Patofisiologi Demam
Demam (pireksia) adalah keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat tingkat
pengukuran suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh IL-1. Demam disebabakan
adanya pyrogen. Pyrogen merupakan suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat
dua jenis pyrogen yaitu pyrogen eksogen dan pyrogen endogen.
a. Pirogen Eksogen
Pirogen eksogen biasanya merangsang demam dalam 2 jam setelah terpapar.
Umumnya, pirogen berinteraksi dengan sel fagosit, makrofag atau monosit, untuk
merangsang sintesis IL-1. Mekanisme lain yang mungkin berperan sebagai
pirogen eksogen (misalnya endotoksin) bekerja langsung pada hipotalamus untuk
mengubah pengatur suhu. Radiasi, racun DDT, dan racun kalajengking dapat pula
menghasilkan demam dengan efek langsung pada hipotalamus.
b. Pirogen Mikrobial
1. Pirogen bakteri Gram-negatif
Pirogen bakteri Gram-negatif (misalnya Escerichia coli, Salmonela)
disebabkan adanya heat- stable factor yaitu endotoksik.
Komponen aktif
androgen
diketahui
sebagai
perangsang
pelepasan
IL-1.
kedalam jaringan yang akan berubah fungsi dan morfologi menjadi makrofag
yang berumur beberapa bulan. Sel-sel iniberperan penting dalam pertahanan
tubuh termasuk di antaranya merusak dan engulfmg mikroba, mengenal
antigen dan mempresentasikannya untuk menempel pada limfosit, aktivasi
limfosit-T, dan desatruksi sel tumor. Keadaan yang berhubungan dengan
perubahan fungsi sistem monosit-makrofag di antaranya bayi baru lahir,
kortikosteroid dan terapi imunosupresi lain, lupus eritematosus sistemik,
sindrom Wiskott-Aldrich, dan penyakit granulomatosus kronik. Dua produk
utama monosit-makrofag adalah IL-1 dan TNF.
5. Interleukin -1 (IL-1)
lnterleukin-1 disimpan dalam bentuk inaktif dalam sitoplasma sel. okroior,
dengan bantuan enzim diubah menjadi bentuk aktif sebelum dilepas melalui
mumbMn sel kedalam sirkulasi, lnterleukin-1 dianggap sebagai hormon oleh
karena mempengaruhi organ-organ yang jauh. Penghancuran IL-1 terutama
dilakukan di ginjal.
lnterleukin-1 terdiri atas tiga struktur polipeptida yang saling berhubungan, yaitu th (#t agonis
(IL-1 alfa dan IL-1 beta) dan sebuah antagonis (IL-1 reseptor antagonis). Reseptor antagonis
IL-1 ini berkompetisi dengan IL-1 alfa dan II -I beta untuk berikatan dengan reseptor IL-1.
Jumlah relatif IL-1 dan reseptor antagonis IL-1 dalam suatu keadaan saku akan
mempengaruhi reaksi inflamasi menjadi aktif atau ditekan. Selain makrofag sebag.n sumber
utama produksi IL-1, sel Kupffer di hati, keratinosit, sel Langerharis pankreas, M*rt,i
astrosit juga memproduksi IL-1. Pada jaringan otak, produksi IL-1 oleh astrosit diduga
berperan dalam respons imun dalam susunan saraf pusat (SSP) dan demam sekunder terhadap
perdarahan SSP.
Tabel 1 Fungsi Utama Sistem Monosit-Makrofag
Fagositosis
Memproses & mempresentasikan
antigen
Aktivasi sel-T
Tumorisidal
Sekresi dari:
- Interferon a dan i
- I L-1
-IL-6
-IL-8
- IL-11
dan
mieloid/eritroid,
kronik. Tingginya kadar TNF dalam serum mempunyai hubungan dengan aktivitas atau
prognosis berbagai penyakit infeksi, seperti meningitis bakterial, leimaniasis, infeksi virus
HTV, malaria, dan penyakit peradangan usus. Diduga terjadi peningkatan produksi TNF pada
penyakit Kawasaki.
Limfosit yang Teraktivasi
Dalam sistem imun, limfosit merupakan sel antigen spesifik dan terdiri atas dua jenis yaitu
sel-B yang bertanggung jawab terhadap produksi antibodi dan sel-T yang mengatur sintesis
antibodi dan secara tak langsung berfungsi sitotoksik, serta memproduksi respons inflamasi
hipersensitivitas tipe lambat. Interleukin-1 berperan penting dalam aktivasi limfosit (dahulu
disebut LAF). Sel limfosit-T hanya mengenal antigen dan menjadi aktif setelah antigen
diproses dan dipresentasikan kepadanya oleh makrofag. Efek stimulasi IL-1 pada
hipotalamus (seperti pirogen endogen menginduksi demam) dan pada sel limfosit-T (sebagai
LAF) merupakan bukti kuat dan nyata manfaat demam. Sebagai jawaban stimulasi IL-1,
limfosit-T menghasilkan berbagai zat seperti terlihat pada Gambar 1.
nterferon (INF)
Interferon dikenal oleh karena kemampuan untuk merintangi replikasi virus di dalam sel yang
terinfeksi. Berbeda dengan IL-1 dan TNF, INF diproduksi oleh limfosit-T yang teraktivasi.
