HUKUM PERDATA
1. HUKUM PERDATA YANG BERLAKU DI INDONESIA.
LL. Sejarah Singkat Hukum Perdata yang Berlaku di Indonesia
Sejarah membuktikan bahwa Hukum Perdata yang saat ini berlaku di Indonesia, tidak
lepas dari Sejarah Hukum Perdata Eropa.
Bermula di benua Eropa, terutama di Eropa Kontinental bertaku Hukum Perdata Romawi,
disamping adanya Hukum tertulis dan Hukum kebiasaan setempat. Diterimanya Hukum
Perdata Romawi pada waktu itu sebagai hukum asli dari negara-negara di Eropa, oleh karena
keadaan hukum di Eropa kacau-balau, dimana tiap-tiap daerah selain mempunyai peraturan-
peraturan sendiri, juga peraturan setiap daerah itu berbeda-beda.
Oleh karena adanya perbedaan ini jelas bahwa tidak ada suatu kepastian hukum. Akibat
ketidak puasan, schingga orang mencari jalan kearah adanya kepastian hukum, kesatuan
hukum dan keseragaman hukum.
Pada tahun 1804 atas prakarsa Napoleon terhimpuniah Hukum Perdata dalam sam
‘umpulan peraturan yang bemama "Code Civil des Francais” yang juga dapat disebut "Code
Napoleon”, karena Code Civil des Francais ini adalah merupakan sebagian dari Code
Napoleon,‘Sebagai petunjuk penyusunan Code Civil ini dipergunakan karangan dari beberapa ahli
hukum antara lain Dumoulin, Domat dan Pothies, disamping itu juga dipergunakan Hukum
Bumi Putra Lama, Hukum Jemonia dan Hukum Cononiek,
Dan mengenai peraturan-peraturan hukum yang belum ada di Jaman Romawi antara lain
‘masalah wessel, assuransi, badan-badan hukum, Akhimya pada jaman Aufklarng (Jaman
baru sekitar abad pertengahan) akhimya dimuat pada kitab Undang-Undang tersendiri dengan
nama "Code de Commerce”
‘Sejalan dengan adanya penjajahan oleh bangsa Belanda (1809-1811), maka Raja Lodewijk
Napoleon Menetapkan : "Wetboek Napoleon Ingeright Voor het Koninkrijk Holland” yang
isinya mirip dengan "Code Civil des Francais atau Code Napoleon” untuk dijadikan sumber
‘Hukum Perdata di Belanda (Nederland).
Setelah berakhimya penjajahan dan dinyatakan Nederland disatukan dengan Prancis
pada tahun 1811, Code Civil des Francais atau Code Napoleon ini tetap berlaku di Belanda
(Nederland).
Oleh Karena perkembangan jaman, dan setelah beberapa tahun kemerdekaan Belanda
(Nederland) dari Perancis ini, bangsa Belanda mulai memikirkan dan mengerjakan kodefikasi
dari Hukum Perdatanya. Dan tepatnya 5 Juli 1830 kodefikasi ini selesai dengan terbentuknya
BW Gurgerlik Wetboek) dan WVK (Wetboek van koophandle) ini adalah produk Nasional-
Nederland namun isi dan bentuknya sebagian besar sama dengan Code Civil des Francais
dan Code de Commerce.
Dan pada tahun 1948, kedua Undang-Undang produk Nasional-Nederland ini diberlakukan
di Indonesia berdasarkan azas koncordantie (azas Politik Hukum)..
Sampai sekarang kita kenal dengan nama KUH Sipil (KUHP) untuk BW (Burgesliik
Wetboek), Sedangkan KUH Dagang untuk WVK (Wetbock van koophandle.
12. Pengertian dan Keadaan Hukum Perdata di Indonesia
Yang dimaksud dengan Hukum Perdata ialah hukum yang mengatur hubungan antara
perorangan di dalam masyarakat.
Perkataan Hukum Perdata dalam arti yang luas meliputi semua Hukum Privat materiil
ddan dapat juga dikatakan sebagai lawan dari Hukum Pidana.
‘Untuk Hukum Privat materi ini ada juga yang menggunakan dengan perkataan Hukum
Sipil, tapi oleh karena perkataan sipil juga digunakan sebagai lawan dari militer maka yang
Jebih umum digunakan nama Hukum Perdata saja, untuk segenap peraturan Hukum Privat
materiil (Hukum Perdata Materil)
Dan pengertian dari Hukum Privat (Hukum Perdata Materil)ialah hukum yang memuat
segala peraturan yang mengatur hubungan antar perseorangan di dalam masyarakat dan
kkepentingan dari masing-masing orang yang bersangkutan, Dalam arti bahwa di dalamnya
terkandung hak dan kewajiban seseorang dengan sesuatu pihak secara timbal balik dalam
Iubungannya terhadap orang Iain di dalam suatu masyarakat tertentu,Disamping Hukum Privat Materiil, juga dikenal Hukum Perdata Formil yang lebih
dikenal sekarang yaitu dengan HAP (Hukum Acara Perdata) atau proses perdata yang artinya
hukum yang memuat segala perafuran yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan
praktek di lingkungan pengadilan perdata.
