Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memasuki era reformasi di bidang pendidikan, dewasa ini telah terjadi
perubahan pola pengelolaan pendidikan dari semula yang bersifat
sentralistik menjadi desentralistik. Ditetapkannya berbagai kebijakan
dalam manajemen pendidikan akhir-akhir ini, dimaksudkan sebagai
upaya untuk bangkit dari keterpurukan dan sekaligus meningkatkan
mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Kebijakan tersebut misalnya, dari segi pengelolaan sekolah, telah
dimunculkan kebijakan (policy) berupa implementasi Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS), dan dari sisi
peningkatan kemampuan atau kompetensi peserta didik (siswa) telah
dimunculkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya
disempurnakan dengan Kurikulum 2013. Semua itu, dilakukan dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya dilakukan melalui
jalur kegiatan pendidikan. Pada Kurikulum 2013 di dalamnya terdapat
model peminatan yang difasilitasi atau dibimbing oleh Guru Bimbingan
dan Konseling (Guru BK)/Konselor, guru, atau tenaga kependidikan
lainnya. Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa konselor merupakan salah satu jenis tenaga
pendidik sebagaimana juga guru, dosen, dan tenaga pendidik lainnya.
Menurut Standar Kompetensi Konselor (SKK) tim ABKIN (2007)
menyebutkan bahwa, (1) konselor adalah pengampu layanan ahli
bimbingan dan konseling, (2) konselor adalah pendidik yang memiliki
konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang spesifik dibanding pendidik
lainnya.

Konselor (Guru Pembimbing/Guru BK) adalah salah satu dari tenaga


kependidikan di sekolah, yaitu sebagai penanggung jawab terlaksananya
kegiatan bimbingan dan konseling yang mencakup dimensi kemanusiaan
(Neviyarni, 2002). SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No.0433/P/1993
dan No.25 Th 1993 sebagaimana dikutip Prayitno (2001), Guru
BK/konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggungjawab,
wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan
konseling terhadap sejumlah peserta didik.
Jadi Guru BK/Konselor adalah merupakan salah satu tenaga
kependidikan di lingkungan sekolah yang mengampu layanan bimbingan
dan konseling secara penuh untuk membimbing peserta didik serta
memiliki konteks tugas khusus dibandingkan dengan pendidik lainnya.
Guru BK/Konselor dalam implementasi kurikulum 2013 bertugas
memfasilitasi peminatan yang diharapkan dapat berperan secara
maksimal dalam memfasilitasi konseli (klien) untuk mengaktualisasikan
potensi yang dimiliki secara optimal. Oleh karena itu seharusnya
konselor memilki program yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
mampu menyusun serta merealisasikan program bimbingan dan
konseling secara profesional.
Kenyataan di lapangan terdapat gejala bahwa masih dijumpai banyak
konselor dalam melaksanakan tugas di sekolahnya kurang memahami
bagaimana menyusun serta merealisasikan program bimbingan dan
konseling yang baik sesuai dengan tuntutan profesi menurut
pertimbangan para praktisi dan ahli bimbingan dan konseling.
ManajemenBimbingandanKonselingdisekolahagarbisaberjalansepertiyang
diharapkanantaralainperludidukungolehadanyaorganisasiyangjelasdan
teratur.Organisasitersebutdengansecarategasmengaturkedudukan,tugas,dan
tanggungjawabparapersonilsekolahyangterlibat.Organisasitersebut

tergambardalamstrukturataupolaorganisasiyangbervariasiyangtergantung
padakeadaandankarakteristiksekolahmasingmasing.Kebutuhanterhadap
organisasibimbingandankonselingterlihatdariadanyakepentinganditingkat
sekolahhinggatingkatyanglebihluaslagi.Dengandemikian,kehadiransuatu
organisasibimbingandankonselingtampaknyamenjadisuatutuntutanalami
untukmenjawabkebutuhanpelaksanaanprogrampelayanan,khususnyakepada
siswa.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan hasil diskusi, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jelaskan perlunya organisasi bimbingan dan konseling!


Jelaskan dasar-dasar dan prinsip-prinsip organisasi bimbingan dan konseling!
Jelaskan pola dan struktur organisasi bimbingan dan konseling!
Jelaskan pengertian dan ciri-ciri profesi!
Jelaskan profesi bimbingan dan konseling!
Jelaskan hal yang perlu di perhatikan dalam profesi bimbingan dan

konseling!
7. Jelaskan kompetensi guru bimbingan dan konseling!

