Anda di halaman 1dari 15

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

MASALAH SOSIAL DARI FAKTOR INDIVIDUAL

WULANDARI

1409005080

I DEWA MADENURJA S.S.

1409005081

KELAS A

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

REFERENSI BUKU
Judul buku

: Masalah Sosial dan Upaya Pencegahannya

Penulis

: Soetomo

Cetakan

: Cetakan I, Maret 2008

Penerbit

: Pustaka Pelajar

Halaman

: 157-172

DAFTAR ISI
Cover
Referensi Buku
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Masalah Sosial dan Individu sebagai Faktor Masalah Sosial
2.2 Faktor Individual Sebagai Penyebab Masalah Sosial
2.3 Solusi Masalah Sosial Karena Faktor Individual
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan paper dengan judul Masalah Sosial dari
Faktor Individual. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu terselesainya paper ini dan para narasumber.
Semoga paper yang kami sajikan ini bisa bermanfaat dan memberikan pegetahuan
baru bagi pembaca terutama mahasiswa . Kami menyadari masih banyaknya kekurangan
dalam paper ini. Segala kritik dan saran kami harapkan demi kepentingan tulisan ini.

Denpasar, 27 Maret 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai
kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992).
Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi
yang tidak diharapkan.
Individu sebagai pelaku dari interaksi antar masyarakat terkecil menjadi penentu
dalam kegiatan atau sosialisasi antarmasyarakat. Sehingga ketidaksesuaian yang
dilakukan oleh individu dapat menimbulkan masalah sosial. Individu seringkali gagal
dalam bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang per orang sebagai
anggota masyarakat. Orang per orang dikatakan sebagai individu yang merupakan pelaku
dalam masalah sosial. Dengan mengamati perilaku individu dapat diidentifikasi apakah
telah terjadi penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar sosial yang
berlaku.
Jika dikaitkan dengan buku pegangan Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yaitu peranan
manusia sebagai makhluk individu dan peranan manusia sebagai makhluk sosial. Manusia
sebagai makhluk individu memiliki kekhasan masing-masing dan cara masing-masing dalam
berinteraksi dengan masyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dalam proses
sosialisasi dengan masyarakat. Jika seseorang tidak dapat menyesuaikan antara peranannya
sebagai makhluk individu dan sosial maka akan terjadi benturan atau kegagalan dalam
interaksi sosialnya.
Sehingga faktor individu yang merupakan salah satu penentu dari masalah sosial akan
dibahas dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah itu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari faktor
individual?
2. Bagaimana faktor individual yang menyebabkan masalah sosial?
3. Bagaimana solusi masalah sosial yang berasal dari faktor individual?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memahami bagaimana perilaku individu yang menjadi sumber masalah sosial
2. Mengetahui dan memahami faktor individual yang menyebabkan masalah social
3. Mengetahui da memahami solusi dari masalah sosial yang berasal dari faktor
individual
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber referensi maupun pengetahuan bagi
masyarakat tentang masalah sosial karena perilaku individu

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Masalah Sosial dan Individu sebagai Faktor Masalah Sosial
Masalah Sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai
kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992). Masalah
sosial dipandang oleh sejumlah orang dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak
diharapkan.
Banyak hal yang menjadi penyebab dari masalah sosial. Baik dari segi masyarakat
ataupun individu itu sendiri.
Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Dalam interaksi
adanya hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok manusia, maupun orang dengan
kelompok manusia. Individu sebagai salah satu pembangun interaksi terkecil. Individu
membentuk kelompok yang lebih besar. Ketidaksesuaian atau kesalahan yang dilakukan oleh
individu dapat menimbulkan masalah sosial.
Gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang per orang sebagai
anggota masyarakat. Orang per orang dikatakan sebagai individu yang merupakan pelaku
dalam masalah sosial. Dengan mengamati perilaku individu dapat diidentifikasi apakah telah
terjadi penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar sosial yang berlaku.
Masalah sosial ditandai dengan adanya sikap dan perilaku anggota masyarakat yang
tidak mematuhi aturan-aturan kelompok, atau kondisi kehidupan individu yang tidak sesuai
dengan standar sosial yang diharapkan.
2.2 Faktor Individual Sebagai Penyebab Masalah Sosial
Pada kenyataannya masalah yang berasal dari cacat individual dapat diidentifikasi
dari berbagai aspek seperti biologis, psikologis, dan sosialisasi.
A. Pandangan Biologis