Di dalam pengertian sempit kadang-kadang Hukum Perdata ini digunakan ‘sebagai lawan
Hukum Dagang.
Keadaan Hukum Perdata Dewasa ini di Indonesia
Mengenai keadaan Hukum Perdata dewasa ini di Indonesia dapat kita katakan masih
bersifat majemuk yaitu masih beraneka wama. Penyebab dari keaneka ragaman ini ada 2
faktor yaita :
1. Faktor Ethnis disebabkan keaneka ragaman Hukum Adat bangsa Indonesia, karena negara
kita Indonesia ini terdiri dari berbagai suku bangsa.
2. Faktor Hostia Yuridis yang dapat kita lihat, yang pada pasal 163.LS. yang membagi
‘penduduk Indonesia dalam tiga Golongan, yaitu :
a. Golongan Eropa dan yang dipersamakan,
b. Golongan Bumi Putera (pribumi / bangsa Indonesia asli) dan yang dipersamakan.
c. Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab).
Dan pasal 131 LS. yaitu mengatur hukum-hukum yang diberlakukan bagi masing-
‘masing golongan yang tersebut dalam pasal 163 LS. di atas.
‘Adapun hukum yang diberlakukan bagi masing-mésing golongan yaitu :
a. Bagi golongan Eropa dan yang dipersamakan berlaku Hokum Perdata dan Hukum
-Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan Hukum Dagang di
negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.
b. Bagi golongan Bumi Putera (indonesia Asli) dan yang dipersamakan berlaku Hukum
‘Adat mereka. Yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan rakyat,
dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut belum tertlis,tetapi hidup dalam
tindakan-tindakan rakyat.
c. Bagi golongan timur asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum masing-
masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur Asing (Cina,
India, Arab) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada Hukum Eropa Barat
baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa macam tindakan hnkum tertenta
saja.
— Maksudnya untuk segala golongan warga negara berlainan satu dengan yang
Jain, Dapat kita lihat :
Untuk Golongan Bangsa Indonesia Asli
Berlaku Hukum Adat yaitu hukum yang sejak dahulu kala berlaku di kalangan
rakyet, hakum yang sebagian besar masih belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-
tindakan rakyat mengenai segala hal di dalam kehidupan kita dalam masyarakat
b. Untuk golongan warga negara bukan asii yang berasal dari Tionghoa dan Eropa.
3Berlaku kitab KUHP (Burgerlijk Wetboek) dan KUHD (Wetboek Van Koophandel),
‘dengan suatu pengertian bahwa bagi golongan Tionghoa ada suatu penyimpangan,
vyaitu pada bagian 2 dan 3 dari TITEL IV dari buku I tentang :
— Upacara yang mendahului pemikahan dan mengenai penahanan pernikahan. Hal ini
tidak beriaku bagi golongan Tionghoa. Karena pada mereka diberlakukan Khusus
yyaitu Burgerlijke Stand, dan peraturan mengenai pengangkatan anak (adopsi).
‘Selanjutnya untuk golongan warga negara bukan asli yang bukan berasal dari Tionghoa
atau Eropah (antara lain Arab, India dan Tainnya) berlaku sebagian dari BW yaitu hanya
bagian-bagian yang mengenai Hukum Kekayaan Harta Benda (Vermorgensrecht), jadi tidak
mengenai Hukum Kepribadian dan Kekeluargaan (Personen en Familierecht) maupun yang
mengenai Hukum Warisan.
‘Untuk memahami keadaan Hukum Perdata di Indonesia perlulah kita mengetahui riwayat
politik pemerintah Hindia Belanda terlebih dahulu terhadap hukum di Indonesia,
Pedoman politik bagi pemerintah Hindia Belanda terhadap hukum di Indonesia ditulis
dalam pasal 131 (LS) (Indische Staatregeling) yang sebelumnya pasal 131 (1S) yaitu pasal
75 RR (Regeringsreglement) yang pokok-pokoknya sebagai berikut:
1. Hukum Perdata dan Dagang (begitu pula Hukum Pidana beserta Hukum Acara Perdata
dan Hukum Acara Pidana harus diletakkan dalam Kitab Undang-undang yaitu di
Kodefikasi).
2. Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang berlaku di negeri
Belanda (sesuai azas Konkordansi ).
3. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing (yaitu Tionghoa, Arab dan
Jainnya)jika teryata bahwa kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya, dapatlah
peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka,
4. Orang Indonesia Asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundulkkan di
bbawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropa, diperbolehkan menundukkan diri
pada hukum yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan baik
secara umum maupun secara hanya mengenai suatu perbuatan tertentu saja.
5. Sebelumnya hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di dalam Undang-Undang, maka
bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang berlaku bagi mereka, yaitu
Hukum Adat.
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, di jaman Hiindia Belanda itu telah ada beberapa
peraturan Undang-Undang Eropa yang telah dinyatakan berlaku untuk bangsa Indonesia Asli,
seperti pasal 1601-1603 lama dari BW yaitu perihal :
= Perjanjian kerja perburuhan : (staatsblat 1879 no 256)
— Pasal 1788-1791 BW perihal hutang-hutang dari perjudian (straatsblad 1907 no 306)
Dan beberapa pasal dari WVK (KUHD) yaitu sebagian besar dari Hukum Laut (Stratsblad
1933 no 49)
Disamping itu ada peraturan-peraturan yang secara khusus dibuat untuk bangsa Indo-
nesia seperti:= Ordonansi Perkawinan bangsa Indonesia Kristen (Staatsblad 1933 no 74).
— Organisasi tentang Maskapai Andil Indonesia (IMA) Staatsblad 1939 no 570 berhubungan
‘dengan no 717),
Dan ada pula perafuran-peraiuran yang berlaku bagi semua golongan warga negara,
‘Undang-undang Hak Pengarang (Auteurswet tahun 1912)
Peraturan Umum tentang Koperasi (Staatsblad 1933 no 108)
Ordonansi Woeker (Staatsblad 1938 no 523)
‘Ordonansi tentang pengangkutan di udara (Staatsblad 1938 no 98).
rivig
1.3. Sistematika Hukum Perdata
Sistematika Hukum Perdata kita (BW) ada dua pendapat. Pendapat yang pertama yaitu,
dari pemberlaku Undang-Undang beri:
Buku I: Berisi mengenai orang. Di dalamnya diatur hukum tentang diri seseorang dan
hukum kekeluargaan.
Buku II: Berisi tentang hal benda, Dan di dalamnya diatur hukum kebendaan dan hukum
wari.
Buku III: Berisi tentang hal perikatan. Di dalamnya diatur hak-hak dan kewajiban timbal
balik antara orang-orang atau pihak-pihak tertentu.
Buku IV: Berisi tentang pembuktian dan daluarsa, Di dalamnya diatur tentang alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat hukum yang timbul dari adanya daluwarsa itu.
Buku I: mengenai orang
Pendapat Pembentuk [|———— Buku II: mengenai benda
‘Undang-undang (BW) | Buku III : mengenai perikatan
Buku IV: mengenai pembuktian
Pendapat yang kedua menurut fimu Hukum / Doktrin dibagi dalam 4 bagian yaitu :
L. Hukum tentang diri seseorang (pribadi).
‘Mengatur tentang manusia sebagai subyek dalam hukum, mengatur tentang prihal
kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan
hhak-hak itu dan selanjutnya tentang hal-hal yang mempengaruhi kecakapan-kecakapan
im,
I. Hukum Kekeluargaan
Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari hubungan kekeluargaan
yaitu :
= Perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dengan
, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.TIL. Hukum Kekayaan
‘Mengatur prihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang.
Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang maka yang dimaksudkan ialah jumlah
————__ Hukum Kekeluargaan
mu Hukum/Hukum
Doktrin [———_Hukum Kekayaan
‘Hukumn Warisan
Ringkasan
1. B.W (Burgerlik Wetboek) dapat juga disebut KUHS (Kitab Undang-Undang Hukum
ipil) dan bisa saja dengan KUH Perdata dan ada juga KUH Privat.
Sejak tahun 1948 di Indonesia berlaku KUHP yang berasal dari BW Belanda dan BW
‘Belanda ini juga bersumber dari Code Civil Francais yang juga tidak lepas dari kodefikasi
Hukum Romawi yaitu Corpus luris Civilis dari Kaisar Justianus.
2. Hukum Perdata di Indonesia masih bersifat pluralisme oleh karena adanya beraneka
ragam adat oleh karena Indonesia terdiri dari banyak suku.
Disamping itu penemuan hasil peninggalan Hindia Belanda yaitu pasal 163 LS yang
membagi golongan penduduk.
- golongan Eropa dan yang dipersamakan.
= golongan Indonesia Asli (Bumi Putera) dan yang dipersamakan
— golongan Timur Asing (India, Cina, Arab).Dan pasal 131 LS. yang membedakan berlakunya hukum bagi golongan-golongan tersebut.