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh nilai semester ketiga,
2. Untuk menambah pengetahuan tentang BK organisasi dan Profesi BK.

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini, adalah
sebagai berikut:

Metode kepustakaan data ini diambil dari media elektronik yaitu, internet
yang dianggap sumber yang relevan.

1.5 Sistematika Penulisan


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN, meliputi:
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN, meliputi:
2.1 Perlunya Organisasi Bimbingan Dan Konseling
2.2 Dasar-Dasar Dan Prinsip-Prinsip Organisasi Bimbingan Dan Konseling
2.3 Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling
2.4 Pengertian Dan Ciri-Ciri Profesi
2.5 Profesi Bimbingan Dan Konseling
2.6 Hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Profesi Bimbingan Dan
Konseling
2.7 Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling
BAB III PENUTUP, yang mencakup:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN POWER POINT

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling


Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti
alatOrganisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil
yang sebelumnya tidak dapat di capai oleh individu secara sendiri-sendiri.
Organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua
orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangkain sasaran.
Sebagaimana fungsi organisasi sebagai media menyatukan persepsi dan tujuan
bersama yang hendak dicapai, kehadiran organisasi profesi, khususnya di bidang
bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan menjadi sangat
penting. Hal itu karena kegiatan program bimbingan dan konseling berarti suatu
bentuk kegiatan yang mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau
mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan ini
terfokuskan pada pelayanan yang diberikan kepada para siswa dan rekan tenaga
pendidik serta orangtua siswa, dan evaluasi program bimbingan
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dalam wadah
organisasi, tenaga pembimbing bekerja berdasarkan suatu program bimbingan
yang direncanakan dan dikelola dengan baik.
2.2 Dasar-Dasar Dan Prinsip-Prinsip Organisasi Bimbingan Dan Konseling
Dasar bagi organisasi bimbingan dan konseling adalah adanya kesepakatan
bersama antar pengurus. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dapat melibatkan semua pihak.
Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut
:

1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas


Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2. Prinsip skala hierarki
Dalam suataun organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip kesatuan perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan.
5. Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6.

Prinsip pembagian pekerjaan

Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau


kegiatan. Agar kegiatan dapat berjalan optimal, dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap
pengurus.
7. Prinsip rentang pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seoran
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi. Semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin komplek rentang pengendaliannya.
8. Prinsip fungsional
Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta
tanggung jawab seorang pegawai harus jelas.

9.

Prinsip pemisahan

Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada


orang lain.
10.

Prinsip keseimbangan

Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang


efektif dan tujuan organisasi.
11. Prinsip fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri dank arena adanya pengaruh di luar
organisasi, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
12.

Prinsip kepemimpinan

Dalam organisasi, apa pun bentuknya diperlukan pemimpin atau dengan kata
lain, organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses
kepemimpinan yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.
Delapa sifat pemimpin yang menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi
yang akan mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut :
a.

Kemampuan untuk memusatkan

b.

pendekatan pada nilai yang sederhana

c.

Selalu bergaul dengan orang

d.

menghindari professional tiruan

e.

Mengelola perubahan

f.

Memilih orang

g.

hindari mengerjakan semua sendiri

h.

Meghadapi kegagalan

2.3 Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling


1. Struktur
Menurut buku, Bimbingan dan Konseling (2008: 26), struktur organisasi
pelayangan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak harus
sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang

bersangkutan. Meskipun demikian struktur organisasi pada setiap satuan


pendidikan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a.

Menyeluruh

b.

Sederhana

c.

Luwe dan terbuka

d.

Menjamin berlangsungnya kerja sama

e.

Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut

2. Personal
Personal layanan bimbingan konseling adalah segenap unsur yang terkait di
dalam struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling dengan coordinator
guru pembimbing khusus sebagai pelaksana utama.
Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
a.Personal pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan
(penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling di satuan pendidikan.
b.Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh (termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan
pendidikan masing-masing.
c.Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
d.Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau
kelas masing-masing.
e.Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang
seluas-luasnya.
f.Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti
dokter, psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
g.Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya bimbingan sebaya.

