PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan dewasa 1 merupakan mata ajar dimana terdapat strategi yang
diterapkan oleh mahasiswa untuk mencapai pemberian asuhan keperawatan baik akut,
kronis, paliatif maupun terminal pada pasien dewasa yang mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Dalam keperawatan dewasa ini terdapat proses keperawatan
sebagai kerangka kerja untuk merawat individu dewasa yang mengalami permasalahan pada
sistem muskuloskeletal yang salah satunya terdiri dari kontusio, strain, dan sprain.
Kontusio dicurigai bila individu melaporkan kehilangan kesadaran kurang dari 20
menit. Pengertian umum kontusio adalah cedera pada jaringan lunak, yang diakibatkan oleh
kekerasan tumpul. Kontusio yang terjadi pada daerah kepala disebut kontusio serebri (cedera
kepala berat), yaitu cedera kepala berat, di mana otak mengalami memar dengan
memungkinkan adanya daerah yang mengalami perdarahan. Cidera berat yang terjadi pada
kepala ini merupakan salah satu cidera yang mengakibatkan cepatnya kematian.
Berbeda dengan strain atau yang sering disebut kram otot. Kram ini dilaporkan oleh
penderita terjadi di malam hari atau saat beristirahat, dan dapat disebabkan oleh kadar gula
darah rendah di malam hari. Strain ini akibat pergerakan otot yang berlebihan.
Sprain merupakan cidera yang disebabkan oleh bagian ligament yang terjepit.
Sehingga kesalahan dari struktur ligament yang mengakibatkan fungsi ligament yang
seharusnya stabil menjadi tidak stabil. Sprain (terkilir) sering terjadi pada orang yang
terjatuh, terpleset atau orang yang melakukan gerakan secara berlebihan, misalnya terjatuh
hingga ada ligament pengikatnya mengalami kerusakan.
Berdasarkan keparahan cidera pada kontusio, strain maupun sprain, kami menyusun
makalah ini untuk mengetahui penyebab, dampak dan bagaimana perawatan pada klien
dewasa yang mengalami cidera tersebut. Oleh karena itu, kami akan membahas masalah
tersebut didalam makalah ini.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kontusio, strain dan sprain.
2. Mengetahui patofisiologi kontusio, strain dan sprain.
3. Mengetahui tanda dan gejala kontusio, strain dan sprain.
4. Mengetahui bagaimana penyusunan asuhan keperawatan dengan klien yang mengalami
kontusio, strain dan sprain.
C. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian kontusio, strain dan sprain.
2. Menjelaskan patofisiologi kontusio, strain dan sprain.
3. Menjelaskan jenis-jenis kontusio, strain dan sprain.
4. Menjelaskan tanda dan gejala dari kontusio, strain dan sprain.
5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang kontusio, strain dan sprain.
6. Menjelaskan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami kontusio, strain dan
sprain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kontusio
1. Pengertian
Kontusio adalah cedera jaringan lunak, akibat
kekerasan tumpul, misalnya pukulan,
tendangan atau jatuh (Brunner & Suddart,2001:
2355). Kontusio adalah cedera yang disebabkan
oleh
kecil
ke
2. Etiologi
a.
b. Pukulan
c. Tendangan / jatuh
3. Patofisiologi
Kontusio terjadi akibat perdarahan di dalam jaringan kulit, tanpa ada kerusakan
pada kulit. Kontusio dapat juga terjadi di mana pembuluh darah lebih rentan rusak
dibanding orang lain. Saat pembuluh darah pecah maka darah akan keluar dari
pembuluhnya ke jaringan, kemudian menggumpal, menjadi kontusio atau biru. Kontusio
memang dapat terjadi jika sedang stres, atau terlalu lelah. Faktor usia juga bisa membuat
darah mudah menggumpal. Semakin tua, fungsi pembuluh darah ikut menurun (Hartono
Satmoko,1993: 192). Endapan sel darah pada jaringan kemudian mengalami fagositosis
dan didaur ulang oleh makrofag. Warna biru atau ungu yang terdapat pada kontusio
merupakan hasil reaksi konversi dari hemoglobin menjadi bilirubin. Bilirubin selanjutnya
akan dikonversi menjadi hemosiderin yang berwarna kecoklatan. Tubuh harus
mempertahankan agar darah tetap berbentuk cairan dan tetap mengalir dalam sirkulasi
darah. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi pembuluh darah, jumlah dan kondisi sel
3
trombosit darah, serta mekanisme pembekuan darah yang harus baik. Pada purpura
simplex, penggumpalan darah atau pendarahan akan terjadi bila fungsi salah satu atau
lebih dari ketiga hal tersebut terganggu. (Hartono Satmoko, 1993:192)
4. Manifestasi Klinis
a. Perdarahan pada daerah injury (ecchymosis) karena rupture pembuluh darah kecil,
juga berhubungan dengan fraktur.
