Anda di halaman 1dari 5

TEKNOLOGI NUKLIR DALAM PEMBUATAN VAKSIN TERNAK

(RADIOVAKSIN)
Radiovaksin adalah teknik pembuatan vaksin dengan cara iradiasi. Definisi vaksin
adalah suatu suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit tetapi
telah dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga tidak akan
menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan kekebalan/antibodi
bila diinokulasikan. Radiasi dapat menurunkan metabolisme energi dalam sel,
sehingga dapat di pergunakan pula untuk melemahkan beberapa mikroorganisme
ata bibit penyakit tertentu pada hewan ternak. Selanjutnya bibit penyakit yang
telah dilemahkan diatas dapat digunakan untuk tujuan pembuatan radiovaksin.
Sumber radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar
gamma. Sinar gamma digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi, dan
patogenitas agen penyakit yang diharapkan mampu merangsang timbulnya
kekebalan tubuh terhadap infeks penyakit.
Kasus:
Di Indonesia kegiatan penelitian bersama ini didasari oleh kesadaran
bahwa masih banyak masalah masalah yang dihadapi oleh para peternak yang
belum terpecahkan, terutama dalam menanggulangi penyakit ternak unggas.
Berdasarkan Buku Tahunan Kesehatan Dunia (Annual Health Year Book) yang
diterbitkan oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia, tercatat di dunia terdapat 226
jenis penyakit hewan menular penting. Dari jumlah tersebut, 87 jenis diantaranya
terdapat di Indonesia, dimana sebanyak 11 jenis telah berhasil diberantas
tuntas secara nasional pada tahun 1993. Pada saat ini tinggal 76 jenis
penyakit yang masih ada di wilayah Indonesia, yaitu 33 jenis
dikelompokkan sebagai penyakit potensial dan 43 jenis sebagai penyakit
ekonomis. Diantara penyakit ekonomis terdapat 14 jenis yang secara khusus
dikelompokkan sebagai penyakit strategis. Salah satu penyakit ekonomis yang
cukup banyak merugikan adalah koksidiosis yang disebabkan oleh endoparasit

koksidia. Kerugian ekonomis oleh parasit ini berdasarkan perhitunga economic


veteriner (1998) setiap tahunnya rata rata mencapai 9 milyar rupiah. Penyakit ini
menyerang hampir pada semua jenis ternak, sehingga sering menimbulkan
gangguan terhadap upaya pengembangan ternak, terutama terhadap
pengembangan peternakan unggas khususnya ayam ras. Direktorat Jenderal
Peternakan dan Badan Tenaga Nuklir Nasional, pada tahun 1992 telah berhasil
meluncurkan Vaksin Koksivet dengan pemanfaatan penyinaran radioisotop..
Vaksin ini berisi bahan aktif parasit protozoa Eimeria tenella, dan
penggunaannya di lapangan telah memberikan hasil cukup baik yaitu
memberikan daya kekebalan pada anak ayam selama 6 bulan. Namun pemberian
antibakteri yang tidak sesuai dapat menimbulkan residu pada produk ternak dan
resistensi bakteri terhadap antibakteri. Residu antibakteri dapat menggangu
kesehatan manusia. Vaksinasi merupakan upaya mencegah penyakit serta
terjadinya retensi bakteri terhadap antibakteri.
Penyakit koksidiosis adalah suatu penyakit berak darah pada ayam
yang disebabkan oleh bakteri Eimeria tennela atau Eimeria spesies yang
lain. Pembuatan vaksis koksidiosis ini bertujuan untuk melemahkan spesies
Eimeria dengan radiasi gamma.
Proses pembuatan vaksin koksivet adalah sebagai berikut :
1 Galur murni ookista diinokulasikan pada anak ayam secara oral. Setelah 9 hari,
anak ayam diambil ookistanya dari usus buntu dengan cara mengerok lapisan
epithel. Ookista tersebut diblender/dihancurkan dengan hati hati agar tidak
rusak, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan K 2 Cr 2 O 7 selama 48 jam
pada suhu 27 0 -29 0 C. Setelah bersporolasi mencapai bentuk merozoit,
kemudian diblender lagi untuk membebaskan ookista yang masih menempel di
epithel/tinja, dicuci dengan NaCl 0,85%, dan selanjutnya
diputar/dipusingkan sebanyak 3 kali.

2. Ookista diradiasi dengan radiasi gamma dosis 125 Gy dengan pelindung timah
hitam 10% pada laju dosis 962.334 Gy/jam. Ookista yang telah diradiasi
diinokulasikan pada anak ayam umur 10 12 hari dengan dosis 1 x 10 5
ookista.
3 Proses selanjutnya sampai dengan proses pencucian ookista sama dengan
proses tersebut di atas (nomor 1). Produksi ookista dihitung secara
mikroskopik, ookista lewatan kedua ini diberikan media alhidrogel atau Al
(OH 3 ). Suspensi ookista tersebut diformulasikan dengan alhidrogel 2%
dalam perbandingan 1 : 1 sehingga setiap 0,2 ml vaksin berisi 1 x 10 5 ookista.
Vaksin ini deikemas dalam botol 20 ml dan diberi etiket (label).
Aksiologis :
Keuntungan dari radiovaksin ini yaitu :
1. Dapat meningkatkan pendapatan peternak.
2. Mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap infeksi
penyakit.
3. Dapat memajukan teknologi.
Kerugian dari radiovaksin :
1. Terjadinya residu
2. Dapat menyebabkan teradinya resisten antibakteri
Saya setuju dengan pamakai radiovaksin karena dari epistemologiny sudah
benar dan aksiologinya sudah baik, adapun dampak negatifnya masih dapat
ditolerir karena tidak ada produk yang sempurna dan masalah tersebut akan terus
diteliti dan terus melakukan perbaikan.

Tugas Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU


Dosen

: Dr. Syahdar Baba , S.Pt., M.S

Oleh :
S AN T I
P 4000 215 009

ILMU DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2016

Anda mungkin juga menyukai