Anda di halaman 1dari 4

Kopi robusta, mengenal jenis

dan karakteristiknya
Disusun oleh Wahyu Agung

Robusta berasal dari kata robust yang artinya kuat, sesuai dengan gambaran
postur (body) atau tingkat kekentalannya yang kuat. Kopi robusta bukan
merupakan spesies karena jenis ini turunan dari spesies Coffea canephora.
Robusta dapat tumbuh di dataran rendah, namun lokasi paling baik untuk
membudidayakan tanaman ini pada ketinggian 400-800 meter dpl. Suhu
optimal pertumbuhan kopi robusta berkisar 24-30oC dengan curah hujan
2000-3000 mm per tahun.
Kopi robusta sangat cocok ditanam di daerah tropis yang basah. Dengan
budidaya intensif akan mulai berbuah pada umur 2,5 tahun. Agar berbuah
dengan baik, tanaman ini membutuhkan waktu kering 3-4 bulan dalam
setahun dengan beberapa kali turun hujan.

Tanaman kopi robusta menghendaki tanah yang gembur dan kaya bahan
organik. Tingkat keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman ini 5,5-6,5.
Kopi robusta dianjurkan dibudidayakan dibawah naungan pohon lain.

Karaktersitik tanaman
Cabang reproduksi atau wiwilan pada kopi robusta tumbuh tegak lurus. Buah
kopi dihasilkan dari cabang primer yang tumbuh mendatar. Cabang primer ini
cukup lentur sehingga membentuk tajuk seperti payung.
Bentuk daun membulat seperti telur dengan ujung daun runcing hingga
tumpul. Daun-daunnya tumbuh pada batang, cabang dan ranting. Pada
batang dan cabang tumbuhnya tegak lurus dengan susunan daun berselangseling. Sedangkan pada ranting dan cabang-cabang mendatar pasangan
daun tumbuh pada bidang yang sama. Robusta lebih relatif tahan terhadap
penyakit karat daun.
Tanaman kopi robusta sudah mulai berbunga pada umur 2 tahun. Bunga
tumbuh pada ketiak cabang primer. Setiap ketiak terdapat 3-4 kelompok
bunga. Bunga biasanya mekar diawal musim kemarau. Berbeda dengan
arabika, bunga robusta melakukan penyerbukan secara silang.
Buah yang masih muda berwarna hijau, setelah masak berubah menjadi
merah. Meski telah matang penuh, buah robusta menempel dengan kuat
pada tangkainya. Jangka waktu dari mulai berbunga hingga buah siap panen
berkisar 10-11 bulan.
Tanaman kopi robusta memiliki perakaran yang dangkal. Oleh karena itu
membutuhkan tanah yang subur dan kaya kandungan organik. Tanaman ini
juga cukup sensitif terhadap kekeringan.

Jenis klon kopi robusta


Kopi robusta diturunkan dari beberapa spesies terutama Canephora. Mungkin
karena alasan itu, sumber bibit tanaman untuk robusta tidak disebut varietas
melainkan klon.

Sama dengan varietas pada arabika, klon unggul robusta di Indonesia


dikembangkan oleh Puslit Koka. Berikut ini beberapa jenis klon robusta yang
direkomendasikan lembaga tersebut:

Klon BP308. Klon ini merupakan tanaman unggul yang tahan terhadap
serangan nematoda. Keistimewaan lain klon robusta ini adalah toleran
terhadap tanah yang kurang subur. BP308 dianjurkan untuk dijadikan batang
bawah, sedangkan batang atasnya disambung dengan klon-klon lain yang
disesuaikan dengan agroklimat setempat.

Klon BP42. Klon jenis ini memiliki produktivitas 800-1200 kg/ha/tahun.


Perawakannya sedang dengan banyak cabang dan ruasnya pendek. Buah
yang dihasilkan besar dan dompolannya rapat.

Klon SA436. Memiliki produktivitas yang cukup tinggi, mencapai 16002800 kg/ha/tahun. Bentuk biji dari klon ini kecil dan ukurannya tidak seragam.

Klon BP234. Produktivitasnya 800-1200 kg/ha/tahun. Perawakan


ramping dengan percabangan yang panjang dan lentur. Butiran buah agak
kecil dan ukurannya tidak seragam.

Karakteristik produk
Dipasaran, kopi robusta dijual dengan harga lebih rendah dibanding arabika.
Hal ini menyebabkan disinsentif terhadap petani. Sehingga untuk menghemat
biaya produksi petani robusta cenderung mengabaikan penanganan pasca
panen. Pada gilirannya akan membuat mutu kopi yang dihasilkan rendah.
Aroma robusta tidak sekuat arabika, dengan tingkat kekentalan (body) sedang
hingga berat dan citarasa pahit. Kandungan kafein robusta lebih dari dua kali
lipat arabika, yaitu berkisar 1,7-4%.

Perdagangan kopi robusta


Sekitar 99% perdagangan kopi dunia adalah jenis robusta dan arabika. Kopi
robusta banyak diproduksi oleh negara-negara Asia-Pasific dan Afrika,
sedangkan kopi arabika banyak diproduksi oleh negara-negara Amerika
Selatan. Penghasil robusta terbesar adalah Vietnam.

Terdapat paradoks dalam perkembangan perdagangan robusta. Pada tahun


1950-an ketika pertama kali diperdagangkan di bursa London, tingkat
harganya relatif sama dengan arabika. Saat itu proporsi pangsa pasar kopi
robusta 25-30% dan arabika 70-75%.
Keadaan mulai berubah ketika terjadi kenaikan produksi kopi robusta. Saat ini
dimana pangsa pasarnya naik diatas 30%, harganya anjlok dibawah arabika
hingga hampir setengahnya. Tentu saja ini sangat mengkhawatirkan
mengingat lebih dari 80% produksi kopi Indonesia adalah robusta.

Anda mungkin juga menyukai