Anda di halaman 1dari 4

1.

PENGERTIAN
Korupsi merupakan tindak pidana yang menimbulkan kerugian
ganda: menguras harta negara demi kepentingan pribadi/kelompok serta
mencerabut hak-hak sosial masyarakat secara meluas. Dewasa ini,
tindakan korupsi semakin merajalela. Meluasnya korupsi hingga ke
tatanan struktural masyarakat yang terendah atau semakin besarnya
kuantitas

dana

yang

dikorupsi

menjadi

peringatan

bahwa

daya

perlawanan terhadap korupsi harus ditingkatkan. Beriringan dengan itu,


lembaga yang memiliki otoritas untuk memberantas korupsi secara
hukum mulai diperlemah. Kekuatan hukum untuk mengekang korupsi
menjadi bias akibat pertarungan yang justru terjadi di badan inter-pranata
dalam penegakkan hukum tersebut. Di sinilah dibutuhkan suatu daya
sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga mampu menuntut
pemberantasan korupsi secara tegas dan sigap.
Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda perlu dipersiapkan
sebagai

penerus

kepemimpinan

bangsa.

Karena, pejabat

yang

kini

bergelimangan harta hasil korupsi bisa jadi dulunya adalah mahasiswa


yang berteriak lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah,
kesadaran dan karakter anti-korupsi harus dibangun melalui pemahaman
dan pembentukan budaya masyarakat muda yang secara tegas menjauhi
segala bentuk korupsi. Dari internalisasi kultural yang berpengaruh hingga
personal, diharapkan mampu membentuk generasi anti-korupsi yang
bertahan sejak dini hingga ketika menjabat di kepemimpinan bangsa
kelak.
Gerakan Anti Korupsi Mahasiswa Korupsi merupakan tindak pidana yang
menimbulkan kerugian ganda: menguras harta negara demi kepentingan
pribadi/kelompok serta mencerabut hak-hak sosial masyarakat secara meluas.
Dewasa ini, tindakan korupsi semakin merajalela. Meluasnya korupsi hingga ke
tatanan struktural masyarakat yang terendah atau semakin besarnya kuantitas dana
yang dikorupsi menjadi peringatan bahwa daya perlawanan terhadap korupsi harus
ditingkatkan. Beriringan dengan itu, lembaga yang memiliki otoritas untuk
memberantas korupsi secara hukum mulai diperlemah. Kekuatan hukum untuk
mengekang korupsi menjadi bias akibat pertarungan yang justru terjadi di badan
inter-pranata dalam penegakkan hukum tersebut. Di sinilah dibutuhkan suatu daya

sosial yang memberikan aspirasi kolektif sehingga mampu menuntut pemberantasan


korupsi secara tegas dan sigap. Di sisi lain, mahasiswa sebagai generasi muda
perlu dipersiapkan sebagai penerus kepemimpinan bangsa. Karena, toh pejabat
yang kini bergelimangan harta hasil korupsi bisa jadi dulunya adalah mahasiswa
yang berteriak lantang tentang integritas dan keadilan. Untuk itulah, kesadaran dan
karakter anti-korupsi harus dibangun melalui pemahaman dan pembentukan budaya
masyarakat muda yang secara tegas menjauhi segala bentuk korupsi. Dari
internalisasi kultural yang berpengaruh hingga personal, diharapkan mampu
membentuk generasi anti-korupsi yang bertahan sejak dini hingga ketika menjabat di
kepemimpinan bangsa kelak.

2. Gerakan Struktural dan Kultural


Dilatarbelakangi oleh hal di atas, perlu dirancang suatu konsep gerakan
anti-korupsi bagi mahasiswa Indonesia yang terdiri dari gerakan struktural
dan kultural.
1. Gerakan Struktural
Gerakan struktural memiliki kecenderungan yang reaktif terhadap isu dan
melibatkan massa dalam jumlah besar dalam pelaksanaannya. Makna
struktural diartikan sebagai satu komponen di dalam pemerintahan
yang memiliki keterlibatan di dalam isu korupsi tertentu. Jadi, gerakan
anti-korupsi yang bersifat struktural, berarti memberikan satu aksi atau
reaksi terhadap isu tertentu yang ditujukan kepada pemerintah sebagai
lembaga yang berwenang dalam penyelesaian isu tersebut.
Tujuan dari gerakan struktural ini adalah: 1) memberikan pernyataan sikap
pemuda, 2) memberikan tuntutan tertentu terhadap isu terkait, 3)
menampilkan propaganda dan pencerdasan kepada publik, dan 4)
menunjukkan daya sosial yang menekankan pada semangat perlawanan
terhadap korupsi. Salah satu bentuk dari gerakan struktural ini adalah aksi
dan unjuk rasa terkait kasus korupsi tertentu.
2. Gerakan Kultural

