penelitian ini
pasien dengan penurunan kesadaran adalah parameter hemodinamik dan
di ruang ICU RSUD Ulin nyeri pasien dengan penurunan
Banjarmasin. Sampel penelitian kesadaran ICU RSUD Ulin
diambil secara consecutive, yaitu Banjarmasin.
pasien dengan dimana GCS pasien
<15 di RSUD Ulin Banjarmasin yang Definisi operasional dari mini riset ini
ditemui dalam kurun waktu 4 10 adalah ROM Pasif dan Parameter
September 2017, sesuai dengan Hemodinamik serta Nyeri. Rom pasif
kriteria penelitian. adalah suatu latihan yang diberikan
kepada pasien yang tidak mampu
Kriteria inklusi sampel pada bergerak. Bagian persendian tubuh
penelitian ini adalah Pasien dengan seperti leher, bahu, siku, pergelangan
penurunan kesadaran dimana GCS tangan, jari tangan, jempol, panggul,
pasien <15, Pasien yang menjalani lutut, engsel, dan jempol kaki. Harus
perawatan di ruang ICU RSUD Ulin digerakkan secara rutin untuk
Banjarmasin, Pasien dengan rentang mencegah diformitas dan gangguan
usia >18 tahun, pasien dengan lama untuk menghindari otot yang
hari rawat 2 hari, pasien tidak abnormal. Perawat harus memastikan
tersedasi, pasien dengan bahwa klien melatih semua
hemodinamik stabil. persendiannya selama dilakukan
Instrumen yang digunakan pada Rom. Latihan Rom biasanya
penelitian ini adalah lembar observasi dilakukan di rumah sakit atau tempat
dan skala CPOT. CPOT (Critical- pelayanan kesehatan oleh perawat,
carePain Observation Tool) tetapi Rom juga dapat dilakukan di
merupakan salah satu instrument yang rumah oleh anggota keluarga yang
terbukti dapatdigunakan untuk telah mendapatkan bimbingan dari
menilai adanya perubahan perilaku tenaga kesehatan untuk melakukan
tersebut (Stites, 2013). CPOTpertama Rom. Parameter hemodinamik yang
dikembangkan oleh Gellinas. et al (2006) diperoleh dari perangkat pemantau
dan telah diaplikasikan diCalifornia, invasif dikalkulasi berdasarkan
Amerika Serikat, Kanada, dan Prancis variabel yang diukur secara
(Gellinas,et al , 2006).CPOT dapat langsung sesuai luas permukaan
dilakukan pada pasien dengan kondisi tubuh. Nilai-nilai tersebut meliputi
antara lain: (1) mengalamipenurunan tekanan darah, nadi, respirasi dan
kesadaran dengan GCS > 4, (2) tidak saturasi oksigen.
mengalami brain injury, (3)memiliki
fungsi motorik yang baik. CPOT Penelitian dilakukan di ICU
terdiri dari empat domain yaitu RSUD Ulin Banjarmasin dengan
ekspresiwajah, pergerakan, tonus otot prosedur yaitu: Studi pendahuluan
dan toleransi terhadap ventilator atau didapat dari laporan rekam medik
vokalisasi(pada pasien yang tidak perawat di ruang ICU RSUD Ulin
menggunakan ventilator). Penilaian Banjarmasin, mini riset dilakukan
CPOT menggunakan skor total 0-8, dilakukan di ruang ICU RSUD Ulin
dengan total skor 2 menunjukkan Banjarmasin, membuat lembar
adanya nyeri. observasi pasien yang terpasang
ventilator di ICU RSUD Ulin Koma
Banjarmasin, pengambilan data E1VETTM1 1 14.29
melalui lembar observasi sesuai
Total 7 100
dengan kriteria, Melakukan observasi Usia
sebelum ROM dilakukan.Melakukan 19 1 14.28
ROM Pasif pada 23 1 14.28
pasien.Mengobservasi perubahan 28 1 14.28
hemodinamik dan nyeri pasien yang 37 1 14.28
46 1 14.28
telah di ROM pada menit 5, 20 dan 31 1 14.28
60 dengan Skala CPOT dan lembar 54 1 14.28
observasi. Hasil data penelitian Total 7 100
dikumpulkan dan didokumentasikan. Jenis kelamin
Editing data dilakukan sesuai Laki-laki 5 71.43
prosedur serta pengolahan dan Perempuan 2 28.58
Total 7 100
analisis data dilakukan sesuai
prosedur. Cara analisis data penelitian
Berdasarkan tabel 5.1
ini yaitu data yang telah terkumpul
responden dengan keadaan umum
kemudian diolah dan dianalisis secara
terbanyak adalah Somnolen dan
deskriptif. Secara deskriptif dengan
Soporkoma yang berjumlah masing-
menggunakan tabel distribusi untuk
masing 3 orang dengan presentase
menjabarkan parameter hemodinamik
masing-masing 42.85% dengan usia
dan nyeri pasien yang terpasang
beragam. Sedangkan responden
ventilator di ICU RSUD Ulin
terbanyak adalah laki-laki dengan
Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan
jumlah 5 orang dan presentase
di ICU RSUD Ulin Banjarmasin pada
71.43%.