Indonesia Asli berlaku Hukum Adat
— Golongan Eropa berlaku Hukum Perdata (BW) dan Hukum Dagang (WVK).
= Golongan Timur Asing berlaku hukum masing-masing dengan catatan Timur Asing
dan Bumi Putera boleh tunduk pada Hukum Eropa Barat secara keseluruhan atau
untuk beberapa macam tindakan Hukum Perdata.
3. Pendapat Pembentuk Undang-undang BW (KUH Perdata) terdiri dari:
Buku I; mengenai orang
Buku II: mengenai benda
Buku IT: mengenai perikatan
Buku IV: mengenai pembuktian
Menurut imu Hukum :
Buku I; mengenai Hukum Pribadi
Buku It: mengenai Hukum Kekeluargaan
Buku IIT: mengenai Hukum Kekayaan
Buku IV: mengenai Hukum Waris
Evaluasi
1, Apakah Hukum perdata (BW) itu ?
2, Sebutkan sumber-sumber Hukum Perdata !
3. Jelaskan dengan singkat sejarah KUH Perdata (BW) Belanda sebelum menjadi
KUH Perdata kita sekarang ini ?
Sebutkan isi pokok dari KUH Perdata (BW) berdasarkan pendapat pembentuk
Undang-Undang !
‘Sebutkan isi pokok dari KUP menurut Hmu Hukum !
Jelaskan kenapa Hukum Perdata di Indonesia masih bersifat pluralisme ?
‘Apa yang saudara ketahui dengan pasal 131 LS. dan 163 LS. ? Jelaskan !
Coba saudara buat sistematika KUH Perdata (BW) tersebut!
s
eno
2. SUBYEK DAN OBYEK HUKUM.
2.1. Orang Sebagai Subyek Hukum
Subyek Hukum ialah segala sesuatu yang pada dasamya memiliki hak dan kewajiban
dalam Jalu lintas hukum. Yang termasuk dalam pengertian Subyek Hukum ialah manusia
‘atau orang (naturlike person) dan badan hukum (vichtperson) misalnya PT, PN, Koperasi
dan yang lain.
Dulu. masih ada budak belian yang menurut hukum tidak lebih dari suatu barang saja.
Budaya kita sekarang sudah demikian majunya schingga suatu perikatan pekerjaan yang
dapat dipaksakan tidak diperkenankan lagi di dalam lalu lintas hukum,Seseorang yang tidak suka melakukan suatu pekerjaan yang ia harus lakukan menurut
pperjanjian, tidak dapat secara langsung dipaksa untuk melakukan pekerjaan itu, Paling tidak
ia hanya dihukum untuk membayar kerugian dalam bentuk wang, ataypun harta bendanya,
dapat disita scbagai tanggungan atas kewajibannya. Karena hal ini sudah merupakan suata
azas dalam Hukum Perdata.
Perihal kematian perdata yang bunyinya : jo UUDS th 1950 pasal 15. Tiada suatu
hukuman pun mengakibatkan kematian perdata atau kehilangan segala hak-hak kewargaan,
Hanyalah mungkin seorang terhukum dicabut hak-haknya, contohnya kekuasaannya
sebagai orang tua terhadap anak-anaknya, kekuasaannya sebagai wali, haknya untuk bekerja
pada angkatan bersenjata dan sebagainya,
Suatu hukuman yang mirip dengan kematian perdata ialah sandera (Gijzeling) yaitu
penahanan yang dikenakan terhadap seorang debitur (berhutang) yang lalai atau yang sengaja
tidak mau memenuhi kewajibannya membayar hutangnya atau terhadap sescorang yang diduga
keras akan mengasingkan barang-barang yang menjadi tanggungan / jaminan atas hutangnya.
Mengenai sandera ini Undang-Undang bersikap banci, yaitu ada peraturan Undang-
‘Undang yang membenarkan sandera seperti dapat kita hat dalam pasal 209 ayat 1 RIB/HIR
«dan Undang-Undang no 49/1960 (PUPN boleh melakukan sandera terhadap orang yang tidak
‘mau membayar kembali hutangnya kepada negara). Sedangkan Undang-Undang yang lainnya
tidak membenarkan sandera seperti SEMA no 2/1964 (tentang penghapusan sandera) dan
‘Undang-Undang pokok kekuasaan kehakiman no 14 tahun 1970 (Hakim harus mengindahkan
perikemanusiaan dan perikeadilan dalam menjalankan keputusannya, pasal 33 ayat 4).
