Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi ini. Air
yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup
sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun
untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Manusia akan lebih cepat
meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat
badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%, dan untuk bayi sekitar 80%.
(Notoatmodjo, S., 2007)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80% dari
penyakit yang mempengaruhi penduduk dunia langsung maupun tidak langsung
adalah berhubungan dengan air. Terutama di daerah kering, pengembangan
sumber daya air yang salah dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia
seperti peningkatan malaria dan schistosomiasis. Di pedesaan orang lebih suka air
kanal sebagai sumber air (air tanah dan / atau penyimpanan tangki, dll) karena
alasan kuantitas, aksesibilitas atau kualitas. Karena aktivitas manusia di sepanjang
aliran sungai, berbagai jenis bahan limbah masuk ke sistem air sungai, dan
mempengaruhi kualitas air. Juga, peningkatan penggunaan pupuk dan pestisida di
negara-negara berkembang menyebabkan residunya merembes menuju ke air
kanal dan saluran air dan bahkan di konsentrasi rendah residu tersebut bisa
berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehingga nampak bahwa penyediaan air yang
aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan
kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air. (Yusuf, 2010).
Pencemaran air baik air kanal maupun sumber air lainnya banyak terjadi di
Indonesia, beberapa kasus telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih.
Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan
penegakan hukum secara benar menjadikan masalah pencemaran air menjadi hal
yang kronis yang makin lama makin parah.

Sebagai contoh krisis air yang terjadi di hampir semua wilayah pulau Jawa
dan sebagian Sumatera dan Sulawesi, terutama kota-kota besar baik akibat
pencemaran limbah

cair industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain

merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari
berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di
hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan
air pada beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang
mengerikan, sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air
pada saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di sungai
Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air
Kita Diracuni, 2004).
Dengan terjadinya pencemaran air kanal Sinrijala di Kota Makassar,
kadar unsur krom yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi
kadar normal (kadar normal: 0,05mg/kg berat badan), baik melalui makanan
maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi
bisa menyebabkan gangguan pencernaan, berupa sakit lambung, muntah, dan
pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan
dapat menyebabkan kematian, (Widowati, 2008)
Melihat pentingnya air kanal bagi umat manusia, maka perlu dilakukan
pemeliharaan yang cermat atas parit-parit dan penguatan dinding pembatas kanalkanal agar dapat meningkatkan perolehan air dalam jumlah yang cukup besar.
Dari laporan Komisi WHO tentang Kesehatan dan Lingkungan dikatakan bahwa
di banyak negara berkembang, efisiensi sistem irigasi sangat rendah yaitu hanya
mencapai tingkat 20%, dimana kehilangan air dalam jumlah yang sangat besar
terjadi di kanal-kanal penyalur akibat kebocoran dan kurangnya pemeliharaan.
Kanal atau terusan merupakan saluran air yang dibuat oleh manusia
untuk berbagai keperluan. Umumnya kanal merupakan bagian dari aliran sungai
dengan pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu. Kanal tertua, sekitar
4000 SM, dibuat untuk tujuan irigasi di Mesopotamia. Dalam perkembangan
selanjutnya, kanal dapat difungsikan sebagai bagian dari sistem pengendalian
banjir serta dapat berguna untuk jalur transportasi/perdagangan.

Kanal yang ada di Kota Makassar ada tiga dengan panjang keseluruhan
mencapai 15,11 km, yang terdiri dari Kanal Jongayya 7,83 km, Kanal Panampu
4,92 km, dan Kanal Sinrijala 2,36 km. Ketiga kanal ini diindikasikan telah terjadi
pencemaran air, oleh aktivitas manusia di sepanjang kanal yang ada di Kota
Makassar. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Nurjanna
(2009), yang menguji kualitas air Kanal Sinrijalla di Kota Makassar dengan
parameter logam kromium di lima titik Kanal Sinrijalla (titik I di hulu kanal, titik
II di industry, titik III di pasar, titik IV di pemukiman dan titik V di hilir).
Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar Kromium air Kanal Sinrijala pada lima
lokasi pengambilan sampel dalam dua waktu pengambilan diperoleh gambaran
bahwa pada pagi hari kadar Kromium yang tertinggi terdapat pada lokasi II di
insdustri tahu tempe sebesar 0.144 mg/L dan yang terendah terdapat pada lokasi
III di Pasar Tamamaung sebesar 0.122 mg/L. Sedangkan pada sore hari kadar
Kromium yang tertinggi terdapat pada lokasi II sebesar 0.110 mg/L, dan yang
terendah terdapat pada lokasi V di daerah hilir kanal penduduk sebesar 0.025
mg/L (standar nilai Kromium dalam air yaitu 0.05 mg/l).
Dari penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pencemaran air kanal
merupakan masalah lingkungan yang serius. Untuk mendapatkan air kanal yang
baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena sudah
banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik
limbah dari kegiatan rumah tangga yang berasal dari pembuangan air kotor dari
kamar mandi, kakus dan dapur, maupun limbah dari kegiatan industri yang
mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa orgaik
dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk itu perlu mengetahui penyebab masalah
pencemaran air kanal dan dampaknya terhadap kesehatan manusia serta usaha
penanggulangan pencemaran air kanal. Hal inilah yang menjadi titik tolak penulis
untuk menyusun makalah ini.