Diantara upaya untuk untuk menjelaskan latar belakang perilaku individu yang
bertentangan dengan norma dan standar sosial , ada pandangan yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang termasuk perilaku criminal banyak dipengaruhi bentuk dan struktur tubuh
yang bersangkutan. Contohnya physiognomi ( studi tentang karakter manusia yang
ditentukan oleh bentuk wajah), phrenology ( studi tentang kemampuan mental yang
ditentukan oleh konfigurasi tempurung kepala), smatology ( studi tentang karakter manusia
yang ditentukan oleh bentuk tubuh), genetic anomaliers ( sifat dan tingkah laku menyimpang
karena masalah genetika termasuk kelainan kromosom), dan brain malfunction( perilaku
menyimpang karna kelainan fungsi otak.
Namun saat ini, pandangan seperti ini sudah banyak ditinggalkan meskipun pada masa
lampau sempat berkembang pesat dan banyak penganutnya. Dalam kriminologi dijumpai
adanya teori fisiologis ( teori faal tubuh ) yang menyebutkan bahwa sumber kejahatan adalah
ciri-ciri jasmaniah dan bentuk jasmaniah.menurut Cesare Lombroso, pelaku kriminalitas
memiliki ciri-ciri jasmaniah yang khusus. Bahkan dalam penelitiannya lebih kemudian
dicoba pula dilihat korelasi secara statistik antara karakteristik fisik tertentu dan perilaku
menyimpang. Dikatakan bahwa ciri dan tingkah laku kaum criminal mirip dengan tingkah
laku kaum primitive yang liar dan kejam.
Namun dalam pandangan terkini, sumber masalah dari kondisi biologis penyandang
masalah lebih banyak dilihat dari kondisi kesehatan. Kondisi kesehatan dikatakan sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian
individu warga masyarakat yang memiliki kondisi kesehatan rendah dapat mengakibatkan
menurunnya kemampuan untuk merespon berbagai peluang untuk meningkatkan kondisi
kehidupannya dan menurunkan produktivitas kerja. Kenyataan ini seringkali diidentifikasi
sebagai penyebab individu yang bersangkutan menjadi penyandang masalah sosial.
B. Pandangan Psikologis
Pandangan ini menjelaskan bahwa sumber terjadinya perilaku individu yang menyimpang
berasal dari dalam diri individu sendiri. Pandangan ini menyatakan bahwa penyebabnya
adalah kondisi kejiwaan dan kepribadian individu. Asumsi yang mendasarinya adalah kondisi
psikologis seseorang akan sangat besar pengaruhnya terhadap perilakunya.

Menurut Eitzen (1986:397) bentuk kondisi psikologis yang dapat menyebabkan perilaku
menyimpang antara lain psycopaths ( termanifestasikan pada sikap sosial agresif dan impulsif
), oedipalconfict dan psychosexual trauma.
Menurut pandangan psikoanalisis, devian adalah seseorang yang tidak dapat
mengembangkan ego secara wajar untuk mengontrol impuls deviant ( the id). Gejala ini dapat
berupa akibat adanya konflik batin. Essensi dari perilaku menyimpang tidak terletak pada
perilaku itu sendiri, tetapi pada terjadinya ketidakseimbangan yang patologis di antara unsurunsur dinamis dalam kepribadian seseorang ( the id dan superego).
Pada suatu saat tampak perilakunya sangat wajar bahkan mungkin terkesan sangat baik
dan menjungjung norma norma sosial, akan tetapi pada saat yang lain dapat menampilkan
perilaku yang sangat berlawanan bahkan mungkin dapat menjurus kejam dan sadis.
Dalam kaitannya dengan masalah sosial yang berasal dari perilaku individu, manifestasi
dari isolasi ini dapat meliputi alkoholisme , kekalutan mental, dan gejala bunuh diri. Dengan
kata lain, individu yang berada dalam kondisi personal disorganization atau mengalami
disintegrasi kepribadian cenderung melakukan isolasi dari kehidupan masyarakat dan
kelompoknya serta pada gilirannya dapat menuju berbagai bentuk perilaku yang merupakan
masalah sosial.
Sehingga masalah dalam psikologis seorang individu dapat membuatnya melakukan
berbagai hal yang melanggar norma dan menimbulkan masalah sosial.

C. Pandangan Sosialisasi
Sosialisasi pada dasarnya merupakan terintegrasinya individu ke dalam kehidupan
bermasyarakat , atau dengan perkataan lain merupakan proses perubahan seseorang dari
makhluk biologisnya menjadi makhluk sosial. Oleh karena kehidupan bermasyarakat
mempunyai semacam aturan permainan yang antara lain berupa nilai dan norma sosial, maka
agar individu dapt terintegrasi dengan baik, dia perlu mengerti, memahami dan selanjutnya
menggunakan nilai dan norma sosial tadi sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan sosial.