Juga orang yang dinyatakan pailit oleh pengadilan, ia kehilangan hak untuk berbuat
bebas alas barang-barangnya yang diletakkan di bawah pengawasan pengadilan, barang-
bbarang mana menjadi tanggungan hutang-hutangnya,
‘Seorang yang dinyatakan pailt kehilangan hak untuk berbuat bebas atas harta kekayaannya,
Ini berarti ia tidak dibenarkan untuk mengasingkan (menjual, menukarkan, menghibahkan
atau mewariskan harta kekayaannya).
BBerlakunya seseorang sebagai subyek hukum (pembawa hak) yaitu pada saat ia dilahirkan
dan berakhir pada saat orang tersebut meningeal.
Bahkan bila perlu demi untuk kepentingannya sebagai subyek hukum (pembawa hak)
dapat dihitung Surut yaitu dimulai waktu masih berada dalam kandungan, akan tetapi pada
saat dilahirkan orang tersebut dalam keadaan hidup.
Hal ini tentunya akan merupakan tanda tanya, mengapa ini penting untuk dibicarakan.
‘Adapun kegunaannya yaitu sehubungan dengan perihal warisan yang terbuka ketika seseorang,
tersebut masih berada dalam kandungan ibunya.
erihal tiap-tiap orang dapat memiliki hak-hak menurut hukum tanpa kecuali, hal ini
adalah benar, namun di dalam hukum tidak semua orang diperkenankan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya tersebut.
‘Ada beberapa golongan yang oleh Undang-Undang telah dinyatakan tidak cakap atau
kkurang cukup untuk melakukan sendiri perbuatan-perbuatan hukum itu, Mereka itu adalah :
8>
1. Orang-orang yang belum dewasa atau masih di bawah umur.
(Oleh KUHP (BW) yang dimaksud orang yang belum dewasa (masih di bawah Umut)
ialah apabila seseorang belum mencapai 21 tahun. Kecuali bagi seseorang’ yang walaupun
belum berusia 21 tahun tapi telah kawin (menikah) maka ia dianggap dewasa dan dapat
‘melakukan sendiri perbuatan hukum itu. Hanya dengan catatan apabila sebelum berusia 21
tahun ia bercerai, maka ia dianggap sebagai orang yang masih di bawah umur lagi.
Dan bagi wanita yang telah menikah, menurut KUHP (BW) pada umumnya tidak
iperkenankan bertindak sendiri di dalam lalulintas hukum, tetapi ia harus dibantu oleh
suaminya.
Dan oleh BW, wanita bersuami ini dianggap kurang cakap untuk bertindak sendiri dalam
‘ukum. Di samping itu ada beberapa pasal dalam KUHP (BW) yang memperbedakan antara
Kecakapan orang lelaki dan wanita.
1, Wanita dapat kawin jika ia telah berusia 15 tahun dan pria 18 tahun,
Wanita tidak diperbolehkan kawin sebelum lewat 300 hari setelah perkawinannya
diputuskan, sedang untuk pria tidak ada larangan,
3. Seorang pria baru dapat mengakui anaknya bila ia telah berusia paling minim 19 tahun
sedang wanita tidak ada batasan usia,
2. Orang-orang yang ditarah di bawah pengawasan (Curatele) yang selalu harus diwakilt
oleh orang tuanya, walinya, atau kuratornya.
[Dj atas telah disebutkan bahwa disamping orang sebagai subyek hukum (pembawa hak),
bbadan-badan hukum juga dapat memiliki hak-hak dan dapat melakukan perbuatan-perbuatan
hukum seperti manusia.
Karena badan-badan hukum dan perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan
sendiri. Dan ikut sertanya badan hukum dan perkumpulan itu yaity melalui perantara
Pengurusnya.
Berarti badan-badan hukum dan perkumpulan itu dapat digugat dan menggugat dimuka
hhakim melalui pengurus tersebut.
‘Mengenai Domisili (tempat tinggal), setiap orang akan menurut hukum harus memilikinya
sebagai tempat kedudukan tertentu,
Hal ini pertu, antara lain:
— Bila seseorang akan kawin (menikah), tempat tinggal (domisilinya) jelas.
— Begitu juga bila seseorang dipanggil di pengadilan oleh suatu urusan.
= Dan untuk menentukan pengadilan mana yang berkuasa mengadili seseorang sesuai
dengan tempat tinggalnya. Misalnya si A bertempat tinggal di Jakarta Pusat, maka
yang berhak mengadili adalah Pengadilan Jakarta Pusat.
2.2, Obyek Hukum
‘Obyek Hukum adalah segala sesuatu yang berada di dalam pengaturan hukum dan dapat
dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak/kewajiban yang dimilikinya atas obyek
9obyek hukum itu haruslah sesuatu yang pemanfaatannya
Misalnya segala macam benda, hak atas sesuatu dan sebagainya, yang cara peralihannya
berdasarkan hukum (umpamanya berdasarkan jual beli sewa menyewa, waris mewaris,
Perjanjian dan sebagainya).
