Anda di halaman 1dari 5

Tugas Mata Kuliah : HACCP

Dosen

: Dr. Wahniyathi Hatta, S.Pt., M.Si.

INFEKSI Escherichia coli O157:H7 pada BALITA

Oleh :
S A N T I
P 4000 215 009

ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016

INFEKSI Escherichia coli O157:H7 pada BALITA

Rumusan masalah
Mudahnya terinfeksi penyakit dari bakteri Escherichia coli O157:H7 pada
umur balita (1-7 tahun) disebabkan kurang bersihnya lingkungan dan makanan.
Anak yang terinfeksi dapat menyebabkan sakit ringan, koma bahkan kematian
terutama pada balita.
Pembahasan
Kejadian infeksi Escherichia coli O157:H7 pada manusia di Negaranegara maju cukup tinggi. CDC melaporkan bahwa Escherichia coli O157:H7
adalah termasuk salah satu bakteri penyebab food-borne disease diantara 9 agen
penyebab

food-borne disease yang lainnya yaitu Salmonella, Campylobacter,

Shigella, Yersinia, Listeria,Vibrio,Cyclospora, dan Cryptosporidium.


Penelitian ini melibatkan 28 penderita diare. Terdiri dari perempuan
sebanyak10 (35,71 %) dan laki-laki sebanyak 18 orang (64,29%) dengan usia
termuda 3 bulan dan tertua 7 tahun, yang terbanyak umur antara range 1-7 tahun
15 orang (53,57%).Dari data klinik sebagian besar pasien mengalami gejala
dengan frekuensi muntah sebanyak (78,57 %), demam sebanyak (71,49%),
gejala dengan perut kejang sebanyak (3,57 %), sakit perut (10,72%), gejala
dengan dehidrasi ringan hingga sedang sebanyak (35,72%), tinja encer
sebanyak (64,29%), dan tinja dengan lendir (17,86%)
Pada umumnya infeksi oleh bakteri EHEC dapat menyebabkan
hemorrhagic cilitis dan hemolytic uremic syndrome (HUS). Gejala klinis
dapat muncul beberapa saat setelah mengkonsumsi makanan yang telah
terkontaminasi,maupun beberapa bulan kemudian.Bagi beberapa kelompok
orang terutama anak-anak, manula, wanita hamil, dan orang yang memiliki

system kekebalan yang rendah, foodborne disease akan sangat berbahaya.


Kejadian hemorrhagic colitis biasanya ditandai dengan gejala klinis crampy
abdominal pain diikuti dengan diare cair pada 24 jam pertama selanjutnya
diikuti adanya perdarahan, muntah, tetapi tidak diikuti peningkatan
tubuh.

suhu

Masa inkubasi berkisar antara 3 sampai 9 hari. Hemolityc uremic

syndrome pada anak-anak dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Pada penderita
HUS biasanya mengalami gejala yang khas yaitu acute renal failure,
hemolytic anemia, thrombocytopenia, dan nephropathy akut. Bila infeksi
berkembang sampai system syaraf maka pasien akan mengalami koma
yang biasanya diikuti dengan kematian. Gejala yang muncul pada penderita
HUS sangat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan
luasnya

infeksi. Terkadang

pasien tertentu

perlu

pasien memerlukan transfusi darah, tetapi pada

dilakukan

kidney dialysis (Andriani, 2010)

Sebagai bakteri yang bersifat pathogen, E. coli O157: H7 memiliki


beberapa factor virulen yang membantu bakteri menyerang induk
semangnya nya yaitu saluran pencernaan manusia. Shiga like toxin (SLT) atau
shiga toxin yaitu Stx1 dan Stx2 adalah salah satu factor virulen dari E. coli
O157: H7 yang utama. Toxin yang dihasilkan oleh E. coli O157: H7 dalam
lumen usus manusia dapat masuk ke lapisan usus bagian lebih dalam, akibat
adanya factor virulen yang lain yaitu intimin.
dapat menyebabkan

munculnya

attaching

Faktor

virulen

intimin

dan effacing lesions sehingga

terjadi locus of enterocyte effacement (LEE). (Andriani, 2010)


Penelitian ini melibatkan 28 penderita diare. Terdiri dari perempuan
sebanyak10 (35,71 %) dan laki-laki sebanyak 18 orang (64,29%) dengan usia
termuda 3 bulan dan tertua 7 tahun, yang terbanyak umur antara range 1-7 tahun
15 orang (53,57%).Dari data klinik sebagian besar pasien mengalami gejala
dengan frekuensi muntah sebanyak (78,57 %), demam sebanyak (71,49%),
gejala dengan perut kejang sebanyak (3,57 %), sakit perut (10,72%), gejala
dengan dehidrasi ringan hingga sedang sebanyak (35,72%), tinja encer
sebanyak (64,29%), dan tinja dengan lendir (17,86%) (Bakri,Z., dkk., 2014)

Pada penelitian ini banyaknya kejadian diare pada kelompok umur 1-7
tahun dapat terjadi karena pada umur tersebut anak sudah mulai aktif bermain dan
rentan terkena infeksi penyakit terutama diare. Anak pada kelompok umur ini
dapat terkenainfeksi bakteri penyebab diare pada saat bermain di lingkungan
yang kotor serta melalui cara hidup yang kurang bersih. (Bakri,Z., dkk., 2014)
Pada kelompok umur 0-5 bulan, balita biasanya masih mendapat ASI
dari ibunya dan belum mendapat makanan tambahan, demikian tingkat
imunitas balita tersebut tinggi yang diperoleh langsung dari ASI sehingga risiko
untuk terkena diare lebih rendah. (Bakri,Z., dkk., 2014)
Jumlah penderita diare anak yang banyak pada kelompok umur 1-7
tahun. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sartika,
dkk. (2005) di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa
kasus diare balita terbanyak ditemukan pada rentang umur kurang dari 2 tahun
(65,28 %) dan terendah pada kelompok umur 3-5 tahun (9,72).
Menurut WHO 2004, rata-rata kejadian diare pada anak di bawah
umur 5 tahun adalah 3.2 episode pertahun. Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional tahun 2007, diare merupakan
penyebab kematian terbanyak pada bayi (31,43%) dan balita (25,2%) di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Andriana. 2010. Escherichia Coli 0157 H:7 Sebagai Penyebab Penyakit Zoonosis.
Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis, Bogor.
Bakri,K., Hatta., Massi, M.,. N., 2014. Deteksi Keberadaan Bakteri Escherichia
Coli O157:H7 Pada Feses Penderita Diare dengan Metode Kultur dan PCR.
Bagian Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sartika, Indrawani, dan Sudiarti. (2005). Analisis Mikrobiologi Escherichia
coli O157:H7 Pada Hasil Olahan Hewan Sapi Dalam Proses Produksinya.
Jurnal Makara Kesehatan, Vol 9 No (1), Hal 23-28.

Anda mungkin juga menyukai