Anda di halaman 1dari 2

Cegah Nomophobia Melalui Pembiasaan Diri sejak Dini

Gaya hidup negatif remaja semakin memprihatinkan seiring berkembangnya IPTEK


pada zaman globalisasi ini. Remaja merupakan suatu masa bagi manusia untuk mencari jati
dirinya. Banyak orang telah mengetahui bahwa remaja haruslah berkembang seiring
perkembangan zaman agar mampu menjadi manusia yang berpikiran maju dan sukses. Kita
tahu bahwa perkembangan IPTEK semakin maju seperti sering munculnya smartphone baru
dengan kecanggihan dan fasilitasnya tetapi apabila hal ini tidak didampingi sikap tanggung
jawab maka justru akan merusak dan menuju gaya hidup yang negatif. Inilah salah satu
permasalahan remaja sekarang ini bahkan bagi semua orang. Melihat remaja sekarang ini
tidak bisa lepas dengan adanya ponsel mereka, bahkan mereka acap kali membawa
powerbank karena takut daya baterai ponsel habis. Tak hanya Gaya hidup negatif terhadap
gadget yang berkelanjutan dapat mengarahkan mereka ke Nomophobia (No Mobile Phone
Phobia).
Nomophobia merupakan ketergantungan terhadap gadget atau smartphone sehingga
seolah-olah tidak bisa hidup tanpanya. Istilah nomophobia (no-mobile phobia) pertama kali
dikemukakan oleh para periset di Inggris di tahun 2008 untuk menjelaskan gejala
kekhawatiran berlebih terhadap hilangnya akses seseorang terhadap teknologi mobile ataupun
perangkat mobile milik mereka. Nomophobia menjadi salah satu penyakit akibat gadget yang
memiliki perhatian khusus mealui beberapa riset yang pernah dilakukan. Menurut riset yang
dilakukan di Kanada, sudah semakin banyak orang yang terkena Nomophobia, termasuk
warga wilayah Kanada sendiri. Riset itu menunjukkan bahwa sekitar 65% pengguna
smartphone merasa hampa jika tidak memegang smartphone dan tak terhubung akses
internet. Bukan hanya di Kanada saja, di negara-negara lain yang penggunaa gadgetnya
cukup tinggi, juga rawan terjangkit nomophobia, tak terkecuali Indonesia yang terkenal aktif
di sosial media.
Dampak sosial yang ditimbulkan yaitu nomophobian ( penderita nomophobia )
seringkali tidak mempedulikan keadaan sekitar yang dapat merugikan diri sendiri maupun
hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya. Orang yang berada didekat nomophobian
akan merasa tidak diperhatikan dan diacuhkan sehingga merusak kualitas waktu kebersamaan
dengan orang disekitarnya. Apabila hal ini terus terjadi maka akan merusak kualitas dan
moral generasi penerus bangsa. Selain dampak sosial, ada juga dampak kesehatan yaitu
insomnia (kurang tidur), depresi akibat status teman-teman yang ada di sosmed karena
menimbulkan peningkatan emosi yang terus terjadi, dan berbagai gangguan fisik. Berbagai
gangguan fisik itu dapat berupa produksi sperma terhenti karena memangku laptop yang
lama. Hobi memangku laptop itu juga dapat membuat kulit paha melebam. Dengan suhu
laptop bawah bisa mencapai 43 derajat celcius maka kulit manusia tidak mampu menerima
dalam durasi waktu tertentu. Tangan terutama jari yang kerap berhubungan dengan gadget
dengan tingkat aktivitas yang tinggi kemungkinan besar juga dapat cedera. Akibat pada ibu
jari adalah luka dalam yang secara bertahap menimpa otot-otot, tendon dan syaraf. Ibu jari
yang sering mengetik di keypad akan berpotensi terkena cedera texting thumbs/Tendinitis.
Yang terparah adalah ketika mengalami nyeri, mati rasa hingga kerusakan otot yang pada
akhirnya memerlukan pengobatan bahkan hingga masuk ke ruang bedah. Kemudian penyakit
Tinnitus (Telinga Berdenging) akibat sering mendengarkan gadget dengan speaker standart,