Sebagai obyek hukum yaitu segala sesuatu yang berada dalam pengaturan hukum, hal
int memang perlu ditegaskan berhubung karena disamping segala sesuatu yang manfaatnya
harus diperoleh dengan jalan hukum, ada pula sesuatu yang manfaatnya dapat diperoleh tanpa
perlu atau tanpa berdasarkan hukum, yaitu sesuatu yang dapat diperoleh secara bebas dari
alam (misalnya benda non ekonomi),
Stperti : — angin
~ cahaya matahari
~ bulan
— buyjan
~air
~ Pegunungan
yang pemanfaatannya, tidak diatur oleh hukum, Hal-hal tersebut tidak termasuk sebagai
‘obyek hukum Karena tidak memeriukan pengorbanan.
Ringkasan
1. Yang temmasuk sebagai subyek hukum ialah manusia (orang) (naturlike person) dan
bbadan hukum (recht person) seperti PT, PN, Koperasi, yang pada dasamya memiliki
hak-hak dan kewajiban dalam lalu lintas hukum.
2. Pasal 3 KUHP (BW) jo UUDS 1950 pasal 15:2 bahwa tidak ada satu hukumanpun yang
‘mengakibatkan sescorang kehilangan hak kewarga negaraannya (apa yang disebut dengan
kkematian perdata). Hanyalah seseorang terhukum dicabut hak-haknya.
3. _ Berlakunya seseorang dengan subyek hukum (pembawa hak) yaitu pada saat ia dilahirkan
dan berakhir pada saat ia meninggal.
Dan kalau pun oleh suatu kepentingan yang menguntungkan seseorang, hak berlakunya
seseorang sebagai pembawa hak yaitu saat ia masih berada dalam kandungan dan bila
dilahirkan hidup.
4, Ada beberapa golongan yang oleh UU dianggap tidak / kurang cakap di dalam melakukan
sendiri perbuatan-perbuatan hukum mereka adalah :
— Orang yang belum dewasa atau masih di bawah umur (orang yang belum mencapai
21 tahun.
Bagi yang belum berusia 21 tahun tetapi telah menikah dianggap telah cakap.
Bagi wanita yang telah menikah, tetap dianggap tidak cakap dalam lalu lintas hukum,
ia harus dibantu oleh suaminya.
— Orang-orang yang ditaruh di bawah pengawasan (curatele)
5. Perihal obyek hukum yaitu segala sesuatu yang berada dalam pengaturan hukum dan
dapat dimanfaatkan oleh subyek hukum berdasarkan hak / kewajiban yang dimiliki oleh
10obyek hukum yang bersangkutan, Maksudnya , obyek hukum tersebut haruslah sesuatu
yang pemanfaatannya diatur berdasar hukum. Kenapa harus demikian karena ada juga
segala sesuatu yang manfaamnya dapat diperoleh tanpa berdasar hukum. Misalnya :
matahari, hujan dll.
Evaluasi
1. Apa yang saudara ketahui dengan pengertian subyek hukum dan siapa saja yang
termasuk sebagai subyek hukum itu ?
2. Apakah mungkin seseorang terhukum dicabut hak-haknya ? Jelaskan !
3. ‘Kapan seseorang subyek hukum (pembawa hak) dapat memulai haknya sebagai
subyek hukum dan kapan berakhimya. Jelaskan !
4, Kenapa wanita bersuami dianggap tidak cakap dalam lau lintas hukum. Jelaskan
pendapat saudara ! Begitu juga dengan seorang di bawah pengawasan curator,
5. Apa yang saudara ketahui tentang obyek hukum ?
3. HUKUM KEBENDAAN
‘Tentang benda pada umumnya.
Pengertian yang paling luas dari perkataan benda (zaak) ialah segala sesuatu yang dapat
ihaki oleh orang. Di sini benda berarti obyek sebagai lawan dari subyek atau orang dalam
hhukum. Ada juga perkataan benda itu dipakai dalam ani yang sempit, yaitu sebagai barang
‘yang dapat terlihat saja. Ada lagi dipakai, jika yang dimaksudkan kekayaan sescorang.