b. Nyeri, bengkak dan perubahan warna.
c. Hiperkalemia mungkin terjadi pada kerusakan jaringan yang luas dan kehilangan
darah yang banyak. (Brunner & Suddart, 2001: 2355)
5. Gejala
a. Nyeri
b. Bengkak
c. Perubahan warna
d. Kompres dingin intermitten kulit berubah menjadi hijau / kuning, sekitar satu minggu
kemudian timbul bengkak yang merata, sakit, nyeri dan pergerakan terbatas.
e. Kontusio kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungu yang timbul
beberapa hari setelah terjadinya cedera.
f. Kontusio ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
g. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas
disebut hematoma.
h. Nyeri pada kontusio biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang
menyertai biasanya sedang sampai berat. (Hartono Satmoko, 1993:191)
6. Penatalaksanaan
a. Mengurangi / menghilangkan rasa tidak nyaman.
b. Tinggikan daerah injury.
c. Berikan kompres dingin selama 24 jam pertama (20-30 menit setiap pemberian)
untuk vasokonstriksi, menurunkan edema dan menurunkan rasa tidak nyaman.
d. Berikan kompres hangat disekitar area injury setelah 24 jam pertama (20 - 30menit)
4 kali sehari untuk melancarkan sirkulasi dan absorpsi.
e. Lakukan pembalutan untuk mengontrol perdarahan dan bengkak.
f. Kaji status neurovaskuler pada daerah extremitas setiap 4 jam bila ada indikasi.
(Brunner & Suddart,2001: 2355)
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penatalaksanaan pada cedera kontusio adalah
sebagai berikut:
a. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
b. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringanjaringan lunak yang rusak.
c. Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
7. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas /
ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat penyakit sekarang
Menggunakan rontgen
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament
atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, pendarahan, edema, nyeri.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan, ditandai
dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
3) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam beraktifitas
ditandai dengan gerakan yang minim (immobilisasi).
4) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit dan program pengobatan.
c. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament
atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, pendarahan, edema, nyeri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan
terkontrol.
Kriteria hasil :
a) Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol.
b) Terlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan beraktivitas sesuai
kemampuan.
c) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.
d) Menggaungkan ketrampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam progrm
kontrol nyeri.
Intervensi
a) Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi
Rasional
a) Membantu dalam menentukan
keefektifan program.
gips, pembebat.
mendiskusikan masalah
pengalaman kecelakaan.
Kolaborasi
f) Lakukan kompres dingin/es 24-48
jam pertama dan sesuai keperluan.
g) Berikan obat sesuai indikasi
narkotik dan analgesik non
Kolaborasi
f) Menurunkan cedera/pembentukan
hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
g) Untuk menurunkan nyeri dan atau
spasme otot.
narkotik.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan, ditandai
dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi kerusakan
mobilitas fisik.
Kriteria hasil :
a) Mempertahankan fungsi posisi.
b) Mempertahankan maupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
kompensasi tubuh.
c) Mendemonstrasikan teknik yang memungkinkan melakukan aktifitas.
Intervensi
a) Observasi tingkat mobillitas yang
masih dapat dilakukan klien.
Rasional
a) Membantu dalam menentukan
kebutuhan bantuan mobilitas yang
akan diberikan dan keefektifan
program.
7
sakit.
sendi.
Rasional
a) Penghentian rutinitas secara mendadak
dan rencana memerlukan mekanisme
penyelesaian masalah.
Rasional
a) Memberikan pengetahuan dasar dimana
pasien dapat membuat pilihan.
b) Meningkatkan pemahaman dan
resiko komplikasi.
program.
c) Dorong periode istirahat yang adekuat
dengan aktivitas yang terjadwal.
atau diinginkan.
B. Strain
1.