handsfree atau earphone. Gejalanya adalah telinga berdenging dan bahkan bisa membuat si
penderita dapat mendengarkan suara-suara tertentu. Tidak kalah pentingnya penggunaan
ponsel dengan posisi kepala cenderung menunduk dan condong ke depan bisa menambah
tekanan serta beban pada tulang belakang sehingga dapat menyebabkan perubahan struktur
tulang leher hingga kerusakan permanen.
Oleh karena itu, perlu pencegahan terhadap penyakit nomophobia yang dapat dimulai
dari usia muda atau kanak-kanak yaitu dengan metode pembatasan dini penggunaan gadget.
Metode ini membuat anak-anak terbiasa membatasi penggunaan gadget yaitu memakai
seperlunya saja seperti menelepon dan komunikasi dengan keluarga maupun temantemannya, bukan untuk bermain.
Metode ini dapat dilakukan beberapa langkah. Pertama, penyuluhan terhadap siswa
SD tentang dampak buruk dari penggunaan gadget yang berlebihan melalui permainan agar
mereka tertarik dan mengakar di pikiran mereka. Kedua, penyuluhan terhadap orang tua agar
selalu mengawasi anak-anak mereka ketika menggunakan gadget dan membatasi waktu anak
menggunakan gadget misalnya dengan membagi waktu anak dalam berbagai kegiatan positif.
Jika perlu, orang tua harus membiasakan anak sejak kecil untuk meghabiskan waktu mereka
untuk belajar, bermain, dan mengembangkan talenta serta menjalani hobi mereka yang
bermanfaat. Ketiga, perlu adanya pemikiran atau pemahaman bahwa untuk memperoleh
informasi dan pengetahuan tidak hanya melalui internet tetapi akan jauh lebih baik bila
dengan membaca dari buku maupun media baca lainnya seperti koran, majalah pengetahuan,
dan lain-lain. Selain meningkatkan budaya membaca anak juga dapat memperluas wawasan
dan cara berpikir anak menuju perkembangan. Dengan begitu, ketika mereka remaja maupun
dewasa, mereka akan lebih memilih untuk membaca daripada harus mecari melalui internet
saat membutuhkan suatu pemecahan masalah.
Gaya negatif remaja akibat perkembangan IPTEK dapat dicegah sejak mereka anakanak dengan pembiasaan. Pembatasan dini penggunaan gadget merupakan salah satu upaya
pencegahan nomophobia sejak dini. Metode ini sangat bermanfaat mengingat dampak buruk
yang ditimbullkan akibat nomophobia. Orang tua sangat berperan dalam pembatasan dini
penggunaan gadget terhadap anak-anak mereka karena sudah menyangkut masa depan anak
itu sendiri dan bangsa.

Daftar Pustaka:
Anonim. 2014. Waspadai Gejala Nomophobia. http://blog.telkomsel.com/. Diakses pada
tanggal 5 November 2015 19.50 WIB.
Anonim. 2012. Tidak Bisa Hidup Tanpa Ponsel Anda? Mungkin Anda Mengidap
Nomophobia. http://gopego.com/. Diakses pada tanggal 5 November 2015 19.50 WIB.
Surya, Mega. 2015. Waspadalah! Penyakit Nomophobia Ini Juga Mengintai Mu.
http://penulispro.com/. Diakses pada tanggal 5 november 2015 19.35 WIB.
Tumengkol, Austin. 2015. Waspadai Nomophobia Pada Diri Anda. http://waspada.co.id/.
Diakses pada tanggal 5 november 2015 19.35 WIB.
Wahyudi, Reza. 2014. Ini Alasan Lihat Ponsel Tidak Boleh Menunduk.
http://tekno.kompas.com/. Diakses pada tanggal 5 November 2015 20.10 WIB.

Anda mungkin juga menyukai