Jika perkataan benda dipakai dalam arti kekayaan seseorang maka perkataan itu meliputi
juga barang-barang yang tak dapat terlihat yaitu : hak-hak, misalnya hak piutang atau penagihan,
‘Sebagaimana seorang dapat menjual atau menggadaikan barang-barang yang dapat terlihat,
ia juga dapat menjual dan menggadaikan hak-haknya. Begitu pula perkataan "penghasilan”
(vruchten") telah mempunyai dua macam pengertian, yaitu sclain berarti penghasilannya
sendiri dari sesuatu benda (kuda yang beranak, pohon yang berbuah, modal yang berbunga),
ia dapat berarti juga hak untuk memungut penghasilan ita, misalnya hak memungut vang
sewa atau bunga dari suatu modal. Penghasilan semacam yang belakangan inilah yang oleh
undang-undang dinamakan "burgerlijke vruchten” sebagai lawan dari "natuurlijke vruchten”.
Undang-undang membagi benda-benda dalam beberapa macam
a. benda yang dapat diganti (contoh : uang) dan dapat diganti (contoh : seekor kuda).
b. _benda yang dapat diperdagangkan (praktistiap barang dapat diperdagangkan) dan yang
tidak dapat diperdagangkan atau "di luar perdagangan”
(Contoh : jalan-jalan dan lapangan umum).
‘c. benda yang dapat dibagi (contoh : beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh : seekor
uda).
d._benda bergerak (contoh : perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh : tanah )
uDari pembagian-pembagian yang tersebutkan di atas itu yang paling penting ialah yang
terakhir, yaitu pembagian benda bergerak dan benda tak bergerak, sebab pembagian ini
‘mempunyai akibat-akibat yang sangat penting dalam hukum,
Suanu benda dapat tergolong dalam golongan benda yang tak bergerak ("onroerend”)
pertama Karena sifainya, kedua karena tujuan pemakaiannya dan ketiga karena memang
demikian ditentukan oleh undang-undang. Adapun benda yang tak bergerak karena sifamnya
{alah tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung, Karena perbuatan
alam atau perbuatan manusia, digabungkan secara erat menjadi satu dengan tanah itu. Jadi,
‘misalnya sebidang pekarangan, beserta segala apa yang terdapat di dalam tanah itu dan segala
apa yang dibangun di situ secara tetap (rumah) dan yang ditanam di situ (pohon), terhitung
‘buah-buahan di pohon yang belum diambil. Tak bergerak karena tujuan pemakaiannya, ialah
segala apa yang meskipun tidak secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau
‘bangunan, dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk waktu yang agak
Jama, yaitu misalnya mesin-mesin dalam satu pabrik. Selanjutnya, ialah tak bergerak karena
‘memang demikian ditentukan oleh undang-undang, segala hak atau penagihan yang mengenai
suatu benda yang tak bergerak, erfdienstbaarheden, hak opstal, hak erfpacht dan hak penagihan.
‘untuk pengembalian atau penyerahan benda yang tak bergerak.
‘Suatu benda dihitung termasuk golongan benda yang bergerak Karena sifatnya, ialah
benda yang tidak tergabung dengan tanah atau dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau
bangunan, jadi misalnya barang perabot rumah. Tergolong benda yang bergerak Karena
penetapan undang-undang, ialah misalnya vruchtgebruik dari suatu benda yang bergerak,
lijfrenten, penagihan mengenai sejumlah uang atau suatu benda yang bergerak, surat-surat
sero dari suatu perseroan perdagangan, sural-surat obligasi negara dan sebagainya, Selanjuinya
dalam Auteurswet dan Octrooiwet, ditetapkan bahwa hak atas suatu karangan tulisan
(auteursrecht) dan hak atas suatu pendapatan dalam ilmu pengetahuan (octrooirecht) adalah
benda yang bergerak.
‘Tentang hak-hak kebendaan
Suatu hak kebendaan Zakelijk recht) ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan
Jangsung atas suatu benda, yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang.
imu hukum dan perundang-undangan, telah lama membagi segala hak-hak manusia atas
hhak-hak kebendaan dan hak-hak perseorangan, Suatu hak kebendaan, memberikan kekuasaan
atas suatu benda, sedangkan suatu hak perseorangan (persoonlijk recht) memberikan suatu
tuntutan atau penagihan terhadap seorang, Suatu hak kebendaan dapat dipertahankan terhadap
sementara orang tertentu saja alau terhadap suatu pihak. Pembagian hak-hak tersebut berasal
dari hukum Romawi. Orang Rum telah lama membagi hak penuntutan itu, suatu pembagian
dari segala hak manusia, Dan pembagian ini, hingga sekarang masih lazim dipakai dalam
sistem hukum Barat,
123.1, Penguasaan (Bezit)
3.1.1. Apa Bezit itu
‘Undang-undang di dalam Buku kedua KUH, Perdata dan juga di lain tempat berbicara
tentang bezit dan orang-orang yang membezit (atau pembezit).
Catatan : Prof. Mr. Soebekti menterjemahkan istilah bezit dengan "kedudukan berkuasa”
atau "kedudukan”, Red.