Peng
ertian
Be
berap
ahli, yaitu :
a. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan, peregangan, atau stres yang berlebihan,
serta terdapat robekan mikroskopik tidak komplit dengan perdarahan ke dalam
jaringan. Dalam hal ini, pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak dengan
nyeri tekan lokal pemakaian obat dan kontraksi isometrik (Brunner & Suddarth,
2001)
b. Strain adalah luka pada beberapa ligament yang saling berhubungan dan tetap pada
tempatnya. (Griffith Winter)
c. Strain adalah trauma yang mengenai otot atau tendon yang disebabkan oleh kelebihan
pemanasan atau kelebihan ekstensi. (Black Joyce, 1993)
d. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam
jaringan. (Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
Berdasarkan pengertian diatas, kami menyimpulkan pengertian strain atau kram
adalah otot akibat penggunaan yang berlebihan, yang menjadi keras dan sakit. Kram
dapat terjadi di bagian betis, paha, bokong, atau kelompok otot lain. Kram atau spasme
sering terjadi pada otot rangka. Kram dapat menyertai penyakit sistem motoris, penyakit
metabolik seperti uremia, tetanus, dan kehabisan elektrolit, khususnya natrium, kalium,
dan kalsium. Kram otot sering dilaporkan terjadi di malam hari atau saat beristirahat, dan
dapat disebabkan oleh kadar gula darah rendah di malam hari. Dehidrasi dapat pula
menyebabkan kram.
2. Etiologi
a. Strain akut :
10
pada
penguluran
unit
muskulotendinous
yang
ringan
berupa
dengan
kemungkinan
pembedahan
untuk
mengembalikan
fungsinya.
6. Penatalaksanaan
a. Istirahat akan mencegah cidera bertambah dan mempercepat penyembuhan.
b. Meninggikan bagian yang sakit, tujuan dilakukan peninggian untuk mengontrol
pembengkakan.
c. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara
intermitten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan, timbulnya edema
dan ketidaknyamanan.
13
Kelemahan
Edema
d) Perkusi.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidakmampuan, ditandai
dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :
a) Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
memungkinkan.
b) Menunjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas (ROM aktif dan
pasif).
Intervensi :
a) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.
b)
Intervensi :
a) Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai
pandangan pemikiran perasaan seseorang.
b) Dorong
individu
untuk
bertanya
mengenai
masalah,
penanganan,
1. Pengertian
Beberapa pengertian tentang sprain menurut beberapa buku :
a. Sprain adalah cedera struktur ligament di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit dan
memutar. ( KMB edisi.8. Vol3. Hal 2355)
b. Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan stabilitas
sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal atau tenaga
berlebihan dalam bidang gerakan sendi. ( Buku Ajar bedah bagian 2.Hal 370)
c. Sprain merupakan keadaan rupruta total atau parsial pada ligament penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi. ( Patofisiologi hal 438)
16
sampai 48 jam pertama setelah cidera dapat menyebabkan vasokontriksi, yang akan
mengurangi pendarahan, edema dan ketidaknyamanan. Harus diperhatikan jangan sampai
terjadi kerusakan kulit dan jaringan akibat suhu dingin yang berlebihan. Balut tekan
elastis dapat mengontrol perdarahan, mengurangi edema, dan menyokong jaringan yang
cedera. Status neurovaskuler ektremitas yang cedera dipantau sesering mungkin. Bila
sprain cukup berat (robekan serabut otot dan terputusnya ligament), mungkin perlu
dilakukan perbaikan bedah atau immobilisasi gips sehingga sendi tidak akan kehilangan
stabilitasnya.
Selama fase penyembuhan, otot ligament atau tendon yang cidera harus
diistirahatkan dan memperbaiki diri. Setelah stadium inflamasi akut (misalnya, setelah 24
sampai 48 jam setelah cedera) dapat diberikan kompres panas secara intermitten (selama
15 sampai 30 menit, 4 kali sehari) untuk mengurangi spasme otot dan memperbaiki
vasodilatasi, absorpsi dan perbaikan. Tergantung beratnya cedera, latihan aktif dan pasif
progresif boleh dimulai dalam 3 sampai 5 hari. Sprain yang berat perlu dimmobilisasi 1
sampai 3 minggu sebelum latihan dengan perlindungan dimulai. Latihan awal yang
berlebihan dalam perjalanan terapi dapat memperlama penyembuhan. Strain dan sprain
memerlukan berbulan-bulan sampai berminggu-minggu untuk sembuh. Pembidaian
mungkin diperlukan untuk mencegah cedera tulang.
