OLEH :
BAB I
PENDAHULUAN
kesimpulan
berupa
diagnosis
sekaligus
pemeriksaan
dengan
BAB II
LANDASAN TEORI
kebawah. Perhatikan bau, mulut, selaput lendir mulut, pharynx, lidah, gusi, dan gigigeligih. Perhatikan kemungkinan adanaya lesi, benda asing, perubahan warna, dan
anomali lainnya. Perhatikan pula limfoglandula regional dan kelenjar ludah. Palpasi
oesophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharynx dari luar. Bila perlu, dilakukan
pemeriksaan radiologi dengan sebelumnya memasukkan ke dalam oesopahgus bahan
tak tembus sinar rontgen, misalnya bubur atau barium sulfat (Boddie, 1956).
Abdomen; Lakukan inspeksi keadaan abdomen bagian kiri dan kanan, palpasi daerah
abdomen secara menyeluruh dengan menekan ujung jari tangan kiri dan kanan dari
dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda
atau organ di dalam perut. Perhatikan isi abdomen yang teraba. Lakukan auskultasi
dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui peristaltik usus. Lakukan eksplorasi
dengan jari kelingking (pakailah sarung tangan dari karet atau plastik yang diberi
pelicin). Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus atau rektum, adanya
benda asing atau tinja yang keras. Ambil feses untuk pemeriksaan laboratorium,
apabila terjadi konstipasi lakukan pemberian enema dengan memasukkan kedalam
rectum -1 ml glyserin atau air sabun hangat 5-30 ml, kemudian ajak anjing ke
halaman supaya leluasa bergerak dan buang air, perhatikan pula warna dan konsistensi
tinjanya. Periksalah anus dan pencetlah anus dari dua sisi dengan jari tangan yang
dilapisi dengan kapas perhatikan kemungkinan adanya cairan yang keluar (Boddie,
1956).
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
BAB IV
PEMBAHASAN
(pink), tidak ada luka. Air liur cukup membasahi rongga mulut. Lidah warna
kemerahan merata, tidak ada luka dan dapat bergerak bebas. Saat mempalpasi
faring tidak ditemukan reaksi batuk pada anjing, dan vena jugularis tidak
ditemukan berdenyut. Abnormalitas dapat berupa ketegangan dinding yang
menurun atau meningkat. Dinding pembuluh arteri yang menegang kuat dapat
terjadi bila terdapat tekanan darah yang meningkat seperti pada kasus penyakit
ginjal, tetanus, dan laminitis pada kuda. Ketegangan inilah yang nantinya akan
mempengaruhi vena jugularis untuk berdenyut. Dan apabila vena jugularis
ditemukan berdenyut itu tandanya ada masalah terhadap arteri yang sebelumnya
telah dipaparkan dan hewan diyakini terdapat masalahpada bagian tubuhnya.
Sedangkan dari jumlah gigi yang tampak, kami menduga umur anjing kurang dari
6 bulan karena tidak ditemukan gigi yang tanggal, rusak, ataupun berubah warna.
Hidung, Tampak luar agak lembab cenderung basah. Tidak ada luka, kotoran,
leleran atau sumbatan. Pencet bagian hidung, apabila keluar cairan berarti terjadi
peradangan pada hidung. Cairan hidung bisa bening, keputihan, kehijauan,
kemerahan, kehitaman atau kekuningan.
2. PEMERIKSAAN RESPIRASI
Dari pengukuran frekuensi nafas yang dilakukan didapat hasil 16 kali/menit.
Akoso (1996), menjelaskan rata-rata frekuensi pernapasan anjing normal adalah 19
kali per menit, Oksigen adalah salah satu dari kebutuhan-kebutuhan yang paling vital.
Seekor hewan masih dapat bertahan hidup beberapa hari tanpa air, atau beberapa
minggu tanpa makanan, tetapi tanpa oksigen hanya dalam ukuran menit saja. Sistem
respirasi terdiri dari paru dan saluran-saluran yang memungkinkan udara dapat
mencapai atau meninggalkan paru. Saluran tersebut mencakup nostril (lubang
hidung), rongga hidung, farinks, larinks, dan trakea (R.D.Frandson, 1992).
Pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnnya
dengan
-
Melihat
kembang
kempisnya
daerah
toraco-abdominal.
tekanan di dalam rongga pleural atau di dalam trakea, contohnya adalah pneumograf,
stetograf, atau pletismograf (R.D.Frandson, 1992).