Untuk setiap personal yang diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang,


dan tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan
organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung
jawab Guru Pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling
dikaitkan antara seorang Guru Pembimbing dan jumlah peserta didik yang
menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru Kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh
peserta didik di kelasnya.
Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya satuan
pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang
dapat dilibatkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan
pendidikan dapat tidak sama. Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung
jawab masing-masing personil di setiap satuan pendidikan disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan yang bersngkutan tanpa mengurangi tuntutan akan
efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh
demi kepentingan peserta didik.
2.4 Pengertian Dan Ciri-Ciri Profesi
1. Pengertian Profesi
Istilah profesi memang selalu menyangkut pkerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mecegah kesimpang-siuran tentang arti
profesi dan hal-hal yang bersangkut paut dengan itu, berikut ini dikemukakan
beberapa istilah dan ciri-ciri profesi.Profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang
disebut profesi, tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak
disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan
itu.Berkaitan dengan profesi ada beberapa istilah yang hendaknya tidak
disangkutpautkan, yaitu :
Profesional menunjuk dua hal,pertama orang yang menyandang suatu profesi
misalnya sebutan dia seorang profesional. Yang kedua penampilan seorang
dalam melakukan pekerjaan yan tidak sesuai dengan profesinya
Profesionalisme mengacu kepada komitmen para anggota suatu profesi
10

terhadap profesinya serta sederajat pengetahuan dan keahlian yang mereka


miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.
Profesionalisasi menunjuk kepada proses peningktan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar
dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
2. Ciri ciri Profesi
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi yang
dapat memenuhi ciri-ciri dari persyaratan suatu profesi. Ciri-ciri profesi:
a. Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memenuhi fungsi
dan kebermaknaan sosial
b. Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja,
melainkan bersifat pemecahan masalah.
c. Para anggotanya, baik perorangan maupun kelmpok lebih memntingkan
pelayanan yang bersifat social daripada pelayanan yang hanya mengejar
keuntungan ekonomi saja.
d. Selama dalam pekerjaan itu, para anggotanya terus menerus berusaha
menyegarkan dan meningkatkan kompetensinya dengan jalan mengikuti secara
cermat literature dalam bidang pekerjaan itu.
McCully, 1963; Tolbert, 1972; dan Nugent, 1981) telah merumuskan syaratsyarat atau ciri-ciri dari suatu profesi.Dari rumusan-rumusan yang mereka
kemukakan, dapat disimpulkan syarat-syarat atau ciri-ciri utama dari suatu
profesi sebagai berikut:
Suatu profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang memiliki fungsi dan
kebermaknaan sosial yang sangat menentukan.
Untuk mewujudkan fungsi tersebut pada butir di atas para anggotanya
(petugasnya dalam pekerjaan itu) harus menampilkan pelayanan yang khusus
yang didasarkan atas teknik-teknik intelektual, dan ketrampilan-ketrampilan
tertentu yang unik.
Penampilan pelayanan tersebut bukan hanya dilakukan secara rutin saja,

11

melainkan bersifat pemecahan masalah atau penanganan situasi kritis yang


menuntut pemecahan dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
Pada anggotanya memiliki kerangka ilmu yang sama yaitu didasarkan atas
ilmu yang jelas, sistematis, dan eksplisit bukan hanya didasarkan atas akal sehat
(common sense) belaka.
Untuk dapat menguasai kerangka ilmu itu diperlukan pendidikan dan latihan
dalam jangka waktu yang cukup lama.
Para anggotanya secara tegas dituntut memiliki kompetensi minimum melalui
prosedur seleksi, pendidikan dan latihan, serta lisensi atau sertifikasi.
2.5 Profesi Bimbingan Dan Konseling
Diyakini bahwa pelayanan bimbingan dan konseling adalah suatu profesi yang
dapat memenuhi ciri-ciri dan persyaratan tersebut. Namun, berhubung dengan
perkembangannya yang masih tergolong baru, terutama di Indonesia, dewasa ini
pelayanan bimbingan dan konseling belum sepenuhnya mencapai persyaratan
yang diharapkan. Sebagai profesi yang handal,bimbingan dan konseling masih
perlu dikembangkan, bahkan diperjuangkan.Pengembangan profesi bimbingan
dan konseling antara lain melalui:
1. Standardisasi Unjuk Kerja Profesional Konselor
Masih banyak orang yang memandang bahwa pekerjaan dan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan oleh siapa pun juga,asalkan mampu berkomunikasi
dan berwawancara. Anggapan lain mengatakan bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling semata-mata diarahkan kepada pemberian bantuan berkenaan dengan
upaya pemecahan masalah dalam arti yang sempit saja. Ini jelas merupakan
anggapan yang keliru. Sebagaimana telah diuraikan pelayanan bimbingan dan
konseling tidak semata-mata diarahkan kepada pemecahan masalah saja, tetapi
mencakup berbagai jenis layanan dan kegiatan yang mengacu pada terwujudnya
fungsi-fungsi yang luas. Berbagai jenis bantuan dan kegiatan menuntut adanya
unjuk kerja profesional tertentu. Di Indonesia memang belum ada rumusan
tentang unjuk kerja profesional konselor yang standar. Usaha untuk merintis
terwujudnya rumusan tentang unjuk kerja itu telah dilakukan oleh Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI) pada Konvensi Nasional VII IPBI di Denpasar, Bali