Untuk dapat memahami dan mengerti nilai dan norma tersebut individu perlu
mempelajarinya, sehingga proses sosialisasi seringkali juga disebut dengan proses belajar
untuk hidup bermasyarakat.
Soekanto (1982:140) mengatakan , secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu
proses dimana warga masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, ,menaati dan
menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Secara khusus
sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaannya,
belajar mengendalikan diri dan peranan- peranan dalam masyarakat.
Walaupun demikian, dengan adanya proses sosialisasi bukan berarti anggota masyarakat
akan kehilangan kebebasan dan jati dirinya sebagai individu. Pada dasarnya sosialisasi
merupakan proses untuk memperoleh keseimbangan di antara keduanya, diantara kebebasan
dan aktualisasi sebagai individu dengan ikatan-ikatan yang ada dalam hidup bermasyarakat.
Jika individu hanya berorientasi pada kepatuhan mutlak terhadap nilai dan norma sosialnya,
maka ia akan menjadi semacam robot yang dikendalikan oleh sistem sosialnya. Sebaliknya,
apanila individu merasa sepenuhnya bebas dari ikatan kelompok dan masyarakat maka ia
akan menjadi warga masyarakat yang liar.
Berdasarkan pandangan sosialisasi tadi maka perilaku individu akan diidentifikasikan
sebagai masalah sosial apabila dia tidak berhasil dalam melewati proses belajar tersebut.
Ketidakberhasilan proses belajar social atau kesalahan dalam interaksi dan transaksi
social tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal. Salah satu di antaranya,
disebabkan karena kesalahan dalam memilih lingkungan interaksi sosialnya, seseorang
dapat berperilaku devian. Sebagaimana diketahui, proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan
sehari-hari melalui interaksi social dengan menggunakan media ataupun lingkungan social
tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupa lingkungantersebut akan sangat mewarnai dan
memengaruhi input dan pengetahuan yang diserap.salah satu variasi dari teori yang
menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan menyatakan, bahwa beberapa tempat dikota
mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan criminal oleh karena lokasi tersebut
mempunyai karakteristik tertentu.
Sebagai suatu misal, tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada
umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dengan kondisi perumahan di

bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dan kondisi serta komposisi
penduduk yang tidak stabil, (Eitzen; 1986, 400). Dalam bagian lain dari tulisannya Etizen
juga mengutip pendapat Sutherland dalam menjelaskan mengapa beberapa orang berperilaku
criminal sedang orang lain tidak. Sehubungan dengan hal itu, Sutherland beranggapan bahwa
seseorang belajar untuk menjadi criminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi
cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar
tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk
menumbuhkan tindakan criminal.
Faktor lain yang dapat memengaruhi keberhasilan dalam proses sosialisasi adalah
kemampuan memahami dan menginterpretasikan nilai yang diserap. Kenyataan ini juga dapat
digunakan untuk menjelaskan persoalan mengapa dua orang yang hidup dalam lingkungan
social yang sama, yang satu dapat berperilaku devian sedang yang lain tiding. Salah satu
penyebabnya adalah karena perbedaan interpretasi. Ibaratnya norma social sebagai faktor
pembatas perilaku individu dalam hidup bermasyarakat, maka dapat terjadi perbedaan
penafsiran antara yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Dalam hal ini perilaku menyimpang dapat terjadi karena perbedaan interpretasi tentang
batas-batas toleransi suatu perilaku untuk disebut sebagai pelanggaran norma antara individu
tertentu dengan masyarakat pada umumnya. Lebih dari itu, dalam jangka panjang nilai dan
norma yang terserap melalui proses sosialisasi dan proses interaksi social dapat
terinternalisasi dalam diri individu dan ikut membentuk self perception. Self perception yang
terbentuk tadi dapat ikut menentukan terbentuknya perilaku menyimpang. Walaupun
seseorang hidup didalam lingkungan bahkan subkultur criminal atau delinguent, akan tetapi
belum tentu menjadi criminal dan delinguent karena mempunyai self perception tertentu yang
menjadi semacam daya tangkal terhadap pengaruh lingkungan tersebut (Kauffman: 1989;
308).
Masalah social dapat menjadi bermula dari kegagalan individu dalam menjalankan
peranan tersebut. kesalahan individu dapat berupa ketidakmampuan untuk menjalankan
peranan dan dapat pula berupa penyalahgunaan peranan yang dimiliki sehingga tidak sesuai
dengan harapan masyarakat.
Sepanjang kehidupannya, seseorang dapat mengalami sosialisasi melalui berbagai
lingkungan social.bukan barang mustahil apabila norma dan nilai yang diserap dari berbagai
lingkungan tadi berbeda atau bahkan bertentangan. Dalam rangka internalisasi nilai, maka

dibutuhkan kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai nilai yang diserap tersebut.