B. Rumusan Masalah
Apakah pencemaran kanal berpengaruh terhadap sumber air sumur di kawasan
kanal pannampu?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pencemaran kanal yang terjadi di Pasar Pannampu
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab pencemaran.
b. Untuk mengetahui zat-zat yang terkandung dalam sumber air yang
tercemar.
c. Untuk mengetahui dampak yang dapat terjadi pada masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Untuk Institusi Pendidikan (Kampus)
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data awal bagi
peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Untuk Pemerintah
Dapat lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan asalah
kebersihan kanal agar tidak menjadi pencemar bagi sumber air yang lain
sekitar kanal
3. Manfaat Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu pengetahuan dan pengalaman khususnya untuk
masalah-masalah pencemaran kanal terhadap sumber air di sekitar kanal

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah Polusi atau pencemaran lingkungan
adalaha masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energy, dan atau

komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahna tatanan lingkungan oleh


kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup No 4 tahun 1982).
Pencemaran Air
Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus
kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi
(Wikipedia).
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal,
bukan dari kemurniannya. Banyak air tawar yang tercemar berat oleh sisa-sisa
pembuangan kotoran dan cairan pembuangan limbah rumah tangga ke dalam
sungai. Cairan pembuangan adalah sisa-sisa pembuangan dalam bentuk cairan
yang dihasilkan oleh proses industry dan kegiatan rumah tangga. Pencemaran air
oleh cairan ini berupa zat-zat racun, bahan-bahan yang mengendap atau
deoksigenasi (Micheal, 1990)
Pencemaran Air Kanal
Merupakan terjadinya perubahan air kanal dari keadaan normal menjadi
tidak normal yang diakibatkan oleh aktivitas manusia maupun alam. Pencemaran
air kanal yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dihasilkan dari adanya buangan
limbah baik dari limbah domestik maupun limbah industry yang tidak
mendapatkan pengolahan limbah secara maksimal. Adapun pada pencemaran air
kanal akibat keadaan alam, dimana struktur tanah pada kanal mencemari air kanal.
(Namira, 2012)
B. Faktor- Faktor Penyebab Pencemaran Air Kanal
Banyak faktor yang mempengaruhi pencemaran air, diantaranya adalah
mikroorganisme, curah hujan, kecepatan aliran air, dan kualitas tanah.

1.

Mikroorganisme
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme
patogen

dan

non

patogen

didalamnya.

Danau

atau

sungai

yang

terkontaminasi/tercemar mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari


air yang bersih. Air yang tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik
yang tinggi sehingga pada umumnya banyak mengandung mikroorganisme
heterotropik. Mikroorganisme heterotropik akan menggunakan bahan organik
tersebut untuk metabolisme, misalnya bakteri coliform.
Pencemaran mikrobiologi air adalah masalah lingkungan global yang
serius. Pencemaran air dengan kotoran manusia dan hewan merupakan sumber
patogen berbahaya dan disisi lain pencemaran air alami menimbulkan risiko
kesehatan yang serius. Oleh karena itu, kualitas mikrobiologi air (pedalaman,
pesisir dan transisi) yang dipersyaratkan kini dijadikan oleh Uni Eropa (UE) dan
Irlandia sebagai kriteria kualitas air yang baik pada tahun 2015. (Munawir, 2010)
2.

Curah Hujan
Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dan badan air
dalam rangka mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan
di dalamnya (deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim
dapat lebih mengencerkan (mendispersikan) air yang tercemar.

3.

Kecepatan Aliran Air (Stream Flow)


Bila suatu badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat
memperkecil kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan
dalam air akan lebih cepat terdispersi.

4.

Kualitas Tanah
Kualitas tanah (pasir atau lempung) juga mempengaruhi pencemaran air,
ini berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi di dekat sumber air. Beberapa
sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pestisida, herbisida,
logam berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran
(misalnya Open dumping).