tanggal4 10 September 2017.
Tabel 2. Hemodinamik dan Nyeri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Pasien dengan Ventilator
Karakteristik Responden No Inisial Hemodi Intervensi
namik 0 5 20 50
Berdasarkan penelitian yang 1 Tn. Fh BP 106 108/73 105/77 100/75
HR 102 100 99 97
dilakukan di ICU RSUD Ulin RR 22 21 21 20
Banjarmasin, dari 3 orang responden SpO2 100 100 100 100
2 Tn.A BP 100/60 120/79 117/77 108/76
didapatkan karakteristik berdasarkan HR 99 102 100 67
keadaan umum, usia dan jenis RR 19 25 21 20
kelamin pasien yang terpasang SpO2 100 100 100 100
3 Ny. N BP 129/100 150/99 136/100 130/99
ventilator di ICU RSUD Ulin HR 99 123 120 108
Banjarmasin. RR 28 31 25 20
SpO2 100 97 95 97
4 Tn. BP 139/97 144/99 139/99 136/90
Tabel 1. Gambaran Karakteristik Aw HR 132 140 130 128
Responden tanggal 4-10 RR 28 30 25 20
SpO2 100 97 93 94
September 2017 5 Tn. Rs BP 108/68 117/80 105/79 100/77
Jumlah Presentase HR 100 121 99 97
Variabel
(n) (%) RR 22 21 21 20
Keadaan umum SpO2 100 100 100 100
6 Ny. Sa BP 106/66 120/73 105/77 109/75
Somnolen HR 102 100 99 97
E3VETTM6 3 42.85 RR 22 21 21 20
Soporkoma SpO2 100 100 100 100
E2VETTM6 3 42. 85
E1VETTM1
No Inisial Hemodi Intervensi Hasil pada responden kelima
namik 0 5 20 50
6 Tn.H BP 139/64 140/69 138/66 130/68 saat belum dilakukan mobilisasi,
HR 76 80 73 67 tekanan darah pasien adalah
RR 29 30 29 29
SpO2 100 99 100 100 108/68mmHg. Pada menit ke-5
setelah dilakukan mobilisasi, tekanan
Pada responden yang pertama darah pasien menjadi 117/80mmHg,
saat belum dilakukan mobilisasi, dilanjutkan pada menit ke-20, tekanan
tekanan darah pasien adalah 106/66 darah menjadi 105/79mmHg dan pada
mmHg. Pada menit ke-5 setelah menit ke-50, tekanan darah menjadi
dilakukan mobilisasi, tekanan darah 100/77mmHg.Hasil pada responden
pasien menjadi 108/73 mmHg, keenam saat belum dilakukan
dilanjutkan pada menit ke-20, tekanan mobilisasi, tekanan darah pasien
darah menjadi 105/77 mmHg dan adalah 106/66mmHg. Pada menit ke-
pada menit ke-50, tekanan darah 5 setelah dilakukan mobilisasi,
menjadi 100/75 mmHg.Hasil pada tekanan darah pasien menjadi
responden kedua saat belum 120/73mmHg, dilanjutkan pada menit
dilakukan mobilisasi, tekanan darah ke-20, tekanan darah menjadi
pasien adalah 100/60mmHg. Pada 105/77mmHg dan pada menit ke-50,
menit ke-5 setelah dilakukan tekanan darah menjadi 109/75mmHg.