Gerakan kultural bertujuan untuk: 1) memberikan pemahaman


tentang korupsi dan bentuk nyata anti-korupsi di dalam kemahasiswaan,
2) menciptakan budaya anti-korupsi sejak dini, dan 3) membentuk
karakter generasi anti-korupsi. Berbeda dengan sebelumnya, gerakan
kultural ini cenderung bersifat aktif, sehingga gerakan yang dilakukan
tidak bergantung terhadap isu yang ada.

3. Peran mahasiswa dalam keluarga


Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari
lingkungan keluarga. Kegiatan tersebut dapat berupa melakukan pengamatan terhadap
perilaku keseharian anggota keluarga. Misalnya, apakah dalam mengendarai
kendaraan bermotor bersama anggota keluarga, peraturan lalu lintas dipatuhi? Apakah
tidak menjalankan motornya di atas pedestrian dan mengambil hak pejalan kaki?
Apakah penghasilan orang tua tidak berasal dari tindak korupsi? Apakah orang tua
tidak menyalahgunakan fasilitas kantor yang menjadi haknya? Nilai-nilai yang
ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya bermula dari lingkungan keluarga dan
pada kenyataannya nilai-nilai tersebut akan terbawa selama hidupnya. Jadi, ketika
seorang mahasiswa berhasil memilah nilai-nilai yang ditanamkan orang tuanya
dengan hanya mengambil nilai-nilai positif, maka dapat diharapkan ketika terjun ke
masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati berbagai rintangan yang
mengarah kepada tindak korupsi. Jika Pendidikan Antikorupsi diikuti oleh banyak
Perguruan Tinggi, maka akan diperoleh cukup banyak generasi muda yang dapat
menjadi benteng anti korupsi di Indonesia.
1. Di Lingkungan Keluarga
Penanaman nilai-nilai atau internalisasi karakter antikorupsi di dalam diri
mahasiswa dimulai dari lingkungan keluarga.Di dalam keluarga dapat terlihat
ketaatan tiap-tiap anggota keluarga dalam menjalankan hak dan kewajibannya
secara penuh tanggung jawab. Keluarga dalam hal ini harus mendukung dan
memfasilitasi sistem yang sudah ada sehingga individu tidak terbiasa untuk
melakukan pelanggaran. Sebaliknya, seringnya anggota keluarga melakukan
pelanggaran peraturan yang ada dalam keluarga, bahkan sampai mengambil hak
anggota keluarga yang lain, kondisi ini dapat menjadi jalan tumbuhnya perilaku
korup di dalam keluarga. Kegiatan sehari-hari anggota keluarga yang dapat
diamati oleh mahasiswa, contohnya
menghargai kejujuran dalam kehidupan;
penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk dalam aktivitas
ibadah;

pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri;


berani mempertanggung jawabkan perilakunya;
mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan;
berani mengatakan yang benar dan jujur.
Sebuah daftar cek dapat dibuat untuk mengidentifikasi tumbuhnya
integritas di dalam keluarga.
Apakah orangtua memberikan teladan dalam bersikap?
Contoh kecil ketika seorang ayah melarang anaknya untuk merokok,
tetapi sang ayah sehari-hari malah menunjukkan aktivitas merokok. Pada saat
menggunakan kendaraan bermotor, apakah anggota keluarga selalu mematuhi
peraturan lalu lintas, termasuk mematuhi marka jalan dan tidak merugikan
pengguna jalan lainnya. Apakah kepala keluarga atau anggota keluarga lain
terbuka dalam soal penghasilannya yang diberikan untuk keluarga? Apakah
keluarga menerapkan pola hidup sederhana atau tidak konsumtif secara
berlebihan dan disesuaikan dengan penghasilan? Apakah keluarga terbiasa
melakukan kegiatan yang melanggar hukum? Apakah keluarga menjunjung
tinggi kejujuran dalam berkomunikasi, terutama bersedia mengakui kesalahan
diri sendiri dan tidak menimpakan kesalahan kepada orang lain? Apakah selalu
mengikuti kaidah umum seperti ikut dalam antrian tidak ingin jalan pintas yang
tidak sesuai aturan?

Anda mungkin juga menyukai