12

(1989). Upaya ini lebih dikonkretkan lagi pada Konvensi Nasional VIII di
Padang (1991). Rumusan unjuk kerja yang pernah disampaikan dan dibicarakan
dalam konvensi IPBI di Padang itu dapat dilihat pada lampiran.Walaupun
rumusan butir-butir (sebanyak 225 butir) itu tampak sudah terinci, namun
pengkajian lebih lanjut masih amat perlu dilakukan untuk menguji apakah butirbutir tersebut memang sudah tepat sesuai dengan kebutuhan lapangan, serta
cukup praktis dan memberikan arah kepada para konselor bagi pelaksanaan
layanan terhadap klien. Hasil pengkajian itu kemungkinan besar akan mengubah,
menambah merinci rumusan-rumusan yang sudah ada itu.
2. Standardisasi Penyiapan Konselor
Tujuan penyiapan konselor ialah agar para (calon) konselor memiliki wawasan
dan menguasai serta dapat melaksanakan dengan sebaik-baiknya materi dan
ketrampian yang terkandung di dalam butir-butir rumusan unjuk kerja.
3. Akreditasi
Lembaga pendidikan konselor perlu diakreditasi untuk menjamin mutu
lulusannya, akreditasi meliputi penilaian terhadap misi, tujuan struktur dan isi
program. Akreditasi merupakan prosedur yang secara resmi diakui bagi suatu
profesi. Tujuan pokok akreditasi adalah memantapkan kredibilitas profesi.
Tujaun ini lebih lanjut dirumuskan sebagai berikut:
untuk menilai bahwa program yang ada memenuhi standar yang ditetapkan
oleh profesi.

Untuk menegaskan misi dan tujuan program.


Untuk menarik calon koselor dan tenaga kerja yang bermutu tinggi.
Untuk membantu para lulusan memenuhi tuntutan kredensial seperti lisensi.
Untuk meningkatkan kemampuan program.
Untuk meningkatkan program.
Memungkinkan mahasiswa dan staf pengajar berperan serta dalam evaluasi
program secara intensif.

Untuk membantu mahasiswa yang berpotensi dalam seleksi memakai program


pendidikan konselor.
Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat pendidikan masyarakat

13

Profesi dan masyarakat pada umumnya tentang kemampuan pelayanan


bimbingan dan konseling.
4. Sertifikasi Dan Lisensi
Sertifikasi merupakan upaya lebih lanjut untuk lebih memantapka dan menjamin
profesionalisasi bimbingan dan konseling. Para lulusan penddikan konselor yang
akan bekerja di lembaga-lembaga pemerintah misalnya di sekolah-sekolah,
diharuskan menempuh program sertifikasi yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga profesionalitas para petugas
yang akan menangani peayanan bimbingan dan konseling.Untuk dapat
diselenggarakannya program akreditas, sertifkasi dan lisensi itu harus terlebih
dahulu disusun dan diberlakukan undang-undang atau peraturan pemerintah,
dengan prosedur seperti ini kerjasama antara pemerintah dan organisasi profesi
terjalin secara nyata dan baik di samping itu peranan organisasi profesi untuk
menegakkan dan menjaga standar professional dan menjaga bidang geraknya
dapat terpenuhi secara mantap.
5. Pengembangan Organisasi Profesi
Organisasi profesi adalah himpunan orang-orang yang mempunyai profesi yagn
sama sesuai dengan dasar pembentukan dan sifat organisasi itu sendiri, yaitu
profesi dan professional, maka tujuan organisasi profesi menyangkut hal-hal
yang berbau keilmuan organisasi profesi tidak berorientasi pada keuntungan
ekonomi ataupun pada penggalangan kekuatan politik.Tujuan organisasi profesi
dapat dirumuskan tri dharma organisasi profesi, yaitu :
a. Pengembangan ilmu
b. Pengembangan pelayanan
c. Penegakkan kode etik profesional
Organisasi profesi bimbingan dan konseling dikehendaki dapat menjalankan
ketiga darma itu sebagaimana yang diharapkan. Personel pelaksana bimbingan
dan konseling di sekolah adalah segenap unsur dalam organigram pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dengan koordinator dan guru
pembimbing/konselor sebagai pelaksana utamanya.Keikutsertaan dalam