Untuk mengetahui apakah terjadi pencemaran air atau tidak, diperlukan


pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi
penyimpangan dari batasan-batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan
dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air misalnya:
1

Nilai pH, keasaman dan alkalinitas

Suhu

Warna, bau dan rasa

Jumlah padatan

Nilai BOD/COD

Pencemaran mikroorganisme patogen

Kandungan minyak

Kandungan logam berat

Kandungan bahan radioaktif. (Erwin, 2010 )

Komponen Pencemar Air


Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik,
anorganik, olahan bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas.
1. Bahan buangan padat/butiran.
Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna. Larutan
pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air,
fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang dan
akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dalam air.
Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar air,
menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan di dasar air,
sehingga jumlah ikan berkurang.
Pembentukan koloidal yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan
menghalangi sinar matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen terlarut
berkurang sehingga mempengaruhi kehidupan dalam air.
2. Bahan buangan organik.

Berupa limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh mikroorganisme.


Menyebabkan jumlah mikroorganisme bertambah dan tumbuh bakteri patogen
yang merugikan. Limbah ini dapat diproses menjadi pupuk/kompos.
3. Bahan buangan anorganik.
Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh
mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air.
Limbah ini berasal dari industri yang melibatkan unsur logam Pb, As, Cd, Hg, Cr,
Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia, elektronika, elektroplating. Ion
logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan korosi pada alat
besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti tangki/bejana air,
ketel uap, dan pipa penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat racun sehingga air
tidak dapat untuk minum.
4. Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik).
Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi
menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk sehingga air
mengandung mikroorganisme dan bakteri patogen.
5. Bahan buangan cairan berminyak.
Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air. Jika
mengandung senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh mikroorganisme
dalam waktu lama.
Bahan ini mengganggu karena:
1. Menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air.
2. Menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu.
3. Ikan di permukaan dan burung air terganggu, bulu burung lengket dan tak
bisa mengembang.
4. Air tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti benzena,
dan senyawa toluena.
6. Bahan buangan zat kimia, misalnya:
a).

Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan


ini mengganggu lingkungan karena:

Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat


menaikkan pH menjadi 10,5 - 11.

Bahan

antiseptik

yang

ditambahkan

membunuh/mengganggu mikroorganisme.

akan

dapat

Sebagian jenis

sabun/deterjen tak dapat terdegradasi.


b) Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak
dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa
tahun). Insektisida sering dicampur dengan senyawa minyak
bumi sehingga permukaan air akan tertutupi minyak.
c) Zat pewarna. Bersifat racun dan cocarcinogenik (merangsang /
penyebab

tumbuhnya

kanker)

dan

dapat

mempengaruhi

kandungan oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung


senyawa kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome.
d) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat
untuk air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak
dipakai enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan
didegradasi menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan
berbau busuk (hasil peruraian protein dan senyawa amin).
Populasi mikroorganisme akan bertambah dan memungkinkan
berkembang biaknya bakteri patogen yang berbahaya.
e)

Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai


bidang (pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi,
pertambangan, industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat
radiasi dapat merusak sel tubuh dan genetik.

B.

Dampak Pencemaran Air Kanal terhadap Kesehatan


Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air

minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan


ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

10

Adapun dampak pencemaran air kanal pada umumnya dibagi dalam


beberapa kategori yaitu:
Dampak Terhadap Manusia
1

Disebabkan oleh mineral


1

Cd (Cadmium)
Dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, tulang,
pankreas, kelenjar gondok.

Cu (tembaga)
Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak di lidah dan
menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati.

Pb (timah hitam)
Bersifat kronis dan komulatif. Keracunan Pb menimbulkan
anemia, gangguan ginjal, penurunan mental pada anak-anak,
gangguan jiwa, kolik usus, penyakit hati dan gangguan susunan
syaraf, serta mengacaukan susunan darah. Dalam jangka lama
Pb berkumpul pada gigi dan tulang.

Hg (merkuri)
Merupakan unsur yang sangat beracun. Pada keracunan tingkat
ringan timbul pusing, sakit kepala dan mudah lelah. Pada
keracunan tingkat berat menyebabkan kerusakan ginjal, sendisendi kaku, penglihatan terganggu, kelainan sistem syaraf dan
dapat menimbulkan kematian. Kasus: di Minamata (Jepang),
1953 akibat buangan merkuri dari pabrik plastik PVC.

Asbes
Asbes dalam air minum akan menyebabkan asbestosis

Se (Selenium)
Menyebabkan radang usus dan kerusakan pada jaringan.

As (Arsen)
Merupakan logam berat yang mempunyai toksisitas atau daya
racun tinggi. Keracunan kronis menyebabkan nafsu makan
berkurang, gangguan sistem pencemaran, kelainan ginjal,

11

gangguan mental, neuritis perifer, perubahan pada kulit dan


kanker kulit.
8

Cr (Chrom)
Adanya Chrom menandakan adanya pencemaran dan limbah
industri karena senyawa logam ini tidak terdapat di air yang
ada di alam (murni). Diduga dapat menyebabkan kanker kulit
dan gangguan pada saluran pernafasan.