mobilisasi, tekanan darah pasien
menjadi 120/79mmHg, dilanjutkan Hasil pada responden terakhir
pada menit ke-20, tekanan darah saat belum dilakukan mobilisasi,
menjadi 117/77mmHg dan pada tekanan darah pasien adalah
menit ke-50, tekanan darah menjadi 139/64mmHg. Pada menit ke-5
108/76mmHg. setelah dilakukan mobilisasi, tekanan
darah pasien menjadi 138/66mmHg,
Hasil pada responden ketiga dilanjutkan pada menit ke-20, tekanan
saat belum dilakukan mobilisasi, darah menjadi 105/77 mmHg dan
tekanan darah pasien adalah pada menit ke-50, tekanan darah
129/100mmHg. Pada menit ke-5 menjadi 130/68 mmHg.
setelah dilakukan mobilisasi, tekanan
darah pasien menjadi 150/99mmHg, Perasaan nyeri sering kali
dilanjutkan pada menit ke-20, tekanan menimbulkan respon autonomik
darah menjadi 136/100mmHg dan seperti diaforesis, peningkatan nadi,
pada menit ke-50, tekanan darah peningkatan pernafasan dan
menjadi 130/99mmHg.Hasil pada perubahan tekanan
responden keempat saat belum darah.Responautonomik nyeri hanya
dilakukan mobilisasi, tekanan darah terjadi pada nyeriyang akut.Seperti
pasien adalah 139/97mmHg. Pada penelitian yang dilakukan oleh
menit ke-5 setelah dilakukan Thomas G Pickering tahun
mobilisasi, tekanan darah pasien 2001,bahwa nyeri yang akut
menjadi 144/99mmHg, dilanjutkan menginisiasi atau memacu
pada menit ke-20, tekanan darah peningkatan aktivitas saraf simpatis.
menjadi 139/99mmHg dan pada Penelitian Ririn tahun 2016 juga
menit ke-50, tekanan darah menjadi menyatakan ada hubungan antara
136/90mmHg. intensitas nyeri dengantekanan darah.
Hasil uji statistik menggunakan
didapatkan p value 0,000 0,05
sehingga ada hubungan yang nadi pasien menjadi 140 x/menit,
signifikan antara intensitas nyeri akut dilanjutkan pada menit ke-20, status
dengan tekanan darah. Berdasarkan nadi menjadi 130 x/menit dan pada
hasil penelitian yang kami lakukan, menit ke-50, status nadi menjadi 128
tindakan mobilisasi yang diberikan x/menit.
tidak berdampak signifikan terhadap
hasil tekanan darah pada 7 responden Status Heart Rate (HR) pada
yang kami miliki, hal ini sesuai responden kelima saat belum
dengan penelitian Rahmanti tahun dilakukan mobilisasi, nadi pasien
2016 yang menyatakan bahwa tidak adalah 100 x/menit. Pada menit ke-5
ada perubahan yang bermakna setelah dilakukan mobilisasi, status
tekanan setelah diberikan mobilisasi nadi pasien menjadi 121 x/menit,
dengan nilai P> 0,05. dilanjutkan pada menit ke-20, status
nadi menjadi 99 x/menit dan pada
Status Heart Rate (HR) pada menit ke-50, status nadi menjadi 97
responden yang pertama saat belum x/menit. Status Heart Rate (HR) pada
dilakukan mobilisasi, nadi pasien responden keenam saat belum
adalah 102 x/menit. Pada menit ke-5 dilakukan mobilisasi, nadi pasien
setelah dilakukan mobilisasi, status adalah 102 x/menit. Pada menit ke-5
nadi pasien menjadi 100 x/menit, setelah dilakukan mobilisasi, status
dilanjutkan pada menit ke-20, status nadi pasien menjadi 100 x/menit,
nadi menjadi 99 x/menit dan pada dilanjutkan pada menit ke-20, status
menit ke-50, status nadi menjadi 97 nadi menjadi 99 x/menit dan pada
x/menit. Status nadi pada responden menit ke-50, status nadi menjadi 97
kedua saat belum dilakukan x/menit.