Dan, di dalam titel kedua dari buku tersebut dibicarakan hak-hak yang timbul dari bezit
iu, sedangkan di dalam penyebutan satu per satu dari pada hak-hak kebendaan seperti yang.
diberikan oleh pasal $84, kita dapati pula hak bezit. Tetapi bezit itu tidak dapat dipandang
sebagai suatu hak kebendaan yang khusus, melainkan adalah suatu bentuk yang khusus dari
pada hak dan suatu bentuk yang khusus dari pada perlindungan hak. Untuk memulai‘dengan
hak kebendaan eigendom : orang dapat bertingkah-laku sebagai pemilik dan hal ini memang
juga demikiantah adanya, Dalam pada itu orang dapat mentayangkan bagi dirinya sendiri,
bahwa dialah pemilik dan bertindak sebagai pemilik itu tanpa menjadi pemilik benar-benar
atau tanpa adanya kepastian, bahwa orang itu memang pemilik yang sesungguhnya. Jika yang
belakangan ini berlangsung di bawah syarat-syarat tertentu, dalam hal demikian diberikanlah
oleh Undang-undang kepada orang yang memandang dirinya sebagai eigenar suatu
perlindungan hukum sebagai seorang yang membezit. Perlindungan itu mempunyai arti bagi
orang tersebut, oleh karena itu, jika ia mendasarkan diri atas hal tersebut, hanya perlu
‘memperiihatkan bezit-nya dan ia tidak wajib memberikan bukti hak eigendom, hal mana
adalah sangat lebih sukar daripada pembuktian bezit itu, Untuk bezit (hal itu termasuk hal
‘yang paling sukar di dalam Hukum Perdata) pertama-tama ada penguasaan secara nyala-
nyata.
Dapat juga, bahwa penguasaan secara nyata itu tidak berbarengan dengan kewenangan
‘memurba.
Barang siapa mengantongi sebuah jam pinjaman, orang tersebut dalam arti kenyataan
dapat berbuat apa saja dengan jam itu, satu dan lain menurut kehendaknya, tetapi ia tidak
berhak untuk menggadaikan atau untuk menjualnya, kecuali jika ada izin dari cigenamya.
Juga seorang pencuri "membezit” apa yang telah ia curi, tapi tanpa satu hak-pun untuk
‘memurba apa yang ia curi itu, Si pencuri mengetahui benar-benar, bahwa ia tidak mempunyai
hak, tetapi kita dapat juga membayangkan adanya keadaan, bahwa seorang mengira, bahwa
ia mempunyai hak, tetapi sebenamya tidak demikian halnya, Bayangkan saja misalnya suatu
keadaan, bahwa seorang mengira, bahwa suatu benda yang nyata-nyata ia kuasai telah ia
peroleh eigendom-nya, tapi hal itu tidaklah demikian, oleh karena cara perolehan eigendom-
nnya dahulu tidaklah sah, misalnya oleh karena orang yang menyerahkan benda itu bukantah
cigenar benda tersebut, schingga orang itu tidaklah dapat memperalihkan eigendomnya. Jelas,
Jika pertama-tama "bezit” itu adalah suatu pengertian kenyataan, namun dari bezit itu menurut
‘maksud dari undang-undang dapat timbul akibat-akibat Hukum dan Undang-undang di dalam
definisi yuridisnya yaitu dalam pasal 529 KUH Perdata (BW). Definisi mana bersifat unum,
bilamanakah akibat-akibat Hukum itu timbul bagi bezit. It ialah, apabila seorang mempunyai
13suatu benda di dalam kekuasaaannya” seperti benda itu adalah kepunyaannya”. Ini hendaknya
Jjangan diartikan demikian, yaitu bahwa apabila benda itu betul-betul kepunyaan orang yang
"memegangnya’, di situ tidak akan ada bezit. Justru sebaliknya, dalam kebanyakan hal
ceigendom dan bezit itu akan jatuh berbarengan (sama-sama ada pada satu ketika) dan orang
yang membezit tidaklah akan memegang (benda yang bersangkutan) seakan-akan ia adalah
cigenamya, tetapi sebagai eigenar. Jadi, keadaan yang normal. Perlindungan yang diberikan
oleh undang-undang kepada orang yang membezit in terutama tergantung dari adanya itikad
baik atau itikad jahat; bandingkan pasal 586-589 dan untuk perbedaan dalam akibat-akibat
‘Hukum diantara lain pasal 630 i samping pasal 634 sub.1. Adanya itikad jahat, bandingkanlah
dalam hubungan ini pasal 589 beserta pasal 2002, terutama adalah penting untuk daluwarsa
iat pasal 2000).
Selanjutnya hendaknya difikirkan, bahwa perlindungan Hukum yang melekat pada bezit.