Co (Cobalt)
Menyebabkan kerusakan sel tubuh.

10

Sianida
Sifatnya mudah larut dalam air, bila terminum bersama air
minum dapat menyebabkan gangguan metabolisme oksigen.

11

Ag (Perak)
Masuknya perak kedalam air minum umumnya berasal dan
industri yang mencetak foto.
Penelitian El-Hassan et. Al (2009) terhadap dua kanal berbeda

yang berada di Kafr El-Sheikh Governorat (terletak di utara Delta Nil


Mesir) yaitu Kanal Dakalt (kanal irigasi yang ditingkatkan/diperbaiki)
dengan

Kanal

Sandla

(kanal

irigasi

yang

tidak

ditingkatkan/diperbaiki). Sampel penelitian ini di diambil secara acak


150 keluarga petani masing-masing dari penduduk kedua kanal
tersebut.
sebagian besar petani menderita beberapa masalah kesehatan.
Persentase orang dengan masalah kesehatan termasuk demam,
diabetes, dan penyakit lainnya (diare, sakit kepala, gangguan
penglihatan, hipertensi, kulit iritasi, dan kanker) lebih rendah di daerah
Dakalt (kanal yang diperbaiki/ditingkatkan) dibandingkan dengan
Sandla (kanal yang tidak diperbaiki/ditingkatkan). Data juga
menunjukkan bahwa tingginya prevalensi schistosomiasis pada usia
anak-anak karena mereka sering kontak dengan air, dimana bekicot
adalah host pembawa virus penyebab penyakit tersebut. Adapun rasa

12

sakit perut, dada, hati dan penyakit ginjal lebih tinggi di daerah Dakalt
daripada di daerah Sandla, dan masalah pernapasan serta asma hanya
ditemukan pada petani di daerah Dakalt. Oleh karena itu, kondisi
kesehatan di dua wilayah yang diteliti menunjukkan bahwa persentase
petani terinfeksi oleh penyakit bawaan air di daerah Sandla (Kanal
yang tidak diperbaiki/ditingkatkan) lebih tinggi daripada di daerah
Dakalt (kanal yang ditingkatkan). (Yusuf, 2010)
2. Disebabkan oleh mikrobiologi dalam air
Contoh penyakit yang ditimbulkan antara lain :
1

Tifoid, disebabkan oleh kuman Salmonella thyphosa

Kolera, disebabkan oleh bakteri Vibrio kolera

Leptospirosis, disebabkan oleh Spirochaeta

Giardiasis, dapat menimbulkan diare disebabkan oleh sejenis


Protozoa

Disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica


Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne

diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak
terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba
penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat
menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.
Penelitian Shakalisava, et. al (2010) terhadap lebih dari 100 sampel air
yang telah dianalisis untuk melihat keberadaan total coliform dan E. coli.
Lokasi pengambilan sampel di sungai dan kanal-kanal kawasan perkotaan
Dublin, di lingkungan pedesaan setempat, dan sepanjang pantai Utara Dublin.
Hasil penelitian ini menunjukkan tingginya tingkat kontaminasi feses pada
sebagian dari sampel air yang diambil. Ditemukan telah terjadi kontaminasi
kotoran dari badan air kanal di daerah Dublin pada perkotaan maupun
pedesaan. Buruknya kualitas sungai-sungai dan kanal di kota Dublin sangat
terkait dengan aktivitas manusia. Pada Grand Canal, kontaminasi terjadi

13

karena adanya restoran terapung. Hal ini dapat dilihat dari tabel dan gambar
berikut:
Tabel 3. Rata-rata jumlah E. coli di badan air yang diteliti dalam kota
Dublin.
Sampling location
Liffey Tall Bridge
Liffey Parliament Bridge
Liffey Islandbridge
Grand Canal Kilmainham
Royal Canal Phibsboro

CFU/100 mL
2157
6361
6467
36
14

St Dev
2246
10021
8746
24
24

n
7
9
6
7
7

Tolka Griffith Park

5137

4869

18

Dari tabel 3 diatas, dapat dilihat bahwa koli tinja di Sungai


Liffey pada umumnya berada dalam kisaran 2000 dan 6000
CFU/100 mL, tergantung pada lokasi, dengan tingkat yang
membahayakan yang tercatat (24000 CFU/100 mL) berada di
lokasi sampel Jembatan Parlemen. Kandungan coliform fekal kanal
Grand (Kilmainham) dan saluran Royal (Phibsboro) adalah ratarata 20-30 CFU / 100 mL dan hal tersebut menunjukkan bahwa
kandungan coliform fekal tidak melebihi standar dari 50 CFU/100
mL.