mobilisasi, nadi pasien adalah 99
x/menit. Pada menit ke-5 setelah Status Heart Rate (HR) pada
dilakukan mobilisasi, status nadi responden yang terakhir saat belum
pasien menjadi 102 x/menit, dilakukan mobilisasi, nadi pasien
dilanjutkan pada menit ke-20, status adalah 76 x/menit. Pada menit ke-5
nadi menjadi 100 x/menit dan pada setelah dilakukan mobilisasi, status
menit ke-50, status nadi menjadi 98 nadi pasien menjadi 80 x/menit,
x/menit. dilanjutkan pada menit ke-20, status
nadi menjadi 73 x/menit dan pada
Status Heart Rate (HR) pada menit ke-50, status nadi menjadi 67
responden ketiga saat belum x/menit. Dalam penelitian kami
dilakukan mobilisasi, nadi pasien terlihat bahwa heart rate atau denyut
adalah 99 x/menit. Pada menit ke-5 nadi pasien cenderung meningkat saat
setelah dilakukan mobilisasi, status menit awal dan menurut saat menit
nadi pasien menjadi 123 x/menit, akhir observasi. Ling-ling tahun 2006
dilanjutkan pada menit ke-20, status menjelaskan bahwa mobilisasi dini
nadi menjadi 120 x/menit dan pada pasien kritis yang menggunakan
menit ke-50, status nadi menjadi 108 ventilator memiliki manfaat
x/menit.Status Heart Rate (HR) pada meningkatkan kekuatan otot dan
responden keempat saat belum pernapasan yang signifikan dalam
dilakukan mobilisasi, nadi pasien tiga danenam minggu, selain itu juga
adalah 132 x/menit. Pada menit ke-5 dapatmeningkatkan outcomes
setelah dilakukan mobilisasi, status fungsional pasien. Dalam penelitian
Nofiyanto tahun 2016 menjelaskan 23x/menit dan menit ke 60 menjadi
bahwatidak terdapat perbedaan nilai 20x/menit.
frekuensi napas, frekuensi jantung
antara sebelum dan segera setelah Pada pasien ke 6 respirasi
mobilisasi dini dengan p value sebelum dilakukan ROM adalah
berturut-turut 0.540-0.314. 22x/menit dan setelah dilakukan
ROM pada menit ke 5 21x/menit dan
Pada tabel 2 menunjukkan cenderung stabil pada menit ke 20
bahwa pada pasien pertama sebelum yaitu 21x/menit dan pada menit ke 60
dilakukan ROM frekuensi pernapasan adalah 20x/menit. Pada pasien
klien adalah 22x/menit dan terjadi terakhir, respirasi sebelum dilakukan
penurunan pernapasan setelah ROM adalah 29x/menit dan
dilakukan ROM pada menit ke 5 meningkat pada menit ke 5 menjadi
menjadi 21x/menit, menit ke 20 30x/menit kemudian menurun
adalah 21 menit dan menit ke 60 kembali pada menit ke 20 menjadi
adalah 20x/menit. Sedangkan pada 29x/menit dan menetap sampai menit
pasien kedua sampai dengan pasien ke 60 yaitu 29x/menit. Hal ini
ketujuh terdapat peningkatan respirasi sependapat dengan penelitian yang
setelah dilakukan ROM pada menit dilakukan oleh Suek pada tahun 2012
ke 5 namun tidak signifikan. Pada yang menyebutkan bahwa
pasien kedua sebelum dilakukan pengubahan posisi dapat
ROM adalah 19x/menit, setelah meningkatkan status oksigenasi
dilakukan ROM pada menit ke 5 ditandai dengan adanya peningkatan
menjadi 25x/menit dan terjadi frekuensi napas dan saturasi oksigen.
penurunan pada menit ke 20 yaitu Menurut Pelosi, Brazzi & Gattinoni
21x/menit dan menurun lagi pada tahun 2002, menyebutkan bahwa
menit ke 60 menjadi 20x/menit. pengubahan posisi bertujuan untuk
meningkatkan oksigenasi,
Pada pasien ketiga respirasi meningkatkan mekanisme
sebelum dilakukan ROM adalah pernapasan, untuk homogenisasi
28x/menit dan meningkat menjadi graien tekanan pleura, inflasi alveolar
31x/menit pada menit ke 5 dan dan distribusi ventilasi, menigkatkan
kembali menurun pada menit ke 20 volume paru-paru dan mengurangi
menjadi 25x/menit dan menit ke 60 jumlah area paruyang mengalami
yaitu 20x/menit. Pada pasien ke 4 ateletaksis dan untuk memfasilitasi
respirasi sebelum dilakukan ROM pengeluaran sekresi serta mengurangi
adalah 28x menit dan terjadi cedera paru akibat pemakaian
peningkatan pada menit ke 5 yaitu ventilator (Suek, 2012).