Kegagalan dalm mengintegrasikan berbagai masukan dalam proses sosialisasi akan
mengakibatkan timbulnya personal disintegration sebagaimana sudah disinggung dalam
bagian lain tulisan ini. Permasalahan yang sama juga dapat terjadi dalam peranan social, oleh
karena tidak jarang seseorang anggota masyarakat, mempunyai berbagai peranan dalam
kehidupan sosialnya. Tidak jarang pula penunaian peranan satu dengan yang lain tidak
pararel bahkan saling bertentangan.

2.3 Solusi Masalah Sosial Karena Faktor Individual


Dalam studi masalah sosial, setelah masalah di identifikasi maka langkah berikutnya
adalah melakukan upaya pemecahan masalah tersebut. Agar dapat melakukan upaya
pemecahan masalah secara baik, maka perlu dipahami sumber permasalahannya. Sumber
masalah dengan satuan pengamatan individu, artinya melacak sumber masalah dari cacat dan
kesalahan yang melekat pada individu sebagai penyandang masalah. Pelacakan sumber
masalah tersebut perlu memerhatikan kemungkinan dari berbagai dimensi yang melekat pada
individu yang bersangkutan baik fisik atau biologis, psikologis, maupun sosiologis.
Pandangan ini melihat pelaku penyimpangan adalah individu. Untuk mencari sumber
permasalahannya, digunakan logika: siapa yang melakukan penyimpangan, dialah yang
menjadi sumber masalah tersebut. Apabila cara pandang ini digunakan dalam rangka
memahami masalah sosial, maka beberapa konsekuensi teoretik dan implementasinya dalam
kebijaksanaan adalah:
1. Membebaskan pemerintah, sistem ekonomi, stuktur sosial, institusi sosial, system
peradilan, system pendidikan dari tuduhan sebagai sumber kesalahan.
2. Karena penyebab masalah adalah faktor individual, maka upaya pemecahan masalah
akan lebih banyak bersifat sebagai bentuk konseling, modifikasi perilaku,
psychoteraphy. Pendek kata lebih menekankan pada perubahan personal daripada
perubahan system.
3. Memperkuat mitos sosial tentang peranan kontrol individu terhadap nasib seseorang.
Sosial Darwinism yang beranggapan bahwa penempatan seseorang dalam stratifikasi
sosial merupakan fungsi dari kemampuan masing-masing.

Jika dikaitkan dengan kearifan lokal Bali, masalah sosial akibat dari perilaku individu
dapat diatasi dengan berpedoman pada Tri Kaya Parisuda.
Tri Kaya Parisuda artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu
berpikir yang bersih dan suci (Manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang
jujur (Kayika). Dari tiap arti kata di dalamnya, Tri berarti tiga; Kaya bararti Karya atau
perbuatan atau kerja atau prilaku; sedangkan Parisudha berarti "upaya penyucian".Jadi
"Trikaya-Parisudha berarti "upaya pembersihan/penyucian atas tiga perbuatan atau prilaku
kita".
Jika kita dapat melakukan manacika, wacika, dan kayika maka individu akan dapat
bersosialisasi dengan baik di masyarakat tanpa menimbulkan masalah sosial.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gejala yang dianggap sebagai masalah sosial dilihat dari orang per orang sebagai anggota
masyarakat. Orang per orang dikatakan sebagai individu yang merupakan pelaku dalam
masalah sosial. Dengan mengamati perilaku individu dapat diidentifikasi apakah telah terjadi
penyimpangan terhadap norma dan nilai sosial serta standar sosial yang berlaku.
Masalah sosial ditandai dengan adanya sikap dan perilaku anggota masyarakat yang tidak
mematuhi aturan-aturan kelompok, atau kondisi kehidupan individu yang tidak sesuai dengan
standar sosial yang diharapkan.
Faktor individual sebagai penyebab masalah sosial adalah:

Pandangan Biologis

Kondisi kesehatan dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia. Dengan demikian individu warga masyarakat yang memiliki kondisi
kesehatan rendah dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan untuk merespon berbagai
peluang untuk meningkatkan kondisi kehidupannya dan menurunkan produktivitas kerja.

Pandangan Psikologis

Individu yang berada dalam kondisi personal disorganization atau mengalami


disintegrasi kepribadian cenderung melakukan isolasi dari kehidupan masyarakat dan
kelompoknya serta pada gilirannya dapat menuju berbagai bentuk perilaku yang merupakan
masalah sosial.

Pandangan Sosialisasi

Kegagalan dari proses sosialisasi yang dijalani oleh individu akan membuat individu
tersebut gagal dalam memahami sosialisasi yang sesungguhnya. Sehingga individual tersebut
gagal dalam berinteraksi dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomo. 2008. Masalah Sosial dan Upaya Pencegahannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Herimanto, dan Winarto . 2015. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta Timur :
PT.Bumi Aksara.
https://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_sosial

Anda mungkin juga menyukai