Terdapat tiga jenis molekul yang berbeda dalam aktivitas biologik dan urutan asam
aminonya, yaitu INF-alfa, beta, dan gama. Interferon-alfa dan beta diproduksi oleh hampir
semua sel (seperti leukosit, fibroblas, dan makrofag) sebagai respons terhadap infeksi virus,
sedang sintesis INF-gama dibatasi oleh limfosit-T. Meski fungsi sel limfosit-T neonatus
normal sama efektifnya dengan dewasa, INF (khususnya INF-gama) fungsinya belum
memadai, diduga menyebabkan makin beratnya infeksi virus pada bayi baru lahir.
Ifeinterferon-gama dikenal sebagai penginduksi makrofag yang poten dan menstimulasi sel-B
untuk meningkatkan produksi antibodi. Fungsi IFN-gama sebagai pirogen endogen dapat
secara tidak langsung pada makrofag untuk melepas IL-1 (macrophage-activating factor)
atau secara langsung pada pusat pengatur suhu di hipotalamus. Interferon mungkin
mempengaruhi aktivitas antivirus dan sitolitik TNF, serta meningkatkan efisiensi sel NK.
Aktivitas antivirus disebabkan penyesuaian sistem INF dengan berbagai jalur biokimia yang
mempunyai efek antivirus dan bereaksi pada berbagai fase siklus replikasi virus. Interferon
juga memperlihatkan aktivitas antitumor baik secara langsung dengan cara mencegah
pembelahan sel melalui pemanjangan jalur siklus multiplikasi sel atau secara tidak langsung
dengan mengubah respons imun. Aktivitas antivirus dan antitumor INF terpengaruhi oleh
meningkatnya suhu. Interleukin-4 (IL-4), yang menginduksi sintesis imunoglobulin igE dan
IgG4 oleh sel polimorfonuklear, tonsil, atau sel limpa manusia sehat dan pasien alergi,
dihadangi oleh INF-gama dan INF-alfa, berarti limfokin ini beraksi sebagai antagonis IL-4.
Interferon melalui kemampuan bilogiknya, dapat digunakan sebagai obat pada berbagai
penyakit. Interferon-alfa semakin sering dipakai dalam pengobatan berbagai infeksi virus,
seperti hepatitis B, C, dan delta. Efek toksik preparat INF di antaranya, demam, rasa dingin,
nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala yang berat, somnolen, dan
muntah. Demam dapat muncul pada separuh pasien yang mendapat INF sampai mencapai
40C. Efek samping ini dapat diatasi dengan pemberian parasetamol dan prednisolon. Efek
samping berat di antaranya, gagal hati, gagal jantung, neuropati, dan pansitopenia.
Interleukin-2 (IL-2)
Interleukin-2 merupakan limfokin penting yang kedua (setelah INF) yang dilepas oleh
limfosit-T yang teraktivitasi sebagai respons stimulasi IL-1. Interleukin-2 mempimyai efek
penting pada pertumbuhan dan fungsi sel-T, sel NK, dan sel-B. Telah dilaporkan adanya
kasus defisiensi imun kongenital berat disertai dengan efek penting pada pertumbuhan dan
fungsi sel-T, sel NK, dan sel B. Telah dilaporkan adanya kasus defisiensi imun kongental
berat disertai dengan defek spesifik produksi IL-2. Interleukin-2 memperlihatkan sitotoksik
antitumor (terhadap melanoma ginjal, usus besar, dan paru) sebagai hasil aktivasi spesifik sel
NK (lymphokine-activated killer cells atau LAK) yang memiliki aktivitas sitotoksik terhadap
proliferasi sel tumor. Uji klinis dengan IL-2 sedang dilakukan saat ini pada tumor tertentu
pada anak. Respons neuroblastoma tampaknya cukup baik terhadap terapi imun dengan IL-2.
Sayangnya terapi imun IL-2 dapat menyebabkan defek kemotaksis neutrofil yang reversibel,
diikuti peningkatan kerentanan terhadap infeksi pada pasien yang menerimanya. Efek
samping lainnya di antaranya lemah badan, demam, anoreksia, dan nyeri otot. Gejala ini
dapat dikontrol dengan parasetamol. Interleukin-2 menstimulasi pelepasan sitkokin lain,
seperti IL-1, TNF, dan INF-alfa, yang akan menginduksi aktivitas sel endotel, mendahului
bocornya pembuluh darah, sehingga dapat menyebabkan edema paru dan retensi cairan yang
hebat. Penyakit yang berhubungan dengan defisiensi IL-2 di antaranya lupus eritematosus
sistemik, diabetes melitus, luka bakar berat, dan beberapa bentuk keganasan.
Granulocyte-macrophage coloby-stimulating factor (GM-CSF)
Dari empat hemopoetic colony-stimulating factors yang berpotensi tinggi menguntungkan
adalah eritropoetin, granulocyt colony-stimulating factor (G-CSF), dan macrophage colonystimulating factor (M-CSF). Granuloyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF)
adalah limfokin lain yang diproduksi terutama oleh limfosit, meskipun makrofag dan sel mast
mempunyai kemampuan untuk memproduksinya. Fungsi utama GM-CSF menstimulasi sel