14

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Kandungan Bakteri E.Coli dan Total Coliform


ada beberapa Lokasi di Dublin
Pada gambar 2. menunjukkan bahwa keberadaan E. coli bervariasi.
Hasilnya menunjukkan jumlah koliform fekal dalam sampel air hilir perahu
(dalam arah aliran) adalah 3550 CFU/100mL sedangkan hulu itu 250 CFU/100
mL. Hal ini menunjukkan bahwa air dari Grand Canal dan Royal Canal tidak
menunjukkan terjadinya tanda-tanda pencemaran yang signifikan, kecuali di
daerah restoran terapung. Apabila terus dibiarkan maka jumlah koliform akan
mengalami peningkatan akibat terakumulasi dalam perairan. Keberadaan restoran
tersebut merupakan sumber utama keberadaan bakteri koliform. (Munawir, 2010)
3. Disebabkan oleh pestisida
Diantaranya yang paling bahaya adalah DDT (Dichlor Diphenyl
Trichloretan)

yang

memiliki

sifat

selain

tidak

dapat

diuraikan

oleh

mikroorganisme, DDT dapat larut dalam lemak sehingga memungkinkan


terakumulasi dalam tubuh organisme. Tercemarnya air oleh pestisida dapat
menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakan jaringan dan pada konsentrasi
tertentu bisa menimbulkan kematian.

15

Dampak Terhadap Vegetasi


Dampak negatif pencemaran air kanal terhadap kehidupan vegetasi antara
lain:
1

Perubahan morfologi, pigmen dan kerusakan fisiologi sel


tumbuhan

Mempengaruhi komposisi komunitas tanaman

Mempengaruhi proses reproduksi tanaman

Terjadi akumulasi bahan pencemar pada vegetasi, seperti :

Cobalt : dapat menyebabkan kerusakan sel tumbuhan dan bersifat


racun terutama pada tanaman tomat

Nikel : beracun bagi beberapa jenis tanaman

Phenol : beracun bagi beberapa jenis tanaman

Pestisida : DDT dapat terakumulasi pada beberapa tanaman


sehingga akibat lebih lanjut dapat membahayakan manusia

Dampak terhadap Hewan


Efek terhadap kehidupan hewan, baik hewan peliharaan maupun
bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan
bahan berbahaya.
Contoh :
1

Pestisida:
1

DDT dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada hewan

Pada burung, DDT dapat menghambat proses pengapuran


dinding telur sehingga kulitnya tipis dan tidak dapat menetas

3
2

Dapat menyebabkan racun bagi hewan ternak


Panas :
Air yang suhunya naik tiba-tiba dapat menyebabkan beberapa jenis
hewan tidak mampu beradaptasi untuk mempertahankan hidupnya

Nikel :
Dapat menyebabkan racun dan mempengaruhi produksi ikan
tertentu

16

Penelitian Peterson et al. (1993) untuk mengetahui pengaruh lingkungan


air terhadap jenis kerang Brachydontes variabilis menyimpulkan bahwa telah
terjadi perubahan struktur testis pada kerang dikarenakan terjadinya pencemaran
air. Untuk level pencemaran dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Pengukuran Nilai Logam Berat pada Batas yang Diizinkan di
Kanal Suez oleh Badan Perlindungan Air, Mesir

Pada tabel 4dan 5 diatas, terdapat sepuluh unsur logam berat yang diukur.
Empat unsur yang berada dibawah ambang batas adalah antimon (<30 mg/l),
arsen (<10 mg/l), selenium (<30mg/l) dan timah (<30 mg/l). Nilai dari aluminium,
barium, tembaga, besi, timah, dan seng yang diukur pada Tabel 1 secara signifikan
lebih tinggi dari pada Tabel 2, khususnya zat besi. Namun semua nilai dari logam
berat yang diukur berada dalam batas-batas hukum yang diperbolehkan untuk
perlindungan badan air di Mesir kecuali besi dan timah, yang melampaui ambang
batas diperbolehkan.
Dampak terhadap Material
Efek pencemaran air terhadap material adalah menyebabkan material yang dilalui
air tersebut mudah keropos.

17

Dampak terhadap Tanah


Efek pencemaran air terhadap tanah adalah menurunkan kualitas tanah.
Dampak terhadap Ekonomi
Efek bahan pencemar air terhadap faktor yang berhubungan dengan ekonomi
antara lain :
1.
2.
3.
4.

Meningkatkan biaya rehabilitasi karena rusaknya bahan (keropos)


Meningkatkan biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan)
Kerugian akibat kontaminasi bahan pencemar air pada makanan/minuman
Meningkatnya biaya perawatan/pengobatan penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran air.

Dampak terhadap Estetik


Efek estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar air antara lain timbulnya
warna dan bau yang tidak sedap.