menjadi 30x/menit, kemudian
kembali turun pada menit ke 20 Saturasi oksigen adalah rasio
menjadi 25x/menit dan menit ke 60 antara jumlah oksigen aktual yang
menjadi 20x/menit. Pada pasien ke 5, terikat oleh hemoglobin terhadap
respirasi pasien sebelum dilakukan kemampuan total hemoglobin darah
ROM adalah 21 x/menit kemudian mengikat oksigen (Djojodibroto,
meningkat pada menit ke 5 menjadi 2009). Saturasi oksigen (SaO2)
25x/menit kemudian menurun normal 95-100 % (Somantri, I. 2007).
kembali pada menit ke 20 menjadi
Pemantauan SaO2 Responden Inisial Intervensi
menggunakan pulse oximetry untuk 0 5 20 60
5. Tn. RS 0 3 3 1
mengetahui presentase saturasi 6. Ny. SA 0 4 3 0
oksigen dari hemoglobin dalam darah 7. Tn. H 0 1 1 0
arteri. Pulse oximetry merupakan
salah satu alat yang sering dipakai didapatkan hasil dari skala
untuk observasi status oksigenasi CPOT Tn.FH sebelum dilakukan
pada orang dewasa dan bukan intervensi ROM pasif pasien belum
merupakan suatu prosedur yang ada menunjukkan rasa nyeri, namun
invasive. Nilai normal SaO2 adalah pada menit ke 5 pasien menujukkan
95-100% (Fergusson, 2008) nyeri dimana pada skala CPOT point
pertama yaitu pada ekspersi wajah
Pada penelitian ini saturasi klien meringis yaitu score 2,pada
oksigen tidak mengalami perubahan pergerakan tubuh didapatkan score 2
yang signifikan dan masih dalam yaitu gelisah, lalu pada kesesuaian
rentang normal (95-100%) namun ventilator didapatkan score1 yaitu
pada responden ketiga sebelum klien mengalami batuk,dan untuk
dilakukan ROM saturasi oksigen ketegangan otot didapatkan score 2
pasien adalah 100%, pada menit ke 5 yaitu klien mengalami perlawanan
sempat menurun hingga 97% namun yang kuat terhadap gerakan pasif.
masih dalam rentang normal. Pada Pada menit ke 20 hasil yang
menit ke 20 sempat menurun hingga didapatkan pada Tn.FH tidak jauh
93% namun kembali hingga beda dengan menit 5, namun pada
meningkat secara tidak signifikan menit ke 20 yang berbeda ada
menjadi 94%. Hal ini dapat penurunan rasa nyeri pada indikator
dipengaruhi karena pasien tersebut ketegangan otot klien mendapat score
dalam posisi supinasi yang membuat 1 yaitu tegang kaku. Pada menit ke 60
pengembangan dinding dada menjadi klien tidak ada menunjukkan nyeri.
tidak optimal. Menurut penelitian Sehingga kesimpulan dari Tn.Fh pada
yang dilakukan oleh Manjebo, menit 0 atau sebelum dilakukan
Fermandes dan Blanch (2006) dimana intervensi total score adalah 0 yaitu
posisi semi fowler berdampak positif tidak ada nyeri, pada menit ke 5 pada
dan menguntungkan dan saat diberikan intervensi didapatkan
mempertahankan saturasi oksigen total score 7 yaitu nyeri sangat berat,
pasien dalam batas normal yaitu 95% pada menit ke 20 didapatkan total
sampai dengan 100%. Selain itu hal score 6 yaitu nyeri berat, kemudian
lainnya yang dapat mempengaruhi pada menit ke 60 klien tidak ada
saturasi oksigen pasien yang merasakan nyeri dengan total score 0.
terpasang ventilator adalah tipe
ventilator yang dipasang. Pada Tn. A sebelum dilakukan
intervensi ROM pasif pasien belum
3. Gambaran Nyeri berdasarkan ada menunjukkan rasa nyeri, namun
Skala CPOT pada menit ke 5 pasien menujukkan
nyeri dimana pada skala CPOT point
Responden Inisial Intervensi pertama yaitu pada ekspersi wajah
0 5 20 60 klien meringis yaitu score 2, pada
1. Tn.Fh 0 7 6 0
2. Tn.A 0 5 3 0 pergerakan tubuh didapatkan score 2
3. Ny.N 0 5 4 0 yaitu gelisah, lalu pada kesesuaian
4. Tn. AW 0 2 0 0
ventilator didapatkan score 1 yaitu klien meringis dan mendapatkan
klien mengalami batuk, dan untuk score 2 dan total score pada menit ke
ketegangan otot didapatkan score 0 5 adalah 2 yaitu klien mengalami
yaitu klien tidak merasa nyeri nyeri ringan. Pada menit ke 20 klien
kembali terhadap gerakan pasif. tidak ada mengalami nyeri dengan
Sehingga kesimpulan dari Tn. A pada total score 0 dan pada menit 60 klien
menit 0 atau sebelum dilakukan tidak ada mengalami nyeri dengan
intervensi total score adalah 0 yaitu total score 0.