7. Penatalaksanaan Penunjang
a. Pembedahan
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya, pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
b. Kemotherapi
Menggunakan analgesik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan
nyeri dan peradangan. Kadang diperlukan narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap
4 jam) untuk nyeri hebat.
c. Elektromekanis
d. Penerapan dingin, dengan kantong es 240C
19
musculoskeletal
(jatuh,
infeksi,
trauma,
fraktur),
cara
20
c. Intervensi
Diagnosa
Gangguan
Tujuan
Rasa nyaman
Kriteria hasil
Klien tidak
Rasa
meningkat atau
mengeluh nyeri
Nyaman
nyeri
karena nyeri
(Nyeri)
berkurang/hilang
berkurang
Intervensi
1. Kaji intensitas nyeri, porsi
kecil tetapi sering
2. Atur posisi yang nyaman
untuk mengurangi tekanan
21
Hambatan
Meningkatkan
Klien mampu
mobilitas
mobilitas pada
bergerak dan
fisik
tingkat yang
kekuatan otot
aktivitas terapeutik.
berhubungan
paling mungkin
meningkat
dengan
kerusakan
tongkat.
jaringan
Ansietas
Ansietas
berhubungan
berkurang
dengan status
kesehatan
Klien tidak
dibutuhkan klien.
2. Catat palpitasi, peningkatan
menunjukan
wajah
frekuensi pernapasan.
gelisah
22
Kurang
Pengetahuan
pengetahuan
klien meningkat
Klien tidak
bertanya-
berhubungan
tanya lagi
dengan
tentang
kondisi,
penyakitnya
proses
Klien dapat
pengobatan,
menjelaskan
dan
kembali
perawatan.
tentang
penyakitnya
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontusi adalah cedera pada jaringan lunak, yang diakibatkan oleh kekerasan benda
tumpul. Terputusnya banyak pembuluh darah kecil yang terjadi mengakibatkan perdarahan
ke jaringan lunak yang disebut ekimosis atau memar. Hematoma terjadi jika perdarahan
cukup banyak sampai terjadi timbunan darah. Gejala lokal adalah nyeri, bengkak, dan
perubahan warna.
Strain atau kram adalah otot akibat penggunaan yang berlebihan, yang menjadi keras
dan sakit. Kram dapat terjadi di bagian betis, paha, bokong, atau kelompok otot lain.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.
Strain akut pada struktur muskulotendinous terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Sprain adalah cederan struktur ligament di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar. Fungsi ligament yaitu sebagai stabilitas, namun masih memungkinkan
mobilitas. Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Terkilir (sprain)
terjadi karena adanya tarikan yang berlebihan atau robeknya jaringan ligament, yakni
jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan otot. Terkilir sering terjadi pada orang
yang terjatuh, terpleset, atau melakukan gerakan yang berlebihan, misalnya terjatuh hingga
ada ligament pengikatnya yang mengalami kerusakan. Pergelangan kaki adalah bagian yang
mudah terkena sprain.
B. Saran
Pembuatan makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas sistem muskuloskeletal tapi
juga sebagai sumber ilmu yang dapat kita pahami tentang asuhan keperawatan kontusio,
strain dan sprain. Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi sumbangan
pengetahuan kepada kita semua, dan kami harapkan kritik dan sarannya kepada pembaca
apabila terdapat kesalahan maupun kekeliruan dari isi makalah ini. Semoga selanjutnya
kritik dan saran itu dapat memberikan kami dorongan untuk lebih menyempurnakan hasil
karya kami selanjutnya. Amin.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sternbach & George Eliastam Michael. 1998. Buku saku penuntun kedaruratan medis
edisi 5. JAKARTA: EGC
2. Heryati & Suratun At All. 2008. Seri asuhan keperawatan klien gangguan sistem
muskuloskeletal. Jakarta: Egc
3. Batticaca B Fransisca. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
4. Muttaqin
20. Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan suddarth
ed 8. Jakarta : EGC.
21. Engram, Barbara. 1998. Rencana asuhan keperawatan medikal bedah, volume 2. Jakarta:
EGC.
22. Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita selekta kedokteran, jilid ii. FKUI. Retrieved from Media
Aesculapius http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/makalah-askep-strain.html. Diakses
pada tanggal 07 Oktober 2013.
23. Nurbaeti, Sri. 2012. Trauma Muskuloskeletal. Jakarta : Program studi Ilmu keperawatan
fakultas kedokteran dan kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Retrieved from
www.scribd.com/doc/129927799/Trauma-Muskuloskeletal. Diakses pada tanggal 07
Oktober 2013.
26