C. Usaha Penanggulangan Pencemaran Air Kanal

18

Dalam rangka melaksanakan pengendalian pencemaran air, Pemerintah


telah mengundang-undangkan beberapa peraturan antara lain UU. No. 23 Tahun
1997 tentang Lingkungan Hidup, UU. No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air dan PP. No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan

Pengendalian Pencemaran Air serta lainnya.


Berbagai upaya

pengendalian pencemaran air

yang telah dilakukan

melalui berbagai kebijakan diantaranya melalui pendekatan kelembagaan, hukum,


teknis dan program khusus.
Pendekatan

kelembagaan

dilakukan

dengan

membentuk

Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal), Badan Pengendalian Lingkungan


Hidup Daerah (BPLHD), dan Dinas-Dinas Lingkungan Hidup Daerah yang saat
ini menjadi Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).

Berbagai program khusus dari tahun 1980-an sampai saat ini telah dilaksanakan
yaitu diantaranya Program Kali Bersih (Prokasih), Surat Pernyataan Kali Bersih
(SuperKasih) dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper). Hal
tersebut telah dilaksanakan di berbagai daerah yang berupa studi dan pelaksanaan
pemantauan kualitas air terutama pada sungai-sungai penting yang mempunyai
fungsi pemanfaatan yang sangat tinggi.
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran,
yaitu penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis.

Penanggulangan

secara non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan


dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,
mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi
sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat
memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan
dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan kegiatan
dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis
bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya
dengan mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang
dapat mengurangi pencemaran. (Warlina, 2004)

19

Mukono (2006) menjelaskan bahwa secara umum pengolahan terhadap air


yang tercemar adalah dengan cara :
1.
2.
3.
4.

Pengolahan secara fisik


Pengolahan secara biologis
Pengolahan secara kimia
Menghindari/meminimalkan terjadinya leakage

Manajemen pengolahan limbah ditinjau dari sumbernya :


1.) Domestik
Manajemen yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pengaturan jarak sumber air (sumur) dengan sumber pencemaran
b. Mengolah limbah rumah tangga sebelum dibuang ke lingkungan,
Contoh : dengan septic tank, sistem riol, kolam oksidasi dan lain-lain.
2.) Industri
Secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah industri dikelompokkan
menjadi 6 bagian :
1
2
3
4
5
6

Pengolahan pendahuluan (Pre treatment)


Pengolahan pertama (Primary treatment)
Pengolahan kedua (Secondary treatment)
Pengolahan ketiga (Tertiary treatment)
Pembunuhan kuman (Desinfektan)
Pembuangan lanjutan (Ultimate disposal)

Penilaian

Resiko

Lingkungan

(Environmental

Risk

Assesment)

dan

Manajemen resiko
Resiko lingkungan merupakan resiko terhadap kesehatan manusia yang
disebabkan oleh karena faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, hayati, maupun
sosial ekonomi. Adapun dasar-dasar penilaian resiko, mencakup unsur-unsur :
1.

Koleksi data dan evaluasi data

2.

Penilaian pemaparan

3.

Penilaian toksisitas

4.

Karakteristik dari resiko


Dalam makalah ini, khusus akan disajikan penilaian resiko lingkungan dari

pencemaran air yang diakibatkan oleh Bakteri Escerichia Coli, Logam Berat
(Metal), serta indikator BOD, COD dan TS. Hal ini mengacu pada penelitian yang
dijadikan bahan dalam makalah ini.

20

Penilaian dan Manajemen Resiko Lingkungan pada Pencemaran Bakteri


Escerichia Coli
Penelitian Shakalisava, et. al (2010) terhadap lebih dari 100 sampel air
yang telah dianalisis untuk melihat keberadaan total coliform dan E. coli. Dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Kondisi Kesehatan:
Suatu perairan yang mengandung E.coli dalam jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan

terjadinya

berbagai

gangguan

bagi

kesehatan

manusia.

Sebagaimana diketahui bahwa kehadiran E.coli merupakan indikasi hadirnya pula


mikroba pathogen lain yang berasal dari saluran pencernaan .
Penyakit yang sering ditimbulkan oleh E. Coli adalah diare serta disentri
yang menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan. E. Coli yang
menyebabkan diare sangat sering ditemukan di seluruh dunia. Selain diare, E.
Coli juga dapat menyebabkan beberapa penyakit yang bisa juga disebabkan
beberapa bakteri lain, penyakit tersebut yaitu:
1.

Infeksi saluran kemih, Penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran
kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kirakira 90% wanita muda.

2.

Sepsis, Bila pertahanan inang normal tidak mencukupi, E. Coli dapat


memasuki aliran darah dan menyebabkan sepsis. Bayi yang baru lahir
dapat sangat rentan terhadap sepsis E. Coli karena tidak memiliki antibody
IgM. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi saluran kemih

3.