14

program akreditasi lembaga pendidikan konselor, sertifikasi dan pemberian


lisens tidak lain adalah wujud dari pelaksanaan ketiga darma itu.
2.6 Hal Yang Perlu Di Perhatikan Dalam Profesi Bimbingan Dan
Konseling
Didalam profesi bimbingan dan konseling da beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
a. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani.
b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,
kebebasan memilih, dan mengedepankan.
c. mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai
makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi.
d. menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan
konseli pada khususnya.
e. menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya.
f. Toleran terhadap permsalahan konseli,bersikap demokratis,Menguasai
landasan teoritik bimbingan dan konseling,Menguasai landasan teoritik
bimbingan dan konseling.
2.7 Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling.
Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai
guru Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah
kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Keempat rumusan kompetensi ini menjadi
dasar bagi Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor.
Jika diperbandingkan antara ekspektasi kinerja Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor dengan kinerja guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran
tampak lebih dominan dalam penguasaan ranah kompetensi pedagogik,
sedangkan Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor lebih dominan dalam
penguasaan ranah kompetensi profesional. Dengan tidak bermaksud
mengesampingkan ranah atau wilayah kompetensi lainnya.

15

1. Penilaian kompetensi pedagogik guru bk; menguasai teori dan praksis


Pendidikan
Penilaian kompetensi pedagogik guru BK pada sub kompetensi; Menguasai
Teori dan Praksis Pendidikan dilaksanakan melalui pemantauan. Dalam hal ini
seorang guru BK diharapkan menguasai ilmu pendidikan dan landasan
keilmuannya, mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses
pembelajaran dan menguasai landasan budaya dan praksis pendidikan (praksis
adalah prinsip-prinsip untuk merubah teori menjadi praktik).
Indikator pencapaian kompetensi:
a. Guru BK/Konselor dapat menunjukkan dalam perencanaan layanan BK,
sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip pendidikan serta pembelajaran yang
aktif, kreatif, mandiri, dan berpusat pada peserta didik/konseli.
b. Guru BK/Konselor dapat menunjukkan dalam perencanaan layanan BK,
sesuai dengan usia, tahap perkembangan, dan kebutuhan peserta didik/konseli.
c. Guru BK/Konselor dapat menunjukkan dalam perencanaan layanan BK,
sesuai dengan keragaman latar belakang budaya, ekonomi, dan sosial peserta
didik/konseli.
Penilaian dilaksanakan melalui pemantauan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Perikasalah, apakah Guru BK/Konselor menyediakan program layanan BK,
mempunyai Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL)/Satuan Layanan
(Satlan)/Satuan Pendukung (Satkung) dan data peserta didik/konseli, termasuk
sosiometri (gambaran hubungan sosial antarpeserta didik/konseli).
b. Mintalah guru BK/Konselor menjelaskan tentang:

bagaimana pelayanan BK terhadap peserta didik/konseli sebagai makhluk


individu, sosial, susila, bekerja dan berke-Tuhanan Yang Maha Esa;

bagaimana mengembangkan layanan BK yang aktif, kreatif, mandiri, dan


berpusat pada individu;

bagaimana mengembangkan layanan BK sesuai dengan usia, tahap


perkembangan, dan kebutuhan peserta didik/konseli; dan

16

bagaimana menerapkan layanan BK lintas budaya, ekonomi, dan sosial peserta


didik/konseli.
Demikianlah prosedur penilaian kompetensi guru BK pada sub kompetensi
menguasai teori dan praksis pendidikan.
2. Penilaian kompetensi kepribadian BK; beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Penilaian kompetensi kepribadian guru BK (sub kompetensi 4); Beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan melalui pemantauan. Guru
BK diharapkan menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan
toleran terhadap pemeluk agama lain, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
Indikator kinerja:
a.