tidak ada nyeri, pada menit ke 5 pada
saat diberikan intervensi didapatkan Pada Tn. RS sebelum
total score 5 yaitu nyeri berat, pada dilakukan intervensi ROM pasif
menit ke 20 didapatkan total score 3 pasien belum ada menunjukkan rasa
yaitu nyeri sedang kemudian pada nyeri, namun pada menit ke 5 pasien
menit ke 60 klien tidak ada menujukkan nyeri dimana pada skala
merasakan nyeri dengan total score 0. CPOT point pertama yaitu pada
ekspersi wajah klien meringis yaitu
Pada Ny. N sebelum score 1. Sehingga kesimpulan dari
dilakukan intervensi ROM pasif Ny. N pada menit 0 atau sebelum
pasien belum ada menunjukkan rasa dilakukan intervensi total score
nyeri, namun pada menit ke 5 pasien adalah 0 yaitu tidak ada nyeri, pada
menujukkan nyeri dimana pada skala menit ke 5 pada saat diberikan
CPOT point pertama yaitu pada intervensi didapatkan total score 1
ekspersi wajah klien meringis yaitu yaitu nyeri ringan, pada menit ke 20
score 2, pada pergerakan tubuh didapatkan total score 1 yaitu nyeri
didapatkan score 2 yaitu gelisah, lalu ringan kemudian pada menit ke 60
pada kesesuaian ventilator didapatkan klien tidak ada merasakan nyeri
score 1 yaitu klien mengalami batuk, dengan total score 0
dan untuk ketegangan otot didapatkan
score 0 yaitu klien tidak merasa nyeri Pada Ny. SA sebelum
kembali terhadap gerakan pasif. dilakukan intervensi pada klien, klien
Sehingga kesimpulan dari Ny. N pada tidak ada mengeluhkan nyeri dengan
menit 0 atau sebelum dilakukan total score 0,namun pada menit ke 5
intervensi total score adalah 0 yaitu didapatkan hasil bahwa klien
tidak ada nyeri, pada menit ke 5 pada mengalami nyeri dan yang paling
saat diberikan intervensi didapatkan terihat adalah pada ekspresi wajah
total score 5 yaitu nyeri berat, pada klien meringis dan mendapatkan
menit ke 20 didapatkan total score 4 score 2 dan pasien sempat batuk dan
yaitu nyeri sedang kemudian pada mendapatkan score 1, total score pada
menit ke 60 klien tidak ada menit ke 5 adalah 3 yaitu klien
merasakan nyeri dengan total score 0. mengalami nyeri sedang. Pada menit
ke 20 klien tidak ada mengalami
Pada Tn.AW sebelum perubahan pada nyeri dengan total
dilakukan intervensi pada klien, klien score 3 dan pada menit 60 klien tetap
tidak ada mengeluhkan nyeri dengan merasakan nyeri dengan dahi yang
total score 0,namun pada menit ke 5 mengerut sehingga mendapatkan nilai
didapatkan hasil bahwa klien 1 mengalami nyeri ringan.
mengalami nyeri dan yang paling
terihat adalah pada ekspresi wajah Pada Tn.H, sebelum dilakukan
intervensi ROM Pasif klien tdiak ada
mengalami menyeri,namun pada saat Penelitian ini serupa dengan
diberikan intervensi pada menit ke 5 penelitian Amidei dan Lou Sole
dan 20 klien mengalami nyeri yaitu (2013) menjelaskan bahwa penurunan
terlihat pada ekpresi wajah klien saturasi oksigen, tekanan darah
mengalami kekakuan dan score untuk sistolik dan diastolik yang signifikan,
menit ke 5 dan 20 adalah 1 yaitu klien rata-rata setelah menit ke 5 dan 20
mengalami nyeri ringan. dimana intervensi ini dibandingkan
dengan waktu 0 (sebelum intervensi),
Ketidakstabilan hemodinamik sementara setelah 60 menit latihan
pada pasien kritis dengan ventilasi (waktu 3), nilai rata-rata hampir sama
mekanis dan biasanya berlangsung dengan waktu 0 (sebelum intervensi).