Meningitis, E. Coli merupakan salah satu penyebab utama meningitis pada


bayi. E. Coli dari kasus meningitis ini mempunyai antigen KI. Antigen ini
bereaksi silang dengan polisakarida simpai golongan B dari N meningitis.
Mekanisme virulensi yang berhubungan dengan antigen KI tidak
diketahui. (Munawir, 2010)

Manajemen Resiko:
Risk Management merupakan upaya yang dilakukan untuk memperkecil
atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan konsekuensi atau akibat yang

21

ditimbulkan. Upaya ini merupakan mitigasi resiko terhadap gangguan kesehatan


diantanya:
Resiko timbulnya penyakit dari Escherichia coli
Upaya mitigasi risiko yang dapat dilakukan untuk meminimasi risiko penyakit
diare yaitu:
1. Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare.
Mulai dari kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang
air
2. Tidak menggunakan sumber air yang tercemar
3. Buang air tidak disembarang tempat dapat menjadi sumber penyebaran
4. Pemberantasan serangga yang hinggap di makanan, karena serangga
merupakan reservoir penularan penyakit diare.
Resiko Pencemaran feses di kanal
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran feses, yaitu
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara nonteknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak
terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini hendaknya dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang kegiatan industri yang akan dilaksanakan.
Sedangkan penanggulangan secara teknis yaitu dengan menyediakan jamban,
sehingga pencemaran feses dapat diminimalisir. Karakteristik jamban yang baik
yaitu: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurangkurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja
sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan lalat/serangga
hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).
Penilaian dan Manajemen Resiko Lingkungan pada Pencemaran Logam
Berat
Penelitian Peterson et al. (1993) yang dilakukan di Kanal Suez terhadap
sistem reproduksi kerang jantan jenis Brachydontes variabilis, dapat disimpulkan
bahwa mekanisme pencemaran terjadi sebagai berikut:

22

Terjadi perubahan histopatologis dalam jaringan testis pada kerang


dikarenakan terjadinya polusi air kanal. Kerang yang dikumpulkan dari situs
tercemar menunjukkan perubahan gonad dan disorganisasi dari folikel. Jaringan
ikat interfollicular dari semua sampel yang diperiksa dari situs tercemar
diperbesar, sangat longgar dan berisi banyak sel adiposa butiran (Lihat Gambar
4A, 4B).
Analisis Resiko Lingkungan yang mungkin timbul dari pencemaran di
Kanal Suez tersebut adalah dengan melihat dampak yang disebabkan oleh
logam berat (metal), diantaranya:
1. Cu (tembaga)
Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak di lidah dan
menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati.
2. Pb (timah hitam)
Bersifat kronis dan komulatif. Keracunan Pb menimbulkan anemia,
gangguan ginjal, penurunan mental pada anak-anak, gangguan jiwa, kolik
usus, penyakit hati dan gangguan susunan syaraf, serta mengacaukan
susunan darah. Dalam jangka lama Pb berkumpul pada gigi dan tulang.
3. Se (Selenium)
Menyebabkan radang usus dan kerusakan pada jaringan.
4. As (Arsen)
Merupakan logam berat yang mempunyai toksisitas atau daya racun
tinggi. Keracunan kronis menyebabkan nafsu makan berkurang,
gangguan sistem pencernaan, kelainan ginjal, gangguan mental, neuritis
perifer, perubahan pada kulit dan kanker kulit.
Penilaian Resiko Lingkungan pencemaran di Kanal dapat diperoleh dengan
melihat parameter serta kadar maksimun yang diperbolehkan dia air.
Tabel 6. Bahan-bahan inorganik yang berpengaruh langsung pada kesehatan
Kadar Maksimum yang
No.

Parameter

diperbolehkan di air
(mg/L)

23

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Antimony
Air Raksa
Arsenic
Barium
Boron
Cadmium
Cromium
Tembaga
Sianida
Florida
Timah
Molybdeum
Nikel
Nitrat (NO3)
Nitrat (NO2)
Selenium
Besi
Mangan
pH
Seng

0,005
0,001
0,01
0,7
0,3
0,003
0,05
2
0,07
1,5
0,01
0,07
0,02
50
3
0,01
0,3
0,1
6,5-8,5
3