Guru BK/Konselor berpenampilan rapih dan bersih.

b.

Guru BK/Konselor berbicara dengan santun dan jujur kepada peserta

didik/konseli.
c.

Guru BK/Konselor bersikap dan mendorong kepada peserta didik/konseli

untuk bersikap toleran.


d.

Guru BK/Konselor memperlihatkan konsistensi dan memotivasi peserta

didik/konseli dalam melaksanakan ibadah.


Prosedur penilaian dilaksanakan melalaui pemantauan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Penilai mengamati penampilan guru BK/Konselor, cara berpakaian, dan cara
berbicara kepada peserta didik/konseli.
b. Penilai mengamati sikap dan cara guru BK/Konselor dalam mendorong
peserta didik/konseli untuk bersikap toleran.
c. Penilai mengamati konsistensi guru BK/Konselor dalam beribadah dan
memotivasi peserta didik/konselor untuk beribadah.
3. Penilaian kompetensi sosial; komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orangtua peserta didik dan masyarakat.

17

Penilaian kinerja guru pada kompetensi sosial (sub kompetensi 12); komunikasi
dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan
masyarakat dilakukan melalui pemantauan. Dalam hal ini diharapkan guru
berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tulisan dengan orang tua peserta
didik dan masyarakat. Guru menyediakan informasi resmi (baik lisan maupun
tulisan) kepada orang tua peserta didik tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik (sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun). Guru
berpartisipasi dalam kegiatan kerjasama antara sekolah dan masyarakat dan
berkomunikasi dengan komunitas profesi dan berpartisipasi dalam kegiatan yang
relevan.
Indikator penilaian pada kompetensi ini adalah:
a. Guru menyampaikan informasi tentang kemajuan, kesulitan, dan potensi
peserta didik kepada orang tuanya, baik dalam pertemuan formal maupun tidak
formal antara guru dan orang tua, teman sejawat, dan dapat menunjukkan
buktinya.
b. Guru ikut berperan aktif dalam kegiatan di luar pembelajaran yang
diselenggarakan oleh sekolah dan masyarakat dan dapat memberikan bukti
keikutsertaannya.
c. Guru memperhatikan sekolah sebagai bagian dari masyarakat, berkomunikasi
dengan masyarakat sekitar, serta berperan dalam kegiatan sosial di masyarakat.
Proses penilaian dilakukan melalui pemantauan, sebagai berikut:
a. Penilai meminta guru menyediakan dokumen/catatan tentang pertemuan guru
dengan orang tua berkaitan dengan kemajuan, kesulitan, dan potensi peserta
didik. Cermati dan catat aspek spesifik yang telah dilakukan guru terkait dengan
hal-hal tersebut.
b. Penilai meminta guru menyediakan dokumen/catatan yang membuktikan
kerjasamanya dengan teman sejawat dan/atau tenaga kependidikan untuk membantu
peserta didik yang membutuhkan layanan khusus (misalnya layanan BK dengan
guru BK, layanan administrasi dengan tenaga kependidikan, dsb).
c. Tanyakan kepada teman sejawat dan/atau orang tua peserta didik tentang

18

perilaku, sikap, atau kegiatan guru yang berhubungan dengan kegiatan nonpembelajaran.
4. Penilaian kinerja guru BK; Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap
etika profesional.
Penilaian kinerja guru BK kompetensi profesional sub kompetensi 16; Memiliki
Kesadaran dan Komitmen Terhadap Etika Profesional dilakukan melalui
pengamatan. Dalam hal ini guru BK memberdayakan kekuatan pribadi, dan
keprofesionalan guru BK/konselor, meminimalkan dampak lingkungan dan
keterbatasan pribadi guru BK/konselor, menyelenggarakan pelayanan sesuai
dengan kewenangan dan kode etik profesional guru BK/konselor,
mempertahankan obyektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah
peserta didik, melaksanakan referal sesuai dengan keperluan, peduli terhadap
identitas profesional dan pengembangan profesi, mendahulukan kepentingan
peserta didik daripada kepentingan pribadi guru BK/konselor.
Indikator kinerja:
a.

