1.

Klasifikasi Model
a. Model elastic
- Material pembentuk struktur hanya dibatasi pada kondisi elastis,
tidak bisa untuk respon inelastic
- Tidak ada respon struktur yang melebihi elastic range.
- Service load dari struktur harus memenuhi respon elastic
- Geometri dari model harus mirip (similar) dengan geometri dari
struktur aslinya (prototype)
- Bahan yang dipakai untuk membuat model tidak harus sama
dengan bahan pada prototipenya
- Bahan model harus homogeny dan elastic
b. Model tidak langsung
- Bentuk khusus dari model elastic yang dipakai untuk memperoleh
diagram pengaruh reaksi dan gaya-gaya dalam.
- Beban pada model tidak ada hubungan dengan beban pada
prototype.
- Tidak punya kemiripan langsung dengan prototipenya.
c. Model langsung
- Keadaan khusus pada model elastic
- Bentuk geometri dan pembebanan, serta regangan, deformasi, dan
tegangannya mirip dengan prototipenya.
d. Model kekuatan (Strength model)
- Model ini dapat dipakai untuk memperoleh respon struktur sampai
dengan keruntuhan struktur tsb (inelastic range).
- Geometri dan pembebanan pada model harus mirip dengan
prototipenya, serta bahan untuk membuat model tersebut harus
sama dengan bahan pada prototipenya.
e. Model pengaruh angin (wind effect model)
Dapat dikelompokkan menjadi 2 :
- Model bentuk :
Bentuk struktur yang dipentingkan, karena hanya ingin mengetahui
pengaruh bentuk terhadap suatu respon
- Model aeroelastic model :
Bentuk, kekakuan dan kekuatan struktur dipentingkan.
2. Model Struktur
a. True Model
Persyaratan similaritas dipenuhi semuanya. (model yang memiliki
complete similarity)
b. Adequate model
- Hanya the first order similarity yang dipenuhi oleh model.
- The second order similarity tidak dipenuhi.
Karena pengaruh the second order terms relative sangat kecil, maka
hasil eksperimennya masih cukup akurat.
c. Distorted model
Salah satu atau lelbih variable yang termasuk the first order
persyaratan similitudenya tidak dipenuhi. Model ini tidak disarankan
karena hasil kurang akurat.
d. Similitude requirements:
Penelitian harus memenuhi persamaan similaritas.
e. Added mass

Digunakan untuk menambah beban pada model saat model tersebut

belum memenuhi beban sesuai yang diinginkan. Penambahan beban
ini tidak menambah kekakuan pada model. Contoh pasir.
f. Pemodelan blast loading
Seperti ledakan bom ataupun ledakan sejenis pada prinsipnya terjadi
secara mendadak dalam waktu yang relative singkat.
3. Wheatstone bridge
- Alat untuk mengukur perubahan resistance kawat yang
diregangkan.
- Ada berbagai cara mengkompensasi pengaruh temperature
berdasarkan jenis jembatan wheatstone:
a. Full bridge :
o Dimanfaatkan untuk membuat load cell (alat ukur
gaya/beban)
o Rumus kompensasi : (R4+delta R4) : (R3+ delta R3) =
(R1+deltaR1) : (R2+delta R2)
b. Half bridge :
o Biasanya digunakan berupa regangan desak eps 1 dan eps 2
utk reg Tarik. Bila garis netral berada di tengah (GN 0.5 dari
tinggi)
o Rumus kompensasi :R4:R3 = (R1+delta R1): (R2+delta R2)
c. Quarter bridge :
o Tidak mungkin adanya perbesaran pembacaan reg, shg
cukup dipasang pada bagian atas simple beam.
o Dengan penambahan satu dummy gage yang terbuat dari
strain gage yang sama persis dengan R1, dan ditempelkan
pada benda lain yang terbuat dari bahan yang sama persis
dengan bahan specium yang dipakai, dummy gage dipasang
diposisi R2, dengan panjang dan jenis kabel sama.
o Namun hal yang paling lazim adl menggunakan strain gage
jenis khusus, yaitu self temperature compensating strain
gage, dan ini memerlukan 3 kabel.
4. Rumus
a. Non homogin :
E = 5700 (fc)^0.5
Mpa = k (Mpa)^0.5
FL^-2 =k (FL^-2)^0.5
FL^-2 = k (F^0.5) (L^-1)
b. Gauge factor :
Menunjukkan sensitivitas dari pengukuran regangan oleh strain gage.
F = (delta R: R): (eps)
F= gauge factor
R = electrical resistance
L= panjang elemen gage
Eps = regangan.
c. Analitis rectangular sorette :
A= (eps a +eps c):2
B= (eps a eps c):2
C= (2 eps b-(eps a+eps c)):2
K1= E: (1-v)
K2= E: (1-v)
Teg max = K1 A + K2 (B^2 + C^2)^0.5

Teg min = K1 A - K2 (B^2 + C^2)^0.5

Teta p = 0.5 (tan (C:B))^-1
Tau max = K2 (B^2 + C^2)^0.5