selama beberapa hari sampai Meskipun ada perubahan signifikan
beberapa minggu. Bedrest dalam pada skor rata-rata tekanan darah,
waktu yang lama inilah yang dapat perubahan ini berada dalam kisaran
menyebabkan masalah-masalah pada normal variabel fisiologis. Selain itu,
muskuloskeletal bahkan Stiller et al (2004) dalam sebuah
hemodinamik yang terus menurun penelitian tentang "The safety of
(Storch E., 2008). ROM pasif adalah mobilization and its effect on
aktivitas yang paling sesuai untuk hemodynamic and respiratory status
pasien kritis sebagai penanganan of intensive care patients",
keperawatan dini sampai pasien sadar menemukan bahwa mobilisasi
dan dapat melakukan gerakan ROM dikaitkan dengan perubahan
secara aktif sehingga dapat signifikan secara statistik untuk HR
menstabilisasikan hemodinamik dan BP namun besarnya perubahan
dalam tubuhnya sendiri (Griffiths R itu penting secara klinis yang berate
& Hall J., 2010). Namun, toleransi pasien dengan pemasangan ventilator
pasien terhadap latihan tampaknya bisa saja merasakan nyeri, sehingga
menjadi faktor pembatas dalam harus dikaji juga menggunakan skala
penerapan ROM. Respon fisiologis CPOT atau BPS.
seperti denyut jantung, laju
pernafasan dan tekanan darah, Berdasarkan temuan penelitian
saturasi oksigen dan respons nyeri sementara ini, dapat disimpulkan
merupakan salah satu indicator untuk bahwa ROM pasif dapat ditoleransi
melihat bagaimana respon toleransi dengan baik pada pasien yang kritis
pasien terhadap aktivitas ROM itu dan dengan ventilasi mekanis;
sendiri dan validnya harus meskipun ada perubahan signifikan
menggunakan instrument terstruktur dalam jumlah rata-rata tekanan darah,
seperti BPS ataupun CPOT untuk jantung, tingkat pernafasan, tekanan
pasien dengan ventilator (Schweickert vena sentral dan saturasi oksigen
W, Pohlman M, Pohlman A., 2009). namun perubahannya berada dalam
Secara klinis relevan bahwa kisaran normal dari variabel
mobilisasi dini seharusnya tidak fisiologis. Peningkatan hemodinamik
menyebabkan ketidakstabilan dan nyeri dengan skala CPOT
hemodinamik sebagai pasien kritis menurun setelah menit ke 20 setelah
mungkin memiliki masalah ROM.
kardiovaskular dan pernafasan (Berry
A, 2014).
PENUTUP 2. Aprilia, M & Wreksoatmodjo,
B. R. Pemeriksaan Neurologis
Berdasarkan uraian di atas pada Kesadaran Menurun.
dapat disimpulkan temuan penelitian Sarjana Kedokteran, Bagian
sementara ini, ROM pasif dapat Neurologi, Fakultas
ditoleransi dengan baik pada pasien Kedokteran Universitas
yang kritis dan dengan ventilasi Atmajaya, Jakarta, Indonesia.
mekanis; meskipun ada perubahan 2015. CDK-233/ vol. 42 no.
signifikan dalam jumlah rata-rata 10.
tekanan darah, jantung, tingkat 3. Asmadi. 2008. Teknik
pernafasan, tekanan vena sentral dan Prosedural Keperawatan:
saturasi oksigen namun perubahannya Konsep dan Aplikasi
berada dalam kisaran normal dari Kebutuhan Dasar Klien.
variabel fisiologis. Peningkatan Jakarta: Salemba Medika.
hemodinamik dan nyeri dengan skala 4. Berry A, Beattie K, Bennett J,
CPOT menurun setelah menit ke 20 Cushway S and Hassan A.
setelah ROM. Physical Activity and
Movement: a Guideline for
Saran Critically Ill Adults, Agency
for Clinical Innovation NSW
Bagi Perawat Government, ISBN, 2014;
978-1-74187-976-6
Diharapkan mampu
5. Clavet, H, Hbert, PC,
mengembangkan penelitian di lahan
Fergusson, D, Doucette, S,
kerja guna menunjang perawatan
&Trudel, G, Joint contracture
yang optimal pada pasien-pasien
following prolonged stay in
dengan ROM dan pasien yang
the intensive care unit,
terpasang ventilator.