Penilaian Resiko Lingkungan Pencemaran BOD, COD, TS


Penelitian El-Hassan et. Al (2009) terhadap dua kanal berbeda yaitu Kanal
Dakalt dengan Kanal Sandla Dapat disimpulkan sebagai berikut:
Mekanisme Pencemaran:
Untuk TDS : berasal pencampuran air dari saluran irigasi Safan, yang
terhubung ke saluran Sandla di akhir dan air dari kanal Safan bisa datang ke kanal
Sandla ketika tingkat air di Sandla kanal rendah seperti yang terjadi di musim
panas. Patut disebutkan bahwa pembangunan irigasi sering dikaitkan dengan
peningkatan penggunaan pupuk dan / atau pestisida (bahan kimia) dan bahan
kimia tersebut diterapkan untuk tanaman lapangan bocor ke saluran air dan / atau
kanal. Efeknya kebocoran tersebut akan lebih menonjol di musim panas ketika
besar sebagian tanah ponded untuk padi. Di musim dingin, tidak ada perbedaan
dalam nilai TDS antara kanal diperbaiki dan tidak baik dan berbeda lokasi
sepanjang kanal masing-masing.

24

Untuk BOD : berasal dari aktifitas manusia di sekitar kanal yang bisa saja
membuang sampahnya ke kanal.
Level Pencemaran:
Nilai untuk garam terlarut total, kebutuhan oksigen biologi, konduktivitas
listrik dan kandungan logam berat air di kanal yang ditingkatkan kurang daripada
di kanal tidak baik, meskipun dalam kedua kasus ini masih berada di bawah nilai
ambang batas. Namun apabila pencemaran dari pertanian dan rumah-rumah warga
tidak terkontrol lama kelamaan

bisa menyebebkan meningkatya kadar TDS,

BOD, konduktiivitas listrik, dan kandungan logam berat di air kanal.


Analisis Resiko:
Nilai untuk garam terlarut total, kebutuhan oksigen biologi, konduktivitas
listrik dan kandungan logam berat air di kanal yang ditingkatkan kurang daripada
di kanal tidak baik, meskipun dalam kedua kasus ini masih berada di bawah nilai
ambang batas. sebeneranya yang menjadi masalah utama pada kanal ini adalah
penyakit Schistosomiasis. Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan
cacing Schistosoma yang tersebar melalui keong Oncomelania hupensis
linduensis berukuran sebutir beras. Dari keong, cacing masuk ke tubuh manusia
melalui kulit. Selain itu, bisa juga masuk ke mamalia lain, seperti sapi dan kerbau,
sehingga menjadi sumber penularan berikutnya. Untuk mencegah penularan,
manusia perlu mengenakan sepatu bot di habitat keong.
Demam dan iritasi kulit merupakan indikator penyakit schistosomiasis,
yang akhirnya menyebabkan penyakit hati dan kanker. Pengumpulan air dari kanal
kebanyakan dilakukan oleh perempuan dan anak-anak. Juga, anak-anak sering
harus membuat beberapa perjalanan hari untuk mengambil air dan ini tidak hanya
membuat mereka pergi dari sekolah, tetapi juga membawa mereka sering kontak
dengan air dan menghadapkan mereka ke penyakit schistosomiasis, dimana
bekicot adalah host pembawa virus penyebab penyakit. Akibatnya, relatif
tingginya prevalensi schistosomiasis pada air seni anak di kelompok usia ini.
Gejala manusia yang terjangkit penyakit ini adalah gatal, demam, mual,
muntah, dan diare. Kemudian berlanjut perut membuncit serta kaki dan tangan

25

bengkak seperti menderita penyakit beri- beri. Penderita juga menderita anemia,
kemudian bisa berakhir dengan gangguan hati.
Manajemen Resiko (Solusi Kesehatan) :
Schistosomiasis adalah penyakit parasit yang bersifat zoonosis, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi hewan mamalia. Sehingga walaupun
prevalensi pada manusia telah rendah tetapi akan terjadi reinfeksi secara terus
menerus. Hal ini tampak dari berfluktuasinya prevalensi pada manusia, tikus
maupun pada siput penular (O.h. lindoensis). Infeksi S. 4 tahun demikian juga
infeksi pada siput penular O.h. lindoensis juga masih ada hampir di semua fokus
siput tersebut. Sebetulnya mata rantai penularan yang paling lemah adalah pada
siput penularnya, dengan melakukan eliminasi pada siput penularnya maka
penularan akan terhenti. Telah diketahui bahwa O.h. lindoensis bersifat amfibi,
artinya siput tersebut dapat hidup di daerah yang lembab tidak terlalu banyak air
dan tidak terlalu kering. Sehingga apabila habitat siput dikeringkan dan diubah
menjadi kebun (coklat, kopi, jeruk dan tanaman keras lain) maka siput akan mati.
Atau diubah menjadi sawah yang akan selalu tergenang air, siput juga tidak dapat
hidup. Atau cara yang lebih simpelnya adalah pada petaninya dengan
menggunakan sepatu bot apabila bercocok tanam di habitat keong.

Anda mungkin juga menyukai