Guru BK/Konselor dapat memberdayakan kekuatan pribadi, dan

keprofesionalan guru BK/konselor.


b.

Guru BK/Konselor dapat meminimalisir dampak lingkungan dan


keterbatasan

pribadi guru BK/konselor.


c.

Guru BK/Konselor dapat menyelenggarakan pelayanan BK sesuai


dengan

kewenangan dan kode etik profesional guru BK/konselor.


d.

Guru BK/Konselor dapat mempertahankan objektivitas dan menjaga agar

tidak larut dengan masalah peserta didik/konseli.


e.

Guru BK/Konselor dapat melaksanakan layanan pendukung sesuai


kebutuhan

peserta didik/konseli (misalnya alih tangan kasus, kunjungan rumah, konferensi


kasus, instrumen bimbingan, himpunan data)
f.

Guru BK/Konselor dapat menghargai identitas profesional dan

19

pengembangan profesi.
g.

Guru BK/Konselor dapat mendahulukan kepentingan peserta


didik/konseli

daripada kepentingan pribadi guru BK/konselor.


Prosedur penilaian melalui pemantauan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.

Penilai meminta guru BK/Konselor menyediakan hasil evaluasi diri


program

PKB. Penilai mengevaluasi dokumen tersebut.


b.

Penilai meminta guru BK/Konselor mendeskripsikan kekuatan diri dan

bagaimana kekuatan tersebut dimanfaatkan bagi suksesnya pelayanan BK.


c.

Penilai meminta guru BK/Konselor mendeskripsikan keterbatasan diri


dan

lingkungan (termasuk prasarana dan sarana) dalam pelayanan BK, serta upaya
meminimalkan dampak keterbatasan tersebut.
d.

Penilai meminta guru BK/Konselor mengidentifikasi kewenangan guru

BK/konselor sesuai dengan Kode Etik pelaksanaan pelayanan BK.


e.

Penilai meminta guru BK/Konselor menyediakan minimal satu laporan

pelaksanaan program layanan (lapelprog). Penilai mengevaluasi laporan


tersebut.
f.

Penilai meminta guru BK/Konselor untuk menjelaskan perlu tidaknya

masalah peserta didik/konseli dialihtangankan kepada pihak lain.


g.

Penilai meminta guru BK/Konselor mendeskripsikan identitas dan

pengembangan profesi BK serta bagaimana kesungguhan guru BK/Konselor


dalam melaksanakan pelayanan BK tersebut.
h.

Penilai meminta guru BK/Konselor menjelaskan dan membuktikan


apakah

guru BK/Konselor mengutamakan kebutuhan peserta didik/konseli meskipun


harus mengorbankan sesuatu (misalnya waktu).
i.

Penilai meminta guru BK/Konselor untuk menjelaskan tentang upayanya

dalam menghimpun dan menjaga kerahasiaan permasalahan peserta


didik/konseli.

20

j.

Penilai meminta Kepala Sekolah untuk menjelaskan apakah guru

BK/Konselor bekerja sesuai dengan etika profesi BK.


k.

Penilai meminta Kepala Sekolah untuk menerangkan bagaimana


pekerjaan

guru BK/konselor mencapai standar yang diharapkan oleh kepala sekolah


dan/atau komite sekolah.

21

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan ada pembahasan tentang Bimbingan dan Konseling sebagai profesi,
maka kita dapat menyimpulkan bahwa setiap guru harus memahami dan
mengetahui bahwa bimbingan dan konseling itu sangat penting dalam membantu
siswa di sekolah, membantu memecahkan masalah-masalah dari seorang anak.
Bimbingan dan konseling sebagai profesi itu sendiri merupakan suatu hubungan
yang saling berkaitan untuk membimbing dan membantu orang lain agar
menjadi pribadi yang lebih baik untuk memahami dirinya yang dilakukan oleh
seseorang dalam suatu pekerjaan (profesi). Jadi, guru memang harus benar-benar
memahami hal tersebut.
3.2 Saran
Kepada pembaca, khususnya guru diharapkan agar dapat dan mampu memahami
layanan bimbingan dan konseling agar mampu memanfaatkannya di sekolah dan
menerapkannya.

22

Anda mungkin juga menyukai