Canadian
Bagi Penelitian Lain MedicalAssociation, 2008.
vol.178, no.6, pp. 691-97
Diharapkan untuk peneliti lain 6. Ekawati, K, Lalenoh, D &
dapat memahami apa saja yang dapat Kumaat, L. 2015. Profil Nyeri
terjadi pada perubahan hemodinamik Dan Perubahan Hemodinamik
dan nyeri pasien yang terpasang Pasca Bedah Perut Bawah
ventilator saat terjun langsung ke Dengan Ketorolac 30 Mg
masyarakat mahasiswa sudah Intravena. Jurnal e-Clinic
menguasai dan bisa menerapkannya (eCl), volume 3, nomor 1.
dengan baik. 7. Gelinas, C., Fillion, L,
Puntillo, K., Viens, C., &
Fortier, M. (2006). Validation
DAFTAR PUSTAKA of the Critical-Care Pain
1. Aditianingsih, D. 2013. Observation Tool in adult
Presentasi Kasus Indikasi patients. American Journal of
Ventilasi Critical Care, July, 15 (4),
Mekanik.Departemen 420-427.
Anestesiologi dan Intensive 8. Institute Ilmu Saraf NHS
Care. Fakultas Kedokteran Greater Glasgow dan Clyde.
Universitas Indonesia. 2015. Penilaian Kesadaran
menurut Skala Glasgow 16. Smeltzer, Suzanne C. dan
:Lakukanlah menurut cara ini. Bare, Brenda G, 2002, Buku
GCS at 40. Eyes Verbal Ajar Keperawatan Medikal
Motor. Bedah Brunner dan Suddarth
9. Ling-Ling, Chiang, Ying, (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa
Lwang, Wu et al.,Effects of oleh Agung Waluyo (dkk),
physical training on functional EGC, Jakarta.
status in patients with 17. Speicher, Carl E. 1996.
prolonged mechanical Pemilihan Uji Laboratorium
ventilation, Journal Yang Efektif. Jakarta: EGC.
PhisicalTherapy, 2006. 18. Stiller K. Safety issues that
vol.86, no.9, pp.1271-81 should be considered when
10. Morton, P. G., & Fontaine, D. mobilizing critically ill
K. (2009). Critical Care patients, Crit Care Clin, 2007;
Nursing A holistic Approach 23(1):35-53.
ed.9. Philadelphia: Lippincott 19. Storch E, & Kruszynski D.
Raven Publisher From rehabilitation to optimal
11. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar function: Role of clinical
Asuhan Keperawatan Klien exercise therapy, Curr Opin
Dengan Gangguan Sistem Crit Care, 2008;14:451-455.
Persarafan. Jakarta: Salemba 20. Sumantri, S. 2009. Pendekatan
Medika. Diagnostik dan Tatalaksana
12. Perme, C ,& Chandrashekar, Penurunan Kesadaran.
R, Early mobility and 21. Suratun, 2008. Klien
walking program for Gangguan sistem
patientsin intensive care units: Muuskuloskeletal. Seri
creating a standard of care, Asuhan Keperawatan ; Editor
American Journal of Critical Monika Ester, Jakarta: EGC.
Care, 2009. vol.18, no.3, pp. 22. Truong, AD, Fan, E, Brower,
21221 RG, & Needham, DM,
13. Potter & Perry. 2005.Buku Bench-to-bedside review:
Ajar Fundamental mobilizing patients in the
Keperawatan : Konsep, Proses intensive care unit-from
&. Praktek. Edisi 4. Vol 1. pathophysiology to clinical
Jakarta : EGC trials, Critical Care, 2009.
14. Rupii. 2012. Cara Kerja vol.13, no.216
Ventilator. Intensive Care 23. Vollman, KM, Introduction
Unit Rumah Sakit Panti to progressive mobility,
Wilasa. Volume 2 Nomor 1 Critical Care Nurse, 2010.
Januari. vol.30, no.2, pp. 34.
15. Schweickert W, Pohlman M,
Pohlman A. Early physical
and occupational therapy in
mechanically ventilated,
critically ill patients: A
randomised controlled trial,
Lancet, 2009; 373:1874-1882.

Anda mungkin juga menyukai